BENAR, SAMPAI BAWAH HARUS DIRAPIKAN) Pernikahan MENJOROK YANG BENAR, KEBAWAH SEMUANYA DIRAPIKAN merupakan salah satu ciri kebudayaan yang paling mengundang berbagai persepsi bagi setiap kalangan suatu masyarakat tertentu. Kegiatan yang dilakukan bahkan dapat dipercayai sebagai wujud ideal hubungan asmara antara dua individu yang melibatkan banyak kalangan dalam lingkup keluarga besar sebuah acara pernikahan. Namun, dari pandangan masing-masing masyarakat menyebabkan ada batas-batas yang ditetapkan keluarga, masyarakat, maupun ajaran agama dan hukum sehingga dalam menjalin ikatan yang tulus tidak dapat dihindarkan.1 KEBAWAH SESUAIKAN DENGAN CONTOH YANG TELAH SAYA RAPIKAN Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam daur kehidupan yang dilaksanakan dalam suatu upacara yang terhormat serta mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara tersebut sudah sejak lama menjadi tata cara dan adat yang dilakukan turun-temurun khususnya masyarakat Jawa yang masih melekatkan diri dengan tradisi leluhur. Di dalamnya terdapat berbagai macam unsur dengan masing-masing makna simbolis yang dimilikinya. Bagi masyarakat Jawa perkawinan bukan hanya merupakan pembentukan rumah tangga baru,
1PERHATIKAN JENIS FONTNYA, HARUS SAMA DENGAN ISI
SKRIPSI Drs. Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1993), 40. namun juga merupakan ikatan dari dua keluarga besar yang bisa jadi berbeda dalam segala hal, baik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Ibarat anak sekolah, perkawinan adalah sebuah wisuda bagi pasangan muda mudi untuk nantinya menggapai ujian “pendidikan” kehidupan yang lebih tinggi dan berat. Sebagai sebuah wisuda kehidupan, adalah sesuatu yang wajar kalau pada akhirnya untuk merayakannya melalui tahapan tahapan prosesi yang sangat panjang dan penuh simbol- simbol. Masing-masing orang yang punya hajat memeriahkan pesta perkawinan keluarga mereka sesuai asal muasal mereka, Jawa, Sunda, Bali, Sumatra dan sebagainya. Ada yang melakukan perkawinan adat itu dengan secara lengkap, dimana semua peralatan pesta maupun urutan acaranya dilaksanakan secara utuh. Tapi, ada sebagian orang yang mencuplik upacara keadatannya sebagian-sebagian sesuai kemampuan dan selera mereka. 2 Tradisi adat Jawa memiliki suatu sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan yang diwujudkan dalam upacara tradisi yang pada prinsipnya menerapkan dari tata kehidupan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa yang ingin selalu berhati-hati, agar di setiap tutur kata, sikap, dan tingkah laku mendapatkan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan baik jasmani maupun rohani. Karena dalam alam sekitar dalam kehidupan masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh sebab itu, ada beragam budaya ataupun adat istiadat dari tiap-tiap kelompok masyarakat dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok 2 Artatie Agoes, Kiat Sukses Menyelengarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa (Gaya Surakarta & Yogyakarta), (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 1. masyarakat memiliki lingkungan sosialnya masing- masing yang terus melekat secara turun temurun dari nenek moyangnya terdahulu. Sehingga, tak heran bila saat ini kita menjumpai berbagai adat istiadat ataupun kebudayaan dalam memperingati ataupun menyambut peristiwa penting dalam kehidupan di Nusantara, salah satunya perkawinan. Dalam kehidupan manusia, perkawinan merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat sakral. Melalui perkawinan, seseorang akan melepaskan dirinya dari lingkungan keluarganya untuk mulai membentuk keluarga yang baru. Begitu pentingnya momen sebuah perkawinan, sehingga setiap orang umumnya menginginkan merayakan momen itu dalam sebuah upacara yang sakral dan meriah, dengan melibatkan para kerabat dan unsur masyarakat lainnya. Setiap rangkaian upacara perkawinan adat memiliki simbol dan makna yang sangat dalam. 3 Pernikahan adalah kewajiban bagi setiap manusia untuk mendapatkan keturunan yang sah secara agama dan negara yang dilakukan dalam sekali seumur hidup. Maka dari itu, menentukan hari pernikahan yang baik melalui perhitungan weton Jawa yang hingga saat ini masih dianggap penting. Perhitungan weton sebagai dasar tradisi masyarakat sebelum melakukan proses pernikahan. Dengan pendekatan naturalistic JANGAN MENYEBUT PENDEKATAN DALAM LATAR BELAKANG dapat menemukan bagaimana masyarakat menggunakan bahasa, perilaku, dan budaya yang menjadikan tradisi mereka terbentuk, langgeng dan turun temurun. Penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah penelitian dengan cara 3 Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Nusantara, (Yogyakarta: DIVA Press, 2002), 5-6. mengungkap kejadiaan yang nyata atau sebenarnya dari cerita yang diperoleh secara lisan maupun tertulis oleh orang-orang terdahulu. Di zaman yang sudah maju ini nampak suatu fenomena banyak orang yang menggelar pernikahan dengan upacara adat. Namun diyakini, baik secara pribadi maupun kelompok bahwa makna budaya yang terkandung dalam simbol dan tata cara ritual pernikahan adat yang sesuai dengan tata cara yang seharusnya (pakem). Upacara merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji, karena biasanya manusia mengekspresikan apa yang menjadi kehendak atau pikirannya melalui pikirannya melalui upacara. Upacara juga mengingatkan manusia tentang eksistensi dan hubungan mereka dengan lingkungan mereka. Biasanya, melalui upacara masyarakat menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak, yang masih dalam tingkat pemikiran seseorang atau kelompok, yang sering dikaitkan dengan berbagai kegiatan sosial yang ada pada kehidupan mereka sehari-hari. Simbol juga merupakan sesuatu yang sangat dikenal dan dipahami oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang sering dipergunakan sebagai alat untuk mewariskan kebudayaan. 4 Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernikahan adat Jawa yaitu Jawa Timur, khususnya di Desa Batan Krajan Kabupaten Mojokerto. Dimana para pengantin beserta keluarganya hanya menggunakan pakaian adat tanpa disertai ritual adat yang menyertainya, sehingga hal ini terkesan hanya untuk menunjukkan identitas suatu adat tertentu saja, atau pernikahan yang hanya menggunakan sebagian tata cara ritual.
4 Yusuf Mundzirin, makna & Fungsi Gunungan pada Upacara Garebeg di
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, (Yogyakarta: CV. Amanah, 2009) 15-16 Di sisi lain pada kenyataannya, di lingkungan masyarakat Desa Batan Krajan, makna budaya yang terbenam dalam simbol dan tata cara ritual pernikahan adat yang mengandung makna ritual dan pola komunikasi yang sesuai aturan (pakem) masih tetap dipertahankan. Hal ini dikarenakan masyarakat Batan Krajan sangat menjunjung tinggi adat-istiadat kebudayaan, dan di dalam ritual pernikahannya masih menggunakan bahasa daerah (bahasa jawa), yang merupakan salah satu unsur kebudayaan, sehingga perlu terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Upacara pernikahan di Desa Batan Krajan, adalah salah satu dari sekian banyak upacara adat yang ada di Kabupaten Mojokerto, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Kebudayaan Jawa khususnya Jawa Timur. Sebagai sebuah tradisi, rangkaian upacara adat pernikahan di Desa Batan Krajan terlihat penuh dengan tahapan upacara, sarat dengan berbagai macam perlengkapan upacara, besar dalam penggunaan sumberdaya, lama dalam hitungan hari. Dibalik itu semua, di dalam setiap tahapan upacara setiap perlengkapan mengandung arti, makna, nilai-nilai luhur dan bahkan doa yang dapat dijadikan tuntunan hidup bagi pengantin yang menjalani pernikahan khususnya, dan bagi kehidupan manusia pada umumnya. Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam alur kehidupan yang dilaksanakan dalam suatu upacara yang terhormat serta mengandung unsur sakral di dalamnya. Upacara tersebut sudah sejak lama menjadi tata cara dan adat yang dilakukan turun-temurun khususnya masyarakat Jawa yang masih melekatkan diri dengan tradisi leluhur. Di dalamnya terdapat berbagai macam unsur dengan masing-masing makna simbolis yang dimilikinya. Oleh sebab itu penulis meneliti pernikahan adat di Jawa Timur khususnya di Desa Batan Krajan dikarenakan peneliti melihat pernikahan merupakan sebuah hal yang penting, di sisi lain pernikahan yang dilakukan sekarang banyak menggunakan upacara adat. Terlepas dari hal tersebut, masyarakat Desa Batan Krajan sangat memegang teguh setiap prosesi dalam suatu pernikahan. Setiap prosesinya harus dilaksanakan dengan benar dan sesuai aturan atau pakem yang dianut secara turun temurun. Kebanyakan pernikahan di Jawa jika dilihat sekilas memang terlihat sama. Namun jika diteliti secara mendalam terdapat juga perbedaan pada prosesinya. Contohnya pada pernikahan di Desa Batan Krajan terdapat beberapa perbedaan dengan daerah lain di Jawa. Perbedaan tersebut terdapat pada tata cara atau prosesi sebelum pernikahan yaitu adanya perhitungan weton. Sebelum pernikahan di Desa Batan Krajan diharuskan menghitung weton pasangan. Sehingga dapat menemukan hari baik pernikahan dari kedua. Masyarakat Jawa mempercayai tradisi pernikahan Jawa untuk melestarikan tradisi yang sudah ada dilakukan secara turun temurun. Tradisi merupakan sebuah warisan budaya yang dianggap luhur yang sulit hilang bagi masyarakat Jawa, serta mematuhi tata nilai yang sudah diatur sejak dahulu sebagai adat istiadat, tradisi dan norma aturan kehidupan masyarakat Jawa. 5 Lalu pada tata cara atau prosesi waktu dilaksanakannya pernikahan adalah pada seserahan yang dibawa mempelai pria. Selain mahar dan mas kawin, mempelai pria juga harus membawa seserahan lain berupa peralatan dapur atau yang sering disebut 5 Darmoko, Budaya Jawa Dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Balai Bahasa, 2005), 20. Jodang lalu membawa seekor ayam jago, namun bukan ayam sungguhan melainkan replika berbentuk ayam jago yang paruhnya sudah tergantung kalung emas dan kadang juga gelang emas. Di Desa Batan Krajan disebut dengan Cucuk. Ini melambangkan symbol kejantanan memperlai pria. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti akan meneliti tentang Pola Komunikasi Adat Jawa dalam Pernikahan di Desa Batan Krajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. JIKA GANTI POINT B. MAKA DISINI HARUS DI ENTER DAN SETERUSNYA KEBAWAH B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi dalam pernikahan adat Jawa di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan pola komunikasi Adat Jawa dalam pernikahan di Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang peneliti lakukan, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis: a. Manfaat Teoritis BACA PEDOMAN CARA MEMBUAT POINT a. INI BENAR APA SALAH, DAN SETERUSNYA KEBAWAH Melalui hasil penelitian diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam Ilmu Komunikasi, yaitu khususnya. Komunikasi Antar Budaya yang terkait dengan pemaknaan simbol, tanda dalam suatu budaya. Hal ini lebih ditujukan pada budaya Jawa dalam pemaknaan ritual upacara adat. b. Manfaat Praktis Melalui hasil penelitian diharapkan penelitian ini dapat memberikan edukasi dan mengingatkan kepada masyarakat sekitar Desa Batan Krajan agar mereka bisa kembali melestarikan dan menjaga budaya nenek moyang. E. Definisi Konsep 1. Pola Komunikasi Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.6 Pola komunikasi merupakan bentuk, cara, model, yang merubah sikap dan perilaku komunikan maupun komunikator pada saat berkomunikasi berlangsung melalui media tertentu. Pola Komunikasi pada pernikahan adat Jawa di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto inilah yang akan peneliti deskripsikan. Yaitu bagaimana bentuk, cara dan model komunikasi secara langsung atau tidak langsung, melalui atau tidak melalui media pada masyarakat Desa Batan Krajan dalam suatu prosesi pernikahan. 2. Pernikahan Adat Jawa Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, agung dan monumental bagi setiap pasangan hidup. Karena itu, pernikahan bukan hanya sekadar mengikuti agama dan meneruskan naluri para leluhur untuk membentuk sebuah
2005), 27. keluarga dalam ikatan hubungan yang sah antara pria dan wanita, namun juga memiliki arti yang sangat mendalam dan luas bagi kehidupan manusia dalam menuju bahtera kehidupan seperti yang dicita- citakannya.7 Pernikahan merupakan adalah suatu ikatan lahir batin antara laki- laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga. Pola Komunikasi pada proses pernikahan di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto inilah yang akan peneliti deskripsikan. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana pola komunikasi atau bentuk komunikasi pada tata-cara dalam setiap prosesi pernikahan di Desa Batan Krajan. F. Sistematika Pembahasan Laporan ini ditulis secara sistematis, dengan tujuan agar memudahkan pembaca dalam memahami tujuan yang diharapkan peneliti. Sebelum bab pertama dan isi, peneliti memuat terlebih dahulu halaman judul, motto, persembahan, kata pengantar dan daftar isi. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu, definisi konsep, dan sistematika pembahasan. Bab kedua adalah kerangka teori. Bab ini berisi tentang kerangka teori yang menjelaskan tentang hubungan konseptual yang berkaitan dengan topik penelitian, teori-teori yang digunakan dan alur pikir penelitian atau gagasan penelitian berdasarkan pada teori Kode Bicara serta penelitian terdahulu yang terkait dengan pola komunikasi Adat Jawa.
7 Fatkhur Rohman, “Makna Filosofi Tradisi Upacara Perkawinan Adat
Jawa Kraton Surakarta dan Yogyakarta (Studi Komparasi)” (Skripsi : UIN Walisongo, Semarang, 2015). Bab ketiga yaitu metode penelitian. Bab ini berisi pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab keempat ini berisi gambaran umum subyek penelitian, penyajian data, Pembahasan hasil penelitian (analisis data) dari mulai dari bagaimana situasi, peristiwa, dan tindakan komunikasi serta pola komunikasi dan bagaimana makna ritual pernikahan Adat Jawa di Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang jelas dan runtut. Bab kelima yaitu penutup. Bab ini berisi simpulan penelitian, rekomendasi dari peneliti, dan keterbatasan penelitian.