Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN TEOLOGIS DALAM RITUAL

PERNIKAHAN AGAMA HINDU DI PURA


GIRI INDRA LOKHA KOTA JAMBI
Ilham Akbar1, Sagap2 Adi Iqbal3
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Email: Akbarilham401@gmail.com, sagap@uinjambi.ac.id, adiiqbal@uinjambi.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan pernikahan yang melibatkan dimensi lahir dan batin
suatu ikatan seorang pria (Purusha) dan seorang wanita (Pradana) yang menjadi suami
dan istri, dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga (grahasta) yang bahagia
dan abadi, berdasarkan kepada Tuhan yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa dalam agama Hindu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tujuan tentang keadaan di lapangan. Dalam metode ini
beberapa teknik pengumpulan data digunakan, seperti wawancara dengan kepala pengurus
agama Hindu dan pengikutnya yang berada di Pura Giri Indra Lokha Kota Jambi,
observasi, serta studi dokumentasi dan penelusuran di perpustakaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa praktek ritual pernikahan dalam umat Hindu di Jambi
menampilkan proses ritual dan sarana yang digunakan memiliki nilai-nilai teologis yang
unik dan berfungsi sebagai simbol untuk menunjukkan kepada Tuhan. Dengan
pernikahan, kedua mempelai telah membuat ikatan suami istri dan siap memasuki fase
berikutnya dalam kehidupan, yaitu membentuk rumah tangga. Sebagai pasangan, akan
melaksanakan tanggung jawab agama dan negara melalui keturunan mereka. Pengaruh
dalam nilai nilai teologis pada hakekat pernikahan yaitu Peningkatan kesadaran spiritual
didalam Upacara pernikahan di Pura juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
spiritual pasangan suami istri. Melalui nilai-nilai teologis seperti meditasi, refleksi, dan
penghayatan ajaran agama, pasangan suami istri diharapkan untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup dan pernikahan mereka.

Kata kunci: Ritual, Nilai-Nilai, Hakekat Pernikahan.

Abstract
This research is motivated by marriage which involves the physical and spiritual dimensions
of a bond between a man (Purusha) and a woman (Pradana) who become husband and wife,
with the aim of forming a happy and eternal family or household (grahasta), based on God

112
Almighty. Esa or Ida Sang Hyang Widhi Wasa in Hinduism. The National Marriage
Law includes the principles of the Indonesian nation's philosophy of life as stated in Pancasila
and the 1945 Constitution, and takes into account the reality of life based on religious laws
and beliefs held and lived in society. This research uses qualitative methods which aim to
provide an objective description of the situation in the field. In this method, several data
collection techniques are used, such as interviews with the head of Hindu religious
administrators and their followers at the Giri Indra Lokha Temple, Jambi City, direct
observation in the field, as well as documentation studies and searches in the library. The
results of this research indicate that the findings of the main problem of the essence of marriage
in Hindu religious wedding rituals at Giri Indra Lokha Temple, Jambi City are that each
ritual process and the means used have unique theological values and function as symbols to
show God that the bride and groom are married. create a husband and wife bond and be
ready to enter the next phase in life, namely forming a household and carrying out religious
and state responsibilities through their descendants. and the influence of theological values on
the essence of marriage, namely increasing spiritual awareness in the wedding ceremony at the
temple also aims to increase awareness spiritual husband and wife couple. Through theological
values such as meditation, reflection and appreciation of religious teachings, married couples
are expected to develop a deeper understanding of the purpose of their life and marriage.

Keywords: Rituals, Values, Essence of Marriage

A. Pendahuluan
Di Indonesia memiliki peraturan yang mengatur pernikahan yang
berlaku bagi semua warga negara Indonesia. Definisi pernikahan dijelaskan
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Hubungan antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri, didasari oleh ikatan
emosional dan spiritual dengan tujuan membentuk sebuah keluarga yang
penuh kebahagiaan, dengan berlandasan keyakinan kepada Tuhan yang Maha
Esa. Dalam pasal ini dapat dilihat bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan
emosional dan spiritual antara seorang pria dan seorang wanita, yang
memerlukan persetujuan dari kedua orang tua mereka. Pernikahan tidak boleh
dipaksakan atau dipengaruhi oleh orang lain, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketegangan setelah hidup bersama dalam pernikahan. Kunci
keberhasilan dalam pernikahan antara lain adalah adanya saling cinta,

113
kerjasama dan saling melengkapi serta bekerja sama didalam setiap aspek
kehidupan rumah tangga .1
Dalam tradisi Hindu, pernikahan diartikan sebagai penyatuan batin antara
seorang pria (purusha) dan seorang wanita (pradana) yang menjadi suami-istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga (graha) yang bahagia
dan langgeng. Prinsip ini dilandasi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Undang-Undang Pernikahan Nasional menggabungkan
nilai-nilai filosofi kehidupan bangsa indonesia yang tercantum dalam Pancasila
dan UUD 1945, serta memperhitungkan realitas kehidupan yang dipengaruhi
oleh hukum agama dan kepercayaan yang dianut oleh Masyarakat.2
Pernikahan pada intinya juga memiliki hakikat yang bertujuan untuk
menciptakan kehidupan yang penuh kebahagiaan, di mana pasangan saling
melengkapi satu sama lain. Contohnya, kepuasan dalam hubungan seksual
akan mencapai puncaknya ketika dilakukan bersama pasangan. Setiap masalah
dapat diatasi dengan baik jika ditangani bersama pasangan. Selain itu, hidup
akan terasa sempurna jika hidup bersama pasangan.3
Pernikahan adalah suatu upacara yang memiliki nilai sakral bagi setiap
individu di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak lahir, manusia secara
alami memiliki kecenderungan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam
kehidupan sosial. Pada tingkat yang paling fundamental, kehidupan bersama
ini dimulai dengan pembentukan keluarga, yang pada awalnya terdiri minimal
dari seorang pria dan seorang wanita. Keberadaan pernikahan mengacu pada
kehidupan bersama antara seorang pria dan seorang wanita, dan nantinya akan
ditambah dengan kedatangan seorang anak dalam pernikahan tersebut.
Pernikahan memiliki peran penting dalam perkembangan manusia, karena
melalui pernikahan terjadi pewarisan keturunan, dan keturunan ini mengarah
pada pertumbuhan keluarga yang menjadi bagian dari jaringan hubungan dan
masyarakat. Dengan demikian, pernikahan merupakan faktor yang mengikat
kehidupan individu dan masyarakat sebagai kesatuan yang saling terhubung.4

1
Ketut Yeti Suneli I Nyoman Arthayasa dan Sujaelanto, Petunjuk Teknis
Pernikahan Hindu (Surabaya: Paramita, 1998).
2
Ida Bagus Anom, Pernikahan Menurut Adat Agama Hindu, (Denpasar: Kayu Mas
Agung, 2001), 4-5
3
I Gede Pawana, “Prosesi Upacara Pernikahan Adat Bali Di Desa Duda Timur,”
Jurnal Pangkaja 21, No. 2 (2018), 186–98.
4
Hilman Hadikusuma, Hukum Pernikahan Adat, (Alumni: Bandung, 1983), 22.

114
Menurut definisi mengenai arti pernikahan sebagaimana dirumuskan
didalam pasal 1 U.U NO. 1 Tahun 1974, pernikahan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Jadi keluarga disini adalah persatuan yang terjalin di antara seluruh
anggota keluarga dalam rangka “pengabdiannya” kepada missi atau amanat
dasar yang mesti diemban oleh anggota keluarga yang bersangkutan. Seperti
dalam Manawa Dharmacastra atau Weda Smrti:
“Samtusto bharyaya bharta bhartra tathaiwa ca, yasminnewa kule
nityam kalyanamtatra wai dhruwam, yadi hi stri na roceta pumamsam na
pramodayet, apramodat punah pumsah prajanam na prawartate”

“pada keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian


pula sang istri terhadap suaminya, kebahagiaan pasti kekal. Karena kalau istri
tidak mempunyai wajah berseri, ia tidak akan tertarik pada suaminya, tetapi
jika sang istri tidak tertarik pada suaminya tidak akan ada anak yang akan
lahir”.5

Dalam agama Hindu pernikahan dikenal juga dengan sebutan wiwaha.


Wiwaha atau pernikahan merupakan saat-saat penting yang menandai awal dari
grahasta ashram, yakni fase kehidupan berkeluarga. Wiwaha merupakan
sebuah perjanjian sakral dan komitmen seumur hidup antara seorang pria dan
seorang wanita, yang juga merupakan hubungan sosial yang paling kokoh
dalam agama Hindu. Selain itu, wiwaha juga memiliki nilai spiritual yang
signifikan dalam memperkaya pertumbuhan batin. Pernikahan harus
didasarkan pada saling kepercayaan, saling cinta, saling memberi dan menerima
dengan setara, bertanggung jawab secara bersama, serta berjanji untuk tetap
setia dan tidak berpisah.
Adapun pernikahan Agama Hindu di Jambi memiliki latar belakang
yang kaya dan beragam. Hindu di Jambi sendiri berkembang pesat pada masa
kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Oleh karena itu, tradisi dan budaya
Hindu di Jambi memiliki pengaruh kuat dari budaya Melayu dan Sriwijaya yang
masih terlihat hingga saat ini. Ritual pernikahan dalam agama Hindu di Jambi
diwarnai oleh adat istiadat dan budaya lokal yang telah berkembang sejak

5
Tjokorda Rai Sudharta G. Pudja, “Manawa Dharmacastra (Manu Dharmacasatra)
Atau Weda Smrti,” (Compendium Hukum Hindu, N.D. 1976/1977

115
zaman dahulu. Beberapa tahapan yang biasanya dilakukan dalam pernikahan
Hindu di Jambi adalah upacara Pangku, Pamindahan, Ngerik, Kesepek,
Mepandes, Peningsetan, Pernikahan, Ngulapin, Ngunduh Mantu, dan
Ngusaba.
Upacara pernikahan Hindu di Jambi juga dipengaruhi oleh ajaran agama
Hindu yang memiliki banyak dewa dan dewi yang dihormati. Oleh karena itu,
pada setiap tahap upacara, biasanya terdapat penyerahan sesaji atau
persembahan berupa bunga, buah-buahan, dan nasi kuning sebagai tanda
penghormatan dan permohonan restu dari dewa-dewi Hindu. Ritual
pernikahan Hindu di Jambi juga diwarnai dengan berbagai tarian dan musik
tradisional khas Jambi, sistem tersebut diwujudkan dalam penggunaan
pengajaran agama dan kebiasaan, untuk menumbuhkan kebiasaan beragama di
Masyarakat.6
B. Metode
Metode penelitian ini dengan cara ilmiah untuk memperoleh informasi
dunia nyata yang tidak dirancang dan digunakan untuk tujuan tertentu.7 Kajian
ini memakai metode sosiologi, di mana sosiologi adalah kajian yang digunakan
untuk menggambarkan dan melihat peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat.8 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang
mengunakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari individu dan perilaku yang dapat
diamati.9 Penelitian ini melibatkan penyelidikan yang mendalam dengan
mengumpulkan data melalui observasi langsung pada lokasi ritual dan
wawancara yang terperinci dengan narasumber, dengan tujuan memperoleh
pemahaman mendalam tentang setiap ritual yang terkait dengan upacara
pernikahan dalam agama Hindu di kota jambi.
C. Pembahasan
1. Pengertian Pernikahan
Istilah pernikahan dalam berbagai sastra dan kitab hukum Hindu
(Smriti) dikenal sebagai Wiwaha. Aturan-aturan yang mengatur tata cara

6
Adi Iqbal, “Ekspresi Keagamaan Masyarakat Melayu Jambi. (Studi Tentang
Toleransi Antar Umat Beragama Di Kenali Besar Kota Jambi).” (2022).
7
Ng. Philipus, Sosiologi Dan Politik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).23
8
Hadari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1998), 61.
9
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja 2001), 37.

116
pernikahan ini merupakan sumber dan pedoman dalam menjalankan hukum
agama Hindu di bidang pernikahan. Pernikahan adalah kesepakatan formal
antara dua individu untuk menjalani kehidupan bersama sesuai dengan aturan
dan nilai-nilai moral yang sesuai dengan budaya dan agama mereka. Pada
awalnya, pernikahan umumnya melibatkan pria dan wanita, tetapi dalam
masyarakat yang lebih terbuka, pernikahan sesama jenis (baik antara dua pria
atau dua wanita) telah menjadi mungkin karena pemahaman bahwa orientasi
seksual yang berbeda (homoseksualitas) adalah bagian alami dari kehidupan
dan tidak boleh dianggap sebagai dosa.10
Wiwaha dapat diartikan tergantung pada perspektif yang digunakan.
Salah satu pengertian wiwaha dinyatakan dalam Undang-Undang Pernikahan
No. 1 Tahun 1974, pasal 1 yang menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan
lahir batin antara suami istri, bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.11
Menurut Weda Smrthi, pernikahan dalam pandangan Hindu memiliki
dimensi keagamaan dan kewajiban yang berkaitan dengan tujuan untuk memiliki
keturunan (sentana) dan menebus dosa-dosa orang tua melalui kelahiran anak
yang membawa cahaya dan kebahagiaan bagi keluarga. Oleh karena itu,
pernikahan dalam pandangan Hindu bukan hanya sekadar legalitas hubungan
biologis semata, melainkan juga merupakan peningkatan nilai-nilai berdasarkan
hukum Agama, dengan tujuan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
keluarga yang disebut sukinah.
Dengan Wiwaha Samskara adalah upacara sakral yang dianggap wajib
bagi Umat Hindu untuk meyakralisasi sebuah peristiwa penting dalam
kehidupan manusia. Dalam Wiwaha Samskara, doa, mantra, dan pelaksanaan
sapta padi (berjalan mengelilingi api suci) merupakan bagian penting dari
upacara tersebut sebagai tanda pengesahan “(pabigraha nikamantra niyatam
dara laksanam, tesam nishta tu wijneya widwadbhih saptame pade)”12. Menurut
kitab Brahmanapurana, badan yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi
digunakan untuk mencapai Dharma (tindakan yang benar), Artha
(keberlimpahan materi), Kama (kepuasan duniawi), dan Moksa (pembebasan

10
M.Dewanto, “Semua Karena Cinta Menyingkap Misteri Pernikahan Dan
Penceraian,” 2008, 21.
11
Undang-Undang Pokok Pernikahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989).1
12
Weda Smrthi, N.D.Bab Ii, 67.

117
spiritual). Keempat aspek ini saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama
lain.
Setiap individu yang akan menikah harus menyadari nilai dan makna
pernikahan bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai ini menjadi dasar dalam
kehidupan suami istri setelah pernikahan dilangsungkan. Dalam ajaran agama
Hindu, pernikahan dianggap sebagai "yajna" atau upacara suci. Dengan
demikian, mereka yang memasuki ikatan pernikahan akan memasuki gerbang
grhastha asrama, yang merupakan lembaga suci yang harus dihormati dan dijaga
keberadaan serta kemuliaannya. Lembaga suci ini seharusnya dijalankan dengan
kegiatan yang suci pula, seperti melaksanakan tugas agama (Dharma Agama)
dan tanggung jawab terhadap negara (Dharma Negara).
2. Prosesi Didalam Pernikahan Agama Hindu Di Pura Giri Indra
Lokha Kota Jambi.
Pernikahan yang bersifat sakral harus dilakukan dengan serius untuk
memberikan keyakinan kepada pemeluk agama Hindu. Sebab, sesuatu yang
sakral selalu dianggap bernilai, memiliki arti mendalam, suci, dan memberikan
pengaruh positif pada mereka yang melakukannya. Untuk dianggap sah,
pernikahan harus memenuhi tiga saksi, yang dikenal sebagai Tri Upasaksi`.
Pertama, Bhuta Saksi, yaitu saksi dari para Bhuta Kala. Kedua, Dewa Saksi,
yang melibatkan Tuhan sebagai pencipta serta leluhur yang merupakan bagian
dari keluarga mempelai yang ada di Sanggah Kamulan,13 juga melibatkan Hyang
Widhi yang ditampilkan di Sanggar Pesaksi dan sebagainya. Ketiga, Manusa
Saksi, yang melibatkan kehadiran Manggala adat dan Dinas dari Desa atau
Kelurahan, anggota keluarga, dan para undangan lainnya.
Sakralitas merupakan inti dari kehidupan dan pengalaman religius. Bagi
mereka yang memiliki pengalaman religius, segala hal dapat diungkapkan
sebagai sesuatu yang sakral. Dalam ritual pernikahan Hindu, terdapat unsur-
unsur yang dianggap sakral dan juga profan. Yang dianggap sakral adalah
proses ritual dan benda-benda yang dipandang sebagai simbol untuk
berkomunikasi dengan Sang Hyang Widhi. Berdasarkan wawancara dengan
bapak Budi gede menjelaskan bahwa:

13
Wayan Widiarta, Pinandita Kota Jambi, Wawancara Dengan Penulis ,27 Agustus
2023, Kota Jambi, Rekaman Audio

118
“Didalam proses ritual pernikahan yang berada di kota Jambi ini
biasanya dilakukan di pura karena umat Hindu yang di kota Jambi
kebanyakan berasal dari perantauan untuk pelaksanaan secara adat nya
di pura, namun semisalnya ditempat Perempuan memiliki tempat
untuk persembahyangan (sanggah surya) maka akan dilakukanlah
proses ritual pernikahannya. Adapun dari pihak Perempuan tidak
memiliki tempat untuk persembahyangan maka bisa dilakukan
ditempat pihak laki-laki.”14
Proses dimulai dengan upacara yang dilakukan oleh mempelai wanita
sebelum ritual pernikahan dilaksanakan. Pertama, Ngekeb, di mana doa yang
dipanjatkan oleh mempelai wanita dianggap sebagai perbuatan sacral dan suci..
Kedua, Mungkah Lawang, merupakan ritual penghormatan dari keluarga
mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita untuk menjaga keharmonisan
antara kedua mempelai. . Ketiga, Mesegehagung, merupakan ritual selamat datang
bagi pengantin wanita yang disambut oleh ibu pengantin pria di dalam kamar
pengantin. Keempat, Madengen-dengen, dalam proses dan sarana yang
digunakan dalam ritual ini terdapat elemen dan simbol yang ditujukan kepada
salah satu saksi yang harus dipenuhi, yaitu Bhuta Kala.. Dalam ritual ini, kedua
mempelai yang dipimpin oleh Pinandita memberikan kesaksian kepada Bhuta
Kala bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri dan memohon
agar tidak ada gangguan terhadap hubungan mereka.. Kelima, Mewidhi Widana,
merupakan ritual penyempurnaan dari ritual sebelumnya. Kedua mempelai
dipimpin oleh seorang pemangku untuk memohon izin dan doa restu kepada
Sang Hyang Widhi bahwa mereka telah meninggalkan masa lajang dan resmi
menjadi suami istri, serta memasuki masa Grihasta Asrama (masa rumah
tangga). .Terakhir, Mejauman Ngabe Tipat Bantal, merupakan upacara sebagai
permohonan izin dari pihak mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita
bahwa pengantin wanita telah resmi menjadi anggota keluarga besar mempelai
pria.15
3. Nilai-Nilai Teologis Yang Ada Dalam Ritual Pernikahan
Masyarakat Hindu Di Pura Giri Indra Lokha Kota Jambi

14
Gede Budi, Umat Hindu, Wawancara Dengan Penulis, 28 September 2023, Kota
Jambi, Catatan.
15
Pawana, “Prosesi Upacara Perkawinan”, 196.

119
Upacara pernikahan dalam agama Hindu memiliki beragam
simbolisme dan makna yang mendalam. Setiap ritual dan perlengkapan yang
digunakan dalam pernikahan mengandung nilai-nilai khusus. Calon pasangan
yang ingin menikah dalam tradisi Hindu harus memahami signifikansi yang
baik dan tujuan di balik pernikahan ini. Sebab pernikahan adalah tahap kedua
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, di mana mereka akan memulai
babak baru dalam hidup bersama pasangan mereka.
Wawancara dengan bapak Wayan Widiarta sebagai pemangku Hindu
Pura mengatakan pernikahan didalam agama Hindu memiliki peran dan nilai
nilai yang dianggap sebagai salah satu tahap penting dalam kehidupan
seseorang, beliau mengatakan sebagai berikut.
“Setiap ritual dalam agama Hindu memiliki nilai-nilai khusus
yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi. Misalnya, dalam upacara
ngekeb, selain sebagai wujud penonjolan kecantikan pengantin wanita,
terdapat juga doa-doa yang dipanjatkan oleh mempelai wanita kepada
Sang Hyang Widhi, memohon berkatnya atas pernikahan mereka.”16
Selain upacara ngekeb yang memiliki makna penting bagi pengantin
wanita, ritual-ritual lainnya juga mengandung nilai-nilai khusus. Misalnya,
mungkah lawang, yang berperan sebagai momen penyatuan kedua mempelai
dan menghormati keluarga mempelai wanita. Sementara mesegehagung adalah
tanda penerimaan keluarga mempelai pria terhadap kedatangan mempelai
wanita. Selain itu, ada juga ritual madengen-dengenan, yang melibatkan
berbagai macam prosesi. Ritual ini bertujuan untuk membersihkan energi
negatif dari kedua mempelai, menandakan kesepakatan di antara mereka, dan
sebagai simbol janji satu sama lain untuk masa depan mereka bersama.
Mewidhi widana adalah tahap penyempurnaan dari seluruh rangkaian ritual
sebelumnya. Kedua mempelai berdoa kepada Sang Hyang Widhi untuk
meminta izin dan berkat-Nya, yang dipimpin oleh Sulingguh atau Ida Peranda.
Ritual ini menandai tahap akhir dari upacara pernikahan Hindu yang penuh
makna dan spiritualitas.

16
Wayan Widiarta, Pemangku Pura,Wawancara Dengan Penulis, 27 Agustus
2023,Kota Jambi ,Rekaman Audio.

120
Dalam pernikahan Hindu, terdapat beberapa prinsip yang harus
dijalankan oleh pasangan suami istri, yaitu:
1. Artha, yang merupakan pemenuhan kebutuhan material.
2. Kama, yang merupakan keinginan atau kenikmatan yang diperoleh
dalam kehidupan berkeluarga sesuai dengan ajaran agama.
3. Kepatuhan terhadap aturan-aturan dalam kehidupan berkeluarga,
dengan kesadaran untuk menjalankan dharma agama dan dharma
Negara.
Makna dan tujuan pernikahan sangat penting dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan melahirkan keturunan yang berkualitas. Pernikahan
diharapkan dilakukan sekali seumur hidup, dan hal ini tidak terlepas dari
pentingnya menjalankan ritual pernikahan yang baik. Jika seseorang
melaksanakan ritual pernikahan sesuai dengan aturan agama dan memberikan
makna yang mendalam, apa yang dilakukan dalam proses tersebut akan
berdampak pada kehidupan selanjutnya.
Dengan demikian tujuan utama dari pernikahan agar terjalin sebuah
keluarga yang Satyam, Sivan dan Sundaram dan memperoleh keturunan yang
suputra untuk membayar hutang kelahiran pada orang tua atau leluhur karena
dalam Hindu tidaklah diajarkan hanya berbakti dan memuja Tuhan saja, tetapi
berbakti dan juga memuja pada para leluhur.
4. Pengaruh Nilai-Nilai Teologis Dalam Mewujudkan Hakekat
Perkawin Agama Hindu Di Pura Giri Indra Lokha Kota Jambi
Hakekat pernikahan pada dasarnya adalah sakral, terutama disaksikan
persaksian baik ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan, ataupun ke
hadapan masyarakat bahwa kedua mempelai mengikat diri sebagai suami isteri,
sehingga hubungan seksnya dapat dibenarkan dan segala akibat perbuatannya
menjadi tanggung jawab mereka Bersama.
Pengaruh nilai-nilai teologis dalam terwujudnya hakekat pernikahan
agama Hindu sangat signifikan. Agama Hindu memiliki pandangan yang
mendalam tentang pernikahan dan mengajarkan prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Wawancara dengan bapak Putu Suratman sebagai kepala Bimas
Hindu provinsi mengatakan pernikahan didalam agama Hindu dianggap sakral

121
dan dianggap sebagai salah satu tahap penting dalam kehidupan
seseorang,beliau mengatakan sebagai berikut:
“Hakekat Nilai-nilai yang harus dilaksanakan dalam pernikahan seperti
Dharma (tindakan yang benar),artha ( kebutuhan hidup), Karma
(akibat dari perbuatan), dan Moksha (pembebasan dari siklus kelahiran
dan kematian) memainkan peran penting dalam mewujudkan hakekat
pernikahan agama Hindu”. 17
Dharma mengajarkan bahwa pernikahan harus didasarkan pada nilai-
nilai moral dan etika yang tinggi. Pasangan yang menikah diharapkan
menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dengan penuh kesadaran dan
kejujuran. Mereka diharapkan untuk saling menghormati, saling mendukung,
dan menjaga keharmonisan dalam hubungan mereka. Artha adalah kekayaan
untuk memenuhi kebutuhan didalam berumah tangga tetapi dengan dasar
ajaran agama. Karma mengajarkan bahwa tindakan yang dilakukan dalam
pernikahan akan mempengaruhi nasib dan kehidupan masa depan pasangan
tersebut. Oleh karena itu, pasangan diharapkan berbuat baik, memperlakukan
orang lain dengan baik, dan menjaga hubungan yang sehat. Moksha yang
merupakan tujuan mencapai kebahagiaan lahir dan batin untuk mencapai
kesempurnaan menyatunya atman dan brahman, dan mengajarkan bahwa
pernikahan dapat menjadi sarana untuk mencapai transmisi spiritual. Pasangan
yang hidup dalam pernikahan yang harmonis dan penuh cinta dapat saling
membantu dalam pengembangan spiritual mereka dan mendorong satu sama
lain menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan Tuhan.
Kebahagiaan spiritual Pura adalah tempat di mana pasangan suami istri dapat
mencapai kebahagiaan spiritual melalui upacara pernikahan. Upacara tersebut
melibatkan doa, mantra, dan persembahan kepada dewa-dewi Hindu.
Bedasarkan wawancara Bersama Bapak Wayan Gunawan Selaku Ketua
Banjar Mertasari mengatakan pasangan suami istri diharapkan untuk bersama-
sama mencari kesucian dan kedamaian dalam diri mereka serta membangun
hubungan spiritual yang kuat dengan melakukan sebagai berikut :

17
Putu Suratman, Ketua Bimas Hindu Provinsi Jambi,Wawancara Dengan Penulis,
27 Agustus 2023,Kota Jambi ,Rekaman Audio

122
“Penghormatan terhadap Dewa dan Dewi dalam Agama Hindu
memiliki banyak dewa dan dewi yang dipuja. Dalam pernikahan Hindu,
penghormatan terhadap dewa dan dewi tertentu, tergantung pada aliran Hindu
yang dianut, menjadi bagian penting dari upacara pernikahan. Pasangan
meminta berkat dan dukungan dewa dan dewi ini untuk kehidupan pernikahan
mereka. Penghormatan terhadap leluhur dalam upacara pernikahan di Pura,
penghormatan terhadap leluhur sangat penting. Pasangan suami istri
diharapkan untuk menghormati leluhur mereka dan mengenang warisan
budaya dan agama yang mereka wariskan. Ini dapat dilakukan melalui upacara
persembahan kepada leluhur dan penghormatan terhadap tradisi-tradisi yang
telah ada sejak lama. Ketulusan hati dan kesetiaan dianggap sebagai nilai-nilai
yang sangat penting dalam agama Hindu. Pasangan diharapkan untuk
menjalani hidup pernikahan dengan saling menghormati, mencintai, dan setia
satu sama lain.” 18
Pengorbanan dan Penerimaan dalam Pernikahan Hindu juga
mengajarkan tentang pengorbanan yang dilakukan untuk kesejahteraan
bersama. Ini mencakup kemampuan untuk mengatasi kesulitan bersama dan
menerima pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kelangsungan Keturunan dalam beberapa tradisi Hindu, keturunan dianggap
sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, memiliki keturunan adalah tujuan
bagi banyak pasangan yang menikah dalam agama Hindu. Nilai-nilai teologis
ini membentuk dasar etika dan moral dalam pernikahan Hindu, membimbing
perilaku pasangan suami-istri dalam hubungan mereka, dan mendorong
mereka untuk mencapai hakekat pernikahan yang lebih dalam dan bermakna
dalam konteks spiritual agama Hindu. Dengan memahami dan mengamalkan
nilai-nilai teologis ini, pernikahan agama Hindu dapat mewujudkan hakekatnya
yang sejati sebagai ikatan suci antara dua individu, serta ikatan mereka dengan
Tuhan dan alam semesta. Kepatuhan pada ajaran agama yang dilakukan di pura
adalah tempat suci yang didedikasikan untuk penyembahan dewa-dewi Hindu.
Dalam upacara pernikahan di Pura pasangan suami istri diharapkan
untuk mematuhi ajaran agama Hindu secara keseluruhan Hal ini mencakup
penghormatan terhadap dewa-dewi yang dipuja, pelaksanaan ritual dengan hati
yang tulus, dan pemahaman akan tugas dan tanggung jawab dalam pernikahan.
Kesatuan dan keseimbangan dalam agama Hindu, pernikahan dianggap

18
Wayan Gunawan, Ketua Banjar Mertasari, Wawancara Dengan Penulis Pada 26
September 2023 Kota Jambi, Cacatan.

123
sebagai penggabungan dua jiwa yang saling melengkapi. Pasangan suami istri
diharapkan untuk mencapai kesatuan dan keseimbangan dalam hubungan
mereka, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dan keberhasilan dalam
pernikahan. Nilai-nilai teologis Hindu, seperti kasih sayang, pengorbanan,
kesetiaan, dan pengendalian diri, sangat penting dalam mencapai tujuan ini.
Dengan menerapkan nilai-nilai teologis ini dalam upacara pernikahan di Pura,
pasangan suami istri Hindu dapat memperkuat ikatan spiritual mereka,
menghormati tradisi dan leluhur mereka, serta mencapai kebahagiaan dan
keberhasilan dalam pernikahan mereka.19
D. Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa hakekat pernikahan di dalam ritual
pernikahan agama Hindu itu adalah kesucian dan kesakralan. Orientasi utama
adalah agar terjalin sebuah keluarga yang serta menerapkan kebenaran
(Satyam), kemuliaan (Sivan), kebahagiaan (Sundaram) dan memperoleh
keturunan yang Suputra (anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana dan
membanggakan keluarga). Dan didalam pernikahan masyarakat Hindu bersifat
sakral harus dilakukan dengan serius untuk memberikan keyakinan kepada
pemeluk agama Hindu. Sebab, sesuatu yang sakral selalu dianggap bernilai,
memiliki arti mendalam, suci, dan memberikan pengaruh positif pada mereka
yang melakukannya dan didukung dengan menentukan hari baik, ngekeb ,
mungkah lawang, mesegehagung, madengen-dengen, mewidhi widana, dan
mejauman.
Dalam pernikahan nilai-nilai ini menekankan pentingnya menghormati
dan menjaga keseimbangan alam semesta serta mengakui kehadiran Tuhan
dalam pernikahan.
Nilai-nilai teologis yang diterapkan dalam pernikahan di Pura Giri
Indra Lokha juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat dan
budaya di sekitarnya. Ritual pernikahan ini tidak hanya menjadi perayaan
keagamaan, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Hindu di
Kota Jambi, dan dapat menimbulkan pengaruh nilai-nilai teologis dalam

19
Gede Budi, umat Hindu, wawancara dengan penulis, 28 September 2023, Kota
Jambi, Catatan.

124
mewujudkan hakekat pernikahan agama Hindu yaitu dengan
Dharma,Artha,karma,dan moksa.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Anom, Ida. 2001. Pernikahan Menurut Adat Agama Hindu. Denpasar:
Kayu Mas Agung.
Budi, Gede Umat Hindu, Wawancara Dengan Penulis, 28 September 2023,
Kota Jambi, Catatan.
Gunawan, Wayan. Ketua Banjar Mertasari, Wawancara Dengan Penulis Pada
26 September 2023 Kota Jambi, Cacatan.
Hadikusuma, Hilman. 1983. Hukum Pernikahan Adat. Alumni: Bandung.
I nyoman arthayasa, sujaelanto, Dra. ketut yeti suneli. ( 1989) Petunjuk Teknis
Perkawinan Hindu. Surabaya: paramita.
Iqbal, Adi (2023) “Ekspresi Keagamaan Masyarakat Melayu Jambi. (Studi
Tentang Toleransi Antar Umat Beragama Di Kenali Besar Kota
Jambi).
Moleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.
M. dewanto. (2008) “Semua Karena Cinta Menyingkap Misteri Pernikahan
Dan Penceraian,”
Philipus, Ng. 2006. Sosiologi Dan Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pawana, I Gede. (2018)“Prosesi Upacara Perkawinan Adat Bali Di Desa Duda
Timur.” Jurnal Pangkaja 21, no. 2 .
Undang-Undang Pokok Pernikahan,(1989)(Jakarta: Bumi Aksara.
Widiarta, Wayan. Pinandita Kota Jambi, Wawancara Dengan Penulis , Agustus
2023, Kota Jambi, Rekaman Audio
Widiarta, Wayan. Pemangku Pura ,Wawancara Dengan Penulis, 27 Agustus
2023,Kota Jambi ,Rekaman Audio.
Suratman, Putu. Ketua Bimas Hindu Provinsi Jambi,Wawancara Dengan
Penulis, 27 Agustus 2023,Kota Jambi ,Rekaman Audio

125

Anda mungkin juga menyukai