Anda di halaman 1dari 4

Upacara Wetonan Dan Tradisi Jawa Tengah

Lainnya

Written by Nanda Akbar Gumilang


Gramedia.com

Upacara Wetonan Dan Tradisi Jawa Tengah Lainnya – Tiap-tiap daerah di Indonesia
mempunyai tradisinya masing-masing, tak terkecuali di daerah Jawa Tengah. Provinsi Jawa
Tengah dikenal mempunyai banyak sekali tradisi yang hingga masa kini masih tetap
dilestarikan oleh masyarakat setempat.. Tradisi meiliki arti yaitu sebuah kebudayaan yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi yang selanjutnya.
Kebudayaan ini memiliki berbagai ragam, mulai dari yang mempunyai keterkaitan dengan
kebiasaan, adat istiadat, hingga yang memiliki hibungan dengan ritual keagamaan. Tradisi
akan terus berjalan apabila tetap dilestarikan dan dihormati keberadaannya. Walau demikian,
apabila tradisi tersebut tidak dilakukan lagi, maka tradisi tersebut dapat punah atau
menghilang dengan sendirinya.

Daftar Isi

 Budaya dan Tradisi Jawa Tengah


o 1. Upacara Wetonan
o 2. Upacara Ruwatan
o 3. Tradisi Syawalan
 1. Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta
 2. Grebeg Syawal Keraton Solo
o 4. Tradisi Popokan
o 5. Tradisi Sadranan
o 6. Upacara Tingkeban
o 7. Tradisi Brobosan
o 8. Upacara Tedak Siten
o 9. Mubeng Beteng
 Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
o
 Buku Terkait Sejarah Indonesia
 Materi Terkait Sejarah Indonesia

Budaya dan Tradisi Jawa Tengah


Untuk daerah Jawa Tengah, beberapa tradisi masih tetap terus dilestarikan dan terap
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Grameds dapat menemukannya dengan mudah saat
berada di kota-kota daerah Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini adalah tradisi-tradisi asli Jawa
Tengah yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan :

1. Upacara  Wetonan

Upacara wetonan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa. Kata
“wetonan” dalam bahasa Jawa mempunyai arti untuk memperingati hari kelahiran. Biasanya
upacara wetonan untuk pertama kali akan dilaksanakan ketika bayi telah menginjak usia 35
hari. Pada hari itu, keluarga dari bayi akan mengadakan upacara nyelapani. Kata “nyelapani”
mempunyai bentuk dasar “selapan” yang artinya sama dengan satu bulan dalam perhitungan
Jawa (selapan = 35 hari).
Perhitungan tersebut berdasarkan pada perhitungan hari dari berdasarkan penanggalan
Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan perhitungan hari
berdasarkan penanggalan Jawa (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing). Kombinasi dari dua
perhitungan tersebut akan menghasilkan kombinasi penyebutan hari yang khas dalam
masyarakat suku Jawa seperti Senin Pon, Selasa Wage, Rabu Kliwon, Kamis Legi, Jumat
Pahing, dan seterusnya akan diulang dan dimulai dari Pon kembali.
Wetonan dalam masyarakat suku Jawa berlaku dalam siklus 35 hari sekali. Sebagai contoh
jika weton Grameds adalah selasa kliwon maka weton selanjutnya adalah 35 hari kemudian
dan akan bertemu pada hari yang sama yaitu selasa kliwon.

2. Upacara  Ruwatan

https://id.theasianparent.com/

Ruwatan adalah salah satu ritual penyucian yang hingga kini masih dilakukan oleh sebagian
besar dari masyarakat suku Jawa dan Bali. Ruwat sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti
yangsama dengan kata luwar yang artinya yaitu dibebaskan atau dilepas.
Upacara Ruwatan berarti upacara yang dilakukan untuk membebaskan atau melepaskan
seseorang dari hukuman atau kutukan sang kuasa yang dapat menimbulkan bahaya.
Makna dari upacara ruwatan adalah memohon dengan sepenuh hati supaya orang yang di-
ruwat bisa terlepas dari marabahaya serta memperoleh keselamatan. Maka dari itu,
upacara ruwatan biasanya dilakukan dengan harapan untuk melindungi manusia dari segala
macam bahaya yang ada di sekitarnya. Hingga saat ini, upacara ruwatan masih dipercayai
oleh sebagian besar masyarakat karena dianggap dapat berpengaruh pada keselamatan. Selain
itu, masyarakat juga ingin melestarikan adat istiadat yang telah ada secara turun-temurun di
masyarakat suku Jawa.

3. Tradisi  Syawalan

ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

Syawalan memiliki makna sebagai pertemuan yang direncanakan oleh beberapa orang


maupun suatu kelompok masyarakat, di mana mereka akan melakukan silaturahmi yang
berisi ikrar saling memaafkan satu sama lain serta memulai kehidupan baru yang lebih baik
supaya situasi di masa depan dapat menjadi lebih tentram.
Pertemuan syawalan itu dilakukan utamanya pada bulan syawal, setelah bulan Ramadhan
selesai. Bulan Syawal yaitu bulan ke sepuluh dalam kalender tahun Hijriyah. Syawalan
disebut juga dengan istilah halal bi halal, di mana orang-orang akan mendatangi rumah orang
yang dikenal untuk meminta maaf dan pemilik rumah akan menyambut orang tersebut dan
saling memaafkan.
Terdapat 2 acara syawalan kraton yang populer di Jawa Tengah

1. Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta


Grebeg syawal keraton Yogyakarta telah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Banyak
wisatawan dari luar negeri yang datang ke kota Yogyakarta, secara khusus hanya untuk
sekadar melihat tradisi grebeg syawalan. Tradisi ini merupakan tradisi yang berasal dari
peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Tradisi ini telah dilaksanakan sejak tahun 1725
hingga sekarang.

Dalam tradisi ini, rakyat bisa melihat iring-iringan prajurit keraton Yogyakarta mengiring
lima gunungan yang berisi beraneka ragam hasil bumi. Lima gunungan tersebut nantinya
akan diantarkan ke tiga lokasi perayaan grebeg syawalan yang antara lain yaitu halaman
masjid gede, pura akualaman, dan kantor kepatihan Yogyakarta. Isi dari gunungan akan
dibagikan kepada masyarakat sekitar.
2. Grebeg Syawal Keraton Solo
Sama dengan grebeg syawal kraton Yogyakarta, kota Solo juga mempunyai tradisi grebeg
swayal. Tradisi grebeg syawal di kota Solo dilaksanakan dengan membawa dua gunungan
yang berisi hasil bumi dan juga jajanan pasar. Masing-masing gunungan itu mempunyai
nama tersendiri yaitu gunung jaler dan gunung setri. Gunung jaler akan dibawa ke masjid
agung Surakarta, sedangkan gunungan setri akan dibawa ke keraton Solo.

4. Tradisi Popokan

Balasoka

Konon, suatu ketika Desa Sendang di daerah Jawa Tengah diteror oleh kemunculan seekor
harimau yang mengusik ketentraman masyarakat. Harimau tersebut juga memangsa hewan-
hewan ternak. Berbagai cara dan senjata telah dikerahkan oleh masyarakat sekitar untuk
mengusir sang harimau, tetapi selalu gagal.

Anda mungkin juga menyukai