Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERNIKAHAN RUNGAL (MELANGKAHI KAKAK KANDUNG) DALAM

HUKUM ADAT DAN PRESPEKTIF ISLAM


M. Arief Ubaidillah_1120058
HUKUM KELUARGA ISLAM
UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
Email: masayip72@gmail.com
0895377263530
ABSTRAK
Pernikahan rungal atau pernikahan melangkahi kakak kandung telah menjadi adat
masyarakat. Efek yang ditimbulkan dari pernikahan ini tidak hanya untuk yang melangkahi tapi
juga untuk yang dilangkahi serta keluarganya bahkan diyakini hal ini bisa menimbulkan
malapetaka. Selain itu cibiran dari masyarakat sekitar bagi para pelaku pernikahan melangkahi
atau rungal menjadi ketakutan tersendiri bagi calon pengantin pernikahan rungal, karenanya
diperlukan uang pelangkah untuk menghindari malapetaka tersebut. Dalam jurnal ini peneliti
akan membahas bagaimana adat kebiasaan pernikahan rungal dalam hukum syariat islam.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang akan diteliti, penulis akan menyimpulkan bahwa tradisi
membayar uang langkah dapat dilestarikan, itu karena kebiasaan membayar uang langkah ini
merupakan simbol identitas daerah, juga dapat menjadi bentuk penghormatan terhadap kakak
yang mewariskan akan menjadi melangkahi dan sebagai penjaga pelindung keluarga yang baik.
Hubungan keluarga meskipun itu harus dilestarikan, namun harus ada penyesuaian dalam fiqh
agar adat maupun fiqh tidak terjadi konflik bertentangan.
Kata kunci: nikah rungal, adat, hukum islam, fiqih

ABSTRACK
Rungal marriage or marriage bypassing siblings has become a community custom. The
effects of this marriage are not only for those who step over but also for those who are stepped
over and their families and it is even believed that this can cause havoc. In addition, the scorn of
the surrounding community for the wedding actors to step over or rungal is a special fear for the
prospective bride and groom, therefore a step money is needed to avoid this catastrophe. In this
journal, researchers will discuss how the customs of family marriage in Islamic Shari'a law.
Based on the results of the research to be examined, the authors will conclude that the tradition
of paying step money can be preserved, that's because the custom of paying step money is a
symbol of regional identity, it can also be a form of respect for older siblings who bequeath will
be stepped over and as guardians of good family protectors . Even though family relations must
be preserved, there must be adjustments in fiqh so that conflicting traditions and fiqh do not
occur.
Keywords: consanguineous marriage, custom, Islamic law, fiqh

1
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia di antara
makhluk-makhluk yang lainya. Manusia dianugerahkan atau dikaruniani fikiran, akal untuk
menjadi pembeda buruk dan baiknya, mana yang haram dan mana yang halal. Manusia
dilahirkan dengan fitrah pada dirinya, dimana salah satunya adalah memiliki kecenderungan
terhadap lawan jenisnya, antara lain: nafsu dan syahwat. Nafsu dan syahwat ini tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, hal ini karena merupakan suatu kebutuhan yang sifatnya
naluri. (Sayyid Sabiq, 1994 : 153). Allah SWT mewajibkan menikah kepada hamba-hambanya
karena menikah itu merupakan suatu amal ibadah kepadanya, bahkan Allah memberikan
motivasi kepada hamba-hambanya yang sudah sanggup untuk melangsungkan pernikahan yaitu
dengan menikah. Dengan pernikahan, manusia juga akan dapat memelihara keturunanya dengan
lebih baik dan menjaga perempuan agar tidak laksana rumput yang dimakan oleh binatang ternak
dengan seenaknya. Pergaulan suami istri ini menurut ajaran islam diletakan dibawah naluri ibu
dan juga ayah. (Penouh Dally, 1998 : 76).
Di dalam hukum Islam juga diatur untuk kesejahteraan umat islam, baik itu untuk
kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Kesejahteraan dimasyarakat juga akan tercapai
dengan terciptanya keluarga sejahtera, karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam
masyarakat, sehingga kesejahteraan dalam masyarakat sangat bergantung pada kesejahteraan
keluarga. Islam juga mengatur keluarga tidak secara garis besar, tetapi secara detail. Hal ini
menunjukkan kepedulian yang besar terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dibentuk melalui
perkawinan, oleh karena itu perkawinan sangat dianjurkan oleh Islam bagi orang-orang yang
mampu. Tujuan ini dinyatakan, baik dalam sunah maupun al-qur'an. Di dalam masyarakat
setempat perkawinan merupakan terpenting dalam yang terjadi lingkungan sekitar, begitu pula
yang dianggap sebagai sangat sakral dalam hal apapun.
Indonesi negara merupakan negara yang sangat kaya dengan berbagai macam bahasa dan
suku. Di antara suku-suku yang ada di Indonesia, suku di Jawa adalah yang masih memiliki dan
memegang teguh tradisi hingga sampai saat ini. Hal tersebut salah satunya merupakan tradisi
dalam masyarakat yang masih dipertahankan adalah tradisi perkawinan melangkahi dan uang
pelangkah yang dibayarkan jika pasangan tersebut melangkahi saudara yaitu kakak kandungnya.
Penduduk setempat percaya bahwa perkawinan semacam ini dianggap buruk atau tidak baik,
karena akan mengakibatkan bencana dan kehancuran bagi perkawinan tersebut di kemudian hari.
Bahkan sebagian orang meyakini hal itu bisa mengakibatkan kegilaan, apalagi jika yang
dilangkahi adalah kakak kandung, maka malapetaka dan bencana yang akan terjadi bisa lebih
besar lagi.
Tradisi pernikahan semacam ini dengan mewajibkan adanya uang pelangkah bukanlah
sesuatu hal yang baru di dalam masyarakat. Namun seperti yang diketahui adat istiadat dan
budaya Indonesia sangat beragam. Keberagaman inilah yang kemudian memunculkan hukum
yang bisa jadi menjadi hukum barudan berbeda mengingat adat pada setiap masyarakat juga
tidaklah sama. Dengan hal ini, penelitian ini dengan tujuan dilakukan untuk memahami
(mengetahui) tentang praktik tradisi perkawinan rungal atau dan juga uang pelangkah serta
pandangan fiqh terhadap pernikahan rungal pada masyarakat.

2
LITERATURE RIVIEW
Pernikahan melangkahi kakak menjadi pembahasan yang selalu menarik bagi
masayarakat di Indonesia mengingat pernikahan ini menjadi tradisi dan adat yang diwariskan
secara turun temurun dan juga mengakar kuat dalam suatu kelompok yang bermasyarakat.
Perkawinan adalah sesuatu perjanjian yang kuat maupun tegas ke pengantin ke duanya pria
dengan wanita untuk hidup bersama-sama secara sah guna membentuk suatu keluarga yang
langgeng, penuh cinta, serta damai, sejahtera dan juga tentunya bahagia. Sedangkan menurut
madzhab Syaf'i, definisi pernikah merupakan suatu perjanjian dimana tentutnya sah apabila
berhubungan seks keduanya seperti cowo serta cewe saling melakukan hubungan intim. Namun
mathaporic (majazi) nikah-kawin berarti hubungan seksual. (Idris Ramulyo, 1996 : 114).
Kata mendahului dari kata langkah, yang artinya melewati ataupun melangkahi. Di sisi
lain, ada 3 bentuk arti, kesatu adalah kelewatan (melewati) berarti sebelum perkawinan, yang
kedua berarti kelewatan (melangkahi) berarti hal-hal yang diberikan oleh pengantin mempelai
kepada kakaknya yang belum menikah. (diinjak dengan perkawinan) dan yang ketiga, yaitu
langkah, yang berarti gerak kaki ke depan serta ke belakang, antara kedua jarak kaki yang
direntangkan ke depan saat berjalan, perbuatan dan tindakan.
Permulaan berjalan. (yos Magek, 2015, 240) Makna kata lain yang berkaitan dengan arti
nama melangkahi merupakan, mendahului (mendapatkan sesuatu atau yang disebut dengan
menikah dll) tidak sepantasnya adik mendahului kakak kandungnya (menikah, mendapatkan,
sesuatu, dan lain-lain. KBBI, 1989, 495). Dalam hukum syariat Islam itu tidak mengenal konsep
perkawinan rungal dalam arti melangkahi atas saudaranya. Perkawinan rungal Islam hanya
memerintahkan mereka yang bisa menikah untuk bergegas, apakah mereka lebih cemerlang dari
kakaknya atau tidak. Perkawinan yang dilangkahi adiknya merupakan konsep umum dalam
lingkungan bermasyarakat dan kemudian bagi masyarakat tersebut menjadi hukum adat,
meskipun ini bersumber dari hukum adat, namun tidak dapat dijadikan sebagai ukuran
pelarangan perkawinan menurut hukum syariat islam. Aturan Fiqh menyebutkan al-adatul
muhakamah yang berarti “adat-istiadat yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum syariat
Islam”.
Tetapi hukum adat hanya berlaku dalam masyarakat, begitupun dalam urusan ibadah
seseorang tidak dapat mengurangi ataupun menambah dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT sebagaimana diatur dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya. Urf atau disebut juga adat,
berarti sesuatu yang menjadi kebiasaan di dalam masyarakat diketahui, dikenal dan diulang-
ulang. Adat atau juga 'urf bagi umat Islam, ada yang buruk dan ada yang baik. Karena itu
penguatan adat-istiadat baik maupun pemberantasan adat-istiadat buruk merupakan tugas dan
tujuan datangnya agama dan syariat Islam. (Taufiq Al-Hamdani, 2021: 110).
Namun ada beberapa artikel terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang
dibuat ini untuk mengangkat tentang perkawinan melangkahi kakak kandung di masyarakat adat
lain dengan pendekatan dan teori yang berbeda. Pertama, penelitian terkait uang pelangkah yang
wajib dibayarkan karena perkawinan melangkahi kakak kandung. Penelitian ini ditulis oleh Abi
Hasan dan Khairuddin dalam dalam jurnal istinbath untuk menjawab persoalan hukum tentang
pembayaran uang pelangkah dalam perkawinan melangkahi saudara kandung di wilayah Gunung
Meriah. Melalui penelitian ini ingin dijawab beberapa hal, yaitu bagaimana uang pelangkah
dibayarkan, hal-hal apa yang menjadi sebab diwajibkan pembayaran uang pelangkah, berapa

3
banyak uang atau materi yang harus dibayarkan, dan bagaimana praktik pembayaran uang
pelangkah menurut konsep urf‟ atau al-'adat. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi
dan juga bersifat deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa uang
pelangkah harus dibayarkan ketika seorang pria mengawini wanita yang mempunyai kakak
perempuan yang masih lajang. Dan karenanya, pihak pria berkewajiban memberikan uang
pelangkah untuk kakak yang dilangklahinya. Dan uang pelangkah yang diberikan tidaklah sama.
Nilai uang pelangkah maksimum adalah lima gram emas dan nilai uang pelangkah minimum
adalah dua gram emas. Dari segi hukum, pembayaran uang pelangkah tidak bertentangan dengan
hukum Islam, karena kebiasaan ini berlaku ada di lingkungan masyarakat dianggap baik serta
tidak bermusuhan seperti bertentangan dengan hukum syariat islam.
Kedua, penelitian pada skripsi yang dilakukan oleh Abdul Hayi dengan judul penelitian
“Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung (Studi Kasus
Kelurahan Gunungendut Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi)”. Pada penelitian ini membahas
pandangan hukum Islam tentang orang tua yang melarang anaknya untuk menikah terutama adik
yang mempunyai kakak. Hasil dari penelitian ini merupakan dalam hukum Islam siapa saja yang
mampu untuk menikah maka dibolehkan pula untuk menikah selama tidak ada hal yang
melarang perkawinan tersebut menurut hukum Islam, dalam hukum Islam uang pelangkah
diperbolehkan dengan aslasan kemaslahatan. (Abdul Hayi, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah, 2005).
Ketiga, penelitian pada skripsi yang dilakukan oleh Rahmat Budi Nuryadin mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga angkatan 2013 dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi
Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Saibatin Lampung (Studi Kasus di Talang Padang
Tanggamus Lampung). Hal ini terjadi karena prosesi adat Sembambangan bertentangan dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah, namun sampai saat ini Sebambangan masih dilestarikan karena adat
Sembambangan didasarkan turun-menurun dalam mewariskan ke generasi berikutnya tentunya
dengan kepercayaan. (Rahmat Budi Nuryadin, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2013).
METODE
Desain Penelitian, metode dalam penulisan artikel ini adalah literature review. Kajian
pustaka adalah kajian yang dilakukan oleh peneliti yang di dalamnya terkumpul sejumlah buku
dan jurnal yang berkaitan dengan tujuan serta masalah penelitian. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk menemukan berbagai teori yang relevan dengan masalah yang sedang dipelajari atau yang
telah ditemui sebagai bahan referensi dalam pembahasan temuan penelitian. Kajian literatur
dapat berasal dari berbagai sumber seperti jurnal nasional dan jurnal internasional. Penelitian
variable adalah sifat yang dapat diamati dari unit pengamatan, yang merupakan pengenal atau
atribut dari sekelompok objek. tujuan dari variabel-variabel tersebut adalah agar terdapat variasi
antara suatu objek dari kelompok tertentu dengan objek yang lain tersebut adalah terjadinya
variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok tertentu. (Sugiarto,
2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.Dalam penelitian ini, peneliti
menganalisis hukum pernikahan rungal (melangkahi kakak kandung) dalam adat dan prespektif
islam.
Dari teknik pengumpulan data. Terdiri dari artikel surat kabar, buku teks, manual, arsip
dan peraturan, Kumpulan Bahan Kajian Sastra adalah cara untuk memecahkan masalah dengan
melacak sumber sastra yang dibuat sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

4
pengumpulan data tinjauan pustaka dalam urutan struktur tematik. Kelompok topik dan
memproses sumber berdasarkan subjek atau topik. Dengan mengelompokkan topik atau topik
penelitian, dapat diketahui jenis-jenis topik yang penting dan memperkuat pikiran penelitian.
Koleksi tinjauan literatur digunakan dalam beberapa tahap, mis. artikel dicari menurut ciri-ciri
utama subjek, artikel dikelompokkan menurut topik topik dan tahun penelitian, struktur penjelas
dan bahan referensi disusun. Analisis data hasil jurnal literature review ini menggunakan metode
critical appraisal. Penilaian kritis adalah proses analisis jurnal sebagai landasan teori atas
perbedaan, persamaan, dan kekurangan jurnal yang digunakan. Buku harian ditinjau dan buku
harian hasil pengukuran yang sesuai untuk subjek dipilih. Pencarian Google schoolar. Kemudian
dianalisis menggunakan tabel critical appraisal yang meliputi: nama jurnal dan penulis, tahun
publikasi, variabel yang diukur, temuan penelitian, dan hubungannya dengan penelitian.
HASIL
1. Definisi perkawinan melangkahi saudara kandung
Ada beberapa suku kata dalam pernikahan rungal yang biasa disebut dengan melangkahi
kakak kandung masing-masing memiliki arti. Untuk memaknai perkawinan, penulis merangkai
suku kata satu per satu melewati saudara kandung. Pertama, kata nikah yang berarti perkawinan
berasal dari kata nikah, yaitu menikah harus ada perjanjian dari kedua belah pihak cowo dengan
cewe untuk menikah secara resmi kepada seorang wanita. Pada kata kawin ditambahkan akhiran
per-an, dari asal kata kawin, sehingga menjadi kata kawin yang berarti kawin. Kedua, pentingnya
transendensi. Step berasal dari kata step yaitu gerakan kaki (maju, mundur, kiri, kanan). Pada
kata transpaci awal kata step ditambahkan di atas akhiran “me”, sehingga menjadi kata transpaci,
yang berarti melewati, melewati, menghancurkan, menghina dan mendahului (menikah,
mendapatkan sesuatu, dll. .), jalan memutar tidak disertakan. Ketiga, arti kata saudara. Kakak
berarti saudara yang lebih tua (menurut silsilah), mengacu pada seseorang yang dianggap lebih
tua, mengacu pada seseorang. Berdasarkan suku kata tersebut, penulis dapat mendefinisikan
bahwa perkawinan melebihi kakak, yaitu. perkawinan yang mendahului saudara yang lebih tua
dalam silsilah. Maknanya adalah perkawinan yang dilakukan seseorang sebelum saudara
kandungnya. (Kamal Mukhtar, 1993 : 78).
Dalam masyarakat, beberapa daerah seringkali mempraktekkan suatu adat yang tidak
terlepas dari pengaruh atau ajaran para sesepuh atau orang-orang yang dihormati di daerah
tersebut, bahkan mereka sendiri percaya bahwa mereka pantas untuk mengikuti adat-istiadat
tersebut. . Banyak daerah di Indonesia yang dihuni oleh orang-orang yang budaya atau etnisnya
menggambarkan identitas etnis atau budaya mereka sendiri. Kaitannya dengan pernikahan adalah
budaya ini menikah, yang merupakan praktik yang harus diikuti oleh kerabat atau keturunannya.
hal ini ditunjukkan agar mereka berusaha melestarikan adat atau budaya kelompoknya yang
diyakininya. (Imam Sudiyat, 1981 : 107).
2. Melangkahi Dilihat Hukum Adat
Budaya dalam Sunda adat-istiadat dikenal diartikan dengan bahasa runghal yang artinya
maju. Dalam hal ini disebut perkawinan yang mendahului kakak dari saudara laki-laki atau
perempuan, yang berarti perkawinan yang tidak diperbolehkan jika kakak dari pihak yang lebih
tua belum menikah. Oleh karena itu maka bila yang lebih muda yaitu adik akan menikah
sedangkan kakak belum menikah, sehingga pernikahan adik kandung ditunda atau tidak dapat
dilakukan lebih awal sampai kakak kandungnya menikah terlebuh dahulu. (Ahmad Rafiq, 1998 :
71). Dalam masyarakat khususnya sunda di Metro. Perkawinan seperti ini dilarang keras karena
5
mastarakat yang ada disekitar sangat percaya apabila jika kakak perempuannya belum (belum)
menikah dan pernikahannya melebihi yaitu melangkahi saudaranya, kehidupan (kehidupan)
saudara-saudaranya tidak akan baik di masa depan serta bagus. (Nur Djama’an, 1993 : 76).
Apalagi ketika pasangan, saudara atau keluarga dilangkahi, dampak yang dialami berupa
kecemasan, kesialan atau akibat yang tidak baik lagi bagi keluarga. Apalagi untuk seorang
kakak, belum lagi yang terpenting prilaku dari kakak yang stres dikarenakan diinjak juga
membuat orangtuanya terlalu suwi mencari pasangan serta adik sendiri. langkah padanya.
perasaan ingin menikah sebelum dirinya sendiri, tentunya untuk kakaknya berlaku juga yang
ditinggal nikah adiknya. Dalam hal ini berdasarkan pantangan yaitu pama yang diwarisi dari
nenek moyang atau keluarga leluhur, bahwa adik tidak boleh menikah sampai kakak
perempuannya menikah. Kalau hanya karena beratnya larangan ini. Kalau memang mendesak
atau mendesak, adiknya harus menikah atau hamil di luar nikah atau semacamnya. Kemudian
adik kandungnya wajib menyerahkan uang pelangkah untuk saudara yaitu kakak kandungnya
(baik pria maupun perempuan), yaitu pelangkah uang. (Nita, 2022 : 614-620).
Dalam ini kedudukan uang pelangkah menjadi sangat penting. Oleh itu, menjadi
tanggung jawab sang adik secara tidak langsung untuk memberikan uang langkah baik berupa
barang maupun uang. Namun, alangkah buruknya jika sang adik tidak bisa melangkah ke
saudara-saudaranya karena keterbatasan dan masalah lainnya. Namun, begitu langkah-langkah
itu diambil, pernikahan itu bisa disempurnakan (disempurnakan). Namun, jika langkah-langkah
yang diperlukan tidak dapat diselesaikan (diselesaikan), maka akan terjadi penundaan bahkan
perceraian, padahal akad perkawinan tersebut antara lain seperti: tenda hajatan, surat undangan
dan lain sebagainya. (Nita dan Saputri, 2022 : 12-19). Karena hal tersebut, yang di langkahi
belum mendapatkan apa yang dimintanya sebagai pelangkah. Oleh karena itu, hal tersebut
dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi kedua mempelai (calon pengantin) yang harusnya
melangsungkan perkawinan namun harus ditunda dahulu karena tidak mampu memenuhi syarat
langkah yang diberikan oleh kakak kandungnya tersebut. Yang pada akhirnya membawa akibat
buruk yaitu antara lain: zina, gangguan jiwa dan juga yang akan berdampak akan saling sikut
mengsikut yang tertunda keinginan tersebut ataupun terjadi tidaknya yaitu tak terpenuhi.
(Kurniawan, 2017 : 112-125)
3. Dilihat dari hukum adat dan islam tentang melangkahi
Agama muslim adalah agama yang dinamis dan fleksibel yang cocok untuk semua orang
(kalangan), dalam segala kondisi dan waktu. Islam sebenarnya juga mengatur kehidupan sosial
dalam bermasyarakat. Mengenai masyarakat, fikih tidak membahas secara rinci maupun detail
bagaimana cara hidup untuk bermasyarakat. Tapi itulah fungsi dari manusia yang diberi akal
agar bisa memikirkan solusi (penyelesaiannya) untuk masyarakat secara islami. Hal ini juga
dapat ditentukan dalam hukum Syariah Islam untuk menjamin kesejahteraan syariat islam, untuk
sendiri serta sebagai masyarakat. (Soerojo, 1994 : 83). Hal ini seperti perkawinan saudara
kandung yang melewati kakak kandungnya, tetapi dalam fikih tidak membahas perkawinan
saudara kandung yang melangkahi saudara kandungnya.
Jadi orang harus memikirkan bagaimana solusinya terlihat Islami dan tidak bertentangan
dengan apa yang diyakini atau diyakini masyarakat ini. Oleh karena itu, sesuatu yang dipercayai
(dipercaya) oleh masyarakat memiliki basis sosial yang relatif kuat, maka masyarakat secara
sukarela akan tunduk pada kepercayaan tersebut. Dalam fikih tidak menjelaskan tentang
perkawinan saudara kandung yang melangkahi kakak kandungnya, perkawinan melangkahi
6
(ngarungal) hanya dijelaskan dalam suatu tradisi ataupun istiadat setempat di negara tercinta ini.
Namun di dalam fikih tersebut tidak uraikan secara rinci sebagai tembok yang kokoh dalam
perkawinan, dalam agama yang muslim itu setiap manusia dianjurkan untuk menyelenggarakan
berkeluarga.
Dalam menerima adat ulama sepakat. Adat yang perbuatanya mengandung unsur manfaat
dan juga tidak ada unsur madharatnya ataupun unsur yang manfaatnya lebih besar dari
madharatnya dan adat yang pada prinsipnya mengandung unsur manfaat (maslahat). Tetapi
dalam praktiknya oleh islam tidak dianggap baik. Adat pada bentuk ini dikelompokkan ke dalam
adat otentik atau biasa disebut urf. (Abdul Wahhab Khallaf, 2005 : 105). ditinjau dari segi
penilaian buruk dan baiknya, urf atau adat terbagi menjadi dua (2) macam diantaranya antara
lain: urf fasid dan urf sahih. yang pertama urf sahih merupakan sesuatu yang diketahui oleh
manusia satu sama lain dan juga tidak bermusuhan (bertentangan) dengan dalil syara’, juga tidak
membatalkan apa yang wajib dan juga tidak nenghalalkan apa yang haram. Yang kedua, fasid urf
merupakan apa yang orang saling kenal, namun berbeda pada hukum islam serta membatalkan
apa yang wajib maupun menghalalkan apa yang haram. Para ulama yang mengamalkan amalan
adat sebagai hukumnya ada empat syarat untuk menetapkan pelaksanaanya, diantaranya yaitu:
a) Adat yang tidak bertentangan dengan nash.
b) Adat yang terjadi sebelum kejadian itu sudah ditentukan oleh undang-undang.
c) Adat yang bersifat umum dan tersebar luas di lingkungan tertentu diantara orang-orang.
d) Adat yang bernilai maslahat. (Abi Hasan, 2021 : 185).

4. Faktor terjadinya perkawinan ngarungal, pengaruhnya terhadap perkawinan


ngarungal
Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti: faktor eksternalnya serta faktor
internalnya. Faktor eksternalnya ini merupakan faktor asalnya dari kelompok bermasyarakat
dimana lingkungan ini sangat berpengaruh, dimana jika ketika berinteraksi dengan manusia yang
salah pergaulan, maka kita digiring atau ikut ke dalam apa yang sekarang sangat sering disebut
dengan kehamilan. di luar nikah, yang dapat menyebabkan sang kakak kandung tersusul
dilangkah dari sang adik kandung yang lebih awal hamil dari kakaknya Sedangkan faktor
internalnya adalah kondisi kesiapan si adik untuk melangkahi sang kakak yang belum menikah,
setelah ia telah menemukan calonya serta mampu baik siap mental dan fisik untuk menikah.
Dibandingkan dengan kakak kandugnya yang belum siap menikah dan belum menemukan
jodohnya. (Haroen Nasrun, 1996 : 114).
PEMBAHASAN
Pernikahan rungal merupakan pernikahan melangkahi atau mendahului kakak kandung.
Ngarungal dalam istilah dari bahasa jawa dapat diartikan dipahami (saru-ndengal). Kata saru
yang artinya sembrono, ceroboh, tidak sopan, ora ilok (tidak baik), sedangkan kata ndengal yang
artinya marah dan lelah. Dengan demikian, pernikahan melangkahi atau ngarungal merupakan
pernikahan yang oleh masyarakat Jawa dinilai sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak sopan, dan
sembrono. Dan hal ini dapat menyebabkan bendu atau kemarahan bagi kakak kandung yang
dilangkahi.
Terdapat adat kebiasaan yang diyakini turun temurun tentang larangan seorang adik
menikah lebih cepat dari pada kakaknya karena dapat menimbulkan efek tertentu. Walaupun adat

7
kebiasaan ini diyakini dan masih menjadi tradisi, ada pula yang melanggar hal ini karena sebab-
sebab tertentu. Sebab tersebut antara lain jodoh tidak datang kepada kakak, kakak tidak ingin
menikah dahulu dan keadaan yang melangkahi meliputi doktrin lingkungan atau keadaan sudah
berpacaran lama dan saling menyukai dan jika tidak menikah ditakutkan akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Efek pernikahan rungal tidak hanya terjadi pada yang menikah atau
melangkahi saja, melainkan efek untuk pihak lainnya. Efek yang terjadi untuk yang melangkahi
yaitu sang adik yang melakukan pernikahan melangkahi kakak menurut kepercayaan bisa
menimbulkan bencana untuk rumah tangga yang akan dibina.
Bahkan dampaknya juga bisa ke keluarga kakaknya yang dilangkahi. Selain efek untuk
yang melangkahi maka juga terjadi efek untuk yang dilangkahi yang diyakini akan membuat
kehidupan dari kakak yang dilangkahi ke depannya akan kurang bagus, terutama masalah jodoh.
Bahkan juga bisa menimbulkan efek mental yakni kakaknya bisa merasa malu atau rendah hati.
Efek lainnya ialah pandangan masyarakat sekitar terhadap adik yang melangkahi kakaknya;
dimana akan menimbulkan cibiran masyarakat karena dianggap melakukan tindakan yang tercela
bahkan dianggap tidak patut karena menikah mendahului kakak kandungnya. (Nashirudin, 2015 :
62). Keluarga yang dilangkahi bisa saja merasa kecewa terhadap perilaku adik yang melangkahi
kakaknya. Atau justru kakaknya akan merasa sakit hati karena sudah dilangkahi oleh adiknya.
Walaupun begitu, keluarga lebih memilih memperbolehkan pernikahan ini dengan senang hati
untuk menghindari kekhawatiran terjadinya perbuatan zina atau menikah di bawah tangan atau
bahkan melakukan kawin lari. (Ahmad Fauzi, 2010 : 39).
Dalam hukum Islam sesungguhnya tidak dijelaskan secara implisit maupun eksplisit
tentang larangan pernikahan rungal ataudilangkahi adik kandungnya sendiri. Dalam islam hanya
memberikan perintah saja pada setiap laki-laki yang telah mempunyai kemampuan (al-ba’at)
untuk menyegerakan menikah tanpa melihat apakah dalam pernikahannya seseorang melangkahi
kakaknya atau tidak. Seperti dalam firman allah swt pada surat nur : 32 berbunyi: "Menikahlah
diantara mereka yang lajang atau sendirian, dan juga yang layak untuk dinikahi dari budak pria
dan budak wanitamu. Jika kalian tidak mampu, pahala akan diberikan oleh Allah SWT untuk
kalian. Sungguh Allah Maha Mengetahu lagi Maha Luas,."
Dan hadis dari al-bukhari Artinya: “Hai orang-orang, diantara kalian siapa saja untuk
menikah mampu, hendaknya karena perkawinan itu akan menjaga penglihatan dan
penghormatan, dan juga barangsiapa yang menikah tidak mampu, maka puasalah itu karena
puasa dapat menahan nafsu”.
Melalui ayat dan hadis di atas menjadi jelas bahwa pernikahan diperintahkan kepada
mereka yang sudah memiliki kemampuan, baik lahir maupun bathin, tanpa melihat kepada
adanya kakak atau saudara yang sudah menikah atau belum. Dengan demikian, maka persoalan
ini dapat dilihat secara ‘urf atau adat masyarakat sekitar. Ada sebagian yang mempercayai bahwa
memberi uang langkah bisa menghilangkan kesialan atau bencana di kemudian hari. Maka
anggapan atau penilaian seperti ini masuk dalam jenis’urf fasid, karena meyakini datangnya
kesialan atau malapetaka karena ketiadaan uang pelangkah, padahal semuanya terjadi karena
semata-mata qadha dan qadar dari Allah swt dan tidak ada hubungannya dengan uang pelangkah.
Sementara itu, sebagian lagi meyakini bahwa pemberian uang pelangkah sebagai harapan agar
kakaknya diberikan kemudahan dalam perjodohannya.

8
Harapan seperti ini tentu tidaklah terlarang. Oleh karenanya, motif dan tujuan seperti ini
masuk dalam ‘urf shahih. Dan sebagian yang lain menilai bahwa pemberian uang pelangkah
sebagai bebungah, sebagai bentuk berbagi kebahagiaan sekaligus penghormatan kepada kakak
yang dilangkahinya. Hal ini masuk dalam kategori urf sahih, karena hal ini tidaklah terlarang
dalam syari’at. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa banyak dari pelaku tradisi rungal
dengan memberikan uang pelangkah dimaksudkan dalam hal dan harapan baik dan tidak
bermusuhan (bertentangan) dengan hukum syariat Islam, sekalipun masih ada sedikit orang yang
mempunyai tujuan atau tidak sesuai dengan ajaran Islam dan motif yang keliru.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Uang pangrunghal atau biasa disebut dengan uang pelangkah biasanya diberikan oleh
adik-adik kandung yang berniat untuk menikah melewati dengan cara melangkahi kakaknya.
Dan untuk pemberiannya dari adik kandung biasanya sebelum menikah dengan calonya sebelum
satu minggu, maka itu lebih baik daripada tidak sama sekali setelah nikah. apabila sebelum satu
minggu itu adik sudah bisa memberikan uang pelangkahnya itu lebih baik asalkan jangan setelah
menikah. Uang langkah itu ada banyak tidak hanya berupa uang tunai saja, tetapi juga dapat
berupa barang berharga yang lainya yaitu: perhiasan, emasperak, arloji, dan ada pula yang
merupakan barang sehari-hari antara lain: mobil, hp, sepeda motor, televisi, lemari es, dll. Atas
permintaan anda, dengan persetujuan satu sama lain. Hal itu sebenarnya tidak ada anjuran
tentang mahar dalam hukum syariat islam bahwa jika seorang adik kandung tersebut ingin
dinikahkan untuk dirinya sendiri dengan cara melangkahi kakak kandungnya, maka ia harus
memberikan uang pelangkah kepada kakak kandungnya.
2. Saran
Bagi masyarakat yang beranggapan bahwa larangan adat menyilangkan saudara kandung
adalah penghalang, nantinya akan berdampak buruk, adanya artikel ini, penelitian ini masyarakat
untuk ikut serta melupakan tradisi yang akan bertentangan dengan hukum syariat Islam sehingga
akan mencegah dari perbuatan tersebut. perzinaan serta melakukan zina akan timbul kerugian,
namun untuk diri sendiri sebagai pezina, maupun bagi masyarakat pada umumnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat, rahmat dan karunia serta
mukjizat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tugas jurnal ilmiah PKIH dengan judul Hukum
Pernikahan Rungal (Melangkahi Kakak Kandung) Dalam Hukum Adat dan Perspektif Islam.
Dengan selesainya Jurnal ini, bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah awal baru untuk
memulai petualangan hidup yang baru. Penulis sangat menyadari bahwa ada pihak-pihak yang
berkontribusi dalam penyelesaian jurnal ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada salah satu orang tua terutama ibu dan UIN K.H Abdurrahman
Wahid yang telah memberikan semangat dan dukungan hingga. Dan matursuwun juga pada
pihak-pihak yang terlibat ke dalam ini, hingga selesainya jurnal jurnal ini.
Ketidaksempurnaan dan segala kekurangan jurnal, penulis sangat mengharapkan adanya
masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk penyempurnaan dan perbaikan dari jurnal ini.
Cukup banyak sekali kesulitan yang penulis alami dalam menyusn jurnal, namun alhamdulillah

9
dapat terselesaikan dengan sangat baik. Akhir kata penulis berharap semoga jurnal ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan dibalas oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamdani, Taufiq. (2021). Tinjauan Hukum Islam Tentang Tradisi Mabbollo Dalam Adat
Pernikahan Bugis, Jurnal: Qodauna, Vol. 3 No. 1
Abdul W.A. (2005). Ilmu Ushul Fikih, Penerjemah: Halimuddin, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abdul, Hayi. (2005). Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Melangkahi Kakak
Kandung (Studi Kasus Kelurahan Gunungendut Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi).
Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
Fauzi, Ahmad. (2010). Respon Masyarakat Keluarahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota
Depok Terhadap Nikah dengan Melangkahi Kakak Kandung, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, skripsi.
H. Penouh Dally. (1998). Pernikahan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet.1.
Idris, Ramulyo. (1996). Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,cet. 1.
Imam, Sudiyat. (1981). Hukum Adat : Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Khairuddin. Abi Hasan. (2021) “Pandangan Urf Terhadap Uang Perkhanjangan dalam
Perkawinan Melangkahi Kakak Kandung” jurnal istinbath. Vol. 20 No.1.
Kurniawan, M. A. (2017). Kematangan Fisik dan Mental dalam Perkawinan. Nizham Journal of
Islamic Studies, 2(1).
Mukhtar, Kamal. (1993). Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang.
Nita, M. W. (2022). Perspektif Hukum Islam mengenai Konsep Keluarga Sakinah dalam
Keluarga Karir. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2).
Nita, M. W., & Saputri, A. Q. (2022). Peran Dan Kedudukan Wali Hakim Dalam Perkawinan.
Al Qadhi: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(1).
Nur, Djama’an. (1993). Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama Semarang.
Nashirudin, Mohammad. (2015). Efektifitas Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang
Perkawina, Ponorogo: STAIN Ponorogo, skripsi.
Nasrun, Haroen.(1996). Ushul Fiqh. Jakarta: Logos.
Rafiq ,Ahmad. (1998). Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Rahmat, Budi Nuryadin. (2013). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Prosesi Sebambangan dalam
Pernikahan Adat Lampung Saibatin (Studi Kasus Di Talang Padang Tanggamus
Lampung. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.
Sayyid, Sabiq. (1994). Fikih Sunnah, Bandung: Al Maarif, cet. 9, Jilid 6.
Soerojo, Wignjodipoero. (1994). Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: CV.
Masagung.
Sugiarto, M. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.

10

Anda mungkin juga menyukai