KOMANG SOEYASA
NIM : 10.1.1.1.1.3876
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian perkawinan
Menurut UU. No : 1 tahun 1974 pasal 1 mengenai pengertian perkawinan
adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengertian ini sesuai dengan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat Umat Hindu di Bali, sehingga
perkawinan itu mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Agama dan
merupakan sesuatu yang bersifat sakral.
Pada Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-
Aspek Agama Hindu I-XV dijelaskan bahwa perkawinan ialah
ikatan sekala niskala (lahir bathin) antara seorang pria dengan seorang wanita
Artinya
Sesungguhnya Sruti (wahyu) adalah Weda demikian pula Smrti itu adalah
Dharmasastra. keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun
juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber dari agama
Hindu.
Berpijak dari sloka diatas maka dapat dicermati bahwa dari 8 bentuk
perkawinan menurut Manawa Dharmasastra ada dua bentuk perkawinan yang
dilarang keras untuk dilaksakan yaitu: Raksasa wiwaha dan Paisaca wiwaha.
Jadi dalam suatu pernikahan, apapun bentuk perkawinan tersebut haruslah
didasarkan didasarkan atas cinta dan restu dari orang tua.
Perkawinan atau wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan
hidup Grhasta Asrama. Tugas pokok dari Grhasta Asrama menurut lontar Agastya
Parwa:
“Yatha sakti Kayika Dharma”
(Agastya Parwa)
Terjemahanya:
Dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma.
Menurut lontar Agastya Parwa tujuan Perkawinan atau wiwaha adalah
mewujudkan suatu kehidupan yang disebut yang jadi seorang Grhasta harus
benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma dalam kehidupan ini.
Kemandirian dan profesionalisme inilah yang harus benar-benar disiapkan oleh
seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan. Dharma disini bisa
berate melaksanakan Panca Yadnya.
Dalam kitab suci Sarasamuscaya sloka 2 disebutkan sebagai berikut:
III. PENUTUP
1. Simpulan
http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/17/perkawinan-gelahang-barengnegen-
pada-masyarakat-bali-dalam-perspektif-hukum-adat-bali-studi-kasus-di-
kota-singaraja%E2%80%9D/ (diakses tanggal 10 Januari 2014)
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=28&id=153
20 (diakses tanggal 10 Januari 2014)
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1305&I
temid=83 (diakses tanggal 10 Januari 2014)
Idealnya Perkawinan Hindu Posted by dharmavada under susila at July 28 2009
Subagiasta, I Ketut.2008. Sradha dan Bhakti.Surabaya:Paramita
Tim Penyusun.1995. Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Resi yadnya,
Pitra Yadnya, dan Manusa Yadnya). Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali