Sihar Pandapotan *
Staf Edukatif Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Medan,
Indonesia
Abstract
This paper aims to find out how the process according to Gayo customs in the village of Kala Lengkio Kebayakan
District, Central Aceh District. The villagers of Kala Lengkio mostly maintain the process of offering according to Gayo
customs. Munginte is a tradition that has been done Gayo village community Kala Lengkio hereditary. Male parents
appoint a representative to marry a woman to be his wife's wife, it is necessary to deliberate to know whether the
woman who will dipinang it has not dipinang others legally, because according to shari'ah haram married people who
have dipinang others. For the Gayo community, this custom is an attempt to preserve the customs that have been
passed on by the ancestors, among others by performing art performances or frequent meetings with traditional
leaders. For parents, it is hoped that they can teach customs to the next generation, so that the existing custom will be
preserved until the end of time.
How to Cite: Pandapotan, S. (2017), Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala
Lengkio Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 72-
83.
72
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
73
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan
74
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
dikandung adat, mati dikandung bumi, ini dilihat dalam bentuk fundamentalisme
hidup harus benar, mati harus suci)". yang ektrim. Kedua, sikap terbuka yang
Sedangkan Melalatoa (2002: 110), kompromistis yang menerima segala
menyatakan bahwa: "Adat adalah bentuk adat-istiadat lingkungannya. Sikap
melakukan berbagai kebiasaan yang demikian sering terlihat dalam
merupakan produk sistem demokrasi yang kecenderungan liberalisme ekstrim yang
paling tua dalam proses hubungan manusia sering menganut faham kebebasan.
dengan Allah, sesama manusia dengan Misalnya di Belanda yang dikenal sebagai
manusia, manusia dengan alam, adat negara Eropah yang paling liberal, pecandu
mempunyai sanksi terhadap narkoba bisa menjadi anggota dewan kota
pelanggarnya". dan euthanasia dihalalkan. Kebebasan yang
Dalam Kamus Besar Bahasa kebablasan demikian juga kurang tepat,
Indonesia (1996:13), arti adat adalah sbb: karena bagaimanapun manusia hidup
1) Adat (n) aturan (perbuatan dsb) yang didunia berhubungan dengan orang lain,
lazim diturut dan dilakukan sejak dahulu maka kebebasan yang keterlaluan dari
kala; 2) Kebiasaan(kelakuan dsb)yang sekelompok yang satu bisa berdampak
sudah menjadi kebiasaan; 3) Cukai merugikan kelompok lain. Ketiga, sikap
menurut peraturan yang berlaku dualisme. Sikap ini tidak
(dipelabuhan tersebut). mempertentangkan dan tidak
Wujud gagasan kebudayaan yang mencampurkan faham-faham adat itu,
terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, tetapi membiarkan semua adat-istiadat itu
hukum, dan aturan-aturan yang satu berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi
dengan yang lainnya berkaitan menjadi masing-masing.
satu system. Dalam pergaulan sehari-hari, orang
Perlu disadari bahwa manusia tidak Gayo masih tetap mempergunakan istilah-
hidup sendiri di dunia dimana ia terbebas istilah atau cara-cara adat istiadat serta
dari segala nilai dan adat-istiadat dan bisa kebiasaan-kebiasaan sebagai alat
berbuat apapun sesukanya, sebab sebagai komunikasi. Sebenarnya didalam adat
mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia istiadat dan budaya Gayo, tersimpan
selalu berinteraksi dengan keluarga, orang- mutiara-mutiara serta kaidah-kaidah yang
orang di lingkungan hidup sekelilingnya, amat tinggi nilainya, mengandung
lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa pengetahuan serta ajaran yang mencakup
dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia berbagai aspek kehidupan dunia dan
dilahirkan, dan budaya religi turun- akhirat.
temurun dimana suku dan bangsa itu Pinan (2003: 25), mengatakan
memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. bahwa: "Adat Gayo tidak kaku. Adat yang
Karena itu manusia tidak terbebas dari mampu mengikuti perkembangan zaman
adat-istiadat. Saputra (2001: 13), sejauh dipandang positif. Adat Gayo tidak
menjelaskan setidaknya ada 3 melawan arus, melawan arus akan hanyut.
kecenderungan yang dijadikan panutan Tetapi perlu dipikirkan bila merobah
sikap manusia menghadapi adat-istiadat sesuatu itu, sangat diperlukan acuan yang
disekelilingnya, yakni: Pertama, sikap dipandang lebih relevan".
antagonistis/penolakan akan segala bentuk Selanjutnya Yoga (2003: 1),
adat-istiadat yang tidak diingininya, gejala menambahkan bahwa: "Dalam masyarakat
75
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan
Gayo masa lalu adat dan istiadat adalah dua meninggalkan pusaka para datuk yang
kata yang mempunyai makna dan adiluhung (mulia) itu.
pengertian sebagai suatu aturan atau Adat tidak pernah hilang. Secara
norma-norma prilaku hidup setiap anggota resmi atau tidak, adat tetap berperan dalam
masyarakat". masyarakat pemeluknya. Sama halnya di
Sistem adat di Gayo bersumber dari Gayo, sejak zaman nenek moyang adat itu
adat lama, sejak zaman pra-Islam, biasanya tetap berjalan, walaupun terkadang terjadi
mereka namakan edet (sistem adat yang kemunduran, tetapi tidak dapat dikatakan
bersumber dari adat lama). Sebaiknya semua sudah punah.
kaidah-kaedah nilai-nilai pengetahuan, Jika umpamanya didaerah perkotaan
kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam adat istiadat itu kurang terlestari, namun
disebut hukum. Perpaduan edet (sistem dikampung-kampung tetap berperan kuat,
adat yang bersumber dari adat lama) dan masih seindah warna aslinya. Contoh dalam
hukum menjadi pedoman tingkah laku upacara kerje mengerje (upacara
masyarakat. Hasil perpaduan keduanya, perkawinan), bereles (sunat rasul),
akhirnya disebut sebagai adat istiadat Gayo neyesukuri umah (mendirikan rumah),
atau sistem budaya Gayo. upacara-upacara keagamaan, upacara
Pada masa lalu edet (sistem adat di kesenian, upacara bercocok tanam, upacara
Gayo bersumber dari adat lama, sejak mengaro (berburu), menebuk uten
zaman pra-Islam) itu lebih memiliki (membuka hutan untuk ladang) dan lain
peranan yang jelas dan khusus serta lebih sebagainya.
dominan dalam memberi acuan kepada Proses Munginte (Peminangan)
perilaku warga masyarakat, dalam sistem Menurut Adat Istiadat Gayo, yaitu lamaran
sosial ditengah berbagai kesatuan sosial atau meminang adalah tradisi yang harus di
yang ada. Demikian juga hukum menempati lakukan oleh sebagian adat atau tradisi
kedudukan dan menjalankan perannya bangsa kita. Setiap suku memiliki adat dan
yang khas pula. tradisi masing-masing dalam hal meminang
Adat Gayo bernilai spiritual dan ini.
berorientasi kepada akhlakul karimah. Dalam hal ini Ibrahim (2002: 180),
Membentuk pergaulan yang berlandaskan menjelaskan proses peminangan menurut
agama, adat, melaksanakan amar ma'ruf adat istidat Gayo: terlebih dahulu telangke
nahi munkar. Adat Gayo jelas-jelas (perantara) dari pihak keluarga
menunjang agama. Contoh singkat dalam mengadakan musyawarah tentang calon
peribahasa yang berbunyi "murip ikanung pengantin perempuan, mengenai agama
edet mate ikanung bumi, murid benar mati maupun keturunan dan terutama apakah
suci" (hidup ini harus dikandung adat, perempuan yang dimaksud sudah atau
sedang mati jelas dikandung tanah) hidup belum dipinang orang lain.
harus dalam keadaan benar sedang mati Setelah ada kesepakatan, telangke
perlu dalam keadaan suci. (perantara) berangkat menuju ketempat
Adat yang baik adalah adat yang pihak calon pengantin perempuan untuk
beradab, selalu melihat pada sudut memberitahukan bahwa keluarga calon
pandang estetika, menjelmakan pengantin laki-laki menginginkan anak
masyarakat yang indah, elok, baik dan tidak mereka untuk dijadikan menantu keluarga
laki-laki. Setelah ada keputusan untuk bisa
76
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
77
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan
78
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
79
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan
Teniron jenis inipun menjadi milik istri dan dibungkus dengan kain berkerawang atau
kalau suami istri bercerai kain putih) yang berisi sirih yang disajikan
Jadi, disamping mahar yang kepada keluarga inti yang dipinang. Usai
merupakan sarat sah nikah supaya suami beramah tamah atau pendapatan, barulah
istri halal berhubungan berdasar syariat, acara munginte (peminangan) dimulai.
maka teniron (permintaan calon isteri Pelaku yang berperan dalam munginte
melalui walinya kepada calon suaminya) (peminangan) ini biasanya dipercayakan
merupakan sarat kesepakatan terjadinya pada beberapa orang, yang terdiri dari tiga
perkawinan menurut adat Gayo. Bila fungsi atau lima orang. Yang tiga atau lima orang
teniron (permintaan calon istri melalui itu terdiri dari laki-laki dan perempuan.
walinya kepada calon suaminya) dikaitkan Dalam hal ini sebaiknya diusahakan
dengan fungsi adat untuk menunjang mereka yang masih bertalian darah serta
syariat, maka teniron (permintaan calon dipandang dari (tutur ringen) sudut
istri melalui walinya kepada calon keakraban.
suaminya) mengatur tanggung jawab suami Biasanya bahasa yang dipergunakan
terhadap kebutuhan hidup istrinya di dalam meminang memiliki kelas
sekaligus merupakan jaminan bagi istri jika tersediri. Maksudnya kalimat-kalimat yang
terjadi sesuatu yang tidak diingini (cerai). diungkapkan begitu banyak didengar
Pada hari dan waktu yang ditentukan dengan bahasa kias, serta berirama puitis.
oleh orang tua pihak perempuan, keluarga Semua ini bergantung pada sang pelaku,
inti mewakili orang tua pergi meminang ke sejauhmana kebolehan yang ia miliki.
rumah tempat tinggal orang tua Bagi pelaku yang memiliki
perempuan. Adapun bahan-bahan yang pengalaman, disini dapat didengar ia
dipersiapkan dalam Munginte langsung berperan aktif, masyarakat asik
(peminangan) menurut Pinan (2001:117), dan terpukau mendengar ungkapan-
adalah sebagai berikut : Beras satu bambu ungkapan pribahasa yang dituangkan.
dimasukkan kedalam sumpit bergampit Melengkan (saling tindih menindih),
(sumpit untuk meminang; Sejumlah uang layaknya tanpa konsep, keluar secara
dibungkus dengan kain putih, dan spontan. Namun disini sengaja dibatasi,
dimasukkan juga kedalam sumpit; Pinang sejauh tidak mengurangi maksud dari
tiga atau lima buah, sebaiknya jangan tujuan.
terlalu tua dan jangan perempingen (terlalu Menurut Pinan (1993: 1) bahwa: "Di
muda); Sirih dua pedi (dua ikat). Menon dalam pepatah-petitih tersimpan mutiara
Pitu (masing-masing tujuh lembar); Telur serta kaedah-kaedah yang amat tinggi
ayam satu butir; Jarum jahit satu buah, nilainya, mengandung pengetahuan serta
yang telah dibubuhi benang sepanjang ± 30 ajaran yang mencakup berbagai aspek
cm, dan tusukan pada sepotong ibu kunyit; kehidupan masyarakat".
1 (satu) buah sisip untuk menyisip Berdasarkan pendapat di atas maka
tikar/sumpit terbuat dari kulit bambu. dapat disimpulkan bahwa kehidupan
Semua ini dijadikan satu, maksudnya masyarakat suku Gayo memilki berbagai
dimasukkan kedalam sumpit yang karya seni seperti pepatah-petitih yang
bergampit tadi. Sebagai pembuka mempunyai suatu makna tertentu yang
mukadimah, didahului dengan dapat dijadikan suatu prinsip kehdidupan
menyerahkan Batil Bersap (cerana yang bermasyarakat.
80
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
Contoh pepatah-petitih yang selama Angan kasad ejet niet, selapis keta
ini dipergunakan dalam munginte ngele kami rengomen (maksud seiring niat,
(peminang), sebagaimana dikemukakan sementara sudah kami terima.
Pinan (2001: 118): Malum kire kite. Ipak ni mu-ama kul,
Singuk kami sawahen, kene kite mu-ama engah, mu-ama encu, mu-dengan
muripni, sara ngenaken rowa, tikik pedih, mempeserinen sungguh pusok
ngenaken dele, empe merahi lapang (yang sembilau due (maklumlah kita, anak gadis
bisa kami sampaikan, karena kita hidup ini, kami ni memiliki bapak si kul, bapak yang
satu menginginkan dua, sedikit tengah, bapak yang bungsu, memiliki
menginginkan banyak, sempit mencari saudara kandung, memiliki adik kandung).
yang lapang/luas). Ke ciconi manuk kelikni kalangpe ke
Kami penge ari kuyu beremus, bede torah wajippe bersawah kesah halus te ku
ramalan, I kite ni arah inih si mumatae tenumpitte (laksana burung, suara
(kami mendengar dari angin yang pekiknya elang, harus wajib disampaikan
berhembus, badai berjalan, disini ada bibit kepangkuan).
yang indah). Syarat yakin tene kuet, syarat denem
Harap ni kami gere sengkerat, dene meninget, si katan penampog
tawaqal ni kami gere semelah (harapan kuyu/peramalen, kati enti emusi kuyu bade
kami tidak terputus, tawakal kami tidak remalan, ijemuri lo, gelah keta kami amaten
sebelah). mulo (syarat yakin tanda kuat, syarat rindu
Inile si kami jurahen ku tanumpit te, Tanya mengingat, di dalam petanda
syarat yakion tene kuet, syarat denem pinangan/peramalan, biar hembusan
tenemeninget (inilah kami berikan angina).
kepangkuan kita, syarat keyakinan tanda Oros bergampit (bawaan calon
kuat, dan syarat rindu tanda teringat). pengantin pria) diserahkan kepada salah
Gayung bersambut, kata berjawab. satu orang tua, biasanya bila kakeknya
Pihak yang didatangi tentu saja wajib masih ada maka dipandang tepat bahwa
membalas, apa yang telah diutarakan oleh beliaulah yang menerimanya. Andai kata
pihak yang datang meminang. sudah tidak ada, ini bergantung kepada
Tukasnya kira-kira sebagai berikut: kebijaksanaan untuk menempuh jalan yang
Kin geh te, kite petama, pintu peruke terbaik. Secara tradisional benda ini
alas pedenang (dengan kedatangan kami, dijadikan bantal tidur. Mungkin saja
tangga menanti, pintu terbuka, tikar mereka berpendapat, lewat cara seperti ini,
terbentang). agak lebih cepat ditemukan suatu bibikan,
Demu awah kite nge bersiceraken, menyangkut masalah perjodohan cucu atau
demu mata kite nge bersiengoen (jumpa anaknya yang baru saja dipinang orang.
mulut kita saling berbicara, jumpa mata Selang beberapa hari dari
kita sudah saling berpandangan). peminangan ini, yang meminang kembali
Kin si katan mangaspe, kete ngele hadir, setelah memperoleh isyarat dari
iangasen tersara cepahen (untuk bahan pihak yang dipinang.
sirihpun, telah dinikmati, perbungkusan Seperti apa yang diutarakan di atas,
sirih) tutur bahasa mereka biasanya agak
panjang. Sekali lagi disini dinukilkan secara
singkat.
81
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan
Amal tidur nipi jegeni kami, kemana seorang wakil untuk meminang seorang
gere jeroh gere kotek, singuk iperin si agih- wanita untuk dijadikan calon istri anaknya,
agihe (Mimpi tidur seiring dengan hal ini perlu dimusyawarahkan untuk
musyawarah yang kami lakukan, mudah- mengetahui apakah perempuan yang akan
mudahan tidak terlalu baik, juga tidak dipinang itu belum dipinang orang lain
disebut buruk, yang dapat kami sampaikan secara sah, karena menurut syari'at haram
adalah sewajarnya saja). meminang orang yang telah dipinang orang
Ike isin we petemun ni ipak ni, gere lain.
kami angkap, gotol le gelahmi kite berbilang Penerapan tata cara peminangan
si putih, bertimang si kuning, Gelahmi bang Gayo, karena itu merupakan salah satu adat
ipak ni bertenemengen pumue, bernemen istiadat yang diwariskan oleh leluhur yang
kudukke, berjenujung kase uluwe (Bila menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan,
berkenan jodohnya ipak, tidak kami pungut kesopanan, layaknya adat istiadat suku
bekal suaminya, jelasnya ipak ni, kami pilih lainnya. Misalnya dalam peminangan harus
sebaiknya ikut suami/patriokal). sesuai dengan yang dijanjikan pihak laki-
Nemen ni kudukke sikatan laki/perempuan akan diadakan perjanjian
edette/unyukke, beta kene sitetuente F 300 yang resmi dengan ketentuan tidak
(Memenuhi ketentuan adat, dibebankan berubah dari hasil musyawarah dalam
yang F 300). Maharre keta sara ringit Acih peminangan tersebut.
(Maharnya satu ringgit Aceh).
Utusan-utusan tadi, atau pihak yang DAFTAR PUSTAKA
Buniyamin. S. 2004. Budaya dan Adat Istiadat
meminang tidaklah berani saat itu spontan
Gayo Lues. Gayo Lues: Blangkejeren.
menerima ketentuan yang mereka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
bebankan. Mereka pulang membawa berita, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
seraya menyerahkan masalah pada yang Jakarta : Balai Pustaka
dianggap berwajib. Hanafiah, S. 2001. Sastera Lisan Gayo. Jakarta.
Dalam hal musyawarah sering terjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
tawar menawar. Di daerah Gayo ada Bahasa.
peribahasa, "Temas kusiara, nyaya kusi Ibrahim, M dan Hakim A.P. 2002. Syariat dan
legih, atau temas kusiara, legih ku si Adat Istiadat. Takengon: Yayasan
gemade" (mudah bagi yang punya, susah Maqaman Mahmuda Takengon
2003. Syariat dan Adat Istiadat.
bagi yang tak mampu).
Takengon: Yayasan Maqaman Mahmuda
Di lain sisi, bisa saja terjadi tanggapan
Takengon
yang kurang fleksibel. Maksudnya tanpa 2005. Syariat dan Adat Istiadat.
sedikitpun meminta kurang, seperti adanya Takengon: Yayasan Maqaman Mahmuda
rasa sedikit kesombongan. Takengon
Melalatua, MJ. 2002. Kebudayaan Gayo. Jakarta :
KESIMPULAN Balai Pustaka
Masyarakat desa Kala Lengkio masih Pinan, H.A. 1998. Hakikat Nilai-Nilai Budaya
mempertahankan proses peminangan Gayo.Banda Aceh : Rina Utama
sesuai dengan adat istiadat Gayo. Munginte . 2001. Daur Hidup Gayo. Takengon :
Sumber Aksara
merupakan tradisi yang telah dilakukan
, 2003. Pesona Tanah Gayo. Takengon
masyarakat Gayo Desa Kala Lengkio secara
: Charisma
turun temurun. Orang tua pria menunjuk
82
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83
Rosidi, A. 2004. Sastera dan Budaya Kedaerahan Team Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan
dan Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Skripsi FIS UNIMED. Medan : UNIMED
Saputra. M. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta : Bumi Yoga, S. 2003. Adat Budaya Gayo dalam Lintas
Aksara Sejarah. Takengon : STAI Takengon
Surakhmad, W. 1990. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
83