Disusun Oleh :
Kelompok 3
Bintang Sinarsih (06051382126066)
Clara Exsi Camtika (06051282126049)
Devi Ansyah (06051282126022)
Delfira Rahmatia Utami (06051282126036)
Diva Amanda (06051282126044)
Ismi Rahmawati (06051182126004)
Meidelasari (06051282126055)
Nurul Fadillah (06051282126016)
Tia Ratu Sak’diah (06051182126010)
Dosen Pengampu :
Dr. SRI ARTATI WALUYATI, M,Si
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih banyak untuk semua pihak kelompok 3 yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya tidak akan maksimal tanpa adanya
bantuan dari semua anggota kelompok 3 yang telah membuat makalah ini
Kami menyedari masih banyak terdapat kekurangan baik dari penyusunan, maupun tata
bahasa penyemapian dalam makalah kami ini, oleh karena itu kami menerima semua bentuk
saran, kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi
pembaca
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
1. Babat Jalan
Babat jalan diartikan sebagai pertemuan dua mempelai, dalam adat ini biasanya
pempelai pria datang ke kediaman wanita untuk membahas masalah pernikahan,
seperti membahas keinginan kedua mempelai mengenai apa dan bagaimana kehendak
dari kedua belah pihak, itu akan di bahas oleh keluarga kedua mempelai tidak ada
orang luar yang menghadiri
2. Rasan Mudo
Rasan mudo diartikan sebagai kesepakatan kedua calon mempelai. Artinya
membicarakan kembali yang sudah disepakati, kesepakatan tersebut di ambil dari
rundingan kedua belah pihak dimana tidak ada yang di rugikan antara dua belah pihak
tersebut, mereka dan dihadiri oleh orang yang paham atau pengurus desa dari pihak
masing-masing, di Rasan Mudo ini biasanya akan di buat surat perjanjian dari kepala
desa setempat apabila salah satu mempelai membatalkan pernikahan akan di adakan
denda sesuai kesepakatan karena itu akan merusak nama desa tersebut seperti
a) Apabila mempelai Pria yang membatalkan pernikahan maka dari pihak
mempelai pria akan membayar denda sebesar Rp 15.000.000.00 dan uang
mahar yang di berikan kepada mempelai wanita akan hangus
b) Apabila mempelai Wanita yang membatalkan pernikahan maka dari pihak
mempelai wanita akan membayar uang denda sebesar Rp 15.000.000.00
3. Rasan Tuo
Rasan tuo diartikan sebagai pertemuan kedua orang tua atau perjodohan. pada waktu
inilah ditentukan pelaksanaan perkawinan yang artinya mengambil keputusan, kapan
dan dimana acara akan dilaksanakan. Biasanya pada saat rasan tuo ini jika kesepakata
pernikahan sudah putus tanggal pernikahan maka mempelai Pria akan di suruh
mengadap ke pemangku adat di desa Tanjung Lubuk untuk meminta syarat syarat dan
apa saya yang harus di di siapkan untuk akad nikah nanti, biasanya disini mempelai
Pria akan di suruh menulis apa saja keperluan dan permintaan dari pemangku adat,
apabila mempelai Pria tidak membawa atau kurang dari syarat pemangku adat maka
Pernikahan tersebut akan di tunda atau di batalkan pada hari itu, Setelah sudah ada
kesepakatan penentuan waktu dan tempatnya barulah membicarakan mengenai
tentang :
a) Mahar atau mas kawin sebagai hukum syariah,
b) Uang naik sebagai hukum adat,
c) Bawaan atau seserahan biasanya ini akan di bawah pada saat pelaksanaan
akad nikah, yang dimana mempelai laki-laki bersama keluarganya datang ke
rumah mempelai perempuan yang seserahan tersebut bermacam-macam
variasi untuk keperluan perempuan,
d) Biaya pencatatan pada penghulu,
e) Membicarakan busana pengantin yang sudah mereka sepakati,
f) Membicarakan kendaraan yang dibutuhkan,
g) Membicarakan tentang mengantar calon mempelai laki-laki ke rumah calon
mempelai perempuan untuk melaksanakan akad nikah dan yang terakhir,
h) Membicarakan kegiatan resepsi sesuai susunan acara yang akan dilaksanaka
4. Acara Bujang Gadis
Acara bujang gadis ini diartikan sebagai malam berkumpulnya para bujang gadis
Desa Tanjung Seteko yang berguna untuk membantu tuan rumah yang melaksanakan
pesta perkawinan seperti memasang tisu dalam sendok, menyecis permen dan lain
sebagainya. Biasanya acara bujang gadis ini akan membentuk panitia bujang gadis
pada saat hari H pernikahan dan pada malam acara Bujang gadis biasanya akan di
ikuiti dengan pemakaian henna pada kedua mempelai untuk acara pernikahan
Jika mempelai Pria tidak memenuhi syarat dati pemangku adat misal kurangnya
hitungan sirih, atau kurang dari isi masing masing Tepak maka sesuai kesepakatan
pempelai Pria dan pemangku adat Pernikahan akan di batalkan (di Tunda) sesuai
kesepakatn pemangku adat dan Penghulu, biasanya hitungan sirih yang di berikan
pemangku adat akan selalu dalam jumlah ganjil jika kurang satu atau kelebihan maka
pemangku adat tidak akan mentoleransi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan untuk meninjau lebih
jauh bagaimana Hukum Adat Tepak ini berjalan di Desa Tanjung Lubuk, dan
bagaimana semua masyarata akan mematuhi Hukum Adat Pernikahan ini untuk
kepentingan masing masing, serta bagaimana Hukum Adat pernikahan ini masih
berlaku di Desa Tanjung Lubuk ini.
DAFTAR PUSTAKA
H.J Nurbaiti musliha(50 tahun) Pemangku Adat Desa Tanjung Lubuk
Salsabilah (25 tahun) Pengantin yang baru sudah menikah, Desa Tanjung Lubuk
Royhan (27 Tahun) Pengantin yang baru sudah menikah, Desa Tanjung Lubuk