Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah (PELETAKAN A. YANG


BENAR, SAMPAI BAWAH HARUS DIRAPIKAN)
Pernikahan MENJOROK YANG BENAR,
KEBAWAH SEMUANYA DIRAPIKAN merupakan
salah satu ciri kebudayaan yang paling mengundang
berbagai persepsi bagi setiap kalangan suatu masyarakat
tertentu. Kegiatan yang dilakukan bahkan dapat dipercayai
sebagai wujud ideal hubungan asmara antara dua individu
yang melibatkan banyak kalangan dalam lingkup keluarga
besar sebuah acara pernikahan. Namun, dari pandangan
masing-masing masyarakat menyebabkan ada batas-batas
yang ditetapkan keluarga, masyarakat, maupun ajaran
agama dan hukum sehingga dalam menjalin ikatan yang
tulus tidak dapat dihindarkan.1
KEBAWAH SESUAIKAN DENGAN CONTOH YANG
TELAH SAYA RAPIKAN
Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi manusia dalam daur kehidupan yang
dilaksanakan dalam suatu upacara yang terhormat serta
mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara
tersebut sudah sejak lama menjadi tata cara dan adat
yang dilakukan turun-temurun khususnya masyarakat
Jawa yang masih melekatkan diri dengan tradisi
leluhur. Di dalamnya terdapat berbagai macam unsur
dengan masing-masing makna simbolis yang
dimilikinya. Bagi masyarakat Jawa perkawinan bukan
hanya merupakan pembentukan rumah tangga baru,

1PERHATIKAN JENIS FONTNYA, HARUS SAMA DENGAN ISI


SKRIPSI
Drs. Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta :
PT Bulan Bintang, 1993), 40.
namun juga merupakan ikatan dari dua keluarga besar
yang bisa jadi berbeda dalam segala hal, baik sosial,
ekonomi, budaya, dan sebagainya. Ibarat anak sekolah,
perkawinan adalah sebuah wisuda bagi pasangan muda
mudi untuk nantinya menggapai ujian “pendidikan”
kehidupan yang lebih tinggi dan berat. Sebagai sebuah
wisuda kehidupan, adalah sesuatu yang wajar kalau
pada akhirnya untuk merayakannya melalui tahapan
tahapan prosesi yang sangat panjang dan penuh simbol-
simbol.
Masing-masing orang yang punya hajat
memeriahkan pesta perkawinan keluarga mereka sesuai
asal muasal mereka, Jawa, Sunda, Bali, Sumatra dan
sebagainya. Ada yang melakukan perkawinan adat itu
dengan secara lengkap, dimana semua peralatan pesta
maupun urutan acaranya dilaksanakan secara utuh.
Tapi, ada sebagian orang yang mencuplik upacara
keadatannya sebagian-sebagian sesuai kemampuan dan
selera mereka. 2
Tradisi adat Jawa memiliki suatu sistem tata nilai,
norma, pandangan maupun aturan yang diwujudkan
dalam upacara tradisi yang pada prinsipnya menerapkan
dari tata kehidupan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa
yang ingin selalu berhati-hati, agar di setiap tutur kata,
sikap, dan tingkah laku mendapatkan keselamatan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan baik jasmani maupun
rohani. Karena dalam alam sekitar dalam kehidupan
masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupannya
sehari-hari.
Oleh sebab itu, ada beragam budaya ataupun adat
istiadat dari tiap-tiap kelompok masyarakat dalam
melaksanakan kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok
2 Artatie Agoes, Kiat Sukses Menyelengarakan Pesta Perkawinan Adat
Jawa (Gaya Surakarta & Yogyakarta), (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001), 1.
masyarakat memiliki lingkungan sosialnya masing-
masing yang terus melekat secara turun temurun dari
nenek moyangnya terdahulu. Sehingga, tak heran bila
saat ini kita menjumpai berbagai adat istiadat ataupun
kebudayaan dalam memperingati ataupun menyambut
peristiwa penting dalam kehidupan di Nusantara, salah
satunya perkawinan.
Dalam kehidupan manusia, perkawinan merupakan
peristiwa yang sangat penting dan memiliki nilai yang
sangat sakral. Melalui perkawinan, seseorang akan
melepaskan dirinya dari lingkungan keluarganya untuk
mulai membentuk keluarga yang baru. Begitu
pentingnya momen sebuah perkawinan, sehingga setiap
orang umumnya menginginkan merayakan momen itu
dalam sebuah upacara yang sakral dan meriah, dengan
melibatkan para kerabat dan unsur masyarakat lainnya.
Setiap rangkaian upacara perkawinan adat memiliki
simbol dan makna yang sangat dalam. 3 Pernikahan adalah
kewajiban bagi setiap manusia untuk mendapatkan
keturunan yang sah secara agama dan negara yang
dilakukan dalam sekali seumur hidup. Maka dari itu,
menentukan hari pernikahan yang baik melalui
perhitungan weton Jawa yang hingga saat ini masih
dianggap penting. Perhitungan weton sebagai dasar
tradisi masyarakat sebelum melakukan proses
pernikahan.
Dengan pendekatan naturalistic JANGAN
MENYEBUT PENDEKATAN DALAM LATAR
BELAKANG dapat menemukan bagaimana masyarakat
menggunakan bahasa, perilaku, dan budaya yang
menjadikan tradisi mereka terbentuk, langgeng dan
turun temurun. Penelitian yang menggunakan
pendekatan naturalistik adalah penelitian dengan cara
3 Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Nusantara, (Yogyakarta: DIVA Press,
2002), 5-6.
mengungkap kejadiaan yang nyata atau sebenarnya dari
cerita yang diperoleh secara lisan maupun tertulis oleh
orang-orang terdahulu.
Di zaman yang sudah maju ini nampak suatu
fenomena banyak orang yang menggelar pernikahan
dengan upacara adat. Namun diyakini, baik secara
pribadi maupun kelompok bahwa makna budaya yang
terkandung dalam simbol dan tata cara ritual
pernikahan adat yang sesuai dengan tata cara yang
seharusnya (pakem).
Upacara merupakan sesuatu yang menarik untuk
dikaji, karena biasanya manusia mengekspresikan apa
yang menjadi kehendak atau pikirannya melalui
pikirannya melalui upacara. Upacara juga
mengingatkan manusia tentang eksistensi dan hubungan
mereka dengan lingkungan mereka. Biasanya, melalui
upacara masyarakat menggunakan simbol-simbol yang
bersifat abstrak, yang masih dalam tingkat pemikiran
seseorang atau kelompok, yang sering dikaitkan dengan
berbagai kegiatan sosial yang ada pada kehidupan
mereka sehari-hari. Simbol juga merupakan sesuatu
yang sangat dikenal dan dipahami oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari, yang sering dipergunakan
sebagai alat untuk mewariskan kebudayaan. 4
Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernikahan adat
Jawa yaitu Jawa Timur, khususnya di Desa Batan
Krajan Kabupaten Mojokerto. Dimana para pengantin
beserta keluarganya hanya menggunakan pakaian adat
tanpa disertai ritual adat yang menyertainya, sehingga
hal ini terkesan hanya untuk menunjukkan identitas
suatu adat tertentu saja, atau pernikahan yang hanya
menggunakan sebagian tata cara ritual.

4 Yusuf Mundzirin, makna & Fungsi Gunungan pada Upacara Garebeg di


Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, (Yogyakarta: CV. Amanah, 2009) 15-16
Di sisi lain pada kenyataannya, di lingkungan
masyarakat Desa Batan Krajan, makna budaya yang
terbenam dalam simbol dan tata cara ritual pernikahan
adat yang mengandung makna ritual dan pola
komunikasi yang sesuai aturan (pakem) masih tetap
dipertahankan. Hal ini dikarenakan masyarakat Batan
Krajan sangat menjunjung tinggi adat-istiadat
kebudayaan, dan di dalam ritual pernikahannya masih
menggunakan bahasa daerah (bahasa jawa), yang
merupakan salah satu unsur kebudayaan, sehingga perlu
terus dilestarikan sebagai warisan budaya.
Upacara pernikahan di Desa Batan Krajan, adalah
salah satu dari sekian banyak upacara adat yang ada di
Kabupaten Mojokerto, yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Kebudayaan Jawa khususnya Jawa
Timur. Sebagai sebuah tradisi, rangkaian upacara adat
pernikahan di Desa Batan Krajan terlihat penuh dengan
tahapan upacara, sarat dengan berbagai macam
perlengkapan upacara, besar dalam penggunaan
sumberdaya, lama dalam hitungan hari. Dibalik itu
semua, di dalam setiap tahapan upacara setiap
perlengkapan mengandung arti, makna, nilai-nilai luhur
dan bahkan doa yang dapat dijadikan tuntunan hidup
bagi pengantin yang menjalani pernikahan khususnya,
dan bagi kehidupan manusia pada umumnya.
Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi manusia dalam alur kehidupan yang
dilaksanakan dalam suatu upacara yang terhormat serta
mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara
tersebut sudah sejak lama menjadi tata cara dan adat
yang dilakukan turun-temurun khususnya masyarakat
Jawa yang masih melekatkan diri dengan tradisi
leluhur. Di dalamnya terdapat berbagai macam unsur
dengan masing-masing makna simbolis yang
dimilikinya.
Oleh sebab itu penulis meneliti pernikahan adat di
Jawa Timur khususnya di Desa Batan Krajan
dikarenakan peneliti melihat pernikahan merupakan
sebuah hal yang penting, di sisi lain pernikahan yang
dilakukan sekarang banyak menggunakan upacara adat.
Terlepas dari hal tersebut, masyarakat Desa Batan
Krajan sangat memegang teguh setiap prosesi dalam
suatu pernikahan. Setiap prosesinya harus dilaksanakan
dengan benar dan sesuai aturan atau pakem yang dianut
secara turun temurun. Kebanyakan pernikahan di Jawa
jika dilihat sekilas memang terlihat sama. Namun jika
diteliti secara mendalam terdapat juga perbedaan pada
prosesinya. Contohnya pada pernikahan di Desa Batan
Krajan terdapat beberapa perbedaan dengan daerah lain
di Jawa.
Perbedaan tersebut terdapat pada tata cara atau
prosesi sebelum pernikahan yaitu adanya perhitungan
weton. Sebelum pernikahan di Desa Batan Krajan
diharuskan menghitung weton pasangan. Sehingga
dapat menemukan hari baik pernikahan dari kedua.
Masyarakat Jawa mempercayai tradisi pernikahan Jawa
untuk melestarikan tradisi yang sudah ada dilakukan
secara turun temurun.
Tradisi merupakan sebuah warisan budaya yang
dianggap luhur yang sulit hilang bagi masyarakat Jawa,
serta mematuhi tata nilai yang sudah diatur sejak dahulu
sebagai adat istiadat, tradisi dan norma aturan
kehidupan masyarakat Jawa. 5
Lalu pada tata cara atau prosesi waktu
dilaksanakannya pernikahan adalah pada seserahan
yang dibawa mempelai pria. Selain mahar dan mas
kawin, mempelai pria juga harus membawa seserahan
lain berupa peralatan dapur atau yang sering disebut
5 Darmoko, Budaya Jawa Dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Balai Bahasa,
2005), 20.
Jodang lalu membawa seekor ayam jago, namun bukan
ayam sungguhan melainkan replika berbentuk ayam
jago yang paruhnya sudah tergantung kalung emas dan
kadang juga gelang emas. Di Desa Batan Krajan
disebut dengan Cucuk. Ini melambangkan symbol
kejantanan memperlai pria.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti akan
meneliti tentang Pola Komunikasi Adat Jawa dalam
Pernikahan di Desa Batan Krajan Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto. JIKA GANTI POINT B. MAKA
DISINI HARUS DI ENTER DAN SETERUSNYA
KEBAWAH
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola
komunikasi dalam pernikahan adat Jawa di Desa
Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk memahami
dan mendeskripsikan pola komunikasi Adat Jawa dalam
pernikahan di Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg,
Kabupaten Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang peneliti lakukan,
diharapkan penelitian ini memiliki manfaat baik secara
teoritis maupun praktis:
a. Manfaat Teoritis BACA PEDOMAN CARA
MEMBUAT POINT a. INI BENAR APA
SALAH, DAN SETERUSNYA KEBAWAH
Melalui hasil penelitian diharapkan agar
penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam Ilmu Komunikasi, yaitu khususnya.
Komunikasi Antar Budaya yang terkait dengan
pemaknaan simbol, tanda dalam suatu budaya.
Hal ini lebih ditujukan pada budaya Jawa dalam
pemaknaan ritual upacara adat.
b. Manfaat Praktis
Melalui hasil penelitian diharapkan
penelitian ini dapat memberikan edukasi dan
mengingatkan kepada masyarakat sekitar Desa
Batan Krajan agar mereka bisa kembali
melestarikan dan menjaga budaya nenek
moyang.
E. Definisi Konsep
1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu gambaran
yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen
komunikasi dengan komponen lainnya.6
Pola komunikasi merupakan bentuk, cara,
model, yang merubah sikap dan perilaku
komunikan maupun komunikator pada saat
berkomunikasi berlangsung melalui media
tertentu. Pola Komunikasi pada pernikahan adat
Jawa di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto inilah yang akan peneliti
deskripsikan. Yaitu bagaimana bentuk, cara dan
model komunikasi secara langsung atau tidak
langsung, melalui atau tidak melalui media pada
masyarakat Desa Batan Krajan dalam suatu
prosesi pernikahan.
2. Pernikahan Adat Jawa
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral,
agung dan monumental bagi setiap pasangan
hidup. Karena itu, pernikahan bukan hanya
sekadar mengikuti agama dan meneruskan
naluri para leluhur untuk membentuk sebuah

6 Agoes Soejanto, Sosiologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2005), 27.
keluarga dalam ikatan hubungan yang sah antara
pria dan wanita, namun juga memiliki arti yang
sangat mendalam dan luas bagi kehidupan
manusia dalam menuju bahtera kehidupan
seperti yang dicita- citakannya.7
Pernikahan merupakan adalah suatu ikatan
lahir batin antara laki- laki dan perempuan
untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga.
Pola Komunikasi pada proses pernikahan di
Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten
Mojokerto inilah yang akan peneliti
deskripsikan. Penelitian ini akan membahas
tentang bagaimana pola komunikasi atau bentuk
komunikasi pada tata-cara dalam setiap prosesi
pernikahan di Desa Batan Krajan.
F. Sistematika Pembahasan
Laporan ini ditulis secara sistematis, dengan tujuan
agar memudahkan pembaca dalam memahami tujuan
yang diharapkan peneliti. Sebelum bab pertama dan isi,
peneliti memuat terlebih dahulu halaman judul, motto,
persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini mencakup
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian
terdahulu, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kerangka teori. Bab ini berisi
tentang kerangka teori yang menjelaskan tentang
hubungan konseptual yang berkaitan dengan topik
penelitian, teori-teori yang digunakan dan alur pikir
penelitian atau gagasan penelitian berdasarkan pada
teori Kode Bicara serta penelitian terdahulu yang terkait
dengan pola komunikasi Adat Jawa.

7 Fatkhur Rohman, “Makna Filosofi Tradisi Upacara Perkawinan Adat


Jawa Kraton Surakarta dan Yogyakarta (Studi Komparasi)” (Skripsi : UIN
Walisongo, Semarang, 2015).
Bab ketiga yaitu metode penelitian. Bab ini berisi
pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, jenis dan
sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab keempat ini berisi gambaran umum subyek
penelitian, penyajian data, Pembahasan hasil penelitian
(analisis data) dari mulai dari bagaimana situasi,
peristiwa, dan tindakan komunikasi serta pola
komunikasi dan bagaimana makna ritual pernikahan
Adat Jawa di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan yang jelas dan runtut.
Bab kelima yaitu penutup. Bab ini berisi simpulan
penelitian, rekomendasi dari peneliti, dan keterbatasan
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai