AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017; ISSN:2089-7480
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
sholeh, dan berakhlak mulia dan tidak ada kekhususan dalam segi nasab
karena itu merupakan prinsip zaman dahulu yang telah berubah di zaman
sekarang.
Kata Kunci: tradisi pernikahan, Hukum Islam, Kafaah .
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain, saling tolong-menolong dan saling
memberi. Selain itu, manusia merupakan makhluk biologis dan
memiliki hasrat serta minat untuk mengembangkan keturunan
sebagai tunas atau generasi penerus yang akan melanjutkan garis
keturunannya.1 Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah Swt.
hidup secara berpasang-pasangan dari jenis kelamin laki-laki dan
perempuan yang diikat oleh sebuah pernikahan.2
Pernikahan berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu nakaha
yang memiliki 3 macam arti. Pertama, arti menurut bahasa adalah
berkumpul. Kedua, arti menurut ahli ushul fiqh, yaitu terbagi
menjadi beberapa golongan. Menurut golongan Hanafiyah, nikah
menurut arti aslinya adalah setubuh, dan menurut arti majas adalah
akad yang dijadikan halal hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan. Golongan mazhab Syafi’i berpendapat bahwa nikah
menurut arti aslinya adalah akad yang menjadikan halal hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan arti menurut majas
adalah setubuh. Sedangkan menurut Abū Al-Qasim Az-Zajjad,
Imam Yahya, Ibn Hazm, dan sebagian ahli ushul dari sahabat Abu
Hanifah adalah gabungan antara akad dan setubuh. Ketiga, nikah
menurut ulama fikih, nikah adalah akad yang diatur oleh agama
untuk memberikan kepada laki-laki hak memiliki farji (kemaluan)
wanita dan seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan
primer.3
Pernikahan merupakan cara yang dipilih oleh Allah Swt.
Sebagai jalan bagi manusia untuk berkembang biak setelah masing-
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 27
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
4Khoiruddin Nasution, Islam Tentang Relasi Suami dan Istri (Hukum Pernikahan I),
(Yogyakarta: Academia Tazzafa, 2004), 38.
5 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat I, (Bandung: Pustaka Setia,
1999), 51.
AL-HUKAMA
28 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
6Ibid., 50.
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 29
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
30 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 31
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
1999), 55.
18 Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih..., 62.
AL-HUKAMA
32 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 33
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
34 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 35
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
36 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 37
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
38 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 39
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
40 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 41
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
42 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 43
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
44 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 45
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
46 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
b. Kualitas keberagamaan.
c. Kemerdekaan.
d. Usaha atau profesi.
4. Menurut ulama Hanabilah yang menjadi kriteria kafaah itu
adalah :
a. Kualitas agama.
b. Usaha atau profesi.
c. Kekayaan.
d. Kemerdekaan diri.
e. Kebangsaan.
Ulama sepakat menempatkan dien atau diyanah yang berarti
tingkat ketaatan beragama sebagai kriteria kafaah, bahkan menurut
ulama Malikiyah hanya inilah satu-satunya yang dapat dijadikan
kriteria kafaah itu. Kesepakatan tersebut didasarkan kepada firman
Allah yang disebutkan diatas juga dengan fiman Allah dalam QS
assajdah 18:
“Maka apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang
fasik? mereka tidak sama”. (QS. As-Sajdah:18)
Diantara ulama yang sepakat ini kebanyakan tidak
menempatkan sebagai syarat. Kafaah dalam hal ini hanyalah
keutamaan bila dibandingkan dengan yang lain. Mencari kriteria
menantu umpamanya, bila dikompetisi antara yang taat dengan
yang biasa-biasa saja maka harus didahulukan yang taat.
Ada perbedaan pendapat dalam menempatkan nasab atau
kebangsaan sebagai kriteria kafaah. Jumhur Ulama menempatkan
kafaah atau kebangsaan sebagai kriteria dalam kafaah . Dalam
pandangan ini orang yang bukan arab tidak setara dengan orang
arab. Ketinggian nasab orang arab itu menurut mereka karena nabi
sendiri adalah orang arab. Bahkan diantara sesama orang arab,
Kabilah Quraeisy lebih utama dibandingkan dengan bukan qureisy
dengan alasan Nabi berasal dari kabilah Qureisy.
Sebagian ulama tidak menempatkan kebangsaan sebagai
kriteria yang mentukan dalam kafaah. Selain mereka berdalil dengan
ayat yang disebutkan diatas, mereka juga berpedoman kepada
kenyataan banyaknya terjadi perkawinan antar bangsa di waktu
Nabi masih hidup dan Nabi tidak mempesoalkannya, diantaranya
adalah hadis shahih berikut:
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 47
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
48 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
The Indonesian Journal of Islamic Family Law 49
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017
Rohmat Hidayatulloh: Tradisi Pernikahan dengan Kesetaraan Keturunan...
AL-HUKAMA
50 The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 07, Nomor 01, Juni 2017