Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG DALAM ADAT DAN

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM


M. Arief Ubaidillah_1120058
Progam Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Email: masayip72@gmail.com
0895377263530
ABSTRAK
Pernikahan rungal atau pernikahan melangkahi kakak kandung telah menjadi adat
masyarakat. Efek yang ditimbulkan dari pernikahan ini tidak hanya untuk yang melangkahi tapi
juga untuk yang dilangkahi serta keluarganya bahkan diyakini hal ini bisa menimbulkan
malapetaka. Selain itu cibiran dari masyarakat sekitar bagi para pelaku pernikahan melangkahi
atau rungal menjadi ketakutan tersendiri bagi calon pengantin pernikahan rungal, karenanya
diperlukan uang pelangkah untuk menghindari malapetaka tersebut. Dalam jurnal ini peneliti
akan membahas bagaimana adat kebiasaan pernikahan rungal dalam hukum islam. Berdasarkan
hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tradisi adat membayar uang langkah dapat
dilestarikan karena kebiasaan membayar uang langkah ini merupakan simbol identitas daerah,
dan juga dapat menjadi bentuk penghormatan terhadap kakak yang akan dilangkahi dan sebagai
penjaga hubungan keluarga yang baik. Meskipun harus dilestarikan, harus ada penyesuaian fiqih
agar tidak terjadi konflik antara adat dan fiqih.
Kata kunci: nikah rungal,adat, hukum islam, fiqih

ABSTRACK
Rungal marriage or marriage bypassing siblings has become a community custom. The
effects of this marriage are not only for those who step over but also for those who are stepped
over and their families and it is even believed that this can cause havoc. In addition, the scorn of
the surrounding community for the wedding actors to step over or rungal is a special fear for the
prospective bride and groom, therefore a step money is needed to avoid this catastrophe. In this
journal, researchers will discuss how the customs of family marriage in Islamic law. Based on
the research results, the authors can conclude that the customary tradition of paying step money
can be preserved because this custom of paying step money is a symbol of regional identity, and
can also be a form of respect for older siblings who will be stepped over and as guardians of
good family relations. Although it must be preserved, there must be adjustments to fiqh so that
there is no conflict between adat and fiqh.
Keywords: consanguineous marriage, custom, Islamic law, fiqh
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia di antara
makhluk-makhluk yang lainya. Manusia dianugerahkan akal dan fikiran untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram. Manusia terlahir
membawa fitrah pada dirinya, dimana salah satunya adalah memiliki kecenderungan dengan
lawan jenisnya, yaitu nafsu dan syahwat. Nafsu dan syahwat ini tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, karena ia merupakan suatu kebutuhan yang sifatnya naluri.1 Allah SWT
mensyaratkan pernikahan kepada hamba-hambaNya karena pernikahan itu merupakan amal
ibadah kepadanya, bahkan Allah memberikan motivasi kepada hamba-hambanya yang sudah
sanggup untuk melangsungkan pernikahan.2 Dengan perkawinan, manusia dapat memelihara
keturunannya dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang
dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami istri menurut ajaran islam
diletakan di bawah naluri keibuan dan kebapaan.
Dalam hukum Islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik untuk hidup di dunia
maupun di akhirat. Kesejahteraan masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan
keluarga yang sejahtera, karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat,
sehingga kesejahteraaan masyarakat sanggat tergantung kepada kesejahteraan keluarga. Islam
mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai terperinci. Yang demikian ini
menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk
melalui pernikahan, karena itu pernikahan sangat dianjurkan oleh Islam bagi orang yang
mempunyai kemampuan. Tujuan itu dinyatakan, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah.
Dalam masyarakat setempat pernikahan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
mereka, bahkan hal tersebut dianggap suatu hal yang sangat sakral.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai suku. Diantara suku yang ada di
Indonesia, suku Jawa merupakan suku yang masih mempunyai dan memegang kuat tradisi
hingga saat ini, salah satu tradisi di msayarakat yang masih dipertahankannya adalah tradisi
nikah rungal dan uang pelangkah yang dibayarkan bila pasangan melangkahi saudara
kandungnya. Penduduk setempat percaya bahwa pernikahan semacam ini dinilai jelek atau tidak
baik, karena akan berakibat pada malapetaka dan kehancuran bagi pernikahannya di kemudian
hari. Bahkan oleh sebagian orang diyakini dapat berakibat pada kegilaan, terlebih jika yang
dilangkahi adalah kakak perempuan maka bencana dan malapetaka yang akan terjadi bisa lebih
besar.
Tradisi pernikahan semacam ini dengan mewajibkan adanya uang pelangkah bukanlah
sesuatu hal yang baru di dalam masyarakat. Namun seperti yang diketahui adat istiadat dan
budaya Indonesia sangat beragam. Keberagaman inilah yang kemudian memunculkan hukum
yang bisa jadi menjadi hukum barudan berbeda mengingat adat pada setiap masyarakat juga
tidaklah sama. Dengan demikian, tujuan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
praktik tradisi pernikahan rungal dan uang pelangkah serta pandangan fiqh terhadap pernikahan
rungal pada masyarakat.
LITERATURE RIVIEW
Pernikahan melangkahi kakak menjadi pembahasan yang selalu menarik bagi
masayarakat di Indonesia mengingat pernikahan ini menjadi tradisi dan adat yang sudah berjalan
1
Sayyid Sabiq , Fikih Sunnah, (Bandung: Al Maarif, 1994) ,cet. 9, Jilid 6. h.,153.
2
H. Penouh Dally, Pernikahan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), cet.1.h., 76.
secara turun temurun dan mengakar kuat di dalam suatu masyarakat. Pernikahan ialah suatu
perjanjian yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan membentuk kelurga yang kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi,
tentram dan bahagia. Sedangkan menurut Imam Syaf’i, pengertian nikah adalah suatu akad yang
dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita. Sedangkan menurut
majazi (mathaporic) nikah itu artinya hubungan seksual.3 Kata melangkah berasal dari kata
langkah yang berarti melewati atau mendahului. Disisi ada tiga pengertian yang pertama;
melangkahi artinya mendahului nikah, yang kedua; pelangkah artinya barang yang diberikan
oleh calon pengantin kepada kakak wanita, yang belum menikah. (yang dilangkahi atau
didahului nikah) dan yang ketiga; langkah yang artinya gerakan kaki maju atau mundur, jarak
antara kedua belah kaki yang dikangkangkan kemuka ketika berjalan, tindakan, perbuatan.
Permulaan berjalan. (yos Magek, 2015, 240) Makna arti kata terkait lainya dengan arti nama
melangkahi adalah, mendahului (kawin, memperoleh sesuatu dan sebagainya) tidak pantas adik
mendahului (Kawin, memperoleh, sesuatu, dan sebagainya. (KBBI, 1989, 495).
Hukum Islam tidak mengenal istilah pernikahan melangkahi kakak kandung (dilangkahin).
Islam hanya memerintahkan kepada mereka yang telah mampu untuk menikah agar
menyegerakannya tanpa melihat apakah ia melangkahi kakaknya atau tidak. Pernikahan
melangkahi kakak kandung adalah istilah tersebut yang biasa ada didalam masyarakat dan
kemudian menjadi hukum (adat) bagi masyarakat. Walaupun ia berasal dari hukum adat, hal
tersebut tidak bisa menjadi patokan bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut agama Islam.
Kaedah fiqh yang menyebutkan al-adatul muhakamah yang artinya “bahwa adat dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber hukum Islam”. Namun hukum adat hanya berlaku dalam mu’amalah
atau kemasyarakatan sedangkan dalam hal ibadah orang tidak boleh menambah atau mengurangi
terhadap apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan
sunnah Rasulnya. Adat atau disebut juga ‘urf, berarti suatu yang dikenal, diketahui dan diulang-
ulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Adat atau ‘urf bagi orang Islam, ada yang baik
dan ada yang buruk. Karena itu pengukuhan adat yang baik dan penghapusan adat yang buruk
menjadi tugas dan tujuan kedatangan agama dan syari’at Islam.4
Namun demikian, ada beberapa tulisan terdahulu yang mempunyai relevansi dengan
penelitian ini yang mengangkat penelitian tentang pernikahan melangkahi kakak pada adat
masyarakat yang lain dengan teori dan pendekatan yang berbeda. Pertama, penelitian terkait
uang pelangkah yang wajib dibayarkan karena perkawinan melangkahi kakak kandung.
Penelitian ini ditulis oleh Abi Hasan dan Khairuddin dalam dalam jurnal istinbath untuk
menjawab persoalan hukum tentang pembayaran uang pelangkah dalam perkawinan melangkahi
saudara kandung di wilayah Gunung Meriah. Melalui penelitian ini ingin dijawab beberapa hal,
yaitu bagaimana uang pelangkah dibayarkan, hal-hal apa yang menjadi sebab diwajibkan
pembayaran uang pelangkah, berapa banyak uang atau materi yang harus dibayarkan, dan
bagaimana praktik pembayaran uang pelangkah menurut konsep urf‟ atau al-'adat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan etnografi dan bersifat kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa uang pelangkah harus dibayarkan ketika seorang pria mengawini wanita
yang mempunyai kakak perempuan yang masih lajang. Dan karenanya, pihak pria berkewajiban
memberikan uang pelangkah untuk kakak yang dilangklahinya. Dan uang pelangkah yang
3
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dan
Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,cet. 1, 1996
4
Taufiq Al-Hamdani, Tinjauan Hukum Islam Tentang Tradisi Mabbollo Dalam Adat Pernikahan Bugis, Jurnal:
Qodauna, 2021, Vol. 3 No. 1 hlm. 110
diberikan tidaklah sama. Nilai uang pelangkah maksimum adalah lima gram emas dan nilai uang
pelangkah minimum adalah dua gram emas. Dari segi hukum, pembayaran uang pelangkah tidak
bertentangan dengan syariat Islam, karena adat yang ada di masyarakat dianggap baik dan tidak
bertentangan dengan ajaran syari’at Islam.
Kedua, penelitian skripsi yang dilakukan oleh Abdul Hayi dengan judul penelitian
“Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung (Studi Kasus
Kelurahan Gunungendut Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi)”. Pada penelitian ini membahas
pandangan hukum Islam tentang orang tua yang melarang anaknya untuk menikah terutama adik
yang mempunyai kakak. Hasil dari penelitian ini yakni dalam hukum Islam bagi siapa saja yang
sudah mampu untuk menikah maka ia dibolehkan untuk menikah selama tidak ada hal-hal yang
melarang pernikahan tersebut menurut hukum Islam, dalam hukum Islam uang pelangkah
diperbolehkan dengan aslasan kemaslahatan.5
Ketiga, Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Rahmat Budi Nuryadin mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga 2013 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Sebambangan
dalam Pernikahan Adat Lampung Saibatin (Studi Kasus Di Talang Padang Tanggamus
Lampung”. Penelitian ini membahas adat Sembambangan tidak sejalan dengan norma-norma
hukum Islam. Hal ini terjadi karena prosesi adat Sembambangan yang bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Sunnah. Namun hingga saat ini, Sebambangan masih dilestarikan karena adat
Sembambangan dilandasi atas dasar keyakinan yang ada secara turun temurun dari generasi ke
ganarasi.6
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review. Studi
Literatur (literature review) merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan
penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Literature review dilakukan bisa berasal dari beberapa macam
sumber seperti jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Variabel penelitian adalah karakter yang dapat diobservasi dari unit amatan yang
merupakan suatu pengenal atau atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut
adalah terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok
tertentu.7 Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis hukum pernikahan rungal (melangkahi
kakak kandung) dalam adat dan prespektif islam.
Teknik pengumpulan data kumpulan data Studi Literatur yang terdiri dari artikel jurnal,
textbook, handbook, arsip maupun regulasi adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pengumpulan data literature review dengan urut struktur tematik. Struktur
Tematik mengelompokkan dan mendiskusikan sumber-sumber sesuai tema atau topiknya.
Dengan mengelompokkan tema atau topik penelitian, dapat menunjukkan jenis topik yang
5
Abdul Hayi, “Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung (Studi Kasus Kelurahan
Gunungendut Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi)” (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2005).
6
Rahmat Budi Nuryadin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Sebambangan dalam Pernikahan Adat
Lampung Saibatin (Studi Kasus Di Talang Padang Tanggamus Lampung” (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2013).
7
Sugiarto, M. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.
penting dan memperkuat ketajaman dalam penelitian. Pengumpulan literature review digunakan
beberapa tahapan diantaranya adalah pencarian artikel berdasarkan topik garis besar,
pengelompokkan artikel berdasarkan relevansi dengan topik dan tahun penelitian lalu pengurutan
struktur penjelasan serta perbandingan data yang saling berhubungan.
Analisis data jurnal hasil literature review ini menggunakan metode critical appraisal.
Critical appraisal adalah proses analisis jurnal yang digunakan menjadi dasar teori terkait
perbedaan, persamaan dan kekurangan dari jurnal yang digunakan. Jurnal ditelaah untuk memilih
jurnal hasil pengukuran yang sesuai dengan topik. Dari pencarian yang telah dilakukan di Google
schoolar. Setelah itu di analisis menggunakan tabel Critical Appraisal dengan mencantumkan:
judul dan penulis jurnal, tahun publikasi, variabel yang diukur, hasil studi penelitian serta
keterkaitan dengan penelitian.
HASIL
1. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung
Pernikahan melangkahi kakak memiliki beberapa suku kata yang masing-masingnya
memiliki arti. Untuk mengartikan pernikahan melangkahi kakak kandung, penulis menguraikan
satu persatu dari suku kata tersebut. Pertama, arti kata pernikahan, pernikahan memiliki asal
kata nkah yaitu perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri dengan resmi.
Pada kata pernikahan, asal kata nikah ditambahi imbuhan per–an sehingga menjadi kata
pernikahan yang artinya hal (perbuatan) nikah.
Kedua, arti melangkahi. Melangkahi memiliki arti asal kata langkah yaitu gerakan kaki (ke
depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan). Pada kata melangkahi asal kata langkah ditambahi
dengan imbuhan me sehingga menjadi kata melangkahi yang artinya melewati, melalui,
menyalahi, melanggar, mendahului (kawin, memperoleh sesuatu, dsb), melewatkan tidak
mengikutsertakan. Ketiga, arti kata kakak. Kakak artinya saudara tua (menurut silsilah),
panggilan kepada orang yang dianggap lebih tua, panggilan kepada suami. Dari suku kata
tersebut dapat penulis definisikan bahwa pernikahan melangkahi kakak kandung yaitu
perbuatan nikah yang mendahului saudara yang lebih tua menurut silsilah. Maksudnya adalah
pernikahan yang dilakukan seseorang dengan mendahului kakak kandungnya.8
Dalam masyarakat sering terjadi penggunaan suatu adat istiadat di suatu daerah-daerah, hal
ini tidak terlepas dari pengaruh atau doktrin dari para sesepuh atau orang yang dihormati
didaerah tersebut, selain mereka sendiri juga meyakini bahwa mereka memang patut untuk
melaksankan adat istiadat tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia ada sebagian masyarakat
yang mempunyai budaya atau etnis yang menandakan identitas budaya atau suku mereka
sendiri. Kaitannya dengan pernikahan adalah bahwa budaya tersebut ikut masuk kedalam
pernikahan yang merupakan adat istiadat yang wajib dilaksanakan oleh para pengikutnya atau
para kerabatnya, ini ditunjukan agar bertujuan untuk melestarikan adat istiadat dari kelompok
mereka sendiri atau budaya-budaya yang mereka yakini.9
2. Melangkahi Dilihat Dari Sudut Pandang Adat
Dalam adat sunda di kenal dengan suatu istilah “ngarunghal” (mendahului) . Dalam adat
dikenal dengan istilah pernkahan yang mendahului kakak kandung dari pihak perempuan
ataupun pihak kakak kandung dari pihak laki-laki, artinya suatu pernikahan yang tak di izinkan
apabila sang kakak kandung belum melangsungkan pernikahan maka darin itu hukum adat
yang berlaku ketika sang adik hendak menikah dan sang kakak belum menikah maka
8
Mukhtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. h 78
9
Imam Sudiyat, Hukum Adat : Sketsa Asas (Yogyakarta:Liberty Yogyakarta, 1981) h., 107
pernikahan sang adik tidak boleh dilakukan terlebih dahulu atau di tunda sampai sang kakak
menikah terebih dahulu.10 Pada masyarakat sunda khususnya di Metro, pernikahan seperti
sangat dilarang karena para masyarakat ini sangat percaya bahwa apabila ada sang kakak
perempuan yang belum menikah dan dilangkahi pernikahannya oleh sang adik , maka niscaya
kehidupan kakak perempuan tersebut kedepannya tidak akan baik dan bagus.11
Terutama dalam hal jodoh dan juga sang kakak atau keluarga yang dilangkahi akan
mengalami dampak kesialan, kesusahan, atau akibat yang tidak baik lagi bagi keluarganya
terutama bagi sang kakak tersebut, belum lagi kelakuan sang kakak yang stress karena
dilangkahi dan mengecewakan orang tua karena lama dalam mendapatkan jodoh dan karena
emosi dilangkahi oleh adiknya yang mau mendahuluinya menikah, hal ini juga dapat berlaku
bagi kakak laki-laki yang dilangkahi oleh adik nya. Hal ini didasari karena adanya pantangan
turun temurun (pamali) dari para pendahulu keluarga bahwa seorang adik dilarang keras untuk
menikah sebelum kakak wanitanya menikah. Bahkan karena kerasnya larangan ini apabila
memang sudah sangat darurat (mendesak) sang adik harus menikah (hamil di luar nikah atau
ada hal yang lainnya) maka sang adik wajib memberikan uang pelangkah kepada kakak wanita
atau laki-laki yang akan dilangkahi (uang pelangkah).
Dalam hal ini, kedudukan uang pelangkah menjadi sangat penting karena secara tidak
langsung itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang adik untuk memberikan pelangkah, baik
berupa uang ataupun barang.12 Namun akan berubah menjadi buruk apabila sang adik tidak
dapat memberikan uang pelangkah kepada kakanya, karena keterbatasan dan lainnya. Namun
apabila pelangkahnya dapat diberikan maka pernikahan dapat dilangsungkan namun apabila
pelangkah yang diminta tidak dapat dipenuhi akan terjadi penundaan bahkan batalnya
pernikahan tersebut walaupun sudah mempersiapkan untuk acara pernikahan seperti surat
undangan, tenda hajatan dan lain-lain, karena yang dilangkahi belum mendapatkan apa yang
dia minta sebagai pelangkah.13 Karena adanya hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak buruk kepada calon pengantin, yang seharusnya mereka sudah menikah namun harus
tertunda karena tidak sanggup untukn memenuhi syarat pelangkah yang di berika oleh
kakaknya.14 Yang akhirnya membawa dampak buruk, seperti perzinahan ataupun gangguan
kejiwaan dan permusuhan yang kan timbul akibat keinginannya tertunda atau tidak terpenuhi
(tidak jadi).
3. Melangkahi Dilihat Dari Sudut Pandang Adat dan Hukum Islam
Islam merupakan agama yang fleksibel dan dinamis, cocok untuk semua kalangan, untuk
semua waktu dan kondisi. Islam juga sebenarnya mengatur tentang kehidupan bermasyarakat.
Mengenai masyarakat, dalam fiqih tidak detail membahas tentang cara bermasyarakat. Namun
itulah fungsi manusia diberikan akal supaya dapat berfikir penyelesaian bermasyarakat dengan
cara yang islami. Hukum islam juga dapat ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara
perorangan maupun secara bermasyarakat.15 Seperti halnya mengenai pernikahan melangkahi
kakak kandung ini, di dalam fiqih tidak membahas mengenai pernikahan melangkahi kakak
kandung. Maka manusialah yang dituntut untuk berfikir cara penyelesaiannya seperti apakah
10
Rafiq ,Ahmad, Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h., 71
11
Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. h 87
12
Nur, Djama’an, Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama Semarang, 1993.h 76
13
Nita, M. W., & Saputri, A. Q. (2022). Peran Dan Kedudukan Wali Hakim Dalam Perkawinan. Al Qadhi: Jurnal
Hukum Keluarga Islam, 2(1), 12-19
14
Kurniawan, M. A. (2017). Kematangan Fisik dan Mental dalam Perkawinan. Nizham Journal of Islamic Studies,
2(1), 112-125.
15
Soerojo, Wignjodipoero. Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: CV. Masagung, 1994.
yang islami dan tidak bertentangan dengan apa yang sudah diyakini di tengah-tengah
masyrakat. Karena sesuatu yang sudah diyakini oleh masyarakat mempunyai basis sosial yang
reltif kuat, keyakinan tersebut dipatuhi oleh warga secara sukarela. Fiqih memang tidak
menjelaskan mengenai pernikahan melangkahi kakak kandung, pernikahan melangkahi kakak
kandung (ngarungal) hanya dijelaskan di dalam salah satu adat di Indonesia. Karena di dalam
fiqih tidak dijelaskan sebagai penghalang pernikahan, maka islam menganjurkan orang
menyegerakan berkeluarga.16
Ulama sepakat dalam menerima adat. Adat yang dalam perbuatan itu terdapat unsur
manfaat dan tidak ada unsur mudharatnya atau unsur manfaatnya lebih banyak dibanding
mudharatnya serta adat yang pada prinsipnya secara subtansial mengandung unsur maslahat,
namun di dalam pelaksanaanya tidak dianggap baik oleh islam. Adat dalam bentuk itu
dikelompokan kepada adat atau ‘urf yang shahih. Melihat dari segi penilaian baik dan
buruknya, adat atau ‘urf terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu urf sahih dan urf fasid. Urf sahih
ialah sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan tidak bertentangan dengan dalil syara’,
juga tidak menghalalkan yang haram dan juga tidak membatalkan yang wajib. Sedangkan ‘urf
fasid yaitu apa yang saling dikenal orang, tapi berlainan dari syariat islam, atau menghalalkan
yang haram, atau mebatalkan yang wajib.17 Ulama yang mengamalkan adat sebagai dalil hukum
menetapkan 4 (empat) syarat dalam pengamalannya: (1) Adat itu bernilai maslahat, (2) Adat itu
berlaku umum dan merata dikalangan orang yang berada dalam lingkungan tertentu, (3) Adat
itu berlaku sebelum kasus yang di tetapkan hukumnya, (4) Adat itu tidak bertentangan dengan
nash.18
4. Faktor Penyebab Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Macam Macam Uang
Pelangkahnya Dan Dampak Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung
Di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan factor eksternal yang pertama
adalah faktor internal yang mana kondisi kesiapan sang adik yang akan melangkahi kakak
kandung nya yang belum menikah dimana dia sudah mendapatkan jodoh dan sudah sangggup
secara batin dan lahir untuk melakukan pernikahan. 19 Di banding sang kakak yang belum siap
menikah dan belum mendapatkan jodohnya. Yang kedua yaitu faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar atau masyarakat dan lingkungan yang mana lingkungan ini sangat
memberikan pengaruh yang besar yang mana apabila kita bergaul dengan orang pergaulan nya
salah maka kita akan terbawa kedalamnya yang mana pada jaman sekarang ini sudah sangat
lumrah yang namanya hamil diluar nikah yang mana bias menyebabkan sang kakak akan
dilangkahi oleh adiknya yang hamil terlebih dahulu dibanding dirinya. 20 Faktor ini juga bisa
mempengaruhi banyaknya pernikahan melangkahi kakak kandung, namun di desa legok penulis
yang sudah meneliti tentang kasus pernikahan melangkahii kakak kandung.
PEMBAHASAN
Pernikahan rungal merupakan pernikahan melangkahi atau mendahului kakak. Istilah
rungal dalam bahasa Jawa memiliki arti saru ndengal. Saru artinya sembrono, ceroboh, tidak

16
Abdul wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushul Fiqh, Penerjemah: Noer Iskandar Al-Barsany,
Moh. Tolchan Mansoer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h., 131.
17
Abdul wahhab khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Penerjemah: Halimuddin, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
h., 105.
18
Abi Hasan dan Khairuddin, “Pandangan Urf Terhadap Uang Perkhanjangan dalam Perkawinan Melangkahi
Kakak Kandung” jurnal istinbath 2021. Vol. 20 No.1. h.185.
19
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1 (Jakarta: Logos,1996), h.,144.
20
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Metro
sopan, ora ilok (tidak baik), sedangkan ndengal berarti bendu dan marah. Dengan demikian,
pernikahan rungal merupakan pernikahan yang oleh masyarakat Jawa dinilai sebagai sesuatu
yang tidak baik, tidak sopan, dan sembrono. Dan hal ini dapat menyebabkan bendu atau
kemarahan bagi kakak kandung yang dilangkahi.
Terdapat adat kebiasaan yang diyakini turun temurun tentang larangan seorang adik
menikah lebih cepat dari pada kakaknya karena dapat menimbulkan efek tertentu. Walaupun adat
kebiasaan ini diyakini dan masih menjadi tradisi, ada pula yang melanggar hal ini karena sebab-
sebab tertentu. Sebab tersebut antara lain jodoh tidak datang kepada kakak, kakak tidak ingin
menikah dahulu dan keadaan yang melangkahi meliputi doktrin lingkungan atau keadaan sudah
berpacaran lama dan saling menyukai dan jika tidak menikah ditakutkan akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Efek pernikahan rungal tidak hanya terjadi pada yang menikah atau
melangkahi saja, melainkan efek untuk pihak lainnya. Efek yang terjadi untuk yang melangkahi
yakni sang adik yang melakukan pernikahan melangkahi kakak menurut kepercayaan bisa
menimbulkan bencana untuk rumah tangga yang akan dibina.
Bahkan dampaknya juga bisa ke keluarga kakaknya yang dilangkahi. Selain efek untuk
yang melangkahi maka juga terjadi efek untuk yang dilangkahi yang diyakini akan membuat
kehidupan dari kakak yang dilangkahi ke depannya akan kurang bagus, terutama masalah jodoh.
Bahkan juga bisa menimbulkan efek mental yakni kakaknya bisa merasa malu atau rendah hati.
Efek lainnya ialah pandangan masyarakat sekitar terhadap adik yang melangkahi kakaknya;
dimana akan menimbulkan cibiran masyarakat karena dianggap melakukan tindakan yang tercela
bahkan dianggap tidak patut karena menikah mendahului kakak. 21 Keluarga yang dilangkahi bisa
saja merasa kecewa terhadap perilaku adik yang melangkahi kakaknya. Atau justru kakaknya
akan merasa sakit hati karena sudah dilangkahi oleh adiknya. Walaupun begitu, keluarga lebih
memilih memperbolehkan pernikahan ini dengan senang hati untuk menghindari kekhawatiran
terjadinya perbuatan zina atau menikah di bawah tangan atau bahkan melakukan kawin lari.22
Dalam hukum Islam sesungguhnya tidak dijelaskan secara implisit maupun eksplisit
tentang larangan pernikahan rungal atau melangkahi kakak. Islam hanya memberikan perintah
kepada setiap laki-laki yang telah mempunyai kemampuan (al-ba’at) untuk menyegerakan
menikah tanpa melihat apakah dalam pernikahannya seseorang melangkahi kakaknya atau tidak.
Seperti firman Allah pada QS. An Nur ayat 32 yang artinya: “dan kawinkanlah orang-orang
yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahaya yang perempuan. Jika mereka miskin allah
akan memampukan mereka dengan karunia-nya. Dan allah maha luas lagi maha mengetahui”.
Dan hadis dari al-bukhari Artinya: “Hai sekalian pemuda, siapa saja diantara kalian mampu
untuk menikah, hendaknya dia menikah karena pernikahan itu akan menjaga kehormatan dan
pandangan mata. Dan siapa saja yang belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa karena
puasa dapat menahan hawa nafsu”.
Melalui ayat dan hadis di atas menjadi jelas bahwa pernikahan diperintahkan kepada
mereka yang sudah memiliki kemampuan, baik lahir maupun bathin, tanpa melihat kepada
adanya kakak atau saudara yang sudah menikah atau belum. Dengan demikian, maka persoalan
21
Nashirudin, Mohammad, Efektifitas Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, Ponorogo: STAIN
Ponorogo, skripsi: 2015
22
Fauzi, Ahmad, (2010). Respon Masyarakat Keluarahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok Terhadap
Nikah dengan Melangkahi Kakak Kandung”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, skripsi
ini dapat dilihat secara ‘urf atau adat masyarakat sekitar. Ada sebagian yang mempercayai bahwa
pemberian uang pelangkah dapat membuang sial atau malapetaka di kemudian hari, maka
anggapan atau penilaian seperti ini masuk dalam jenis’urf fasid, karena meyakini datangnya
kesialan atau malapetaka karena ketiadaan uang pelangkah, padahal semuanya terjadi karena
semata-mata qadha dan qadar dari Allah swt dan tidak ada hubungannya dengan uang pelangkah.
Sementara itu, sebagian lagi meyakini bahwa pemberian uang pelangkah sebagai harapan agar
kakaknya diberikan kemudahan dalam perjodohannya.
Harapan seperti ini tentu tidaklah terlarang. Oleh karenanya, motif dan tujuan seperti ini
masuk dalam ‘urf shahih. Dan sebagian yang lain menilai bahwa pemberian uang pelangkah
sebagai bebungah sebagai bentuk berbagi kebahagiaan sekaligus penghormatan kepada kakak
yang dilangkahinya. Hal ini masuk dalam kategori „urf sahih, karena hal ini tidaklah terlarang
dalam syari’at. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa banyak dari pelaku tradisi rungal
dengan memberikan uang pelangkah dimaksudkan untuk hal-hal dan harapan yang baik dan
tidak bertentangan dengan hukum Islam, sekalipun masih ada sedikit orang yang mempunyai
tujuan atau motif yang keliru dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Uang pelangkah (uang pangrunghal) biasanya diberikan oleh sang adik yang akan
melakukan perkawinan dengan melangkahi kakak kandungnya. Dan untuk waktu
pemberiannya biasanya sebelum sang adik melakukan perkawinan, seminggu sebelumnya
namun apabila sebelum satu minggu itu sang adik sudah sanggup memberikan uang
pelangkahnya itu lebih baik asalkan tidak setelah menikah. Bentuk uang pelangkah itu tidak
saja dalam bentuk uang tunai bias berupa benda berharga seperti: emas, perhiasan, jam tangan,
dan ada juga yang berbentuk benda sehari-hari seperti handphone, motor, mobil, kulkas, tv dan
lain-lain sesuai dengan permintaan sang kakak dan kesepakatan kedua belah pihak. Namun
untuk kedudukan uang pelangkah ini memang tidak ada anjurannya dalam hukum islam dimana
apabila sang adik ingin menikah melangkahi kakaknya harus memberikan uang pelangkah.
B. Saran
Kepada masyarakat yang menganggap adat tradisi larangan pernikahan melangkahi kakak
tersebut merupakan penghalang, sehingga dapat menimbulkan hal-hal madarat maka dengan
adanya penelitian ini, penelitian ini mengajak masyarakat untuk meninggalkan tradisi yang
bertentangan dengan hukum islam supaya dapat menghindarkan seseorang dari pelanggaran
dan perzinaan yang akan mengakibatkan kerusakan, bukan saja pada dirinya sebagai pezina
tetapi pada masyarat secara luas.

UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat,
rahmat dan karunia serta mukzizat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas jurnal
PKIH dengan judul Hukum Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung dalam Adat dan Perspektif
Hukum Islam. Dengan selesainya Jurnal ini, bukanlah meniadi sebuah akhir, melainkan suatu
awal yang baru untuk memulai petualangan hidup yang baru.
Penulis menyadari betul bahwa ada orang-orang yang berjasa dibalik selesainya jurnal
ini. Secara Khusus, Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan pihak UIN
K.H Abdurrahman Wahid yang telah memberi dukungan dan semangat untuk menyelesaikan
penyusunan jurnal ini. Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
selama penyelesaian jurnal ini.
Segala kekurangan dan ketidaksempurnaan Jurnal ini, penulis sangat mengharapkan
masukan, krtikan, dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan
jurnal ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis alami dalam penyusunan jurnal ini, tetapi
alhamdulli dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap semoga jurnal ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamdani, Taufiq. (2021). Tinjauan Hukum Islam Tentang Tradisi Mabbollo Dalam Adat
Pernikahan Bugis, Jurnal: Qodauna, Vol. 3 No. 1
Abdul W.A. (2005). Ilmu Ushul Fikih, Penerjemah: Halimuddin, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abdul, Hayi. (2005). Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Melangkahi Kakak
Kandung (Studi Kasus Kelurahan Gunungendut Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi).
Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
Fauzi, Ahmad. (2010). Respon Masyarakat Keluarahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota
Depok Terhadap Nikah dengan Melangkahi Kakak Kandung, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, skripsi.
H. Penouh Dally. (1998). Pernikahan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet.1.
Idris, Ramulyo. (1996). Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,cet. 1.
Imam, Sudiyat. (1981). Hukum Adat : Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Khairuddin. Abi Hasan. (2021) “Pandangan Urf Terhadap Uang Perkhanjangan dalam
Perkawinan Melangkahi Kakak Kandung” jurnal istinbath. Vol. 20 No.1.
Kurniawan, M. A. (2017). Kematangan Fisik dan Mental dalam Perkawinan. Nizham Journal of
Islamic Studies, 2(1).
Mukhtar, Kamal. (1993). Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang.
Nashirudin, Mohammad. (2015). Efektifitas Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang
Perkawina, Ponorogo: STAIN Ponorogo, skripsi.
Nasrun, Haroen.(1996). Ushul Fiqh. Jakarta: Logos.
Nita, M. W., & Saputri, A. Q. (2022). Peran Dan Kedudukan Wali Hakim Dalam Perkawinan.
Al Qadhi: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(1).
Nur, Djama’an. (1993). Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama Semarang.
Rafiq ,Ahmad. (1998). Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Rahmat, Budi Nuryadin. (2013). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Sebambangan dalam
Pernikahan Adat Lampung Saibatin (Studi Kasus Di Talang Padang Tanggamus
Lampung. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.
Sayyid, Sabiq. (1994). Fikih Sunnah, Bandung: Al Maarif, cet. 9, Jilid 6.
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Metro.
Soerojo, Wignjodipoero. (1994). Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: CV.
Masagung.
Sugiarto, M. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai