Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PENDAIS

KERAJAAN KERAJAAN ISLAM


YANG ADA DI INDONESIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK III
Nayla Salsabila
Kayla Zahra Aulia
Sri Mulyati M
Nur Jannah
Suwandi
Muh Fauzan

KELAS IX.3
SMP NEGERI 4 BAJENG
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI.....................................
..........................................
..........................................
.....2
KATA
PENGANTAR.................
..........................................
..........................................
............3
BAB
I........................................
..........................................
..........................................
.............4
PENDAHULUAN...........
..........................................
..........................................
.......................4
1.1 Latar
Belakang..........................
..........................................
.........................................
4
1.2. Rumusan
Masalah............................
..........................................
.................................4
1.3. Tujuan
Pembahasan......................
..........................................
.....................................4
1.4.
Manfaat............................
..........................................
..........................................
........4
BAB
II.......................................
..........................................
..........................................
.............5
PEMBAHASAN..............
..........................................
..........................................
......................5
2.1. Kesulatanan Aceh
Darussalam.......................
..........................................
...................5
2.2. Kesultanan
Makassar..........................
..........................................
...............................6
2.3. Kesultanan Ternate
dan
Tidore...............................
..........................................
...........6
2.4. Kesultanan Samudera
Pasai.................................
..........................................
..............7
BAB
III......................................
..........................................
..........................................
.............9
PENUTUP.......................
..........................................
..........................................
.......................9
3.1.
Kesimpulan……………
…………………………
…………………………
………..9
3.2.
Saran................................
..........................................
..........................................
........9
DAFTAR
PUSAKA.........................
..........................................
..........................................
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT
yang telah
memberikan rahmat
dan
karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun
makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Makalah yang
berjudul
“KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA”
disusun dalam
rangka melengkapi
tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia
yang diampu oleh
Ibu
Resta Sarasuani S.Pd.
Makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada
waktunya tidak lepas
dari bantuan dan
dukungan dari berbagai
pihak yakni kedua
orang tua dan teman-
teman. Untuk itu
penulis ucapkan terima
kasih.
Meski makalah ini
telah disusun secara
maksimal, penulis
menyadari bahwa
masih ada kekurangan
baik dari cara susunan
kalimat ataupun tata
bahasanya. Oleh
karena itu, dengan ini
penulis mengharapkan
kritik dan saran yang
membangun dari
pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa
penulis sampaikan,
semoga pembaca dapat
mengambil
manfaat dari makalah
ini.
Bogor, 9 April
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair.
Kerajaan ini terletak dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan
Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah
(1042-1078). Pengganti Meurah Khair adalah Maharaja Mansyur Syah dari
tahun 1078-1133. Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja
Ghiyasyuddin Syah dari tahun 1133-1155.
Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar
Maharaja Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga
dengan sebutan Tengku Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan
ini sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk
merebut pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga
pada saat wafat, kerajaan Samudra Pasai dilanda kekacauan karena perebutan
kekuasaan.
Meurah Silu bergelar Sultan Malik-al Saleh (1285-1297). Meurah Silu
adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia) yang mendirikan dinasti
kedua kerajaan Samudra Pasai. Pada masa pemerintahannya, system
pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur
rapi. Kerajaan mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai
dibuka. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis.
Meurah Silu memperkokoh hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang
Sari, anak Raja Perlak. Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan
Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan
perdagangan yang kuat di Selat Malaka.
Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Malik Zahir
(1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur
Malik Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja
selanjutnya adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa
pemerintahannya, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung
Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam
kepulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti
Maulana MalikIbrahim dan Maulana Ishak.

Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana
tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh
Majaphit, dan sejak saat itu,kerajaan Pasai terus mengalami kemudunduran.
Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh
Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah
yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan
Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat
Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan
mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan
kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang
terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur),
Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah
berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat
anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis,
kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke
dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal
dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari
penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis
dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan kerajaan kecil yang
sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis
yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika
Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga
Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan
gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan
jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, , Aceh Darussalam menjadi satu-satunya
kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Kemenangan
yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari
aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh
banyak meninggalkan persenjataan, karena memang tidak sempat mereka
bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan
kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis.
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak.
Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada
Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru.
Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya
Portugis mundur ke Malaka.
Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa
Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636). Pada
masa itu, Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di
Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan
diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa
Iskandar Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan
membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia
mengirim hadiah balasan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk
membantu memperkuat angkatan perang Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh
mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat, Perak diMalaka yang secara
efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575.

Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya
pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa.
Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat pengaruh
Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang
kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam
yang merdeka dari Majapahit.
Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari
tahun 1500-1518. Pada masa pemerintahan agama Islam mengalami
perkembangan pesat. Raden Patah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah
sebagai Raja Demak dipimpin oleh anggota wali lainnya. Pada masa
pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban,
Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa
pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para
wali dan sunan sahabat Demak.
Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden
Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka
berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan
putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu
tidak berhasil. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh
putranya Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun.
Ia wafat tahun 1521 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka.
Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan
merupakan raja Demak terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan
Demak dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak
oleh Sultan Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan
Trenggono mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten,
Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati. Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah
kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1546, Kerajaan Demak
mulai mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan.
Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan
Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang
Bojonegoro) yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan
kekuasaan ini berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya
Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh
adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri.
Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka
Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari
para tetua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik
berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara. Dalam
pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak
jatuh ke tangan Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya.
Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun
sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim
diri sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki
Gede Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan
sebuah daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan
kemudian menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.
Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran
Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa
sendiri diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang
puas dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga
dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa
kemudian minta bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk
merebut kembali tahta Kerajaan Pajang.
Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut
kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak
kuasanya pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang
pada Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan
Kerajaan Mataram.

Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan
mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber
Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan
Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda
Kalapa dan Cimanuk.
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri
dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Pelurusan Sejarah
bahwa Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan
Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar
(Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah
kawin dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang
Darussalam sedang anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana
Muhammad Nazaruddin bergelar Alamsyah)
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana
Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang
Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena
dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah
bahwa Sultan Muhammad bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga
dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin
"Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing
bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu
Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah berusia 19
tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke
Palembang...bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi
keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan
Sultan Mahmud Badaruddin II).
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng
Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional
sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi
sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah
yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan
bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan
Banten.
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682,
wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan
Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia
yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat
perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak
monopoli perdagangan lada di Lampung.
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial
Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa
turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari
penghancuran Surasowan oleh GubernurJenderal Belanda, Herman William
Daendels tahun 1808.
Kerajaan Ternate Dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera,
Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan
Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah
menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa
meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah
Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa
perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-
persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan
antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan,
Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan
antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan,
Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat
tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada
tahun 1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa
Spanyol datang ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan
Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut
berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut
hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai
Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah
seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu
Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan
tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa
lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk
Portugis atas Ternate.
Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk
kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di
Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis
untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah
terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin
besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin
perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575,
setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya
di Ternate.
Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun
1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku,
Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya
membuat Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua
Pulau.

Kerajaan Gowa Dan Tallo


Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi
Selatan dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai
Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga
disebut sebagai Ujungpandang. Seb 16, raja-raja Makassar belum memeluk
agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam
dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.
Sultan Alauddin adalah Raja memimpin Makassar dari tahun 1591 Karaeng
Ma ‘towaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan Alauddin wafat,
Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said 1639 kemudian
digantikan oleh Sultan Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa
pemerintahannya merupakan masa gemilang kerajaan Makassar.
Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil
menguasai kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, yaitu Ruwu, Wajo,
Soppeng, dan Bone. Sultan Hasanuddin juga berniat menjadikan Kerajaan
Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagangan Indonesia bagian
timur. Oleh karena itu Sultan Hasanuddin harus menghadapi kekuatan armada
VOC Belanda sebelum dapat menguasai Maluku.
Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan
Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub(Tuan)
Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan diberikan
kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone berhasil
menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi
tiga buah kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang di
Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar,
Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka
sebagai Raja Bone.
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba
putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan
perjuangan perjuangan ayahnya melewan Belanda. Pasukan Kerajaan
Makassar akhirnya bisa dipukul mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan
di kuasai oleh Belanda.

DAFTAR
ISI.....................................
..........................................
..........................................
.....2
KATA
PENGANTAR.................
..........................................
..........................................
............3
BAB
I........................................
..........................................
..........................................
.............4
PENDAHULUAN...........
..........................................
..........................................
.......................4
1.1 Latar
Belakang..........................
..........................................
.........................................
4
1.2. Rumusan
Masalah............................
..........................................
.................................4
1.3. Tujuan
Pembahasan......................
..........................................
.....................................4
1.4.
Manfaat............................
..........................................
..........................................
........4
BAB
II.......................................
..........................................
..........................................
.............5
PEMBAHASAN..............
..........................................
..........................................
......................5
2.1. Kesulatanan Aceh
Darussalam.......................
..........................................
...................5
2.2. Kesultanan
Makassar..........................
..........................................
...............................6
2.3. Kesultanan Ternate
dan
Tidore...............................
..........................................
...........6
2.4. Kesultanan Samudera
Pasai.................................
..........................................
..............7
BAB
III......................................
..........................................
..........................................
.............9
PENUTUP.......................
..........................................
..........................................
.......................9
3.1.
Kesimpulan……………
…………………………
…………………………
………..9
3.2.
Saran................................
..........................................
..........................................
........9
DAFTAR
PUSAKA.........................
..........................................
..........................................
...
DAFTAR
ISI.....................................
..........................................
..........................................
.....2
KATA
PENGANTAR.................
..........................................
..........................................
............3
BAB
I........................................
..........................................
..........................................
.............4
PENDAHULUAN...........
..........................................
..........................................
.......................4
1.1 Latar
Belakang..........................
..........................................
.........................................
4
1.2. Rumusan
Masalah............................
..........................................
.................................4
1.3. Tujuan
Pembahasan......................
..........................................
.....................................4
1.4.
Manfaat............................
..........................................
..........................................
........4
BAB
II.......................................
..........................................
..........................................
.............5
PEMBAHASAN..............
..........................................
..........................................
......................5
2.1. Kesulatanan Aceh
Darussalam.......................
..........................................
...................5
2.2. Kesultanan
Makassar..........................
..........................................
...............................6
2.3. Kesultanan Ternate
dan
Tidore...............................
..........................................
...........6
2.4. Kesultanan Samudera
Pasai.................................
..........................................
..............7
BAB
III......................................
..........................................
..........................................
.............9
PENUTUP.......................
..........................................
..........................................
.......................9
3.1.
Kesimpulan……………
…………………………
…………………………
………..9
3.2.
Saran................................
..........................................
..........................................
........9
DAFTAR
PUSAKA.........................
..........................................
......................................

Anda mungkin juga menyukai