Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ADAT PERNIKAHAN TEPAK

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Bintang Sinarsih (06051382126066)
Clara Exsi Camtika (06051282126049)
Devi Ansyah (06051282126022)
Delfira Rahmatia Utami (06051282126036)
Diva Amanda (06051282126044)
Ismi Rahmawati (06051182126004)
Meidelasari (06051282126055)
Nurul Fadillah (06051282126016)
Tia Ratu Sak’diah (06051182126010)

Dosen Pengampu :
Dr. SRI ARTATI WALUYATI, M,Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “HUKUM ADAT
PERNIKAHAN TEPAK”

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih banyak untuk semua pihak kelompok 3 yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya tidak akan maksimal tanpa adanya
bantuan dari semua anggota kelompok 3 yang telah membuat makalah ini

Kami menyedari masih banyak terdapat kekurangan baik dari penyusunan, maupun tata
bahasa penyemapian dalam makalah kami ini, oleh karena itu kami menerima semua bentuk
saran, kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini

Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi
pembaca

Indralaya, 2 Februari 2023

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Pernikahan dalam Hukum Adat 3

2.2 Proses adat Pernikahan Tepak di Desa Tanjung Lubuk 5


2.3 Hukum Adat Tepak dalam Pernikahan 6

BAB III PENUTUP 22

3.1 Kesimpulan 22

3.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nikah ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan
seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.
perkawinan menurut hukum Adat merupakan suatu hubungan yang terjalin antara
laki-laki dan perempuan, yang membawa hubungan lebih luas, yaitu antara kelompok
kerabat laki-laki dan perempuan, bahkan antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain, Hubungan yang terjadi ini ditentukan dan diawasi oleh sistem
norma-norma yang berlaku dimasyarakat itu
Menurut hukum adat pada umumnya di Negara Indonesia ini pernikahan itu
bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan adat dan
sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggaan, jadi terjadinya suatu
ikatan pernikahan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan
keperdataan, seperti adanya hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut
hubungan adat kebiasaan seperti kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan, dan
ketetanggaan serta menyangkut dengan upacara-upara adat dari keagamaan. Begitu
juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan agama, baik dalam
hubungan manusia dengan tuhannya, maupun hubungan manusia sesama manusia
dalam pergaulan hidup, supaya selamat didunia dan selamat di akhirat

Maka dengan Ini kami kelompok mengambil sebuah judul”HUKUM ADAT


PERNIKAHAN TEPAK” Di harapkan dengan informasi yang kami dapat ini akan
membantu menambah wawasan tentang adat pernikahan di daerah Tanjung Lubuk

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penulisan makalah diatas, memunculkan rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, meliputi:
1. Pengertian Pernikahan dalam Hukum Adat
2. Proses Pernikahan Tepak Desa Tanjung Lubuk
3. Hukum Adat pada Proses Tepak dalam Pernikahan
1.3 Tinjauan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas secara langsung memberikan bentuk nyata dari
tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk Mengetahui definisi dari Pernikahan dalam Hukum Adat
2. Untuk Memahami bagaimana roses Pernikahan Tepak di Desa Tanjung Lubuk
3. Untuk mengetahui Hukum Adat pada Proses Tepak dalam Pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pernikahan dalam Hukum Adat


Perkawinan merupakan tradisi yang menjadi kebiasaan dan dilakukan secara
turun temurun. Dimana tradisi itu diwariskan kepada anak cucunya oleh nenek
moyang untuk dilakukan pada saat pelaksanaan perkawinan. tradisi atau adat istiadat
perkawinan semua adatnya memiliki makna dan kaidah atau aturan yang harus ditaati
oleh setiap individu yang ada didalam suatu masyarakat, Perkawinan adalah salah satu
peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat, sebab perkawinan
bukan hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua kedua belah pihak,
saudara-saudaranya, bahkan keluarga mereka masing-masing. Dalam hukum adat
perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penteng bagi mereka yang masih
hidup saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta
yang sepenuhnya mendapat perhatina dan diikuti oleh masyarakat setempat
Adat istiadat seperti adat perkawinan di masyarakat Ogan Ilir sampai saat ini
tetap dilestarikan karena ini merupakan hasil cipta, rasa dan karsa para pendahulu
dengan sentuhan nilai-nilai Islam, Perkawinan menurut masyarakat ogan ilir suatu
paguyupan atau somah, dan bukan merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar
perjanjian. Hubungan suami-istri sebegitu eratnya sebagai suatu ketunggalan.

Dalam hukum adat dikenal ada tiga sistem perkawinan yaitu:

1. Sistem Endogami dimana seseorang hanya dibenarkan mengadakan


perkawinan dengan seseorang dalam suku sendiri.
2. Sistem Eksogami: yaitu perkawinan dengan seseorang yang berlainan suku
atau suku yang sama
3. Sistem Eleutherogami: yaitu sistem ini tidak mengenal larangan-larangan atau
keharusan-keharusan.

Laranga-larangan dalam sistem ini adalah yang bertalian dengan ikatan


kekeluargaan yaitu:
a. Nasab (turunan yang dekat) seperti kawin dengan ibu, nenek, anak
kandung, cucu, saudara kandung, saudara bapak atau ibu.
b. Musyahara (periparan) yaitu kawin dengan ibu tiri, menantu, mertua,
anak tiri, dll.

2.2 Proses adat Pernikahan Tepak di Desa Tanjung Lubuk


Awal munculnya upacara adat perkawinan khususnya adat Tepak berasal dari
masyarakat melayu yang berpengaruh pada budaya Palembang, dahulu Tepak hanya
disebutkan Tepak saja yang diartikan sebagai lambang, akan tetapi pada tahun 1900
an Tepak sudah ditambahi dengan kata adat Tepak karena sama-sama dianggap adat
yang penting dalam perkawinan karena adat ini di beberapa daerah masih memiliki
hukum yang penting dalam proses pernikahan dimana jika tidak ada dalam
perkawinan maka perkawinan tersebut akan di batalkan sesuai hukum adat di derah
tersebut, Seperti halnya yang terjadi di kabupaten Ogan Ilir persentuhan nilai-nilai
Islam dan budaya lokal Ogan Ilir melahirkan budaya yang memiliki ciri khas daerah
ini. Sebelumnya upaya manusia dalam adat istiadat yaitu ingin menjaga hubungan
kerukunan serta keseimbangan antar individu sebagai penduduk disuatu tempat, Adat
istiadat seperti adat perkawinan di masyarakat Ogan Ilir sampai saat ini tetap
dilestarikan karena ini merupakan hasil cipta, rasa dan karsa para pendahulu dengan
sentuhan nilai-nilai Islam.
Adapun proses menuju pernikahan Adat Tepak di desa Tanjung Lubuk yaitu:

1. Babat Jalan
Babat jalan diartikan sebagai pertemuan dua mempelai, dalam adat ini biasanya
pempelai pria datang ke kediaman wanita untuk membahas masalah pernikahan,
seperti membahas keinginan kedua mempelai mengenai apa dan bagaimana kehendak
dari kedua belah pihak, itu akan di bahas oleh keluarga kedua mempelai tidak ada
orang luar yang menghadiri
2. Rasan Mudo
Rasan mudo diartikan sebagai kesepakatan kedua calon mempelai. Artinya
membicarakan kembali yang sudah disepakati, kesepakatan tersebut di ambil dari
rundingan kedua belah pihak dimana tidak ada yang di rugikan antara dua belah pihak
tersebut, mereka dan dihadiri oleh orang yang paham atau pengurus desa dari pihak
masing-masing, di Rasan Mudo ini biasanya akan di buat surat perjanjian dari kepala
desa setempat apabila salah satu mempelai membatalkan pernikahan akan di adakan
denda sesuai kesepakatan karena itu akan merusak nama desa tersebut seperti
a) Apabila mempelai Pria yang membatalkan pernikahan maka dari pihak
mempelai pria akan membayar denda sebesar Rp 15.000.000.00 dan uang
mahar yang di berikan kepada mempelai wanita akan hangus
b) Apabila mempelai Wanita yang membatalkan pernikahan maka dari pihak
mempelai wanita akan membayar uang denda sebesar Rp 15.000.000.00

3. Rasan Tuo
Rasan tuo diartikan sebagai pertemuan kedua orang tua atau perjodohan. pada waktu
inilah ditentukan pelaksanaan perkawinan yang artinya mengambil keputusan, kapan
dan dimana acara akan dilaksanakan. Biasanya pada saat rasan tuo ini jika kesepakata
pernikahan sudah putus tanggal pernikahan maka mempelai Pria akan di suruh
mengadap ke pemangku adat di desa Tanjung Lubuk untuk meminta syarat syarat dan
apa saya yang harus di di siapkan untuk akad nikah nanti, biasanya disini mempelai
Pria akan di suruh menulis apa saja keperluan dan permintaan dari pemangku adat,
apabila mempelai Pria tidak membawa atau kurang dari syarat pemangku adat maka
Pernikahan tersebut akan di tunda atau di batalkan pada hari itu, Setelah sudah ada
kesepakatan penentuan waktu dan tempatnya barulah membicarakan mengenai
tentang :
a) Mahar atau mas kawin sebagai hukum syariah,
b) Uang naik sebagai hukum adat,
c) Bawaan atau seserahan biasanya ini akan di bawah pada saat pelaksanaan
akad nikah, yang dimana mempelai laki-laki bersama keluarganya datang ke
rumah mempelai perempuan yang seserahan tersebut bermacam-macam
variasi untuk keperluan perempuan,
d) Biaya pencatatan pada penghulu,
e) Membicarakan busana pengantin yang sudah mereka sepakati,
f) Membicarakan kendaraan yang dibutuhkan,
g) Membicarakan tentang mengantar calon mempelai laki-laki ke rumah calon
mempelai perempuan untuk melaksanakan akad nikah dan yang terakhir,
h) Membicarakan kegiatan resepsi sesuai susunan acara yang akan dilaksanaka
4. Acara Bujang Gadis
Acara bujang gadis ini diartikan sebagai malam berkumpulnya para bujang gadis
Desa Tanjung Seteko yang berguna untuk membantu tuan rumah yang melaksanakan
pesta perkawinan seperti memasang tisu dalam sendok, menyecis permen dan lain
sebagainya. Biasanya acara bujang gadis ini akan membentuk panitia bujang gadis
pada saat hari H pernikahan dan pada malam acara Bujang gadis biasanya akan di
ikuiti dengan pemakaian henna pada kedua mempelai untuk acara pernikahan

5. Hari Acara Pernikahan Tepak


Sebelum acara pernikahan ada yang namanya penyerahan Tepak sebagai
puncak awal mulainya acara, Dalam Tepak memiliki beberapa isi yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai Islam yang sangat perlu diketahui oleh masyarakat Desa Tanjung
Lubuk dan merupakan bagian-bagian terpenting dalam hidup yang sesuai perintah dan
syarat dari pemangku adat setempat,
Biasanya Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur, tembakau, minyak bibir atau lilin
madu, pinang, rokok dan korek, bersamaan dengan tepak juga mukun (wajik) yang
dibarangi dengan amplop yang berisi uang,
Sebelum melaksanakan akad nikah ketika calon mempelai laki-laki beserta
keluarga dan beberapa para undangan hadir di tempat calon mempelai wanita dengan
membawa Tepak yang diisi dengan berbagai macam bahan kemudian diperiksa oleh 4
orang yang berperan penting dalam acara tersebut seperti pemangku adat, kepala desa,
pengawo (kadus) dan orang tua calon mempelai wanita, apabila isi dari Tepak
tersebut tidak sesuai dengan dengan syarat dari pemangku adat atau ada yang kurang
dari syarat tersebut maka sesuai perjanjian mempelai pria dan pemangku adat
Pernikahan Tersebut akan di batalkan (di Tunda) jika tepak yang diisi sudah sesuai
maka pernikahan bisa di lanjutkan karena penghuku biasanya akan bertanya
kepemangku adat dan kepala desa apakah pernikahan bisa di lanjutkan jika pemangku
adat dan kepala desa setuju maka pernikahan dapat di lanjutkan,

2.3 Hukum Adat pada Proses Tepak dalam Pernikahan


Dalam adat pernikahan di Tanjung Lubuk ada yang di namakan hukum adat
Tepak dimana Adat Tepak ini merupakan tugas dari pemangku adat, dimana tugas
pemangku adat pada acara pernikahan ini yaitu dimana pada Rasan Mudo, mempelai
pria akan di arahkan untuk menghadap pemangku adat tanpa di dampingi mempelai
wanita, dimana nanti mempelai pria akan di arahkan untuk mencatat apa saja yang
harus di lengkapi mempelai pria pada saat akad nikah, mempelai pria akan di berikan
4 Tepak oleh pemangku adat untuk di bawah pulang dan harus di bawah lagi waktu
akad nikah dengan syarat yang telah di sepakati antara mempelai Pria dan Pemangku
Adat
Contoh isi Tepak yang harud bawah mempelai Pria
1. Menikah dengan sesama Suku (Sedesa) maka biasanya pemangku adat akan
meminta pada Tepak pertama berisi daun sirih(3 helai), kapur, tembakau, Tepak
kedua : minyak bibir atau lilin madu, Tepak Ketiga: pinang, rokok dan korek,
Tepak keempat berisi: mukun (wajik) yang dibarangi dengan amplop yang berisi
uang Rp 50.000.00
2. Menikah dengan berbeda Suku (Beda Desa, Kecamatan,Kabupaten) maka
biasanya pemangku adat akan meminta pada Tepak pertama berisi daun sirih (7
helai), kapur, tembakau, Tepak kedua : Minyak bibir atau lilin madu, Tepak
Ketiga: pinang, rokok dan korek, Tepak keempat berisi: mukun (wajik) yang
dibarangi dengan amplop yang berisi uang Rp 100.000.00

Jika mempelai Pria tidak memenuhi syarat dati pemangku adat misal kurangnya
hitungan sirih, atau kurang dari isi masing masing Tepak maka sesuai kesepakatan
pempelai Pria dan pemangku adat Pernikahan akan di batalkan (di Tunda) sesuai
kesepakatn pemangku adat dan Penghulu, biasanya hitungan sirih yang di berikan
pemangku adat akan selalu dalam jumlah ganjil jika kurang satu atau kelebihan maka
pemangku adat tidak akan mentoleransi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan untuk meninjau lebih
jauh bagaimana Hukum Adat Tepak ini berjalan di Desa Tanjung Lubuk, dan
bagaimana semua masyarata akan mematuhi Hukum Adat Pernikahan ini untuk
kepentingan masing masing, serta bagaimana Hukum Adat pernikahan ini masih
berlaku di Desa Tanjung Lubuk ini.
DAFTAR PUSTAKA
H.J Nurbaiti musliha(50 tahun) Pemangku Adat Desa Tanjung Lubuk

Salsabilah (25 tahun) Pengantin yang baru sudah menikah, Desa Tanjung Lubuk

Royhan (27 Tahun) Pengantin yang baru sudah menikah, Desa Tanjung Lubuk

Anda mungkin juga menyukai