DISUSUN OLEH :
Nayla Salsabila
Kayla Zahra Aulia
Sri Mulyati M
Muh Rafli
KELAS IX.3
SMP NEGERI 4 BAJENG
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga terselesainya makalah yang
mengenai proses pembuatan keju. Melalui makalah ini kami ingin menjelaskan tentang adat
pernikahan di suku makassar. Makalah ini membantu untuk lebih jauh mengetahui tentang
bagaimana proses pernikahan di makassar serta sejarah dan nilai nilai yang terkandung pada adat
ini. “ Tak ada gading yang tak retak ” itulah kata pepatah, demikian pula dengan makalah ini
tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kepada para pembaca
khususnya guru mata pelajaran ini dimohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
bertambahnya wawasan kami di bidang ini.
Diucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu, hingga selasai makalah ini.
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat...............................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Asal-Usul Upacara Perkawinan Suku Makassar....................................................................5
2.2 Tahapan-Tahapan Upacara Perkawinan Suku Makassar.......................................................6
2.3 Nilai-nilai yang terkandung di dalam Upacara perkawinan suku Makassar..........................8
2.4 Uang Panaik dalam Perkawinan Adat suku Bugis Makassar................................................8
2.5 Proses Pemberian Uang Panaik...........................................................................................11
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia adalah perkawinan. Perkawinan adalah
suatu ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan
kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan
hubungan antar pribadi - yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan
diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk
membentuk keluarga.
Perkawinan mungkin salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya
perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Kegiatan yang dibayangkan bahkan
dipercayai, sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu belaka telah menjadi
urusan banyak orang atau institusi, mulai dari orang tua, keluarga besar, institusi agama sampai
Negara.
Bagi masyarakat di Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis Makassar dan masyarakat di
Indonesia pada umumnya, perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga besar dari kedua
mempelai. Tak heran jika perkawinan adat Bugis Makassar tidak hanya melibatkan keluarga inti
kedua mempelai, tapi juga seluruh keluarga besar sehingga tak jarang jika saudara, kakak dan
adik, paman dan bibi, serta para sesepuh ikut terlibat dalam mempersiapkan pernikahan si
mempelai. Upacara perkawinan di daerah Sulawesi Selatan banyak dipengaruhi oleh ritual-ritual
sakral dengan tujuan agar perkawinan berjalan dengan lancar dan kedua mempelai mendapat
berkah dari Tuhan.
3.1 Kesimpulan
Appa bunting dalam bahasa Makassar berarti melaksanakan upacara perkawinan. Sementara itu,
istilah perkawinan dalam bahasa Bugis disebut siala yang berarti saling mengambil satu sama
lain. Dengan demikian, perkawinan adalah ikatan timbal balik antara dua insan yang berlainan
jenis kelamin untuk menjalin sebuah kemitraan. Secara sederhana, uang panaik/doi balanja
(Makassar) atau dui‟ menre‟ (Bugis) atau uang belanja, yakni sejumlah uang yang diberikan
oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak keluarga mempelai perempuan. Uang panaik
tersebut ditujukan untuk belanja kebutuhan pesta pernikahan. Uang panaik memiliki peran yang
sangat penting dan merupakan salah satu rukun dalam perkawinan adat suku Bugis Makassar.
Pemberian uang panaik adalah suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Tidak ada uang panaik
berarti tidak ada perkawinan. Adapun akibat hukum jika pihak laki-laki tidak mampu
menyanggupi jumlah uang panaik yang di targetkan, maka secara otomatis perkawinan akan
batal dan pada umumnya implikasi yang muncul adalah pihak keluarga laki-laki dan perempuan
akan mendapat cibiran atau hinaan di kalangan masyarakat setempat.
3.2 Saran
Penyusunan materi dalam makalah ini sudah cukup baik,namun masih banyak memiliki
kekurangan khususnya kelengkapan materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar kelak penulis dapat membuat makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Hamid. 1985. Manusia Bugis Makassar : Suatu Tinjauan Historis Terhadap Pola
Tingkah Laku Dan Pandangan Hidup Manusia Bugis. Inti Idayu Press: Jakarta.
Asram Muzharath.K. 2002. Sejarah KerajaanMakassa,Bulan Bintang: Makassar
Kamri, Ahmad, (1997) BUDAYA S1R1' BUGIS-MAKASSAR Pembunuhan dan Pencemaran
Nama Balk Orang Lain. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
DIPONEGORO