Anda di halaman 1dari 22

PROSES PENYELESAIN ADAT PERNIKAHN DI DESA UNGGA

KECAMATAN PRAYA BARAT DAYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : MAYA HELMIA

KELAS : PPKN 7 C

NIM : E1B019117

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAC

The Sasak people, especially Ungga Village, Southwest Praya District. has a
variety of cultures, especially marriage customs or meleiq in the term Ungga
language. Meleiq is a legacy from ancient times that has been passed down from
generation to generation, so that until now it has been preserved by the people of
Ungga Village. This research uses the type of quantitative research. Data
collection techniques used through observation, interviews and documentation.
The results of the research show that the process of completing the customary
marriage in Ungga Village is still in effect today. The process of settling the
customary marriage of Ungga Village through several stages, namely: 1) meleiq
or elopement, 2) beselabar, 3) selabar weli, 4) marriage contract, 5) bejuju, 6)
Begawi or nagggep, 7) Sorong sera aji kerarame, 8 ) nyonkolan ,9) bejangu .
Traditional village institutions are still traditional, but with the presence of
traditional elders or traditional leaders, they are not only seen as informal
leaders but they play an important role in completing the process of marriage
customs in Ungga Village, Southwest Praya sub-district.

ABSTRAK

Masyarakat suku sasak , khusunya Desa Ungga Kecamatan Praya Barat Daya .
memiliki ragam budaya khusunya yaitu adat pernikahan atau meleiq daslam
istilah bahasa Ungga. Meleiq merupakan ada sejak zaman dahulu peninggalan dari
nenk moyang yang turun temurun sehingga sampai sekarang di lestarikan oleh
masyarakat Desa Ungga. Penelitian ini menggunkan jenis penelitian kuantitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui , observasi , wawancara dan
dokumentasi . hasil pnelitian yaitu menunjukjan yaitu proses peneyelesain adat
perinikahan di Desa Ungga masih di berlakukan sampai saat ini . proses
penyyelesaian adat pernikahn Desa Ungga mellaui beberapa tahap yaitu : 1)
meleiq atau kawin lari , 2) beselabar , 3) selabar weli , 4) akad nikah ,5) bejuju, 6)
Begawi atau nagnggep ,7) Sorong sera aji kerame , 8) nyonkolan ,9) bejangu .
Lembaga adat Desa masih bersifat tradisional ,tetapi dengan keberadaan tetua-tua
adat atau pemuka adat tidak hanya di pandang sebagai pimpinan informal namun
mereka sangat berperan penting dalam menyelesaikan proses adt pernikah di Desa
Ungga kecamatan Praya Barat Daya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia , sebagaimna anggota dunia bintang lainya , memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya , sehingga dapat
melangsungkan kehidupannya . kita sebagai mahluk yang berbudaya
tentunya harus mengenal upacara adat perkawinan yang dipatuhi untuk
memperoleh pengakuan secara syah dari masayarakat atas pemenuhan
secara rohani dan jasmani bersama manusia lawan jenisnya . Secara
harifah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga ahli
yang menyatakan bahwa budaya berasal dari kata budi-daya yang berarti
daya dari budi. Jadi, budaya atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa,
dan rasa. Menurut Koentjaraningrat dalam Yad Mulyadi (1999:21)
mendefinisikan budaya sebagai seluruh system gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang
dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Sebelum agama islam masuk di pulai Lombok ( Gumi Lombok ) ,
proses perkawinan adat sasak melalui proses rerembuk . rerembuk
merupakan acara peresmian perkawinan dengan sistem penyaksian yang
disertai dengan acara sukuran / syukuran. Di tengah moderensasi saat ini,
terdapat suatu kumpulan masyarakat di pulau Lombok . masyarakat di
pulau Lombok merupakan suku sasak asli , dan hingga saat ini masyarakat
masih mempertahankan budaya seta adat istiadat dari peninggalan nenek
moyang terdahulu . Kumpulan tersebut terletak di Lombok tengah
khusunya di Desa Ungga Kecamatan Praya Barat DAYA .
Perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan
seseorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan me,bentuk keluarga
( rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha
esa . perkawinan akan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
maing agamanya dan kepercayaan itu . sistem perkawinan yang menjadi
pintu gerbang utama dalam memasuku kehidupan juga dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan ketentuan . ada yang dilakukan dengan melalui
peminang tau sistem yang digunakan dalam masyakat jawa ada juga yang
dilakukan dalam bentuk pelarian diri atau disebut kawin lari yang di
temukan pada masyarakay sasak di Lombok khususnya di Desa ungga
Kecamatan praya barat daya . Di dalam proses penikahan di Desa Ungga
sangat membutuhkan proses yang panjang dalam menyelesaikan adat .
disana adatnya masih kental sekali sehingga kita harus melaksanakannya
dengan sakral . tokoh adat sangat berperan penting dalam menyelsaikan
aadat pernikahan di Desa Ungga .
Berdasarkan penjelasan yang telah di sampaikan diatas, penulis tertarik
untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian adat pernikahan di Desa
Ungga melalui penelitian kuantitatif dengan judul “ PROSES
PENYELESAIAN ADAT PERNIKAHAN DI DESA UNGGA
KECAMATAN PRAYA BARAT DAYA .

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan peneliti bahas di sini yaitu mengenai


proses penyelesain adat pernikahn di DesaUngga Kecamatan Praya Barat
Daya Lombok Tengah . Sebgaian masyarakat disana bahkan tidak
mengerti dengan proses penyelesain adat pernikahan di Desa Mereka
sendiri karena sebagian besar di sana hanya tokoh-tokoh adat yang
berperan dalam menyelesaikan proses adat pernikahan .

1.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses penyelesaian adat pernikahan di Desa Ungga
1.4 Tujuan penelitian

Adapun dalam penelitian ini tujuan yang ingin di capai oleh peneliti yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaiman proses penyelesaian adat pernikahan di
Desa Ungga Kecamatan Praya Barat Daya .
1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat


yaitu:

a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat memperbanyak khazanah
ilmu pengetahuan di bidang budaya . selanjutnya penelitian ini dapat di
jadikan tolak ukur bagi bagi peneliti an yang akan datang yang bisa di
teliti dan secara mendalam dan lebih baik lagi .
b. Manfaat praktis
Secara praktis ,penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang mendalam bagi masyarakat yang kurang memahami
bagaimna proses penyelesaian adat pernikahan di Desa Ungga dan juga
untuk memperkenalkan budaya atau tradisi kita pada orang lain .
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah suatu proses awal terbentuknya kehidupan


keluarga dan merupakan awal perwujudan bagi kehidupan manusia .
Pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja, alapun
kebutuhan biologis merupakan faktor yang sangat penting sebagai penunjang
atau pendorong dalam rangka merealisir kehidupan bersama baik untuk
mendapatan kebutuhan biologis. Pernikahan haruslah sebagai suatu ikatan
lahir batin. Hal ini disebabkan karena dapat pula terjadi bahwa hidup bersama
antara laki-laki dan perempuan itu tampa dilakukan persentuhan.

Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1


tujuan pernikahan adalah “untuk membentuk keluaarga rumah tangga. Yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa”. Untuk itu suami
istri perlu adanya saling membantu dan melengkapi agar masing-masing
dapat mengembangkan kepribadiaanya untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan material. Dapat mencapai kebahagiaan tersebut di harapkan
kekekalan dalam sebuah pernikahan

Pernikahan menjadi petanda terbentuknya sebuah keluarga (rumah


tangga) baru yang segera memisahkan diri, baik secara ekonomi maupun
tempat tinggal, lepas dari kelompok orang tua dan membentuk sebuah
basis untuk sebuah rumah tangga yang baru. Pada kebanyakan masyarakat
perkawinan atau pernikahan juga merupakan pelebaran menyamping tali
ikatanhimpunan yang tidak bersaudara atau pengukuhan keanggotaan
di dalam diantara dua kelompok satu kelompok endogen bersama (Geertz
1985: 57-58). Haviland (1985:77) mengartikan perkawinan sebagai suatu
transaksi dan kontrak yang sah dan resmi antara seseorang wanita dan
seorang lakilaki yang mengukuhkan hak mereka yang tetap untuk
berhubungan seks satu sama lain dan yang menegaskan bahwa si wanita yang
bersangkutan sudah memenuhi syarat untuk melahirkan anak.

Perkawinan meliputi pemberian hak antara keluarga termasuk hak


atas harta milik atas anak-anak, dan hak atas hubungan seksual. Hal yang
senada juga diungkapkan (Koentjaraningrat 1981: 90) bahwa selain sebagai
pengatur kelakuan seks saja, perkawinan juga mempunyai berbagai dalam
kehidupan kebudayaan dan masyarakat manusia. Pertama funsi lain dalam
perkawinan juga memberi ketentuan hak dan kewajiban serta perlindungan
kepada hasil , kepada hasil persetubuhan yaitu anak perkawinan juga
memenuhi kebutuhan kebutuhan manusia akan teman hidup memenuhi
kabutuhan akan harta, akan gengsi dan naik kelas kelompokkelompok kerabat
yang tertentu juga merupakan alasan dari perkawinan

2.2 Asal usul Desa ungga

Di Majapahit, ada dua orang bersaudara ( Raden Adi Pati Negare dan
Raden Berata Yuda), Raden Berata Yuda sekolah di Bagdad 10 tahun, di
Bagdad namanya diganti dengan Abdus Salam, setalah pulang beliau
berdakwah, semakin lama jamaahnya bertambah, maka Raden Adi Pati
Negare merasa khawatir akan kalah pengaruh oleh Raden Abdus Salam, maka
dia di usir dari Majapahit menuju ke Solo bersama pengikutnya 144 orang,
pindah lagi ke Denpasar, pindah lagi ke Labuan Tereng (Lembar), pindah lagi
ke Gawah Beriwi (Kedaru) dan bermukim dengan orang Bugis, di Kedaru
menetap selama 250 tahun, orang Bugis berkembang menjadi 250 KK,
sedangkan Raden Abdus Salam berkembang menjadi 750 KK. Di Kedaru ada
putra Daeng (Bugis) melamar putrinya Raden Abdus Salam namanya Dinde
Sri Banun, namun beliau tidak setuju karena merasa tidak kupu, akhirnya di
perangi oleh orang Daeng, lalu beliau menyingkir ke Perowek (Timur
Kedaru) bersama 144 orang, pindah ke Ganjar, pindah ke Tegu (Selatan Sapi
Desa Kabul), pindah ke Ajrak (Selatan Makam Keleang desa Kabul)
perpindahan ini karena di kejar oleh orang Daeng (Bugis), sampai Ajrak .
Dari Ajrak pindah dan pisah menjadi dua bagian yaitu ke Penujak ke Ungge
(Batu Gagak), dari Ungge pisah menjadi dua bagian yaitu ke Pauk Kambut
(deket Labuapi) ke Batu Tulis. Yang di Pauk Kambut berjumlah 36 orang
yang tergolong Raden ada 7 orang (Raden Sumarjaye (Tertua), Raden Jaye
Kesume, Raden Nurman, Raden Galar, Raden Sangin, Raden Sutare, Raden
Dalas), sedangkan yang lainnya tergolong suruhan. Dari Pauk Kambut pindah
ke Petemon dan ke Jago kastare (Desa Ungge). Di Petemon menetap 7 orang
(seorang Raden Nurman dan 6 orang suruhan) sedangkan yang lainnya
pindah ke Jago Kastare yaitu 6 orang suruhan Raden dan 23 suruhan.

Keterangan : Perkembangan Keturunan :

a. Raden Galar di Ungge dan Kampung tertua di Tunak Malang .


b. Raden Dalas di Penujak, dan tertua di kampong Karang Dalam .
c. Raden Sangin di Kentawang .
d. Raden Sutare di Leson ( Ketare )

2.3 Tentang penduduknya (Agama, suku, pekerjaan, potensi Desa ).

Mengenai agama di desa Ungga mayoritasnya menganut agama islam


semuanya masyarakat yang ada di desa saya tidak ada agama yang lain selain
agama islam. Masyarakat yang ada di Desa Ungga mayoritas bersuku sasak,
walaupun ada beberapa orang yang berasal dari suku lain seperti Jawa, Bali,
dan Sunda. Masuknya suku lain selain suku sasak di desa Ungga disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain, perkawinan, penempatan kerja. Sebagian
besar masyarakat yang ada di Desa Ungga bermata pencaharian dibidang
pertanian. Sebagiannya lagi ada yang Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI,
POLRI, Wiraswasta, dan lain-lain. Potensi Desa Ungga pada umumnya
memiliki beberapa potensi yang dapat meningkatkan status desa Ungga
menjadi sebuah desa wisata. Lokasi ini lebih dikenal masyarakat sebagai
lokasi wisata kerajinan yaitu kerajinan perak, tenun, lukisan, dan lain-lain.
Segala potensi yang dimiliki desa Ungga ini seharusnya dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk dapat menunjukkan kepada masyarakat mengenai
potensi-potensi wisata yang terdapat di desa ini.

2.4 Pengertian Adat

Adat merupakan segala keseluruhan aturan dan hukum yang tidak


tertulis, tidak dibukukan, yang cukup segala aspek termasuk menentukan
hal-hal yang baik dan buruk bagi seseorang sebagai warga masyarakat
(Bastomi 1992:11). Menurut Koentjaraningrat (1990:190) adat adalah
sistem nilai budaya yang merupakan suatu yang dianggap bernilai,
berharga dan penting dalam hidup karena dijadikan sebagai pedoman yang
memberi arahan pada masyarakat yang bersangkutan. Jadi adat merupakan
sistem wujud dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengatur kelakuan.
Menurut Soekanto (1982:180) adat adalah norma atau kaidah–kaidah
yang mengatur tingkah laku atau tindakan anggota masyarakat. Menurut
(Suyuno 1985) adat adalah kebiasaan yang bersifat magis religius dari
kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi antara lain mengenai nilainilai
budaya, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan
dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional. Jadi dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan adat merupakan kaidahkaidah
yang ada dalam kehidupan masyarakat bertujuan sebagai pedoman
hidup dan mengatur tingkahlaku warga masyarakat
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif . Alasan Pneliti menggunkan metode penelitian ini adalah untuk
menganalisis terkait dengan Proses Penyelesaian Adat Pernikahan di Desa
Ungga Kecamatan Praya Barat Daya .Jenis penelitian yang dipakai oleh
penelitian ini adalah jenis deskrifsi kualitatif yang mempelari masalah-
masalah yang ada serta tat cara kerja yang berlaku . penelitian deskriftif
kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi –informasi mengenai
keadaan yang ada .

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari data yang
diperoleh oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber
data primer dan sekunder, sebagai berikut: Data primer merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh secara langusng dari sumber data asli. Data
primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok.
Data primer ini dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode
interview (wawancara) dan metode observasi. Akan tetapi, dalam penelitian
ini hanya menggunakan interview (wawancara) sebagai data primer untuk
memperoleh data dari informan. Adapun pihak yang dijadikan sebagai
informan, diantaranya: kepala dusun Tokoh adat dan beberapa tokoh
masyarakat Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara.

3.3 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen


terhadap metode analisis dan atau bahkan menjadi alat utama metode dan
teknik analisis data. Untuk mendukung penulisan proposal ini, ada beberapa
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan, yakni:

a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yag dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku obyek sasaran. Metode observasi yaitu melakukan secara
langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan oleh Masyarakat. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran rill dari suatu peristiwa. Observasi dalam penelitian ini adalah
pengamatan secara mendalam terhadapproses penyelesaian adat pernikahn
di Desa Ungga. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipan. Yaitu observasi yang melibatkan peneliti /
pengamat untuk mengambil bagian dalam penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukam apa yang dikerjakan oleh sumber
data, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructute Interview)
Wawancara yaitu sebuah proses untuk memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang orang yang diwawancarai dan jawaban
responden di catat atau direkam dengan alat perekam. Dalam hal ini
peneliti menggunakan model wawancara semi terstruktur. Wawancara
dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban altenatif namun dalam pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka
dimana pihak informan dimintai pendapat dan ide-ide dan pewawancara
mencatat apa yang disampaikan informan. Dalam teknik pemilihan
informan, peneliti memilih untuk mewancarai seseorang yang menjadi
kunci dari penelitian dan stakeholder yang terkait.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu digunakan untuk memperoleh data-data sekunder yang
berupa keterangan keterangan, catatan-catatan, laporan dan sebagainya
yang ada kaitanya dengan masalah yang kan diteliti. Sementara itu
Arikunto menyatakan dalam melakukan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis.
3.4 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data kualitatif, ada tiga tahap kegiatan, yaiutu


reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Berdasarkan pendapat
tersebut maka analisis data yang akan dilakukan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction) Tahap reduksi data berarti merangkum,


memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mecari
tema dan polanya, dan membunag yang dianggap tidak perlu. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
b. Penyajian Data (Data Display) Tahap penyajian data yang meliputi
pengklarifikasian dan identifikasi data, yaitu menuliskan kumpulan data
yang terorganisir dan terkategori berdasarkan indikator terkait.
c. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing) Tahap penarik kesimpulan
dalam penelitian ini merupakan aktifitas pemberian makna dan
memberikan penjelasan terhadap hasil penyajian data yang diperoleh dari
analisis data.
BAB VI

PEMBAHASAN

4.1 Proses Penyelesaian adat Pernikahan di Desa Ungga


1. Memidang
Memidang yaitu kunjungan langsung dari lak-laki kerumah permpuan
yang di idamankan . dalam rangka ini mereka saling mengenal lebih dalam
tentang keberadaan mereka masing-masing untuk selanjutnya bersepakat
untuk mengikat hubungan pertalian yang lebih mendalam dalam bentuk
perkawinan. Proses midang diatur oleh adat yang disebut “awig-awig
gubug”, yaitu aturan-aturan pelaksanaan adat yang diberlakukan dan
berdasarkan kesepakatan bersama warga setempat. Beberapa aturan-aturan
midang yaitu, Cara duduk pada saat midang tidak boleh berdekatan
dengan yang dipidang. Pada waktu terlaksananya peminangan orangtua si
gadis/janda harus meninggalkan ruang tempat pemidang itu
dilakukan.Tempatnya midang harus terbuka dan Midang tidak boleh
dilakukan pada tempat yang sepi/petang Tujuan utama midang itu adalah
untuk bertemu dengan perempuan yang menjadi idamannya. Midang
disamping sebagai sarana kenal mengenal di dalamnya juga dibicarakan
soal perkawinan Tetapi adat ini hampir punah akibat pengaruh handphone
karena mereka bisa berkomunikas lewat Hp Tidak perlu midang atau
berkunjung kerumah penyayang atau pacar .
4.2 Meleiq/ Merariq ( kawin lari )
Merariq adalah suatu kesatuan ritual budaya perkawinan masyarakatSasak
yang secara umum dimaknai sebagai kesatuan tindakan pra pernikahan yang
dimulai dengan melarikan gadis (calon istri) dari pengawasan walinya atau
orang tua dan sekaligus sebagai prosesi awal pernikahan. Merariq dalam
pengertian pelarian diri atau mencuri gadis dari pengawasan walinya dan
lingkungan sosialnya sudah terbentuk dari warisan budaya turun temurun bagi
masyarakat Sasak secara umum. Pada sebagaian masyarakat meyakini bahwa
dengan melarikan diri atau mencuru si gadis dari pengawasan walinya, bajang
atau pemuda sebagai ajang pembuktian kelaki-lakian, serta keberania,
keseriusan, dan gambaran tanggung jawab dalam perkawinan serta dalam
kehidupan keluarga nantinya.
Pada malam merarik atau istilah dari bahasa Ungga sendiri yaitu malem
meleiq terdapat acara merangkat dan pada saat pengantinnya datang para
pemuda pekeok manok atau memberi pertanda kalau pengantin wanitanya
sudah datang di rumah pengantin laki-laki . Merangkat maksudnya adalah
acara makan bersama yang dilakukan setelah calon pengantin wanita datang .
dikatakan merangkat karena menyyajikan makanan untuk para tamu yang
datang . kemudian para pemuda atau keluarga beserta kerabat pengantin laki-
laki datang kerumah pengantin laki-laki dengan membawakan ayam atau
bebek untuk di masak kemudian para ibu-ibu betangku istilahnya dalam
bahasa ungga atau membawa beras untuk sebagai jamuan. Ketiak jamuan
sudah di masak dan mereka begibung bersama di khusukan bagi kedu
pengantin harus begibung bersama atau makan bersama .
4.3 Besejeti
Setelah 3 hari ada yang namanya besejeti . pada tahap ini pemberitahuan
kepada kadus dan pada pimpinan adat ditempat pengantin wanita .
pelaksanaaan besejeti adalah awal perjalanan adat , dapat dilakukan sekalai
atau bisa lebih tergantung proses pelaksanaan kedua belah pihak . jika besejeti
sudah diterima oleh pimpinan adat ( pihak wanita ) maka akan di lanjutkan
dengan prosess selanjutnya. Tujuan besejeti ini adalah untuk memberitahukan
bahwa pengantin menikah dengan sipa dan berasal dari luar Desa maupun
dalam Desa . Sejati artinya sungguh atau sesungguhnya. Sejati merupakan
proses informasi yang ditujukan kepada Pemerintah Desa (Desa asal calon
pengantin wanita) untuk memberitahukan kepada Kepala Desa (Pengamong
Krame) kemudian dilanjutkan informasi tersebut Kepala Wilayah/Kepala
Dusun/keliang (Pengemban Krame).Isi informasi (sejati) yang diucapkan di
Kepala Desa yaitu : “ada salah seorang warga Desa Ungga yang bernama
Jihan anaknya Bpk. Us berasal dari Dusun ampan lolat desa Ungga, bahwa
Jihan (Warga Desa) telah meninggalkan Desa ini sudah 3 hari yang lalu
dengan tujuan kawin dengan warga dari Dusun Bnteng kurus Desa Ungga .
4.4 Selabar wali
Setelah 3 hari maka kadus dan tokoh adat dari pihak pengantin wanita
menuntuk ke pengantin wanita untuk membicarakan masalah maskawin , baik
akan membicarakan siapa yang akan menjadi wali , serta membahas pisuke ,
serta waktu pelaksanaan ( hari , tanggal dan jam ). Awiq-awiq Gubuk atau
aturan adat di Desa Ungge membebaskan pisuke bagi yang menikah dengan
sesam desa jika menikah dengan di luar Desa maka akan di kenakan pisuke.
Pisuke adalah uang jaminan yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki ke
pihak perempuan karena telah menikahi anak perempuannya . biasanya uang
pisuke digunakan untuk nanggep istilahnya dalam bahasa Ungge atau di
gunakan untuk membuat acara syukuran dari piahak perempuan . selabar weli
akan di tuntut sampai ada kesepakatan antar kedua belah pihak jika sudah
cocok permusyawarahan mereka maka akan di lanjutkan dengan proses adat
selanjutnya .
4.5 Betobat ( Akad Nikah )

Betobat atau akad nikah adalah Pernikahan (Penobatan), proses


pernikahan dilakukan mengikuti syariat Islam yang dipimpin oleh penghulu
dalam pelaksanaan “ijab-kabul” dilengkapi dengan saksi – saksi.Pada tahap ini
tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat di pesilak atau di undang
untuk menyaksikan perkawinan . kemudian pihak laki menyiapkan tikar
pandan( tipah pengkawin ) dan 2 butir kelapa untuk di serahkan kepada
penghulunya sebagai rasa terimakasih . kemudian pihak laki-laki menyiapkan
suguhan yaitu dulang nasi dan dulang jaje sebagai penutup acarnya .

4.6 Bejuju
Setelah menjelang 3 hari setelah proses betobat atau akad nikah para tokoh
adat dari pihak pengantin laki –laki pergi ke pihak pengantin wanita . Ada 3
langkah dalam proses bejuju yaitu :
a. Bejuju 1
Pada tahap ini Tokoh Adat dari pihak pengantin laki-laki
mengunjungi orang tua pengantin wanita . pada tahap ini di bicarakan
bahwa kepada siapa orang tua kandungnya akan memtuskan atau
menyerahkan aji kerame . minsalnya sodara ayahnya yang tertua, misan
dari ayah yang tertua .

b. Bejuju 2

Setelah jelang 3 hari tokoh adat dari pihak laki-laki kembali


mengunjungi pihak perempuan yaitu orang yang sudah di tunjukn oleh
orang tuanya untuk membicarakan ajikerame . aji kerama seluruh
perempuan di Desa Ungga yaitu 33 karena disana memiliki golongan yang
sama yaitu golongan persaje .

c. Bejuju 3

Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pihak laki- laki membicarakan
waktu perlaksanaan Begawi Nanggep atau acara pesta ke pihak Perempuan
. pada tahap ini juga dibicarakan waktu sorong serah Aji kerame .

4.7 Nanggep / Begawe


salah satu tradisi masyarakat suku sasak Lombok , yakni begaw begawe .
begawe merupakan suatu suatu pesta atau syukuran untuk merayakan
sesuatyseperti pernikahan , aqiqah dan peringatan 9 hari meningalnya warga
Lombok . begawe sudah dilakukan secara turun menurun oleh masyarakat
suku sasak dari nenk moyang terdahuku sampai saat ini . namun di setiap desa
berbeda-beda cara melakukan prosesi begawai ini khususnya Desa Ungga
Kecamatan Praya Barat Daya Lombok Tengah . dalam pelaksnaan begawe di
sana terdapat semangat gotong royong sangat menonjol . masyarakat maupun
keluarga sangat antusias untu saling membantu. Tokoh masyarakat sekaligus
Ran ( juru masak dalam ) menyiapkan masakan dalam acara begawi . Terdapat
kebiasaan atau etika dalam meminta bantuan pada Ran ( juru masak ) . Tamu
undangan yang datang membawa beras dan gula dengan wadah baskom
kemudian tamu dalam desa tidak membungkus baskom tapi kalau tamu luar
desa membungkus baskom menggunakan kain . kegiatan ini dapat
meningkatkan keharmonisan anatara keluarga dan masyarakat. Acara begawi
membutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikit karena banyak hidangan yang
di sediakan mulai dari Ares, nangke, jangan pelalah atau gulai , urap-urap,
kacang asin dan telur . dan terdapat jajan- jajan yaitu, reginang, angina-angin,
peyek , tarek , pangan , wajik , poteng jaje tujak , cerorot . Acara begibung
terjadi setelah hidangan sudah matang yang pertama namanya gibung mame
yaitu semua laki-laki makan di sana yang ikut serta gotong royong membantu
acara gawe kemudia gibung nine yaitu para perempuan membawa baskom dan
nampan sebagai wadah nasi dan membawa mangkok menjadi temapak
lauknya . setelah selesai Banjar atau warga kemudian pernoak atau ibu- ibu
menyiapkan duluang untuk di bawa ke pihak permpuan sebelum pergi
nyongkolan yang berisi jajan-jajan yang jumlahnya 2x9 yaitu :
tekel,tupat,cerorot , regi,angina-angin dan manok panggang .
4.8 Sorongg Serah Aji Kerame
Sorong sera haji kerame adalah sebuah acara pada saat pelaksanaan Adat
Perkawnan Suku Sasak Di Lombok yang merupakan warisan dari nenk
moyang secara turun temurun .Sorong Serah Aji Kerame Merupakan prosesi
pemberian hak dan kewajiban sekaligus kedudukan bagi pihak laki-laki .
Sorong Serah Aji Kerame pada umumnya dilaksanakan di kediaman pihak
perempuan sebelum nyonkolan , yang menggunakan juru bicara
masing;masing pihak yang disebut pembayun . bisanaya kalau Didesa Ungga
ketika menikah dengan sesame desa jarang ada Pembayun . pembayun akan
dilaksanakan ketika pihak perempuan sudah menyiapkan pembayun . Di mana
seorang Pembayun harus adat sasak secara penuh dan utuh . perlengkapan
yang harus di bawa saat soring sera aji kerame yang sebagai simbol kehidupan
manusia yaitu : kain putih dan hitam yang di ikat dengan benang kataq
( mentah ) dan diselipkan keris yang disebutkan dengan kebo turu sebagai
simbolik laki-laki harus mampu menjaga kehormatan istrinya dimana
perlengkapan tersebut di taruh di ata bokor/ penginang kuning yang berisi
lekok ( daun sirih ) dan rokok jagung ( lanjaran ) dan oelen-olen yang berupa
kain sensek ( tenun ) sesuia dengan harga Aji kerame , Nampak lemah yang
berupa Jinah ( uang ) kerame Dise , dan lainnya . sorong sera haji kerame itu
sendiri terdiri dari 3 tingkatan yaitu :
a. Aji kerame 100 ( bagi golongan bangsawan atau atas)
b. Aji kerame 66 ( bagi golongan parawangse /menengah )
c. Aji kerame 33 ( bagi golongan Persaje atau biasa)

4.9 Nyongkol
Nyongkol adalah kegiatan terakhir dari seluruh proses perkawinan.
Kegiatan ini dilakukan secara bersamaan seluruh anggota keluarga mempelai
laki-laki bersama masyarakat berkunjung kerumah mempelai perempuan.
Tujuannya adalah untuk menampakkan dirinya secara resmi dihadapan
orangtuanya dan keluargakeluarganya bahkan juga kepada seluruh masyarakat
sambil meminta maaf serta memberi hormat kepada kedua orangtua pengantin
perempuan. Kedua mempelai dalam kegiatan ini bagaikan sang raja dan
permaisurinya yang diiringi oleh rakyatnya. Keduanya menggunakan pakaian
serba mewah sebagaimana layaknya perlengkapan seorang raja bersama
permaisurinya. Adapun bentuk pakaian yang dikenakan oleh kedua mempelai
dalam acara nyongkol harus menggunakan pakaian sesuai ketentuan adat.
Untuk menyamarkan kegiatan ini biasanya diiringi dengan berbagai kesenian
tradisional, seperti gamelan, klentang dan kesenian tradisional Lombok
lainnya.
4.9 Bejangu

Bejangu dalah acara silaturrahmi keluarga dekat dari kedua belah pihak mempelai.
Dimana pihak keluarga penganten laki-laki mendatangi rumah penganten wanita
dan dilakukan pada 2 atau 3 hari setelah acara penyongkolan. Kedua keluarga
saling mengenal lebih dekat lagi serta adanya pembahasan tentang kedua
penganten tersebut dalam menempuh hidup baru.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Pernikahan adalah suatu proses awal terbentuknya kehidupan keluarga


dan merupakan awal perwujudan bagi kehidupan manusia .pernikahan itu
terjadi melalui beberapa proses seperti yang terdai di Desa Ungga melalui
bebrapa Prosesi adat yaitu : : 1) meleiq atau kawin lari , 2) beselabar , 3)
selabar weli , 4) akad nikah ,5) bejuju, 6) Begawi atau nagnggep ,7) Sorong
sera aji kerame , 8) nyonkolan ,9) bejangu .

B. SARAN

Saya menaruh harapan ,kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat Desa Ungga agar jauh lebih memahami bagaimna proses
penyelesaian Adat pernikahan di Desa Ungga . Mari kita jaga bersama-sama
adat dan sebuah tradisi yang sudah di titipkan oleh nenek moyang kita
sebelumnya. Saya berharap agar tradisi ini terus di pertahankan . selain
menjadi ciri khas dari Desa Ungga ,di lain sisi menyimpan banyak kebaikan
yang tersimpan di dalamnya. Dengan budaya ini bisa menjadi daya tarik
isatawan untuk mengunjungi Desa Ungga .
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jokembe.com/budaya/baca/4/95/prosesi-pernikahan-adat-lombok-
merariq

Muhammad Nurjdi, (2003). Sejarah desa Ungga.

https://tabloittdesa.wordpress.com/2018/12/30/proses-pernikahan-adat-sasak-di-
pulau-lombok/

http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/160/
acara-adat-sorong-serah-aji-krame

Anda mungkin juga menyukai