Anda di halaman 1dari 13

JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No.

1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

Akuntansi Belis Dalam Adat Perkawinan Etnis Masyarakat Ngada


Maria Stefania Dea Kaka1*, Rosalia Faga2, Theresia Tanenofunan³, Maria Angelina Mau
Luma⁴, Yohanes Pemandi Lian⁵
1,2,3,4,5
Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Indonesia Jalan Jend Achmad Yani No.50-52,
Merdeka, Lama City, Kupang City, East Nusa Tenggara 85211
Email: stefaniapepin@gmail.com 1*

Abstrak
Penelitian ini membahas praktik akuntansi belis dalam adat perkawinan etnis masyarakat Ngada
di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang konsep akuntansi belis dan praktik perkawinan etnis Ngada. Melalui eksplorasi proses
perkawinan, efektivitas penerapan perkawinan etnis Ngada di era modern, dan penerapan ilmu
akuntansi dalam perkawinan etnis Ngada, penelitian ini mengungkap keterkaitan antara akuntansi dan
adat perkawinan serta implikasi ekonomi dan sosial dari belis. Dalam konteks budaya, belis memiliki
makna mendalam dalam ikatan kekerabatan, dan penerapan ilmu akuntansi juga relevan dalam
pengelolaan aset dan nilai-nilai dalam kehidupan berumah tangga. Penelitian merekomendasikan
pendalaman lebih lanjut terkait pengaruh perubahan sosial, ekonomi, dan nilai-nilai generasi muda
terhadap praktik perkawinan etnis Ngada di zaman modern, serta melibatkan wawancara langsung
dengan masyarakat Ngada untuk mendapatkan sudut pandang mereka terkait praktik perkawinan dan
penerapan ilmu akuntansi dalam konteks budaya mereka.

Keyword: Adat perkawinan, Akuntansi belis, Etnis Ngada, Praktik akuntansi

PENDAHULUAN karena budaya dan adat istiadatnya yang


Indonesia adalah negara yang di kenal sangat khas salah satunya adalah Belis atau
mempunyai keberagaman bahasa, suku, yang di kenal oleh masyarakat ngada sendiri
agama, dan budaya. Hal ini nampak dari sebagai “PASA” yang artinya “mahar dalam
banyaknya pulau yang tersebar di seluruh perkawinan adat”.
wilayah negara ini. kekayaan budaya yang Penelitian ini akan mengeksploirasi
terkandung di dalamnya adalah salah satunya etnis perkawinan di Ngada,Nusa Tenggara
adat istiadat yang tetap dipertahankan sebagai Timur. Upacara perkawinan etnis Ngada,
sesuatu yang sudah di wariskan dan yang sepasang pria dan wanita yang akan menjadi
tidak berubah secara turun temurun oleh suami istri dan menjalani aktivitas keluarga
masyarakat setempat. Kebudayaan adalah matrilineal akan dibeliskan, bagi masyarakat
pola hidup manusia yang ditularkan melalui Ngada tidak semua wanita di beliskan hal ini
simbol dan makna. terjadi karena dalam hukum adat masyarakat
Ngada adalah salah satu kabupaten Ngada hukum perkawinannya adalah kawin
yang di provinsi Nusa Tenggara Timur, yang masuk ,kawin masuk yang di maksudkan
di kenal karena keindahan alamnya yang adalah perkawinan di mana umumnya pria
tidak pernah gagal untuk memanjakan mata yang akan masuk ke keluarga wanita dan
semua orang selain itu Ngada juga di kenal menetap bersama pasangan wanitanya.

23
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

Jika ada kesepakatan bahwa wanitanya wanita dan tidak menjadi bagian atau
akan di beliskan atau “PASA”maka harus keluarga dari klan wanita tersebut namun
melewati beberapa proses yaitu: 1) Suru keturunannya akan mengikuti klan dan
Nenu atau dalam bahasa Indonesia yaitu, menjadi keluarga ibu,kewaajiban adat yang
Cermin sisir yang di jadikan sebagai lambang harus di penuhi pria dengan status
cinta pria kepada wanitanya. Di tahap perkawinan di’i sa’o berupa 3 ekor kerbau
pertama ini pria akan membawa cermin dan dengan ukuran tertentu yang telah di tetapkan
sisir kepada wanita yg akan di lamar dalam kesepakatan sebelumnya dan kerbau
olehnya.pada tahap ini biasanya masih yang di berikan harus kerbau jantan besar
menjadi rahasia karena keluarga besar wanita yang di peruntukan untuk ; Polu, kerbau
belum mengetahuinya. Tahapan ke dua ini di khusus bagi orang yang mengasuh atau
sebut Naa BoroB / Bheku Mebhu Tana Tigi memelihara calon istri .Lawo Ine, kerbau
(utusan laki-laki mengutarakan niat ke akan diberikan kepada ibu sebagai
keluarga wanita),di tahap ini beberapa utusan penghargaan bagi seorang ibu yang telah
dari pihak pria datang menyampaikan niat melahirkan dan membesarkan. Lue Ema,
untuk meminang wanita yang di cintai si pria, diberikan kepada ayah yang memelihara dan
pada tahapan ini juga sudah mulai di bangun membesarkan.Sedangkan jika status
kesepakatan di mana mereka tidak akan perkawinan di sepakati status perkawinan
menerima pinangan dari wanita lain maupun Belis atau Pasa maka pihak pria akan di
pria lain. 2) Bere tere oka pale pada kenakan kewajiban membawa 11 ekor kerbau
tahapan ini pria dan wanita akan di sahkan yang di peruntukan untuk;Polu (pengasuh)
sebagai tunangan dan membahas tahapan- satu ekor kerbau, Ine telu yaitu 3 ekor kerbau
tahapan yang harus di jalani yaitu: a) untuk ibu kandung, Ema zua yaitu 2 ekor
Pire(sanksi),adalah sanksi yang akan di kerbau untuk bapak kandung, sa’o meze satu
kenakan pada laki-laki,jika di ketahui bahwa ekor kerbau untuk rumah pokok wanita,poli /
si wanita msih berstatus kerabat atau ngeko satu ekor kerbau untuk keluarga yang
berstatus tanta ataupun keponakan, b) tiggal dalam rumah adat, roru repo satu ekor
Membahas kesepakatan tentang status kerbau untuk dalam rumah tinggal,wae susu(
perkawinan yang akan di jalani, status air susu ibu) 2 ekor kerbau betina besar.
perkawinan yang akan di bahas tergantung Balasan dari pihak wanita untuk pihak pria
kesepakatan dari kedua pihak yakni untuk (ata tu ngawu) berupa tiga ekor babi besar
mengikuti garis keturunan ibu atau serta ditambahkan satu ekor babi untuk
matrilinear atau yang di kenal masyarakat makan bersama dengan pihak laki-laki. Bila
setempat dengan di’i sa’o atau kesepakatan kesepakatannya adalah PASA maka 10 ekor
patrilineal yang di sebut Belis ataupun Pasa. kerbau diberikan balasan 10 ekor babi
Status perkawinan di’i sa’o yaitu ; pria ditambahkan 1 ekor untuk pihak yang
mengikuti klan wanita tinggal di rumah membawa belis (wela).

24
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

METODE daerah memiliki cara yang unik. Di Nusa


Desain Penelitian, Penelitian ini tenggara Timur (NTT), khususnya daerah
menggunakan pendekatan kualitatif untuk Ngada, Bajawa terdapat tradisi belis dalam
mendapatkan pemahaman yang mendalam adat pernikahannya. Dalam rangkaian prosesi
tentang praktik akuntansi belis dalam adat pernikahan, belis memegang peranan penting
perkawinan etnis masyarakat Ngada. dalam kelangsungan prosesi pernikahan di
Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti NTT pada umumnya. Belis merupakan
untuk mengeksplorasi proses perkawinan, simbol penting dalam perkawinan laki-laki
efektivitas penerapan perkawinan etnis dan perempuan di NTT
Ngada di era modern, dan penerapan ilmu Belis adalah nama mahar yang di bawa
akuntansi dalam perkawinan etnis Ngada. mempelai laki-laki untuk mempelai
Data diperoleh melalui observasi partisipatif perempuan dalam perkawinan adat. Belis
selama proses perkawinan, wawancara menjadi unsur yang sangat penting dalam
mendalam dengan tokoh adat, pemuka perkawinan bagi masyarakat Nusa Tenggara
agama, dan masyarakat Ngada yang terlibat Timur (NTT). Rodliyah dkk (2016:27)
dalam praktik perkawinan, serta analisis mengungkapkan “According to public
dokumen terkait adat perkawinan dan laporan opinion the meaning of belis in kinship
keuangan terkait belis. Analisis dokumen bound understanding is a sign for showing a
akan dilakukan untuk memeriksa laporan gratitude to a female who wishes moving to
keuangan terkait belis dalam perkawinan her new family relationship which in turn
masyarakat Ngada. honoring her role as a wife of the groom”.
Analisis data secara induktif, dengan Berdasarkan pandangan umum,
mengidentifikasi pola-pola, tema-tema, dan makna belis dalam pengertian ikatan
makna-makna yang muncul dari observasi, kekerabatan adalah tanda bagi menunjukkan
wawancara, dan analisis dokumen. Analisis rasa terima kasih kepada seorang wanita yang
ini akan membantu dalam memahami ingin pindah ke hubungan keluarga barunya
keterkaitan antara akuntansi dan adat yang pada gilirannya menghormati perannya
perkawinan, serta implikasi ekonomi dan sebagai istri pengantin pria.
sosial dari belis. Adapun makna belis dikaji dari sudut
pandang interaksional simbolik. Aksan dkk,
HASIL DAN PEMBAHASAN (2009:902) “The foundation of this theory is
Pengertian Belis meanings. Symbolic interaction examines the
Setiap daerah dari Sabang sampai meanings emerging from the reciprocal
Merauke memiliki corak kebudayaan yang interaction of individuals in social
berbeda satu sama lainnya, termasuk juga environment with other individuals”. Yang
dalam budaya perkawinannya. Dalam berarti landasan interaksi simbolik adalah
melaksanakan prosesi perkawinan, setiap makna. Interaksi simbolik meneliti makna

25
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

dari interaksi timbal balik individu dengan tanda kesatuan yang diwariskan dari leluhur
individu lain dalam lingkungan sosial. Hal mereka. Kesatuan dalam masyarakat Ngada
senada juga diungkapkan oleh Milliken and selain terletak pada keluarga inti dalam
Schreiber (2012:686) yang mengungkapkan rumah adat yang disebut Sa’o juga terdapat
“A foundational principle within symbolic pada ikatan keluarga yang lebih luas dan
interactionism has been that human beings terintregrasi dalam satu simbol pemersatu
are distinguished from other animals by their (satu Peo, satu Ngadhudan Bhaga).
use of symbols. In fact, symbols have been Demikian juga dengan sistem
understood as the very basis of social perkawinannya. Setiap anggota perkawinan
interaction, mediating between stimulus and dari kesatuan adat istiadat harus taat pada
response”. Berarti prinsip dasar dalam kepala suku, terutama atas setiap peraturan
interaksionisme simbolik adalah bahwa yang berlaku dalam komunitas mereka.
manusia dibedakan dari hewan lain dengan Setiap masyarakat pendukung mempunyai
penggunaan simbol. Bahkan, simbol telah sebuah rumahpokok (rumah adat) dengan
dipahami sebagai dasar interaksi sosial, yang seorang yang mengepalai bagian pangkal
memediasi antara stimulus dan respons. yang disebut Ngadhu Ulu Sa’o Saka Pu’u
Proses Perkawinan yang Terjadi di Etnis Masyarakat Ngada khususnya Bajawa
Ngada sebelum adanya perubahan sosial budaya,
Dalam kebudayaan manusia,
ekonomi, dan ilmu pengetahuan serta
perkawinan merupakan pengatur tingkah
teknologi masyarakatnya masih menganut
manusia yang berkaitan dengan kehidupan
sistem perkawinan endogami. Perkawinan
kelaminnya. Selain sebagai pengatur
yang terjadi dalam sukunya sendiri terkhusus
kelakuan seksual, perkawinan mempunyai
bagi masyarakat yang terdapat sistem Rang
berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat
(lapisan sosial). Namun, kini seiring dengan
manusia yaitu, memberi perlindungan kepada
perkembangan zaman serta interaksi sosial
anak-anak hasil perkawinan, memenuhi
masyarakatnya yang semakin meluas
kebutuhan akan harta, gengsi, tetapi juga
perlahan-lahan sistem perkawinan tersebut
untuk memelihara hubungan baik dengan
tergeser sehingga sebagian masyarakatnya
kelompok-kelompok kerabat tertentu
menganut sistem perkawinan eksogami.
(Koentjaraningrat,2005:93)
Ritus perkawinan atau zeza/ tu ngawu
Masyarakat Ngada yang berada di
di Bajawa nampaknya sama bagi semua
pulau Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki
kultur. Perbedaan hanya pada tata cara
tiga kesatuan adat (kelompok etnis) yang
perminangan, pembayaran belis dan upacara
memiliki berbagai tanda-tanda kesatuan yang
perkawinan, tetapi tahap-tahapnya sama.
berbeda. Kesatuan adat tersebut adalah : (1)
Setiap kampung memiliki perbedaan sistem
Ngada, (2) Riung, (3) Soa. Masing-masing
perkawinan.
kesatuan adat mempertahankan ciri
Pola perkawinan di Bajawa antara lain:
perkawinannya dengan mendukung semacam

26
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

1. Kawin masuk (di’i sa’o) yaitu laki-laki disebut laa sala page leko, sehingga harus
masuk menjadi penghuni rumah dihukum dan di usir keluar kampung.
perempuan. Konsekuensi dari kawin 5. Perkawinan atas dasar keturunan.
masuk yakni pemberian kebun-tanah oleh Perkawinan menurut keturunan, disebut
orang tua pihak wanita. Kedua mempelai perkawinan yang berdasarkan sepupu
seelanjutnya berusaha untuk mandiri. (anak om dan tante).
2. Kawin keluar (pasa) yaitu jenis Tahap-tahap upacara perkawinan,
perkawinan memakai weli (belis) sehingga yaitu:
hak perempuan berpindah ke rumah 1. Peminangan “laa tana” yaitu dimana pihak
suami. Kawin keluar bisa terlaksana bila laki-laki meminta persetujuan dari pihak
pihak suami sudah mampu membayar wanita (masuk minta)
belis, dan adanya kesepakatan bersama 2. “Idi Nio Manu” yaitu membawa kelapa
antar kedua belah pihak. Wanita dan ayam sebagai suatu tanda
mempunyai hak dan tanggung jawab di penghargaan dan di saat itu juga pihak pria
rumah pihak suami. Pihak orang tua suami ingin menanyakan tentang besarnya belis
memberikan rumah dan atau tanah. yang harus di bahwa (biasanya berupa
3. Perkawinan adat. Kawin adat, adalah suatu hewan besar, kerbau dan kuda) dan
bentuk perkawinan yang bias disebut penentuan hari kawin, sedangkan pihak
terang kampong. Perkawinan ini wanita menyiapkan kain dan ternak kecil
dinyatakan syah apabila disertai acara zera (babi, anjing, ayam dan kambing) sebagai
(peresmian adat). Yang dalam adat balasan. Weli (belis) dibayar sebelum
Nagekeo ialah beo sao atau teo tada. nikah dan yang berhak menentukan
4. Perkawian berdasarkan atas kasta. besarnya belis yaitu, orang tua serta
Perkawian berdasarkan pelapisan social, paman.
jenis perkawinan semacam ini terlarang 3. “Idi Ngawu”atau pembayaran belis.
sekali seorang gadis dari tingkat atau 4. Acara Nikah
golongan gae (golongan bangsawan) Acara nikah biasanya diadakan di pihak
kawin dengan laki-laki dari golongan yang wanita. Setelah nikah wanita akan dihantar
bukan gae. Sebaliknya dari pemuda ke rumah pria selama empat malam empat
golongan gae dapat menikah dengan hari, kemudian pihak pria kembali
wanita dari golongan yang bukan gae, menghantar wanita ke orang tuanya dengan
tetapi keturunan dari perkwinan ini tidak membawa seekor kuda atau anting emas
tergolong dalam kedudukan social dari (Wea) atau dalam bentuk uang sesuai dengan
sang ayah, melain kan lebih rendah dari harga kuda.
sang ayah. Kejadian perkawianan laki-laki (derosaryebed.blogspot.com//perkawinan-adat-
kasta bawah de ngan wanita kasta atas masyarakat-ngada flores.html, 22 Desember
2011).

27
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

Tahapan perkawinan pada Masyarakat ditentukan pihak laki-laki dan pihak


Ngada perempuan bersama-sama meresmikan
1. Tahapan perkawinan dalam masyarakat kedua calon yang akan dinikahkan.
Ngada diawali dengan adanya Sesungguhnya yang benar adalah proses
ketertarikan antara sang jejaka muda peresmian inidilakukan pihak
dengan sang gadis. Biasanya para muda perempuan di rumah perempuan.
mudi akan saling bertemu dalam Dengan peresmian ini laki-laki akan
keramaian pesta-pesta adat. Jika ada gadis disyahkan secara adat (Zeza) dan
yang ditaksirnya, maka sang jejaka akan kemudian tinggal di rumah perempuan.
menceritakannya pada orangtuanya. (wawancara 12 Desember 2020).
Proses ini dinamakan dengan Beti Tei, Selanjutnya pada saat yang bersamaan
Tewe Moni Neni, yang selanjutnya akan diadakan sebuah perjanjian mengenai
dilajutkan dengan perkenalan dengan barangsiapa dari pihak laki-laki maupun
keluarga masing-masing pasangan atau perempuan berniat mengakhiri sebuah
yang disebut dengan Beku Me’bu pernikahan, nantinya akan mendapatkan
Me’e Tana Tigi. Selanjutnya, pihak sanksi secara adat. Hukum adat
keluarga laki-laki akan mempercayakan nantinya disesuaikan dengan keadaan
atau mengutus seorang saudari perempuan dari status sosial individu yang
dari pihak mereka untuk melaksanakan mengakhiri pernikahan tersebut. (Arndt
acara Bere Tere Oka Pale yakni 2009:32)
pinangan terhadap pihak perempuan. 3. Penyerahan mahar atau belis dari pihak
Orang tua dari pihak perempuan akan laki-laki kepada pihak perempuan terjadi
menanyakan kepada calon mempelai setelah tahap peminangan ini. Belis yang
perempuan mengenai persetujuannya. dimaksud berupa uang, emas atau
Jika calon mempelai perempuan telah perhiasan dan hewan seperti sapi, babi,
menyatakan kesediaannya, maka kuda ataupun kerbau. Pada saat ini
pinangan itu diterima kedua belah pihak akan
2. Setelah para muda mudi ini saling langsungmenetapkan waktu untuk
berkenalan atau Beti Tei, Tewe Moni dilaksanakannya perkawinan atau
Neni, maka pihak laki-laki akan pernikahan kedua pasangan calon
melakukan acara masuk minta, bisa pengantin. Umumnya yang terjadi adalah
dilakukan di rumah atau Sa’o yang disebut proses perkawinan dapat dilangsungkan
dengan Beku Mebhu Tana Tigi. Pada apabila telah terjadi kesepakatan antara
tahap ini pihak laki-laki mengutus kedua belah pihak menyangkut urusan
beberapa orang perempuan untuk belis. Apabilapihak laki-laki belum
melamar ke pihak perempuan. Apabila menggenapi keseluruhan belis yang
lamaran diterima, pada waktu yang diminta oleh pihak perempuan, maka

28
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

perkawinan dapat saja ditunda hingga secara langsung akan dikenai adat
keseluruhan persyaratan belis Kajurangakarena dalam pelaksanaan
terpenuhi.Gambar1. Jumlah Penduduk peresmiannya tidak dilakukan dalam
Menurut Kecamatan dan Agama yang rumah adat, tergantung pada kesepakatan.
Dianut di Kabupaten Ngada (Population 4. Setelah tahap peminangan, kedua calon
by Subdistrict and Religion).Sumber : pengantin akan melalui masa
BPS Kab. Ngada, Pada dasarnya semua pertunangan yang disebut Nasa. Tahap ini
tergantung pada kesepakatan antar kedua dipergunakan untuk mencocokkan tingkah
belah pihak keluarga, misalnya dengan laku, sifat dan perbuatan keduanya dalam
perjanjian bahwa belis akan dilunasi atau menangani pekerjaan rumah.Pada tahap
digenapi pada waktu yang akan datang. ini sang jejaka boleh menginap atau
Nama-nama ini juga menyatakan siapa bermalam di rumah sang gadis namun
yang akan menerima bagian belis tempatnya berbeda, dimana sang jejaka
tersebut, misalnya Maki Nara(bagian hanya diperbolehkan tidur di ruang tengah
untuk saudara laki-laki dari calon rumah saja, sedangkan sang gadis tidur
pengantin perempuan), Lue(kain bahu) dalam rumah inti bersama sanak
yang artinya bagian untuk ayah, Lawo saudarinya. Masa ini dapat berlangsung
(pakaian panjang untuk perempuan) yang lama dan dapat juga waktunya singkat saja
merupakan bagian untuk ibu, Pu’u tergantung pada kecocokan tingkah laku
Sao(bagian untuk rumah klan), Polu(piara) kedua calon pengantin dan dukungan
adalah bagian untuk orang tua angkat atau orangtua kedua belah pihak.
kerabat yang telah disepakati. Biasanya Pada masa ini sang jejaka dan si gadis
akan dilakukan pembicaraan lanjutan tidak diperkenankan tidur bersama. Apabila
antara kedua belah pihak yang dilanggar maka sang jejaka akan dikenakan
membutuhkan pengeluaran ekstra denda yang disebut dengan Kuku Lakaberupa
misalnya untuk konsumsi, transportasi pembayaran denda berupa 2 ekor kuda atau
dan lain-lain. Selanjutnya apabila terjadi kerbau sesuai Waru Jawa atau peraturan
Be’o Sa’oyakni proses peresmian adat.Tahap akhir dari proses perkawinan
perkawinan yang tidak dilakukan di adalah upacara perkawinan itu sendiri.
dalam rumah adat, akan disepakati pula Kedua calon pengantin akan melalui suatu
jumlah kerbau atau kuda yang harus ritual yakni Buri Peka Naja Logo Bei
dibayarkan sebagai denda oleh pihak yang Ubeyang artinya duduk di lantai rumah dan
menginginkan berakhirnya atau punggung disandarkan pada dinding rumah.
putusnya pertunangan. Semacam Lantai rumah (Buri Peka Naja) tempat duduk
perjanjian pra nikah. Untuk pihak laki- diibaratkan sebagai perempuan, sedangkan
laki yang berprofesi sebagai Aparatur laki-laki dilambangkan sebagai papan rumah
Sipil Negara (ASN) atau pengusaha, dan tempat bersandar (Logo Bei Ube). Sang

29
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

calon pengantin diberi pesan kearifan hidup oleh tradisi adat mereka. Namun, pertanyaan
sebagai suami istri yang harus saling mengenai efektivitas penerapan perkawinan
menghormati dan menghargai satu sama etnis Ngada dalam zaman modern seringkali
lain. Setelah ritual ini dilakukan, memunculkan diskusi yang menarik dan
Kedua pasangan pengantin akan relevan.
diresmikan dalam ritual perkawinan adat Perkawinan dalam budaya Ngada tidak
yang disebut dengan Zeza. Acara ini akan hanya merupakan ikatan antara dua individu,
disaksikan oleh kedua orang tua dan tetapi juga melibatkan keluarga, masyarakat,
segenap warga kampung yang turut dan aspek spiritual. Dalam tradisi Ngada,
mendoakan pasangan pengantin. Dalam proses perkawinan melibatkan serangkaian
upacara ini, seorang Pade Bhisa atau ritual dan upacara yang memiliki makna
pemimpin rohani upacara perkawinan akan mendalam serta menandai persatuan tidak
memimpin upacara persembahan sesaji hanya antara pasangan, tetapi juga antara dua
kepada roh leluhur sebagai permohonan keluarga yang bersangkutan. Aspek ini
keselamatan bagi kedua pengantin dan anak seringkali menjadi bagian yang dianggap
keturunannya. Perkawinan secara adat/Zeza penting dalam mempertahankan identitas
biasanya dilakukan sehari sebelum budaya dan keberlangsungan tradisi
perkawinan gereja. Hal ini dimaksudkan masyarakat Ngada.
untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal Namun, seiring dengan perkembangan
diluar perkiraan pada pasangan pengantin, zaman dan pengaruh dari luar, pertanyaan
misalnya kasus ingkar janji, atau muncul mengenai relevansi dan efektivitas
pembatalan perkawinan karena terjadi penerapan perkawinan etnis Ngada dengan
masalah dalam hubungan pengantin atau membawa mahar atau belis di zaman modern
keluarganya (martha, 2011). Setelah ini. Dalam konteks globalisasi dan
melaksanakan upacara Zeza, keesokan modernisasi, masyarakat Ngada, seperti
harinya pasangan pengantin akan diresmikan masyarakat lainnya di dunia, mengalami
oleh gereja sebagai pasangan suami istri perubahan dalam berbagai aspek kehidupan,
Analisis Efektifitas Penerapan Perkawinan termasuk nilai-nilai, norma, dan gaya hidup.
Etnis Ngada Pada Era Modern Salah satu tantangan utama adalah
Penerapan perkawinan etnis Ngada
bagaimana mempertahankan warisan budaya
dalam konteks zaman modern merupakan
dan tradisi sambil tetap beradaptasi dengan
topik yang kompleks dan menarik untuk
perubahan zaman. Perkawinan etnis Ngada
dibahas. Ngada adalah salah satu suku bangsa
sering kali diatur oleh adat yang sangat kaku
di Indonesia, khususnya di wilayah Nusa
dan melibatkan proses yang kompleks, yang
Tenggara Timur, yang memiliki tradisi dan
dalam beberapa kasus bisa menjadi kendala
budaya yang kaya. Salah satu aspek yang
bagi generasi muda yang terpengaruh oleh
sangat penting dalam kehidupan masyarakat
Ngada adalah sistem perkawinan yang diatur

30
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

gaya hidup modern dan memiliki pandangan perubahan sosial, hukum, dan pendidikan di
yang berbeda terhadap nilai-nilai tradisional. zaman modern. Namun, untuk melakukan
Efektivitas penerapan perkawinan etnis evaluasi yang komprehensif, perlu
Ngada dalam zaman modern juga dapat diperhatikan bahwa informasi yang spesifik
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tentang penerapan perkawinan etnis Ngada
pendidikan, urbanisasi, akses terhadap mungkin tidak secara eksplisit
teknologi, dan perubahan sosial ekonomi. terdokumentasi dalam literatur yang mudah
Generasi muda yang lebih terpapar pada diakses. Namun demikian, penulis akan
dunia luar, termasuk nilai-nilai yang berbeda mencoba memberikan gambaran umum
dari budaya asing, mungkin memiliki tentang evaluasi tersebut berdasarkan
pandangan yang berbeda terhadap pentingnya informasi yang tersedia.
mempertahankan tradisi perkawinan etnis a. Perubahan Sosial dalam Penerapan
Ngada. Perkawinan Etnis Ngada
Di sisi lain, masih ada kelompok Pada tingkat sosial, perkawinan etnis
masyarakat Ngada yang sangat memegang Ngada dapat dipengaruhi oleh perubahan
teguh nilai-nilai tradisional dan sangat dalam nilai-nilai budaya, peran gender,
berkomitmen untuk menjaga keaslian dan migrasi, urbanisasi, dan faktor-faktor lain
keberlangsungan budaya mereka. Mereka yang berkaitan dengan perubahan sosial.
melihat perkawinan etnis Ngada bukan hanya Pengaruh globalisasi dan interaksi dengan
sebagai ikatan antara individu, tetapi juga budaya lain juga dapat memengaruhi
sebagai cara untuk mempertahankan identitas preferensi perkawinan di antara masyarakat
dan warisan nenek moyang mereka. Ngada. Hal ini bisa berdampak pada tradisi,
Perubahan zaman membutuhkan norma, dan praktik perkawinan di komunitas
adaptasi, namun, penting juga untuk tersebut.
memahami bahwa setiap budaya memiliki b. Perubahan Hukum dan Kebijakan
nilai-nilai yang berharga dan dapat Adanya perubahan dalam regulasi
memberikan kontribusi bagi keberagaman hukum atau kebijakan terkait perkawinan di
dunia. Indonesia secara umum juga dapat
1. Evaluasi tentang Efektivitas Penerapan mempengaruhi praktik perkawinan etnis
Perkawinan Etnis Ngada yang dengan di Ngada. Meskipun masyarakat adat seringkali
Zaman Modern dilihat dari perubahan masih menjalankan praktik tradisional
sosial, perubahan hukum dan keterbukaan mereka, regulasi hukum yang berkaitan
Pendidikan dengan pernikahan di Indonesia dapat
Penerapan perkawinan dalam konteks mempengaruhi cara perkawinan diakui secara
etnis tertentu, seperti perkawinan etnis Ngada resmi, perlindungan hukum terhadap
di Indonesia, adalah subjek yang menarik dan pasangan yang menikah, dan keterlibatan
penting untuk dievaluasi dalam kerangka pemerintah dalam proses pernikahan.

31
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

c. Pendidikan dan Keterbukaan untuk pernikahan tersebut. Mahar atau belis


Pendidikan dan tingkat keterbukaan sering kali dianggap sebagai penghargaan
masyarakat dapat memengaruhi pola pikir atas peran keluarga perempuan dalam
dan preferensi terhadap perkawinan di antara membesarkan dan mendidik calon pasangan
masyarakat etnis Ngada. Pendidikan dapat perempuan. Dengan memberikan mahar atau
meningkatkan kesadaran akan hak-hak belis, pihak laki-laki menunjukkan
individu, termasuk dalam konteks penghargaan dan rasa terima kasih kepada
pernikahan. Keterbukaan terhadap informasi, keluarga perempuan.
budaya luar, dan nilai-nilai baru juga dapat Mahar atau belis juga memiliki
mempengaruhi cara pandang masyarakat implikasi ekonomi dalam konteks
terhadap tradisi perkawinan mereka. perkawinan di NTT. Mahar atau belis dapat
2. Analisis Penerapan Belis pada Perkawinan berfungsi sebagai dukungan ekonomi bagi
Pada Etnis Ngada di Era Modern pasangan perempuan, terutama dalam
Mahar atau belis adalah praktik memulai kehidupan baru sebagai pasangan
tradisional yang masih umum dalam yang mandiri. Mahar atau belis dapat berupa
perkawinan di masyarakat NTT. Mahar atau aset atau harta benda yang dapat membantu
belis adalah pemberian atau hadiah yang memenuhi kebutuhan ekonomi pasangan
diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau memberikan modal untuk
perempuan atau keluarganya sebagai simbol memulai usaha.
komitmen dan tanggung jawab dalam Namun, efektivitas penerapan mahar
pernikahan. Mahar dapat berupa uang, harta atau belis ini dalam perkawinan di NTT dapat
benda, atau sesuatu yang memiliki nilai. dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama,
Penerapan mahar atau belis dalam perubahan sosial dan ekonomi dapat
perkawinan di NTT masih dianggap penting mempengaruhi makna dan nilai mahar atau
dan relevan oleh sebagian besar masyarakat belis. Dalam era modern, nilai-nilai dan
setempat. Mahar atau belis memiliki berbagai prioritas dalam perkawinan mungkin
makna dan tujuan dalam konteks budaya berubah, dan mahar atau belis tidak lagi
NTT. Pertama, mahar atau belis digunakan dilihat sebagai aspek yang sangat penting
sebagai simbol keseriusan dan komitmen dalam membangun hubungan yang sehat.
pihak laki-laki terhadap hubungan Perkembangan ekonomi juga dapat
pernikahan. Pemberian mahar atau belis mempengaruhi implementasi mahar atau
dianggap sebagai tanda bahwa pihak laki-laki belis. Jika keluarga pihak laki-laki memiliki
siap untuk membimbing dan memberikan keterbatasan finansial, pemberian mahar atau
perlindungan kepada pasangan perempuan. belis yang besar mungkin menjadi sulit.
Selain itu, belis juga memiliki makna Dalam beberapa kasus, keluarga pihak laki-
sebagai penghormatan dan apresiasi terhadap laki mungkin terpaksa menunda atau
keluarga perempuan yang memberikan restu mengurangi jumlah mahar atau belis yang

32
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

mereka berikan. Hal ini dapat menimbulkan Penerapan Ilmu Aakuntansi dalam
ketegangan dalam hubungan antara kedua Perkawianan Etnis Ngada
Ilmu akuntansi adalah suatu sistem
keluarga.
yang digunakan untuk merekam,
Selain itu, peran gender dalam
mengklasifikasikan, menganalisis, dan
penerapan mahar atau belis juga dapat
melaporkan transaksi keuangan suatu entitas.
menjadi pertimbangan penting. Beberapa
Sistem ini dapat diterapkan dalam berbagai
orang mungkin menganggap pemberian
konteks budaya dan masyarakat, termasuk
mahar atau belis sebagai bentuk
dalam perkawinan etnis Ngada di Indonesia.
ketidaksetaraan gender atau sebagai bentuk
Meskipun praktek-praktek akuntansi modern
komodifikasi perempuan. Hal ini dapat
mungkin tidak langsung terkait dengan
memunculkan pertanyaan mengenai keadilan
upacara perkawinan tradisional Ngada,
dan kemandirian perempuan dalam
konsep-konsep dasar akuntansi dapat
perkawinan.
memiliki relevansi dalam konteks ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa
Dalam konteks perkawinan etnis
efektivitas mahar atau belis dalam
Ngada, penerapan ilmu akuntansi mungkin
perkawinan di NTT khususnya etnis Ngada
bisa lebih berkaitan dengan cara mengelola
pada era modern ini dapat bervariasi antara
aset dan nilai-nilai dalam kehidupan berumah
individu atau keluarga. Beberapa masyarakat
tangga.
atau keluarga mungkin masih sangat
Berikut beberapa aspek di mana
memegang teguh tradisi dan adat istiadat,
prinsip-prinsip akuntansi dapat memiliki
sehingga mahar atau belis tetap dianggap
relevansi:
sebagai praktik yang wajib
1. Pengelolaan Aset
Dalam kesimpulannya, meskipun
Pencatatan Harta: Dalam budaya
mahar atau belis masih umum dalam
Ngada, adat istiadat mungkin mengatur cara
perkawinan pada Masyarakat etnis Ngada,
kepemilikan dan penggunaan aset, seperti
efektivitasnya dapat bervariasi tergantung
tanah, hewan ternak, perhiasan, atau harta
pada konteks budaya dan nilai-nilai yang
lainnya. Pencatatan ini dapat dianggap
dianut oleh individu atau masyarakat yang
sebagai pemeliharaan "buku besar" informal,
terlibat. Penting untuk mengakui bahwa
di mana status kepemilikan dan penggunaan
setiap individu atau pasangan memiliki hak
aset ditandai.
untuk menentukan apakah mahar atau belis
2. Pertanggungjawaban Finansial
akan diterapkan dalam perkawinan mereka.
Pemisahan Keuangan: Praktek untuk
Namun, penulis memahami bahwa
memisahkan keuangan pribadi dan keuangan
perubahan budaya coba untuk lebih fleksibel
keluarga adalah aspek yang bisa
dan membuka diri terhadap perubahan dalam
diinterpretasikan dari sudut pandang
konsep perkawinan dan peran mahar atau
akuntansi. Mungkin ada klasifikasi dan
belis di era modern
pemisahan secara informal antara aset yang

33
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

dimiliki oleh individu dan yang dimiliki oleh pengelolaan aset, pertanggungjawaban
keluarga setelah pernikahan. finansial, pelaporan dan keterbukaan, serta
3. Pelaporan dan Keterbukaan pengaturan sumber daya dalam konteks
Transparansi dalam Pengelolaan: perkawinan etnis Ngada. Penelitian ini
Konsep transparansi dalam akuntansi, mengacu pada berbagai sumber, termasuk
meskipun mungkin tidak diterapkan dalam buku dan artikel yang membahas adat dan
bentuk laporan keuangan formal, bisa dilihat hukum di Indonesia.
dalam cara komunikasi dan kejelasan dalam
pengelolaan aset dan sumber daya keluarga UCAPAN TERIMA KASIH
antara pasangan dan keluarga mereka. Penulis mengucapkan terima kasih
4. Pengaturan Sumber Daya kepada masyarakat Ngada di Nusa Tenggara
Perencanaan Keuangan: Prinsip Timur yang telah memberikan wawasan dan
perencanaan keuangan dalam akuntansi pengalaman berharga tentang praktik
modern mungkin mempunyai kesamaan perkawinan etnis Ngada. Terima kasih juga
dengan cara keluarga Ngada merencanakan kepada tokoh adat, pemuka agama, dan
dan mengatur sumber daya untuk masa informan penting yang telah bersedia berbagi
depan, seperti untuk kebutuhan keluarga, pengetahuan dan pengalaman mereka tentang
pendidikan anak-anak, atau perayaan adat konsep belis, proses perkawinan, dan
tertentu. penerapan akuntansi dalam konteks budaya
mereka, dan kepada semua orang yang telah
KESIMPULAN membantu kami menyelesaikan karya ilmiah
Penelitian ini mengeksplorasi praktik ini.
perkawinan etnis Ngada di Nusa Tenggara
Timur, khususnya terkait dengan konsep DAFTAR PUSTAKA
belis, proses perkawinan, dan penerapan ilmu Cun Bay,Timotius. (2015). Perkawinan
Eksogami Rang Pada Masyarakat Desa
akuntansi dalam konteks budaya. Dalam
Inelika, Kecamatan Bajawa Kabupaten
zaman modern, efektivitas penerapan Ngada-Nusa Tenggara Timur. Jurnal of
perkawinan etnis Ngada dapat dipengaruhi Arts and Humanities, 10(1) ISSN 2302-
oleh perubahan sosial, ekonomi, dan nilai- 920X.
Deke dkk. (2020). Perubahan Wujud dan
nilai generasi muda. Meskipun ada kelompok Makna Belis dalam Perkawinan Adat
yang berkomitmen untuk mempertahankan Bajawa Boba (Tesis, Untan Pontianak,
keaslian budaya, perubahan zaman 2020) Diakses pada 6 Desember 2023
dari
membutuhkan adaptasi. Oleh karena itu, https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpd
penerapan perkawinan etnis Ngada dalam pb/article/view/41411.
konteks perubahan sosial, hukum, dan Hidayah, Zahratul. (2015). Perkawinan Adat
di Desa Wae Rebo, Suku Manggarai,
pendidikan perlu dievaluasi. Selain itu, ilmu
Kabupaten Manggarai. (Skripsi,
akuntansi juga memiliki relevansi dalam Universitas Nusa Cendana).

34
JUEB: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 3. No. 1 Maret 2024
http://jurnal.jomparnd.com/index.php/jk e-ISSN: 2828-8858 p-ISSN: 2829-0011

Kompas.com (2023). Belis, Tradisi Penting


dalam Pernikahan Masyarakat Nusa
Tenggara Timur. Diakses pada 6
Desember 2023 dari
https://www.kompas.com/stori/read/20
23/03/14/200000179/belis-tradisi-
penting-dalam-pernikahan-masyarakat-
nusa-tenggara-timur?
Nuwa, Nobertus. (2003). Akuntansi Belis
Dalam Perkawinan Kampung Adat
wolotopo. ( jurnal skripsi, Universitas
Flores,2023) Diakses pada 6
Desemeber 2023 dari
https://id.scribd.com/document/679003
795/Jurnal-Ertus.
Sistem Perkawinan Masyarakat Desa Inelika
Ngada. (n.d.) Academia.id.
https://www.academia.edu/33173027/F
ian_proposal. Diakses Pada 6
Desember 2023
Wati Fatma , Nong Hoban. (2021). Dongo
Sa'o: The Matrilineal Marriage System
Of The Ngada-Flores Community.
Jurnal Sejarah,Pendidikan dan
Humaniora, 5(2),125-137.

35

Anda mungkin juga menyukai