Anda di halaman 1dari 5

KEBERAGAMAN SUKU DAN

BUDAYA

SUKU JAWA
PAKAIAN ADAT:

Surjan merupakan busana adat Jawa atau disebut busana Kejawen penuh dengan Piwulang Sinandhi.
Ini merupakan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa (Kejawen). Pakaian adat Jawa ini
bermakna garis-garis melambangkan kesederhanaan

RUMAH ADAT:

Joglo sebagai rumah tradisional dikenal memiliki desain yang tidak sembarangan. Desain juga struktur
ini kemudian mengerucut pada pembagian rumah Joglo itu sendiri, antara lain: Rumah Joglo
Pangrawit.

SENJATA TRADISIONAL:
Keris merupakan senjata tradisional Jawa yang memiliki ujung lancip serta kedua sisinya tajam.
Bentuk keris seringkali tidak simetris karena kedua sisinya bergelombang atau bergerigi. Sebuah keris
memiliki tiga bagian. Yakni bilah (pisau), hulu (gagang), dan warangka (sarung).

MAKANAN KHAS:
Garang Asem adalah makanan khas Jawa, yaitu ayam yang dimasak dengan santan dan dibungkus
daun pisang. Seperti namanya, garang asem memiliki rasa yang asam dan pedas yang menggugah
selera.

LAGU DAERAH:

Cublak-Cublak Suweng. Cublak-cublak suweng. ...

2. Lir Ilir. Lir-ilir, lir-ilir. ...

3. Gundul-gundul Pacul. Gundul-gundul pacul cul gembelengan. ...

Padhang Wulan. Yo pra kanca dolanan ing njaba. ...

Gambang Suling. Gambang suling, kumandhang swarane. ...

6. Sluku-Sluku Bathok. ...

7. Suwe Ora Jamu.

TARIAN KHAS :
 tarian daerah Jawa Tengah yang pertama adalah tari Gambyong. Pada dasarnya, nama tarian ini
disesuaikan dengan nama gending yang mengiringinya, yaitu Gambyong Gambirsawit, Gambyong

Pareanom, dan Gambyong Pangkur. 

Tari Gambyong dikenal juga dengan keanggunannya karena dibawakan oleh wanita dengan cara

lembut dan halus, namun tetap lincah. Maka itu, tarian ini digunakan sebagai penyambut tamu dan

sebagai hiburan, juga sebagai sarana ritual upacara pertanian untuk kesuburan padi. 

BAHASA DAERAH:
Bahasa Jawa (Basa Jawa, Hanacaraka: ꦧꦱꦗꦮ, Pegon: ‫ )باسا جاوا‬adalah bahasa Austronesia yang
utamanya dituturkan oleh penduduk bersuku Jawa di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa.
Bahasa Jawa juga dituturkan oleh diaspora Jawa di wilayah lain di Indonesia, seperti
di Sumatra dan Kalimantan; serta di luar Indonesia seperti di Suriname, Belanda, dan Malaysia.
Jumlah total penutur bahasa Jawa diperkirakan mencapai sekitar 75,5 juta pada tahun 2006. Sebagai
bahasa Austronesia dari subkelompok Melayu-Polinesia, bahasa Jawa juga berkerabat dengan
bahasa Melayu, Sunda, Bali dan banyak bahasa lainnya di Indonesia, meskipun para ahli masih
memperdebatkan mengenai posisi pastinya dalam rumpun Melayu-Polinesia. Bahasa Jawa
berstatus bahasa resmi di Daerah Istimewa Yogyakarta di samping bahasa Indonesia.

ADAT ISTIADAT:
1. Tingkeban

Merupakan tradisi turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh sebagian besar
masyarakat Jawa. Tradisi yang dikenal dengan nama mitoni ini ditujukan bagi ibu hamil dengan usia
kandungan 7 bulan. Ritual yang dilakukan berupa acara siraman dengan air bunga dan doa
keselamatan bagi ibu dan calon bayi sampai hari persalinan tiba. 
2. Tedak Siten

Adat istiadat suku Jawa memang terkenal sangat beragam. Ada tradisi yang khusus daerah Jawa
tertentu dan ada pula yang sama. Salah satunya adalah tradisi tedak siten atau upacara turun tanah
yang bisa ditemukan baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. 

Merupakan upacara adat yang dilakukan dengan cara memasukkan bayi berusia 7 bulan yang baru
belajar berjalan ke dalam sangkar ayam. Tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tua
atas kesehatan anaknya sekaligus mengenalkan anak pada tanah yang dipijak.  

3. Pernikahan Adat Jawa

Kamu mungkin sering melihat upacara pernikahan yang menggunakan adat Jawa dengan berbagai
tahapan dan proses yang harus dilalui. Seperti, serah-serahan, midodareni, siraman, balangan suruh,
upacara ngetik, temu manten, nyantri, ritual kacar-kucur, sungkeman, dan lain sebagainya.

4. Larung Sesaji

Tradisi unik masyarakat Jawa yang berikutnya adalah larung sesaji, merupakan tradisi yang umum
dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir pantai. Tradisi ini adalah perwujudan rasa syukur atas
keselamatan dan hasil tangkapan ikan yang diperoleh. Biasanya, tradisi larung sesaji ini dilakukan
setiap tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dengan cara melarungkan sesajen berupa hewan yang
disembelih. 

5. Upacara Kasada

Tradisi Jawa Timur yang masih dipertahankan hingga kini adalah upacara Kasada atau Sukasada.
Merupakan hari raya adat bagi suku Tengger yang diadakan setiap hari ke-14 pada bulan Kasada.
Menurut perhitungan kalender Jawa, Kasada adalah bulan kesepuluh namun berdasarkan kalender
Tengger, upacara Kasada dilangsungkan pada bulan ke-12. 

Upacara ini dimaksudkan sebagai bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan juga para
leluhur. Saat upacara berlangsung, warga suku Tengger akan melempar berbagai sesajen berupa hasil
ternak, buah-buahan, sayuran, atau bahkan uang ke kawah Gunung Bromo.

6. Brobosan

Tradisi Jawa Tengah yang masih sering dijumpai adalah tradisi Brobosan, merupakan salah satu adat
yang terbilang cukup aneh bagi orang yang melihatnya. Pada tradisi ini mengharuskan kamu untuk
menerobos melewati bagian bawah jenazah dari kerabat atau saudara yang meninggal. 
Jadi, jenazah tersebut nantinya akan diangkat menggunakan tandu atau peti mati dan harus diangkat
tinggi. Kemudian, pihak keluarga yang ditinggalkan harus melewati bagian bawah jenazah tersebut.
Tujuannya adalah sebagai bentuk penghormatan dan mengikhlaskan kepergiannya. 

7. Mubeng Beteng

Selain Kasada, ada satu lagi tradisi yang dilakukan pada malam 1 Suro yang dikenal dengan nama
Mubeng Beteng atau tradisi Malam Satu Suro. Tradisi ini ada di daerah Yogyakarta dan dilakukan oleh
warga dengan cara mengelilingi keraton atau benteng Yogyakarta. Tradisi ini merupakan simbol
refleksi dan juga intropeksi diri. Pada saat melakukan Mubeng Beteng ini, kamu tidak boleh berbicara,
makan, atau minum hingga selesai. 

Anda mungkin juga menyukai