Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala


Lengkio Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

Sihar Pandapotan *

Staf Edukatif Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Medan,
Indonesia

Diterima Pebruari 2017; Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017


Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses peminangan menurut adat istiadat Gayo di Desa Kala
Lengkio Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Masyarakat desa Kala Lengkio sebagian besar
mempertahankan proses peminangan sesuai adat istiadat Gayo. Munginte merupakan tradisi yang telah dilakukan
masyarakat Gayo Desa Kala Lengkio secara turun temurun. Orang tua pria menunjuk seorang wakil untuk
meminang seorang wanita untuk dijadikan calon istri anaknya, hal ini perlu dimusyawarahkan untuk mengetahui
apakah perempuan yang akan dipinang itu belum dipinang orang lain secara sah, karena menurut syari’at haram
meminang orang yang telah dipinang orang lain. Bagi masyarakat Gayo, kebiasaan ini adalah upaya untuk melestarikan
adat istiadat yang telah diwariskan oleh leluhur, antara lain dengan mengadakan pentas seni atau sering mengadakan
pertemuan dengan pemuka adat. Bagi orang tua diharapkan dapat mengajarkan adat istiadat kepada generasi penerus,
sehingga adat yang ada tetap lestari hingga akhir zaman.

Kata Kunci: Proses; Peminangan; Adat Gayo

Abstract
This paper aims to find out how the process according to Gayo customs in the village of Kala Lengkio Kebayakan
District, Central Aceh District. The villagers of Kala Lengkio mostly maintain the process of offering according to Gayo
customs. Munginte is a tradition that has been done Gayo village community Kala Lengkio hereditary. Male parents
appoint a representative to marry a woman to be his wife's wife, it is necessary to deliberate to know whether the
woman who will dipinang it has not dipinang others legally, because according to shari'ah haram married people who
have dipinang others. For the Gayo community, this custom is an attempt to preserve the customs that have been
passed on by the ancestors, among others by performing art performances or frequent meetings with traditional
leaders. For parents, it is hoped that they can teach customs to the next generation, so that the existing custom will be
preserved until the end of time.

Keywords: Process; Proposal; Gayo Traditional

How to Cite: Pandapotan, S. (2017), Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala
Lengkio Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 72-
83.

*Corresponding author: p-ISSN 2085-482X


E-mail: siharpandapotanhutabarat@gmail.com e-ISSN 2407-7429

72
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

PENDAHULUAN memutuskan hal tersebut. Dalam waktu


Suku Gayo hanya satu di permukaan tersebut biasanya keluarga calon pengantin
bumi ini. Gayo Lues, Gayo Alas, Gayo Laut, wanita akan mencari sebanyak mungkin
dan Gayo Serbejadi terjadi karena tentang informasi calon pengantin pria
perbedaan tempat tinggal saja. Kalau ada mulai dari bagaimana pribadinya,
terdapat perbedaan di antara Gayo di atas, pendidikannya, agama, tingkah laku sampai
hal itu akibat pengaruh lingkungan dan ke soal bibit, bobot dan bebetnya. Adapula
geografis. Perbedaan itu adalah aset sebagian yang menyimak dari sudut-sudut
budaya Gayo. Suku Gayo menjadi suku yang lain seperti mimpi, melihat ejaan nama,
harus diperhitungkan untuk membangun kelahiran, perbintangan dan sebagainya.
bangsa dan negara Republik Indonesia. Jika lamaran diterima maka barang
Salah satu upaya adalah menggali potensi bawaan tersebut tidak dikembalikan lagi
budaya, sehingga dapat menumbuhkan tetapi sebaliknya jika tidak, maka
kepribadian yang utuh dan mapan. penampong ni kayu (tanda peminangan)
Suku Gayo juga menjunjung tinggi akan dikembalikan pada calon pengantin
tradisi yang diturunkan secara turun- pria lagi. Setelah mendapat kepastian
temurun dari leluhur, seperti kebiasaan lamaran diterima selanjutnya akan
yang bersifat seremoni, misalnya mengenai dilakukan pembicaraan antara dua pihak
upacara peminangan. Peminangan suku keluarga mengenai kewajiban apa saja yang
Gayo mempunyai budaya dan tradisi harus dipenuhi oleh keluarga masing-
tersendiri. Tahapan peminangan ini tidak masing, termasuk membicarakan mengenai
dilakukan oleh orang tua pengantin pria barang dan jumlah uang yang diminta oleh
secara langsung tetapi diwakilkan oleh keluarga pengantin wanita yang disebut
utusan yang disebut telangkai atau telangke sebagai acara munosah nemah
(wakil yang dipercaya). Biasanya mereka (menetapkan bawaan).
terdiri dari tiga atau lima pasang suami- Dalam pembicaraan ini keluarga
istri yang masih berkerabat dekat dengan calon pengantin pria akan diwakili oleh
orang tua pengantin pria. telangke (wakil yang dipercaya) yang harus
Dalam acara ini yang banyak pandai melakukan tawar menawar atau
berperan adalah kaum ibu. Mereka datang negosiasi dengan keluarga calon pengantin
sambil membawa bawaan yang antara lain wanita. Sementara untuk mahar yang
berisi beras, tempat sirih lengkap dengan menentukan adalah calon mempelai wanita
isinya, sejumlah uang, jarum dan benang. sendiri dan mahar yang diminta tidak boleh
Barang bawaan ini disebut Penampong ni ditawar lagi.
kuyu (tanda peminangan) yang bermakna Di dalam peminangan ada aturan
sebagai tanda pengikat agar keluarga calon yang harus diikuti, semua tahapan dan
pengantin wanita tidak menerima lamaran keterkaitan dengan simbol, doa, istilah
dari pihak lain. Selanjutnya barang bawaan adalah falsafah hidup suku Gayo serta
ini diserahkan dan ditinggal di rumah calon tersimpan makna yang sakral.
pengantin wanita sampai ada kepastian Pinan (2001: 76), mengatakan
bahwa lamaran tersebut diterima atau bahwa: Tahap-tahap peminangan yang saat
tidak. ini dilakukan suku Gayo ada sedikit
Keluarga calon pengantin wanita perbedaan dengan yang telah dilakukan
diberi waktu sekitar 2-3 hari untuk oleh leluhur. Pada masa lalu, yang menjadi

73
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan

dasar peminangan pertama adalah Pinan (2003: 25), mengatakan


mengantar bahan-bahan yang telah bahwa: "Suku kata adat berasal dari bahasa
disiapkan dalam peminangan dan harus Arab yakni 'adah, yang artinya kebiasaan-
ditunggu 3 hari baru diambil dan kebiasaan, adat istiadat, aturan, lembaga
mendapat keputusan diterima atau tidak hukum, adat leluhur, dikrit turun temurun".
diterima pinangan tersebut tetapi saat ini Istilah itu datang bersama-sama ke
tidak begitu diindahkan, pada hari yang Indonesia dibawa oleh para perdagang
sama dan waktu yang sama bahan (gujarat).
peminangan begitu diantar langsung Hanafiah (2001: 23), mengatakan
penampung kuyu (tanda peminangan) bahwa suatu tingkah laku/perbuatan
begitu diantar langsung menentukan seseorang bisa dikatakan sebagai adat
teniron (permintaan) dan mujule emas kalau memenuhi beberapa unsur : 1) Kalau
(mengantar hantaran/mas kawin) serta perbuatan yang dilakukan orang tersebut
menunggu tanggal pernikahan. dinilai baik patut oleh lingkungannya; 2)
Banyak terjadi perbedaan dalam Kalau sudah mempunyai nilai yang baik,
proses peminangan dikalangan masyarakat perbuatan tersebut diulang lagi oleh orang
Gayo, dalam arti kata masing-masing lain (normatif). 3) Sudah turun temurun
keluarga memiliki tradisi sendiri dalam dari satu generasi ke generasi berikutnya.
proses peminangan. Tidak semua Dari pendapat di atas dapat diketahui
masyarakat Gayo patuh dengan adat bahwa adat dengan pengertian melakukan
istiadat yang selama ini telah diwariskan berbagai kebiasaan-kebiasaan. Hal senada
secara turun menurun. Umumnya sebagaimana dikemukakan Rosidi, (2004:
masyarakat Gayo yang memiliki 14), mengatakan bahwa: "Adat adalah
pemahaman agama yang baik sering suatu kebiasaan, tata tertib yang hidup
kurang setuju dengan proses peminangan ditengah-tengah masyarakat yang
yang berlaku. mempunyai ide yang sama". Adat yang
Berangkat dari fenomena yang terjadi timbul di masyarakat muncul berdasarkan
selama ini menjadi bahan pemikiran rasa keadilan dari segolongan masyarakat
penulis, untuk mengetahui bagaimana yang mengatur hubungan anggota-anggota
sebenarnya proses peminangan menurut yang telah menerima dan mengakui adat
adat istiadat Gayo di desa Kala Lengkio itu.
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Menjelmanya adat, dikarenakan
Tengah. manusia hidup berkelompok-kelompok lalu
membuat berbagai tulisan disebut
HASIL DAN PEMBAHASAN peraturan-peraturan untuk mengatasi
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang segala kepentingan mereka dan adat itu
majemuk. Demikian halnya dengan bangsa- dipandang sebagai Undang-Undang (tidak
bangsa lain yang ada dibumi ini. Dimana tertulis).
ada masyarakat maka disana ada adat. Ini Selanjutnya Pinan (1998: 15),
adalah suatu kenyataan umum diseluruh mengatakan bahwa adat adalah
jagat raya ini. Berbicara tentang adat "Pandangan hidup yang khas suatu
istiadat, maka berarti membicarakan salah golongan sosial masyarakat, terikat dengan
satu aspek dari budaya. murip ikandung edet, mate ikandung bumi,
murip benar, mate suci (hidup selalu

74
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

dikandung adat, mati dikandung bumi, ini dilihat dalam bentuk fundamentalisme
hidup harus benar, mati harus suci)". yang ektrim. Kedua, sikap terbuka yang
Sedangkan Melalatoa (2002: 110), kompromistis yang menerima segala
menyatakan bahwa: "Adat adalah bentuk adat-istiadat lingkungannya. Sikap
melakukan berbagai kebiasaan yang demikian sering terlihat dalam
merupakan produk sistem demokrasi yang kecenderungan liberalisme ekstrim yang
paling tua dalam proses hubungan manusia sering menganut faham kebebasan.
dengan Allah, sesama manusia dengan Misalnya di Belanda yang dikenal sebagai
manusia, manusia dengan alam, adat negara Eropah yang paling liberal, pecandu
mempunyai sanksi terhadap narkoba bisa menjadi anggota dewan kota
pelanggarnya". dan euthanasia dihalalkan. Kebebasan yang
Dalam Kamus Besar Bahasa kebablasan demikian juga kurang tepat,
Indonesia (1996:13), arti adat adalah sbb: karena bagaimanapun manusia hidup
1) Adat (n) aturan (perbuatan dsb) yang didunia berhubungan dengan orang lain,
lazim diturut dan dilakukan sejak dahulu maka kebebasan yang keterlaluan dari
kala; 2) Kebiasaan(kelakuan dsb)yang sekelompok yang satu bisa berdampak
sudah menjadi kebiasaan; 3) Cukai merugikan kelompok lain. Ketiga, sikap
menurut peraturan yang berlaku dualisme. Sikap ini tidak
(dipelabuhan tersebut). mempertentangkan dan tidak
Wujud gagasan kebudayaan yang mencampurkan faham-faham adat itu,
terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, tetapi membiarkan semua adat-istiadat itu
hukum, dan aturan-aturan yang satu berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi
dengan yang lainnya berkaitan menjadi masing-masing.
satu system. Dalam pergaulan sehari-hari, orang
Perlu disadari bahwa manusia tidak Gayo masih tetap mempergunakan istilah-
hidup sendiri di dunia dimana ia terbebas istilah atau cara-cara adat istiadat serta
dari segala nilai dan adat-istiadat dan bisa kebiasaan-kebiasaan sebagai alat
berbuat apapun sesukanya, sebab sebagai komunikasi. Sebenarnya didalam adat
mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia istiadat dan budaya Gayo, tersimpan
selalu berinteraksi dengan keluarga, orang- mutiara-mutiara serta kaidah-kaidah yang
orang di lingkungan hidup sekelilingnya, amat tinggi nilainya, mengandung
lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa pengetahuan serta ajaran yang mencakup
dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia berbagai aspek kehidupan dunia dan
dilahirkan, dan budaya religi turun- akhirat.
temurun dimana suku dan bangsa itu Pinan (2003: 25), mengatakan
memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. bahwa: "Adat Gayo tidak kaku. Adat yang
Karena itu manusia tidak terbebas dari mampu mengikuti perkembangan zaman
adat-istiadat. Saputra (2001: 13), sejauh dipandang positif. Adat Gayo tidak
menjelaskan setidaknya ada 3 melawan arus, melawan arus akan hanyut.
kecenderungan yang dijadikan panutan Tetapi perlu dipikirkan bila merobah
sikap manusia menghadapi adat-istiadat sesuatu itu, sangat diperlukan acuan yang
disekelilingnya, yakni: Pertama, sikap dipandang lebih relevan".
antagonistis/penolakan akan segala bentuk Selanjutnya Yoga (2003: 1),
adat-istiadat yang tidak diingininya, gejala menambahkan bahwa: "Dalam masyarakat

75
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan

Gayo masa lalu adat dan istiadat adalah dua meninggalkan pusaka para datuk yang
kata yang mempunyai makna dan adiluhung (mulia) itu.
pengertian sebagai suatu aturan atau Adat tidak pernah hilang. Secara
norma-norma prilaku hidup setiap anggota resmi atau tidak, adat tetap berperan dalam
masyarakat". masyarakat pemeluknya. Sama halnya di
Sistem adat di Gayo bersumber dari Gayo, sejak zaman nenek moyang adat itu
adat lama, sejak zaman pra-Islam, biasanya tetap berjalan, walaupun terkadang terjadi
mereka namakan edet (sistem adat yang kemunduran, tetapi tidak dapat dikatakan
bersumber dari adat lama). Sebaiknya semua sudah punah.
kaidah-kaedah nilai-nilai pengetahuan, Jika umpamanya didaerah perkotaan
kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam adat istiadat itu kurang terlestari, namun
disebut hukum. Perpaduan edet (sistem dikampung-kampung tetap berperan kuat,
adat yang bersumber dari adat lama) dan masih seindah warna aslinya. Contoh dalam
hukum menjadi pedoman tingkah laku upacara kerje mengerje (upacara
masyarakat. Hasil perpaduan keduanya, perkawinan), bereles (sunat rasul),
akhirnya disebut sebagai adat istiadat Gayo neyesukuri umah (mendirikan rumah),
atau sistem budaya Gayo. upacara-upacara keagamaan, upacara
Pada masa lalu edet (sistem adat di kesenian, upacara bercocok tanam, upacara
Gayo bersumber dari adat lama, sejak mengaro (berburu), menebuk uten
zaman pra-Islam) itu lebih memiliki (membuka hutan untuk ladang) dan lain
peranan yang jelas dan khusus serta lebih sebagainya.
dominan dalam memberi acuan kepada Proses Munginte (Peminangan)
perilaku warga masyarakat, dalam sistem Menurut Adat Istiadat Gayo, yaitu lamaran
sosial ditengah berbagai kesatuan sosial atau meminang adalah tradisi yang harus di
yang ada. Demikian juga hukum menempati lakukan oleh sebagian adat atau tradisi
kedudukan dan menjalankan perannya bangsa kita. Setiap suku memiliki adat dan
yang khas pula. tradisi masing-masing dalam hal meminang
Adat Gayo bernilai spiritual dan ini.
berorientasi kepada akhlakul karimah. Dalam hal ini Ibrahim (2002: 180),
Membentuk pergaulan yang berlandaskan menjelaskan proses peminangan menurut
agama, adat, melaksanakan amar ma'ruf adat istidat Gayo: terlebih dahulu telangke
nahi munkar. Adat Gayo jelas-jelas (perantara) dari pihak keluarga
menunjang agama. Contoh singkat dalam mengadakan musyawarah tentang calon
peribahasa yang berbunyi "murip ikanung pengantin perempuan, mengenai agama
edet mate ikanung bumi, murid benar mati maupun keturunan dan terutama apakah
suci" (hidup ini harus dikandung adat, perempuan yang dimaksud sudah atau
sedang mati jelas dikandung tanah) hidup belum dipinang orang lain.
harus dalam keadaan benar sedang mati Setelah ada kesepakatan, telangke
perlu dalam keadaan suci. (perantara) berangkat menuju ketempat
Adat yang baik adalah adat yang pihak calon pengantin perempuan untuk
beradab, selalu melihat pada sudut memberitahukan bahwa keluarga calon
pandang estetika, menjelmakan pengantin laki-laki menginginkan anak
masyarakat yang indah, elok, baik dan tidak mereka untuk dijadikan menantu keluarga
laki-laki. Setelah ada keputusan untuk bisa

76
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

datang lagi ketahap munginte tahap-tahap di atas dilakukan baru


(peminangan) pada waktu yang telah selanjutnya kejenjang pernikahan.
disepakati maka telangke (perantara) calon Tiap-tiap munginte (peminangan)
pengantin laki-laki kembali. harus dengan perantara telangke (wakil
Telangke (perantara) kembali yang dipercaya), tidak boleh orang tua
memusyawarahkan dengan keluarga dan kedua belah pihak berhadapan langsung
mempersiapkan bahan yang diperlukan untuk meminang atau menerima pinangan.
untuk munginte (peminangan). Ketentuan tersebut sesuai dengan kata-
Setelah waktunya tiba telangke kata adat: "Bekekelang rukut, betelangke
(perantara) beranjak menuju tempat calon sange" (Daun rukut rasanya pahit dan
pengantin perempuan dengan membawa sangat terasa panas karena sinar matahari).
penampung ni kuyu (tanda peminangan) Sementara "kekelang" atau "telangke"
dan menyerahkan kepada pihak calon adalah (wakil atau perantara yang jujur dan
pengantin wanita. Setelah ramah tamah terpercaya).
dan penyerahan penampung ni kuyu selesai Maksud atau pengertian kata-kata
telangke (perantara) kembali pulang dan adat di atas ialah bahwa apa yang terasa
menungg keputusan selama 3 hari, apakah pait dan panas, tidak boleh disampaikan
lamaran diterima atau ditolak. oleh perantara itu kepada pihak lain untuk
Setelah 3 hari telangke (perantara) selama-lamanya, supaya pelaksanaan akad
calon pengantin laki-laki kembali datang nikah dan rumah tangga mereka berjalan
pada pihak calon pengantin wanita untuk dengan baik dan harmonis.
menerima keputusan tentang peminangan Adapun syarat-syarat meminang
diterima atau ditolak. Apabila peminangan dalam budaya adat Gayo menurut Pinan
diterima maka penampung nikuyu (tanda (2001: 116) adalah: Sebelum bergerak
peminangan) tidak dikembalikan mengayunkan langkah, lebih dahulu
sebaliknya jika peminangan ditolak maka dilakukan Pakkat Sara Ine (musyawarah
penampung ni kuyu (tanda peminangan) se-ibu se-bapak). Di dalam
dikembalikan. permusyawaratan ini tentu saja bermacam-
Proses selanjutnya jika peminangan macam masalah yang mereka
diterima maka telangke (perantara) calon perbincangkan. Mereka mempersoalkan
pengantin laki-laki memusyawarahkan apa yang disebut Amal Tidur Nipe Jege
dengan telangke (perantara) calon (siang dipikir-pikir malam dibawa mimpi).
pengantin wanita untuk menentukan Maksudnya mereka sengaja mempelajari
teniron (permintaan). lebih dahulu berbagai hal yang menyangkut
Kemudian telangke (perantara) calon calon menantu tersebut. Terutama sekali
pengantin laki-laki kembali membawa hasil mereka pelajari, bagaimana tentang agama
peminangan dan memusyawarahkan yang ia anut, bagaimana tingkah laku budi
teniron (permintaan) keluarga pihak calon pekertinya. Ada pula sebagian yang
pengantin wanita & kembali datang pada menyimak dari sudut-sudut lain, seperti
waktu yang disepakati dengan membawa mimpi, melihat ejaan nama, kelahiran,
teniron (permintaan). Peristiwa ini dikenal perbincangan dan sebagainya.
dengan istilah mujule emas (menghantar Bila kata sepakat telah diperoleh,
hantaran). Disini dilibatkan . Setelah semua barulah rencana meminang dimulai,

77
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan

Rencana ini tentu saja lebih dahulu 4). P e d e n (musyawarah), Peden


diperoleh keseragaman dari putrinya. adalah untuk menyelidiki ipak (wanita)
Selanjutnya Buniyamin (2004:19), untuk dijadikan calon istri dari anak pria
menambahkan bahwa ada beberapa tahap yang bersangkutan. Dari sekian banyak
dalam meminang, yakni: a) Tahap pilihan itu, terakhir dipilih satu di
permulaan yaitu: Kusik (kata pembukaan); antaranya untuk dicalonkan. Biasanya
Sisu (berbisik); Pekuk (sudah ada diputuskan karena jeroh (cantik), kaya, taat
persetujuan keputusan); Peden (agama Islam), dan enti bau (keturunan
(musyawarah); b) Tahap persiapan yaitu: orang yang baik-baik).
Resek (pihak laki-laki menanyakan Pada tahapan persiapan ini juga
keberadaan perempuan); Rise (keturunan terbagi atas empat bagian juga, yaitu:
keluarga perempuan); Kono (menanyakan 1). R i s i k (laki-laki menanyakan
jenis dan jumlah mahar); c) Kinte perempuan), setelah peden dan diambil
(pinangan) kesimpulan bahwa pilihan jatuh pada salah
Untuk lebih jelasnya akan penulis seorang wanita yang dituju, maka langkah
uraikan satu persatu berikutnya adalah mengadakan risik, yaitu
Tahapan permulaan ini terdiri dari penjajakan awal dari aman mayak (orang
empat bagian dan setiap bagian memiliki tua calon pengantin pria) terhadap inen
perbedaan, yaitu: 1). K u s i k (Kata mayak (orang tua wanita), apakah anak
pembukaan) yang mereka maksudkan sudah dipinang
Kusik merupakan awal pembicaraan orang atau sudah diberikan izin untuk
antara ayah dengan ibu dari seorang pria, dipinang, biasanya penyelidikan
untuk mencari jodoh anaknya, karena disampaikan secara bersene (bergurau).
sudah sampai umur, keinginan memiliki 2). R e s e (keturunan keluarga
menantu (pemen), keinginan memiliki cucu perempuan), bila dalam pembicaraan
(kumpu), dan supaya dapat membantu bergurau diperoleh gambaran, bahwa sang
pekerjaan. dara belum ada yang melamar dan sudah
2). S i s u (berbisik), Sisu adalah hasil ada izin untuk dipinang. Maka orang tua
pembicaraan kedua orangtua disampaikan calon pengantin pria, yang biasanya famili
kepada keluarga dekat, seperti kepada anak terdekat seperti nenek atau bibik
yang sudah berkeluarga, kakek-nenek, mendatangi orang tua si wanita dengan
wawak, pakcik-makcik, dan lain-lain. membawa inih (bibit-bibitan) dalam
3). P e k u k (sudah ada persetujuan bebalun (sumpit), seperti bibit kacang,
keputusan), Pekuk merupakan penjajakan jagung, terong, ketumbar, dan lain-lain.
awal kepada anak pria. Penjajakan Kedatangan ini disebut dengan nentong
dilakukan oleh tutur ringen (nenek atau (melamar) secara resmi.
bibik). Tujuannya adalah untuk meminta 3). K o n o (menanyakan agama dan
kesediaan win bujang (anak pria) untuk keturunan), setelah lamaran diterima dan
dicarikan jodoh. Dalam penjajakan ini kedua belah pihak telah menyetujui beban
nenek dan bibik harus mampu mas kawin (mahar) dan unyuk (permintaan
menyakinkan dan memberikan orangtua) serta menentukan hari norot peri
argumentasi yang tepat, supaya anak (pengikatan janji) dan penyerahan mas
tersebut dapat menerimanya. kawin dan permintaan orangtua. Dalam
acara kono (menanyakan agama dan

78
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

keturunan), pihak pria harus membawa Bedusun (keluarga pihak laki-laki


perlengkapan seperti: Kero tum sara tape atau pihak perempuan,
(nasi bungkus satu sumpit); Mangas (sirih memusyawarahkannya secara terpisah
pinang), dan Uang yang tidak tertentu ditempat atau ruangan lain ini) kadang-
jumlahnya; kadang terpaksa dilaksanakan dua sampai
4) K i n t e (pinangan) merupakan tiga kali untuk merampungkan masalah.
acara puncak dalam peminangan yang Dan tidak jarang terjadi, bahwa pihak
diiringi dengan upacara adat. Pihak calon keluarga laki-laki terpaksa kembali
aman mayak beserta kaum kerabat dan kerumah orang tua atau walinya, guna
jema opat (orang keempat) (sudere memusyawarahkan hal tersebut,
(saudara), urangtue (orang tua), pewawe disebabkan terlalu besar perbedaan
(makcik), dan pengulunte (tokoh adat) pendapat mengenai jumlah teniron
beramai-ramai ke rumah calon inen mayak. (Permintaan calon istri melalui walinya
Upacara nginte (pinangan) dilaksanakan kepada calon suaminya). Dalam hal ini
untuk penyerahan mahar dan unyuk Ibrahim (2003: 89), memberi batasan dari
(permintaan orang tua), penentuan hari H teniron adalah: "Permintaan calon isteri
pernikahan, dan menentukan perantara melalui walinya kepada calon suaminya
(telangke) untuk melaksanakan semua berupa uang atau barang tertentu selain
perjanjian kedua belah pihak. Jika dalam mahar, untuk menjadi milik istri dan
masa kinte (pinangan) ini pihak inen mayak dipergunakan bersama suaminya setelah
(calon pengantin wanita) ingkar kepada akad nikah". Jumlah besar permintaan
janji, maka pihak inen mayak (calon keluarga pihak perempuan mengenai
pengantin wanita) harus membayar dua teniron (permintaan calon istri melalui
kali lipat dari perjanjian. Sebaliknya jika walinya kepada calon suaminya), kadang-
pihak pihak aman mayak (calon pengantin kadang dimaksudkan atau dirasakan
laki-laki) yang ingkar, maka semua sebagai cara menolak pinangan secara
pemberian tadi dianggap hangus (ku langit tidak langsung.
gih naeh mupucuk, ku bumi gere naeh Ibrahim (2003:89), membagi teniron
muuyet). (permintaan) ke dalam dua bagian yakni:
Pada waktu yang dinajikan, keluarga Subang, yaitu harta berupa benda tidak
pihak laki-laki datang ke rumah keuarga bergerak seperti sawah atau kebun yang
pihak perempuan, untuk menanyakan dan dinyatakan oleh orang tua calon suami
memusyawarahkan jenis dan besarnya untuk diberikan kepada calon menantunya
teniron (permintaan), sehingga kedua belah atau calon istri serta anak-anak mereka.
pihak memperoleh kesepakan bersama. Ralik (orang tua istri) tidak boleh memiliki
Dalam proses musyawarah ini sering atau menguasai harta subang. Bila suami
terjadi bedusun (keluarga pihak laki-laki istrinya bercerai, maka subang dibagi dua
atau pihak perempuan, antara suami dan istrinya. Jika mereka
memusyawarahkannya secara terpisah tidak bercerai sampai meninggal dunia,
ditempat atau ruangan lain). Maksudnya maka selama itu pula subang tetap menjadi
agar pembicaraan mereka tidak didengar milik istri. Bila istri berpulang
oleh pihak lainnya sebelum disampaikan kerahmatullah maka subang menjadi harta
kepada pihak lain itu ditempat waris untuk suami dan anak-anaknya. Uang
musyawarah bersama. dan barang untuk keperluan rumah tangga.

79
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan

Teniron jenis inipun menjadi milik istri dan dibungkus dengan kain berkerawang atau
kalau suami istri bercerai kain putih) yang berisi sirih yang disajikan
Jadi, disamping mahar yang kepada keluarga inti yang dipinang. Usai
merupakan sarat sah nikah supaya suami beramah tamah atau pendapatan, barulah
istri halal berhubungan berdasar syariat, acara munginte (peminangan) dimulai.
maka teniron (permintaan calon isteri Pelaku yang berperan dalam munginte
melalui walinya kepada calon suaminya) (peminangan) ini biasanya dipercayakan
merupakan sarat kesepakatan terjadinya pada beberapa orang, yang terdiri dari tiga
perkawinan menurut adat Gayo. Bila fungsi atau lima orang. Yang tiga atau lima orang
teniron (permintaan calon istri melalui itu terdiri dari laki-laki dan perempuan.
walinya kepada calon suaminya) dikaitkan Dalam hal ini sebaiknya diusahakan
dengan fungsi adat untuk menunjang mereka yang masih bertalian darah serta
syariat, maka teniron (permintaan calon dipandang dari (tutur ringen) sudut
istri melalui walinya kepada calon keakraban.
suaminya) mengatur tanggung jawab suami Biasanya bahasa yang dipergunakan
terhadap kebutuhan hidup istrinya di dalam meminang memiliki kelas
sekaligus merupakan jaminan bagi istri jika tersediri. Maksudnya kalimat-kalimat yang
terjadi sesuatu yang tidak diingini (cerai). diungkapkan begitu banyak didengar
Pada hari dan waktu yang ditentukan dengan bahasa kias, serta berirama puitis.
oleh orang tua pihak perempuan, keluarga Semua ini bergantung pada sang pelaku,
inti mewakili orang tua pergi meminang ke sejauhmana kebolehan yang ia miliki.
rumah tempat tinggal orang tua Bagi pelaku yang memiliki
perempuan. Adapun bahan-bahan yang pengalaman, disini dapat didengar ia
dipersiapkan dalam Munginte langsung berperan aktif, masyarakat asik
(peminangan) menurut Pinan (2001:117), dan terpukau mendengar ungkapan-
adalah sebagai berikut : Beras satu bambu ungkapan pribahasa yang dituangkan.
dimasukkan kedalam sumpit bergampit Melengkan (saling tindih menindih),
(sumpit untuk meminang; Sejumlah uang layaknya tanpa konsep, keluar secara
dibungkus dengan kain putih, dan spontan. Namun disini sengaja dibatasi,
dimasukkan juga kedalam sumpit; Pinang sejauh tidak mengurangi maksud dari
tiga atau lima buah, sebaiknya jangan tujuan.
terlalu tua dan jangan perempingen (terlalu Menurut Pinan (1993: 1) bahwa: "Di
muda); Sirih dua pedi (dua ikat). Menon dalam pepatah-petitih tersimpan mutiara
Pitu (masing-masing tujuh lembar); Telur serta kaedah-kaedah yang amat tinggi
ayam satu butir; Jarum jahit satu buah, nilainya, mengandung pengetahuan serta
yang telah dibubuhi benang sepanjang ± 30 ajaran yang mencakup berbagai aspek
cm, dan tusukan pada sepotong ibu kunyit; kehidupan masyarakat".
1 (satu) buah sisip untuk menyisip Berdasarkan pendapat di atas maka
tikar/sumpit terbuat dari kulit bambu. dapat disimpulkan bahwa kehidupan
Semua ini dijadikan satu, maksudnya masyarakat suku Gayo memilki berbagai
dimasukkan kedalam sumpit yang karya seni seperti pepatah-petitih yang
bergampit tadi. Sebagai pembuka mempunyai suatu makna tertentu yang
mukadimah, didahului dengan dapat dijadikan suatu prinsip kehdidupan
menyerahkan Batil Bersap (cerana yang bermasyarakat.

80
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

Contoh pepatah-petitih yang selama Angan kasad ejet niet, selapis keta
ini dipergunakan dalam munginte ngele kami rengomen (maksud seiring niat,
(peminang), sebagaimana dikemukakan sementara sudah kami terima.
Pinan (2001: 118): Malum kire kite. Ipak ni mu-ama kul,
Singuk kami sawahen, kene kite mu-ama engah, mu-ama encu, mu-dengan
muripni, sara ngenaken rowa, tikik pedih, mempeserinen sungguh pusok
ngenaken dele, empe merahi lapang (yang sembilau due (maklumlah kita, anak gadis
bisa kami sampaikan, karena kita hidup ini, kami ni memiliki bapak si kul, bapak yang
satu menginginkan dua, sedikit tengah, bapak yang bungsu, memiliki
menginginkan banyak, sempit mencari saudara kandung, memiliki adik kandung).
yang lapang/luas). Ke ciconi manuk kelikni kalangpe ke
Kami penge ari kuyu beremus, bede torah wajippe bersawah kesah halus te ku
ramalan, I kite ni arah inih si mumatae tenumpitte (laksana burung, suara
(kami mendengar dari angin yang pekiknya elang, harus wajib disampaikan
berhembus, badai berjalan, disini ada bibit kepangkuan).
yang indah). Syarat yakin tene kuet, syarat denem
Harap ni kami gere sengkerat, dene meninget, si katan penampog
tawaqal ni kami gere semelah (harapan kuyu/peramalen, kati enti emusi kuyu bade
kami tidak terputus, tawakal kami tidak remalan, ijemuri lo, gelah keta kami amaten
sebelah). mulo (syarat yakin tanda kuat, syarat rindu
Inile si kami jurahen ku tanumpit te, Tanya mengingat, di dalam petanda
syarat yakion tene kuet, syarat denem pinangan/peramalan, biar hembusan
tenemeninget (inilah kami berikan angina).
kepangkuan kita, syarat keyakinan tanda Oros bergampit (bawaan calon
kuat, dan syarat rindu tanda teringat). pengantin pria) diserahkan kepada salah
Gayung bersambut, kata berjawab. satu orang tua, biasanya bila kakeknya
Pihak yang didatangi tentu saja wajib masih ada maka dipandang tepat bahwa
membalas, apa yang telah diutarakan oleh beliaulah yang menerimanya. Andai kata
pihak yang datang meminang. sudah tidak ada, ini bergantung kepada
Tukasnya kira-kira sebagai berikut: kebijaksanaan untuk menempuh jalan yang
Kin geh te, kite petama, pintu peruke terbaik. Secara tradisional benda ini
alas pedenang (dengan kedatangan kami, dijadikan bantal tidur. Mungkin saja
tangga menanti, pintu terbuka, tikar mereka berpendapat, lewat cara seperti ini,
terbentang). agak lebih cepat ditemukan suatu bibikan,
Demu awah kite nge bersiceraken, menyangkut masalah perjodohan cucu atau
demu mata kite nge bersiengoen (jumpa anaknya yang baru saja dipinang orang.
mulut kita saling berbicara, jumpa mata Selang beberapa hari dari
kita sudah saling berpandangan). peminangan ini, yang meminang kembali
Kin si katan mangaspe, kete ngele hadir, setelah memperoleh isyarat dari
iangasen tersara cepahen (untuk bahan pihak yang dipinang.
sirihpun, telah dinikmati, perbungkusan Seperti apa yang diutarakan di atas,
sirih) tutur bahasa mereka biasanya agak
panjang. Sekali lagi disini dinukilkan secara
singkat.

81
Sihar Pandapotan, Proses Peminangan Menurut Adat Istiadat Gayo di Desa Kala Lengkio Kecamatan

Amal tidur nipi jegeni kami, kemana seorang wakil untuk meminang seorang
gere jeroh gere kotek, singuk iperin si agih- wanita untuk dijadikan calon istri anaknya,
agihe (Mimpi tidur seiring dengan hal ini perlu dimusyawarahkan untuk
musyawarah yang kami lakukan, mudah- mengetahui apakah perempuan yang akan
mudahan tidak terlalu baik, juga tidak dipinang itu belum dipinang orang lain
disebut buruk, yang dapat kami sampaikan secara sah, karena menurut syari'at haram
adalah sewajarnya saja). meminang orang yang telah dipinang orang
Ike isin we petemun ni ipak ni, gere lain.
kami angkap, gotol le gelahmi kite berbilang Penerapan tata cara peminangan
si putih, bertimang si kuning, Gelahmi bang Gayo, karena itu merupakan salah satu adat
ipak ni bertenemengen pumue, bernemen istiadat yang diwariskan oleh leluhur yang
kudukke, berjenujung kase uluwe (Bila menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan,
berkenan jodohnya ipak, tidak kami pungut kesopanan, layaknya adat istiadat suku
bekal suaminya, jelasnya ipak ni, kami pilih lainnya. Misalnya dalam peminangan harus
sebaiknya ikut suami/patriokal). sesuai dengan yang dijanjikan pihak laki-
Nemen ni kudukke sikatan laki/perempuan akan diadakan perjanjian
edette/unyukke, beta kene sitetuente F 300 yang resmi dengan ketentuan tidak
(Memenuhi ketentuan adat, dibebankan berubah dari hasil musyawarah dalam
yang F 300). Maharre keta sara ringit Acih peminangan tersebut.
(Maharnya satu ringgit Aceh).
Utusan-utusan tadi, atau pihak yang DAFTAR PUSTAKA
Buniyamin. S. 2004. Budaya dan Adat Istiadat
meminang tidaklah berani saat itu spontan
Gayo Lues. Gayo Lues: Blangkejeren.
menerima ketentuan yang mereka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
bebankan. Mereka pulang membawa berita, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
seraya menyerahkan masalah pada yang Jakarta : Balai Pustaka
dianggap berwajib. Hanafiah, S. 2001. Sastera Lisan Gayo. Jakarta.
Dalam hal musyawarah sering terjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
tawar menawar. Di daerah Gayo ada Bahasa.
peribahasa, "Temas kusiara, nyaya kusi Ibrahim, M dan Hakim A.P. 2002. Syariat dan
legih, atau temas kusiara, legih ku si Adat Istiadat. Takengon: Yayasan
gemade" (mudah bagi yang punya, susah Maqaman Mahmuda Takengon
2003. Syariat dan Adat Istiadat.
bagi yang tak mampu).
Takengon: Yayasan Maqaman Mahmuda
Di lain sisi, bisa saja terjadi tanggapan
Takengon
yang kurang fleksibel. Maksudnya tanpa 2005. Syariat dan Adat Istiadat.
sedikitpun meminta kurang, seperti adanya Takengon: Yayasan Maqaman Mahmuda
rasa sedikit kesombongan. Takengon
Melalatua, MJ. 2002. Kebudayaan Gayo. Jakarta :
KESIMPULAN Balai Pustaka
Masyarakat desa Kala Lengkio masih Pinan, H.A. 1998. Hakikat Nilai-Nilai Budaya
mempertahankan proses peminangan Gayo.Banda Aceh : Rina Utama
sesuai dengan adat istiadat Gayo. Munginte . 2001. Daur Hidup Gayo. Takengon :
Sumber Aksara
merupakan tradisi yang telah dilakukan
, 2003. Pesona Tanah Gayo. Takengon
masyarakat Gayo Desa Kala Lengkio secara
: Charisma
turun temurun. Orang tua pria menunjuk

82
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 72-83

Rosidi, A. 2004. Sastera dan Budaya Kedaerahan Team Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan
dan Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Skripsi FIS UNIMED. Medan : UNIMED
Saputra. M. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta : Bumi Yoga, S. 2003. Adat Budaya Gayo dalam Lintas
Aksara Sejarah. Takengon : STAI Takengon
Surakhmad, W. 1990. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

83

Anda mungkin juga menyukai