Anda di halaman 1dari 14

TRADISI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA

PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU DI SEDINGINAN

Disusun oleh :

M. DIAN ISLAMI

Kelas X MIPA 1

SMA NEGERI 1 TANAH PUTIH

Tahun Ajaran 2018/2019


TRADISI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA
PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU DI SEDINGINAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan
memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita
sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia
merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan
budaya. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor
utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan
kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah
akan sangat berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya
kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat
berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah atau kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai karena selain
merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu
bangsa atau daerah. Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu
daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan
kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan
yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa seperti tradisi tepuk
tepung tawar.
Sedinginan merupakan satu daerah yang terletak dalam wilayah
Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau yang
masyarakatnya homogen karena masyarakat yang berada di Sedinginan terdiri dari
99% masyarakat bersuku Melayu sehingga sistem kekerabatan, pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari masih melekat dengan kebudayaan dan adat istiadat
melayu.
Sedinginan berada dipinggir sebuah aliran sungai yang bernama Sungai
Rokan, Sungai yang mengalir di Sedinginan ini bermula dari Kabupaten Rokan
Hulu dan bermuara di Kabupaten Rokan Hilir. Hulunya sampai ke Sungai Asik di
Rao Pasaman. Di tepian Sungai Rokan inilah terdapat kampung-kampung dan
negeri-negeri serta beragam suku-suku, puak dari bangsa Melayu yang mereka
dikenal juga dengan istilah "orang di sepanjang sungai Rokan". Khazanah di
sepanjang sungai Rokan ini adalah untaian benang merah kebudayaan yang
mempunyai banyak kesamaan mulai dari muara hingga ke hulunya, sehingga
tercakuplah keseluruhan data tentang khazanah Melayu yang ada di sepanjang
sungai Rokan
Dalam melaksanakan tatanan peraturan adat istiadat Masyarakat Melayu
di Sedinginan mengenal adanya sistem perpatih yaitu persukuan dari garis
keturunan ibu sehingga dalam hal ini di Sedinginan terdapat 13 suku yang
merupakan pembagian suku dari suku melayu itu sendiri yaitu antara lain :
1. Suku Melayu Sutan Supado dengan gelar Sutan Supado.
2. Suku Melayu Majo sindo dengan gelar Majo Sindo
3. Suku Melayu Bosa dengan gelar Sri Paduko
4. Suku Melayu Mentao Lelo dengan gelar Mentao Lelo
5. Suku Mais dengan gelar Laksamao Monti
6. Suku Muniliang dengan gelar Tumenggung
7. Suku Kuti dengan gelar Setio Maharajo
8. Suku Seboang Maha Rajo Kayo dengan gelar Paduko Maha Rajo Kayo
9. Suku Seboang Ajo Suao dengan gelar Rajo suao Maharajo Angso
10. Suku Bono dengan gelar Kemalo Rajo
11. Suku Ampu dengan gelar Paduko Maharajo
12. Suku Pungkut dengan gelar Orang Kayo Mudo
13. Suku Kandang Kopuh dengan gelar Paduko Rajo Lelo
Masyarakat di Sedinginan disusun berdasarkan kelompok-kelompok suku.
Masing masing suku dipimpin oleh Kepala Suku atau Ninik Mamak. Gabungan
dari kepala-kepala suku dipimpin oleh Pucuk Suku. Gabungan dari Pucuk suku
dipimpin oleh Datuk Bendao dalam kerapatan adat.
Orang Melayu Sedinginan menetapkan identitasnya dengan tiga ciri
pokok, yaitu berbahasa Melayu, beradat-istiadat Melayu, dan beragama Islam.
Dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Melayu di Sedinginan masih mengenal
kepada beberapa upacara atau tradisi yang masih mengikuti kepada adat
resamnya orang tua –tua dahulu. Tersebutlah kepada aturan cara pada upacara
yang dilakukan oleh orang Melayu di Sedinginan kepada tiga tuntunan utama,
yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian. Ketiga upacara utama inilah amatlah
pentingnya dalam kehidupan orang Melayu yang berada di Sedinginan, karena
manusia hidup melalui kepada tiga masa yang paling penting, yaitu ketika
manusia dilahirkan ke dunia, memasuki jenjang perkawinan dan saat manusia
meninggalkan dunia yang fana.
Rangkaian kehidupan anak manusia sangat panjang. Dimulai dari
kandungan, lahir, masa bayi, masa kanak, masa remaja, masa dewasa, berumah
tangga (berkeluarga) dan bermasyarakat, kemudian tua, dan akhirnya kembali
kepada Sang Pencipta. Begitu pun juga dalam senarai perjalanan perkawinan
orang Melayu di Sedinginan sebagaimana yang sudah tersusun turun temurun dari
dahulunya, yaitu dimulai dari pada mencari jodoh sampai kepada jenjang
perkawinan atau pernikahan. Akan tetapi memandang kepada kehidupan itu
sendiri tidaklah hanya melaui pada ketiga “masa” penting itu saja, melainkan juga
ketika memasuki masa kanak dengan segala kelangkapannya, masa remaja atau
akhil balig kemudian barulah memasuki masa perkawinan.
Sedinginan memang kaya dengan adat dan tradisi, salah satunya tepung
tawar. Untuk itu dalam masalah ini penulis akan membahas “Tradisi tepuk tepung
tawar ini dalam upacara perkawinan Masyarakat Melayu di Sedinginan” sehingga
dapat menjadi suatu kegiatan adat yang terjaga kelestariannya.
Tepung tawar biasa digunakan dalam acara-acara tertentu misalnya
pernikahan, menempati rumah baru, khitanan, serta bentuk-bentuk dari luapan
rasa kegembiraan bagi orang yang mempunyai hajatan atau upacara adat yang
sakral lainnya. Tepung tawar yang berarti menepuk-nepukkan bedak pada
punggung dan telapak tangan dan merenjis-rnjiskan air mawar pada orang yang
akan ditepung tawari, dan dilengkapi dengan menabur-naburkan bunga rampai,
beras putih, dan beras kuning kebadan orang yang bersangkutan, kemudian
diakhiri dengan doa oleh alim ulama.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini memiliki serta menggunakan
bahasa, adat, dan kebudayaan Melayu.
Tepuk tepung tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu di
Sedingian peninggalan para orang tua-tua terdahulu. Tepuk tepung tawar
merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya
suatu keinginan atau usaha, upacara ini dilakukan pada dua ketentuan, baik pada
manusia maupun pada benda. Tepuk tepung tawar biasanya dipergunakan dalam
acara-acara tertentu misalnya ; pernikahan, menempati rumah baru, mengendarai
kendaraan baru, khitanan, serta bentuk-bentuk dari luapan rasa kegembiraan bagi
orang-orang yang mempunyai hajatan, atau semacam upacara adat yang sakral
lainnya.
Berdasarkan makna ritual tepuk tepung tawar bagi masyarakat Suku
Melayu yang ada di Sedinginan ada pepatah mengungkapkan “kalau buat kojo
nikah kawin, kalau belum melaksanakan acara tepuk tepung tawar (dalam bahasa
melayu Sedinginan; Topuk Topong Tawa ) belum sah (afdhal) acara yang
dilaksanakan”. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan
tradisi tepuk tepung tawar yang dilakukan oleh masyarakat Melayu di Sedinginan
juga mengalami perubahan pada sebagian ritualnya. Hal ini tentu saja
menimbulkan perubahan makna pada tradisi yang bersangkutan. Perubahan
makna yang terjadi pada tradisi tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu di
Sedinginan sebenarnya berkaitan juga dengan perubahan dari individu pendukung
adat dan budaya itu sendiri.
Tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu di Sedinginan merupakan
simbol budaya dan akan tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu
selalu berupaya dan menjunjung tinggi keberadaan tepuk tepung tawar tersebut.
Dengan demikian juga akan melanggengkan keberadaan tepuk tepung tawar
dalam kehidupan masyarakat. Namun kenyataannya banyak dari acara tepuk
tepung tawar yang berubah dalam pelaksanaannya sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan makna. Perubahan makna tepuk tepung tawar tidaklah
terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat Sedinginan dan dengan
demikian juga akan tercermin dari kebudayaan secara umum. Akan tetapi dalam
perjalanan waktu dan pengaruh yang datang dari luar atau dari dalam konsep pikir
dan pengetahuan masyarakatnya, maka kebudayaan kemudian mengalami
perubahan.
Selain simbol pemberian dan do'a restu bagi kesejahteraan kedua
pengantin, tepuk tepung tawar juga dianggap sebagai penolak bala dan gangguan.
Orang tua-tua mengatakan:
Yang disebut Tepuk Tepung Tawar
Menawar segala yang berbisa
Menolak segala bencana
Mendinding segala bala
Menepis segala bahaya
Upacara tepuk tepung tawar ini masih membudaya pada masyarakat
melayu di Sedinginan. Tepuk tepung tawar ini dilakukan dalam jumlah yang
ganjil oleh kaum Bapak, sementara kepada kaum Ibu tidak diperkenankan namun
belakangan ini kaum ibu sudah diperkenankan untuk melakukannya. Berdasarkan
kesepakatan para pemegang tampuk persukuan sehingga tradisi tepuk tepung
tawar dapat dilestarikan sepanjang masa dan menjadi modal bagi masyarakat
melayu di Sedinginan dalam mengatisipasi masuknya kebudayaan bangsa lain.
Tradisi tepuk tepung tawar merupakan suatu kebiasaan yang sakral dan tidak
dapat dipisahkan dari budaya melayu, hal ini juga mengandung makna simbolis
untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang terwujud dari orang-
orang yang menepung tawari pasangan pengantin.
Upacara adat atau tradisi tepuk tepung tawar adalah permohonan doa yang
disampaikan oleh tokoh-tokoh adat, alim ulama, pemuka masyarakat kehadirat
Allah SWT, agar kedua mempelai dalam mengarungi bahtera hidup berumah
tangga yang baru saja dibina bakal berkepanjangan, rukun dan damai hingga
keakhir hayat. Ada 3 jenis tepung tawar yang sering digunakan yaitu ramuan
rinjisan, ramuan penabur dan pedupaan (perasapan). Masing-masing ketiga jenis
tepung tawar tersebut mempunyai ciri dan cara tersendiri. Tepung tawar ramuan
rinjisan dimasukkan kedalam sebuah wadah berupa mangkuk putih (dulu
tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk
purut yang telah diiris-iris. Didalam mangkuk tersebut juga diletakkan sebuah
ikatan daun-daunan yang terdiri dari tujuh macam daun yaitu ; daun jenjuang (
tumbuhan berdaun panjang lebar berwarna merah), tangkai pohon pepulut atau
setawar (tumbuh-tunbuhan berdaun tebal bercabang), daun gandarusa (tumbuhan
berdau tipis berbentuk lonjong), daun ribu-ribu (tumbuhan melata berdaun kecil
bercangah), daun sekeduduk atau senduduk, daun sidingin-dingin, dan pohon
sambau dengan akarnya. Ketujuh daun tersebut diikat dengan akar atau benang
menjadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Ramuan penabur, ramuan ini
diletakkan didalam sebuah wadah berupa talam atau baki, didalam wadah tersebut
terdapat sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring
tepung beras. Bahan tersebut mempunyai lambang tersendiri yaitu beras putih
merupakan lambang kesuburan, beras kuning melambangkan kemuliaan dan
kesungguhan, bertih melambangkan perkembangan, bunga rampai merupakan
keharuman, tepung beras melambangkan kebersihan hati. Arti keseluruhan bahan-
bahan di atas adalah kebahagian. Pedupaan, upacara ini dilakukan dengan cara
membakar kemeyan atau setanggi dibakar yang biasa diartikan sebagai pemujaan
atau doa kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan yang dimaksud mendapat
restu. Pedupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepuk tepung tawar
yang sering dilakukan sekarang.
Pada dasarnya tujuan pelaksanaan bertepuk tepung tawar ini adalah untuk
menghilangkan sial- majal atau perasaan duka bagi yang ditepuk- tepung-tawari,
sehinga hidupnya akan selamat dan sejahtera. Pelaksanaan bertepung tawar
diawali dengan menaikkan pengantin perempuan ke pelaminan (peterakne) yang
diikuti oleh pengantin laki-laki. Setelah keduanya duduk di pelaminan, seorang
kakek atau nenek atau orang yang dituakan dari pihak pengantin perempuan
diminta untuk memulainya. Selanjutnya, penepung-tawaran ini dilakukan secara
bergantian (berselang- seling). Artinya, jika dari pihak pengantin perempuan
sudah melaksanakan, maka selanjutnya adalah giliran pihak keluarga laki-laki.
Demikian, seterusnya. Penepuk tepung tawar ini tidak boleh dilakukan secara
sembarangan, tetapi harus beraturan. Dalam hal ini penepuk yang telah dicelupkan
pada air bedak berlimau diteteskan pada dahi kedua pengantin, kemudian bahu
kanan dan kirinya, lalu telapak kanan dan kirinya (masing-masing sejumlah 3
kali). Makna simbolik yang terkandung dalam kegiatan ini adalah kesejukan,
keselarasan, dan kesejahteraan. Penepungan-tawaran ini kemudian diikuti dengan
penaburan beras kunyit, beras basuh, dan bertih yang telah dicampur menjadi satu
ke atas kepala dan bahu kanan-kiri kedua pengantin sebanyak 3 kali. Penaburan
ini merupakan simbol kesejahteraan.
Tata cara melakukan tepuk tepung tawar sebagai berikut :
a. Mengambil daun perenjis, yaitu daun yang diikat jadi satu dicelupkan kedalam
air yang dicampur bedak, jeruk, bunga mawar, lalu direnjis pada kedua
tangan yang telungkup diatas paha yg dialas bantal tepung tawar yang dialas
dengan kain putih.
b. Penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, basuh, bertih dan bunga
rampai, lalu ditabur kepada orang yang ditepung tawari.

c. Merenjiskan air percung kepada kedua pengantin atau yang ditepung tawari
yang dimulai dengan merenjis kening kedua pengantin.
d. Merenjiskan air percung ke bahu kedua pengantin atau yang ditepung tawari

e. merenjiskan air percung ke punggung tangan kedua pengantin

f. Mengambil sejumput inai lalu diletakkan di telapak tangan kedua pengantin


g. Penepuk tepung tawar mengangkat tangan atur menyembah dengan
mengangkat tangan.
h. Setelah semua orang yang ditunjuk sebagai penepuk tepung tawar selessai,
acara ditutup dengan doa selamat. Jumlah penepuk tepuk tawar adalah
bilangan ganjil, dimulai dari 3,5,7,9, dan 13.
Diharapkan dengan penaburan beras kunyit, basuh, bertih dan bunga
rampai tersebut sepasang pengantin diberkati kesenangan, kebaikan, keselamatan,
dan terhindar dari sial-majal yang berkepanjangan. Selanjutnya, kedua telapak
tangan pengantin dicecah dengan inai yang merupakan simbol kesedekahan.
Artinya, rezeki yang diperoleh, sebagian disisihkan untuk sedekah. Sebagai
catatan, acara bertepuk tawar ini biasanya diiringi dengan tarian inai oleh tiga
penari laki-laki. Tujuannya adalah agar suasana menjadi semakin meriah dan para
tamu terhibur. Kemudian, acara ini ditutup dengan pembacaan doa selamat dan
tolak bala. Setelah itu, para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang
biasanya berupa jedah.
Makna dari pelaksanaan tepuk tepung tawar tersebut adalah :
1. Beras kunyit, beras basuh, dan bertih yang dihamburkan bermakna ucapan
selamat dan turut bergembira.
2. Merenjis kening bermakna berfikirlah sebelum bartindak atau teruslah
menggunakan akal yang sehat.
3. Merenjis di bahu kanan dan kiri bermakna harus siap memikul beban dengan
penuh rasa tanggung jawab.
4. Merenjis punggung tangan bermakna jangan pernah putus asa dalam mencari
rezeki, selalu dan terus berusaha.dalam menjalani kehidupan
5. Menginai telapak tangan bermakna penanda bahwa mempelai sudah berakad
nikah. Dalam konsekuensinya penyadaran bahwa “sekarang” sudah tidak
bujang atau dara lagi (sudah ada pendamping). Doa selamat di penutup acara
bermakna pengharapan apa yang dilakukan mendapat berkah dan ridho dari
Allah Swt.
Dalam adat Istiadat Masyarakat Melayu Sedinginan, tradisi tepuk tepung
tawar berarti untuk menghapuskan atau membuang segala bala. Selain itu tepuk
tepung tawar juga dilakukan sebagai perlambangan mencurahkan rasa
kegembiraan dan sebagai rasa syukur atas keberhasilan, hajat, acara atau niat yang
akan atau yang telah dapat dilaksanakan, baik terhadap benda bergerak (manusia)
maupun benda mati (yang tidak bergerak)
Tepung tawar adalah salah satu prosesi dalam acara adat Melayu yang ada
di Sedinginan, yang biasanya dilakukan pada acara pernikahan, sunatan,
penabalan nama, menyambut jemaah haji, syukuran, menyambut tamu agung,
dan lainnya. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang
ikut dalam ramuan tepung tawar itu, yakni berupa tepung beras yang dicahar
dengan air.
Upacara adat tepung tawar kini telah menjadi sebuah keharusan yang
dilakukan masyarakat Sedinginan dalam setiap acara perhelatan atau kenduri
perkawinan, menjadi sebuah kegiatan terkenal disaat ini, tentunya kita melihat
kembali tentang keberadaan upacara tradisi tepung tawar ini yang pada masa
dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat yang melaksanakan
sebuah upacara-upacara baik upacara didalam kehidupan rumah tangga maupun
upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi tepung tawar pada
masyarakat Melayu Sedinginan dikenal pada umumnya terutama dalam acara
perkawinan dan perhelatan adat lainnya. Tradisi tepuk tepung tawar merupakan
suatu kebiasaan yang sakral dan tidak dapat dipisahkan dari budaya melayu, hal
ini juga mengandung makna simbolis untuk keselamatan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan yang terwujud dari orang-orang yang menepung tawari pasangan
pengantin.
Jadi makna dari upacara tepuk tepung tawar bagi masyarakat Melayu
adalah memohon keselamatan dan kebahagiaan kepada Yang Maha Kuasa baik di
dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy Tenas,2004, Pemakaian Ungkapan Dalam Upacara perkawinan Orang


Melayu,Yogyakarta, AdiCita..
Mahdini, 2002, Islam dan Kebudayaan Melayu, Pekanbaru: Daulat Riau.
Amanriza. Ediruslan. Pe.t.t. Adat Perkawinan Melayu Riau.Riau : Unri Press
Effendy, T. 1985. Kumpulan Ungkapan. Naskah yang belum diterbitkan,
Pekanbaru.
Sujiman, P. H. M. 1983. Adat Raja-raja Melayu. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Tonel, T. 1920. Adat-istiadat Melayu. Naskah tulisan tangan huruf Melayu Arab,
Pelalawan.
Wawancara dan interview dengan tokoh adat dan Ninik Mamak suku merlayu
Sedinginan.
Blogspot.com/2014/01/tata-upacara-adat-perkawinan-melayu-riau.html
http://wa-iki.blogspot.com/2010/10/upacara-tepuk-tepung-tawar.html.
http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/19/makna-tepung-tawar-dalam-adat-
melayu-557501.html
Biodata Peserta
Lomba Esai Kebudayaan “Melayu : Tradisiku”
BPNB Kepulauan Riau

Nama Lengkap : M. Dian Islami


Tempat, tanggal lahir : Menggala Sakti, 16 September 2003
Jenis kelamin : Laki - laki
No. Telepon/ gawai : 0823-6304-2703
Alamat surel : islamid875@gmail.com
Alamat rumah : jalan Kh. Alimuddin Sedinginan

Asal sekolah : SMA Negeri 1 Tanah Putih


Kelas : X MIPA 1
Alamat sekolah : Sedinginan
No. Telepon sekolah :-
Alamat surel : smansatutanahputih@yahoo.com
Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Dian Islami


Kelas : X MIPA 1
Asal sekolah : SMA N 1 Tanah Putih

Dengan ini menyatakan bahwa esai “TRADISI TEPUK TEPUNG TAWAR


DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU DI
SEDINGINAN” benar bebas dalam plagiat dan ketentuan perlombaan. Apabila
pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Sedinginan, 3 maret 2019

Yang membuat pernyataan,

M. Dian Islami

Anda mungkin juga menyukai