PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar yang mendiami Provinsi
proses interaksi dan akulturasi antara Islam dengan adat tradisi lokal, dengan kata
lain terjadi adaptasi antara Islam sebagai tradisi besar dengan adat sebagai tradisi
kecil, karena Islam telah menjadi ideologi dalam beragama dan tatanan kehidupan
Suku Rejang terkenal dengan adat dan hukum adatnya sendiri yang
telah menarik banyak perhatian dunia ilmu pengetahuan, dalam penjelmaan dan
pelaksanaannya, adat Rejang merupakan dasar hukum dan tata tertib kehidupan,
ia mengatur bukan saja hubungan orang perorang dengan keluarga, tetapi juga
masuknya para ajai adat dan hukum adat Rejang yang lama mengalami
penyesuaian dengan aturan dan agama yang mereka anut, yaitu agama Islam. Adat
bersendi Syara‟, Syara‟ bersendi kitabullah, adalah adat yang sesuai dengan
hukum Islam, dan hukum Islam bersumber dari kitab Allah, yaitu al-Qur‟an.2
1
Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Perhubungan Kabupaten Lebong, Anok Kutai
Rejang (Sejarah Adat Budaya Bahasa dan Aksara), h. 197.
2
Mabrur Syah, Adat Perkawinan Suku Rejang Dalam Perspektif Islam (Banten: Patju
Kreasi, 2016), h. 32-33.
Salah satu adat yang diatur dalam hukum suku Rejang adalah adat
pernikahan. Pernikahan adalah suatu akad antara seorang calon mempelai pria
dan calon mempelai wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak,
yang dilakukan oleh pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah
satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam
rumah tangga.3
memberikan mas kawin atau mahar, baik dilakukan secara tunai atau cicilan yang
berupa uang atau barang. Mahar itu sendiri merupakan pemberian wajib dari
calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk
menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya, atau
pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam
zaman jahiliah hak perempuan itu dihilangkan dan disia-siakan.5 Kemudian Islam
datang untuk membersihkan aib kebodohan yang melekat pada diri wanita melalui
3
Tedy. S, Armin. “Pernikahan Dalam Prespektif Al-Qur‟an”, (Skripsi, Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah Studi Tafsir Hadis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkulu
2012). Pdf.
4
Adnia yuniska, “Studi Analisis Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum Islam,” (Skripsi,
Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Progrm Studi Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Universitas Islam
Nahdlatul Ulama‟, 2015), h. 3. pdf
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 7 (Bandung : Al-Ma‟rif, 1997), h. 52.
Mahar dan uang hantaran (caci hantaran) adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pernikahan itu sendiri, yaitu pemberian calon mempelai laki-laki
kepada calon mempelai perempuan. Banyaknya maskawin itu tidak di batasi oleh
karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka jumlahnya menjadi utang atas
suami, dan wajib dibayar sebagaimana halnya utang kepada orang lain.6
Islam tidak menetapkan jumlah besar atau kecilnya mahar. Karena adanya
perbedaan kaya dan miskin, lapang dan sempitnya rezeki. Selain itu tiap
orang, atau keadaan dan tradisi keluarganya. Segala nash yang memberikan
pentingnya nilai mahar tersebut, tanpa melihat besar kecilnya jumlah, jadi boleh
memberi mahar misalnya dengan cincin besi atau segantang kurma atau
mengajarkan beberapa ayat al-Qur‟an dan lain sebagainya, asal saja sudah saling
Namun berbeda halnya dengan proses pemberian mahar dan uang hantaran
(caci hantaran) yang terjadi pada lazimnya masyarakat suku Rejang, dimana ada
perbedaan suatu kelas atau starata tertentu yang dijadikan patakon dalam proses
pemberian mahar dan uang hantaran. Secara umum kelas sosial atau stratifikasi
sosial dalam masyarakat pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: pertama,
6
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), h. 393.
stratifikasi sosial tertutup. Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi dimana tiap-tiap
anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup seperti
sistem kasta di India, Bali, Lombok dan Jawa berupa klasifikasi adanya golongan
masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari suatu strata ke strata yang lain, seperti
tadinya miskin bodoh bisa mengubah status sosialnya dengan berusaha, bekerja,
yang mapan dan bayaran yang tinggi. Ketiga, stratifikasi sosial campuran.
Stratifikasi sosial yang merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan
terbuka.7
Terdapat beberapa indi kasi yang berpengaruh besar dari stratifikasi sosial
bahwa lazimnya jumlah atau nilai mahar dan uang hantaran disesuaikan dengan
keluarga, pendidikan dan marga pihak mempelai wanita serta terdapat beberapa
perlengkapan adat yang harus dipenuhi oleh pihak mempelai laki-laki, dalam hal
ini banyaknya jumlah uang hantaran menjadi pembahasan yang sangat penting
untuk dimusyawarahkan.
tawar menawar antara kedua belah pihak. Karena pada kebiasan suku Rejang
7
Siti Aminah , Stratifikasi Sosial Dalam Perkawinan Masyarakat Islam Sasak (Studi Pada
Perkawinan Masyarakat Desa Sengkerang, Lombok Tengah). Jurnal Universitas Muhammadiyah
Malang.
pihak perempuan mengharapkan mahar dan uang hantaran dalam jumlah yang
besar. Sedangkan bagi pihak laki-laki mengharapkan uang dan barang hantaran
mengharapkan mahar dan uang hantaran itu sebesar mungkin, karena bagi
keluarga perempuan menerima mahar dan uang hantaran dalam jumlah yang
besar merupakan suatu kebanggaan. Sebaliknya bila uang hantaran diterima dalam
jumlah yang relatif kecil, ada perasaan malu, seakan-akan tidak dihargai. Tidak
pemberian mahar dan pembayaran uang hantaran, terdapat satu aspek ajaran Islam
yang kurang diperhatikan oleh masyarakat suku Rejang yang berada di Bengkulu
Utara yaitu, persepsi masyarakat bahwa pemberian uang hantaran dan mahar
masyarakat mengenai tradisi pemberian mahar dan uang hantaran (caci hantaran)
pemberian mahar dan uang hantaran (caci hantaran) pada adat pernikahan suku
Rejang. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencari relevansi antara prosesi adat
merupakan bagian dari produk agama yang menjadi pondasi segala bentuk
meneliti tesis dengan judul “Pemberian Mahar Dan Uang Hantaran Pada
B. Identifikasi Masalah
menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah
kegiatan bias disebut penelitian atau tidak. Dalam hal ini peneliti bermaksud
untuk meneliti proses dan tata cara Pemberian Mahar Dan Uang Hantaran Pada
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di salah satu desa yang terdapat di Bengkulu Utara
masyarakat suku Rejang Desa Perbo dalam tradisi pemberian mahar dan uang
hantaran dengan menggunakan teori stratifikai sosial atau kelas sosial Marx
sosiologi agama.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini dapat terfokus dan
terarah, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu: “Pemberian Mahar Dan Uang
Sosiologi Agama)”.
1. Apa konsep dasar mahar dan uang hantaran pada masyarakat suku Rejang
mahar dan uang hantaran dalam adat pernikahan suku Rejang di Desa Perbo?
E. Tujuan Penelitian
konsep dasar pemberian mahar dan uang hantaran pada masyarakat suku Rejang
Desa Perbo Bengkulu Utara Bengkulu Utara ini apa sebenarnya belakang
terjadinya stratifikasi sosial dan bagaimana presepsi masyarakat suku Rejang Desa
Perbo Kabupaten Bengkulu Utara tentang mahar dan uang hantaran (caci
hantaran). Sampai saat ini, pemberian mahar dan uang hantaran (caci hantaran)
(caci hantaran) masih dilakukan oleh masyarakat setempat. Naman secara rinci
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep dasar mahar dan uang hantaran
mahar dan uang hantaran dalam adat pernikahan suku Rejang di DesaPerbo.
F. KEGUNAAN PENELITIAN
nilai-nilai yang positif dan bermanfaat bagi orang, baik secara teoritis ataupun
praktis.
agama, tokoh adat dan pemerintah terkait, agar selalu menjaga dan
Rejang kelurahan Desa Perbo Bengkulu Utara kabupaten bengkulu utara dan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Agama (M. Ag) pada
kegiatan tinjauan pustaka atau penelitian yang relevan, dengan maksud ingin
mencari judul atau pembahasan yang pernah diangkat sebelumnya oleh peneliti
memnahas teori-teori dan penelitian yang relevan dengan yang diteliti, guna
mendapatkan wawasan yang lebih jelas dan luas tentang suatu penelitian. Dengan
demikian peneliti menemukan batasan atau definisi yang jelas mengenai sesuatu
yang diteliti, adapun hasil kajian pustaka tersebut adalah sebagai berikut:
Petik Matai Dalam Perkawinan Suku Rejang. Tradisi Petik Matai adalah tradisi
akad nikah berlangsung dimana ritual dilaksanakan saat calon pengantin laki-
laki atau perempuan berada di depan rumah calon pengantin laki-laki atau
perempuan. Prosesi petik matai mempunyai arti dan tujuan yang baik untuk
calom pengantin dalam membina rumah tangga nanti, dimana dalam setiap
bahan dalam prosesi petik matai mempunyai makna dan tujuan yang baik
yang terdapat di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, untuk
untuk mengetahui bagaimana prespektif hukum Islam dalam tradisi Petik Matai
Dalam Perkawinan Suku Rejang Di Kelurahan Tanjung Agung Kecamatan
2. Kemudian penelitian yang ditulis oleh Ira Yani tentang nilai-nilai agama dalam
pernikahan adat suku rejang kecamatan amen kabupaten lebong. Penelitian ini
tangga dan bergaul secara sah. Begitu pula dengan pernikahan suku Rejang,
dimana untuk bergaul secara sah dan juga untuk menandakan kematangan
hidup mereka. Begitu banyak pola tata cara dalam pernikahan suku Rejang
zaman dahulu dan untuk dewasa ini banyak yang dihindari atau tidak
dilaksanakan, banyak pula masyarakat suku Rejang yang tidak paham akan
adat pernikahan dalam suku Rejang dan makna yang terkandung di dalamnya.
Dari latar belakang tersebut, terdapat tiga persoalan yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu: pertama, bagaimana tata upacara pernikahan adat suku
dan informasi.
3. Asri dkk, pada tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul “hukum adat dan
adat istiadat Rejang, berfokus pada hokum Rejang mengenai hokum yang
terdapat dalam pergaulan dan juga pada tatanan pernikahan itu sendiri mulai
dari bergaul bujang gadis, berasan hingga pernikahan. Sukarman Syarnubi pada
tahun 1998 dengan judul: Makna Lambang Upacara Adat Perkawinan Rejang
Lebong, focus penelian ini adalah pada makna lambing bagi masyarakat yang
menggunkannya dan makna dari setiap bahan atau tindakana yang dilakukan
dalam upacara, dan juga siapa yang terlibat dalam upacara tersebut.
4. Junal yang ditulis oleh Rizqon Halal Syah Aji dengan judul ”Stratifikasi Sosial
dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari jenjang dan status sosial
5. Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah yang ditulis oleh Lalu Tambeh Wadi tentang
tentang stratifikasi yang terjadi dalam adat masyarakat Sasak, dimana suatu
kelas atau stara tertentu mempunyai hak istimewa yang menempati posisi lebih
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
sebagai berikut:
stratifikasi sosial, serta teori stratifikasi sosial Marx Weber dan Ibnu Khaldun.
waktu dan tempat penelitian, subjek atau informan penelitian, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
penelitian, mahar dalam prespektif Islam, historis, yuridis dan filosofis. Penyajian
hasil penelitian berupa proses sebelum pernikahan adat suku Rejang, konsep dasar
LANDASAN TEORI
A. Sosiologi Agama
sosial lain. Beberapa pertanyaan yang dikaji dalam sosiologi agama, antara
masyarakat.8
8
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2015), h. 31
kepercayaan-kepercayaan agama dan menjelaskan bagaimana hal tersebut
domain lain tindakan individu dan sosial. Sebagai suatu fakta sosial, agama
juga seperti fenomena sosial lain yang dapat dipelajari dalam berbagai level
dan unit analisis berdasarkan berbagai konsep teoretis dan desain penelitian
yang merupakan ciri disiplin sosiologi. Bagi sosiolog agama, posisi agama
sama halnya dengan struktur sosial lain. Sebagai institusional yang formal,
sebagai sistem kepercayaan dan agama sebagai salah satu institusi sosial.
Aspek pertama, agama terdiri atas seperangkat kepercayaan, nilai, norma, dan
Dalam hal ini, orang mencari jawaban atas pertanyaan tentang arti kehadiran
dirinya di dunia. Sebagai suatu institusi, agama tetap bertahan dan mempunyai
9
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern ,,,, h. 32
stuktur organisasi yang menyosialisasikan anggota-anggotanya. Jadi,
perbedaan antara kedua aspek tersebut terletak pada lokusnya. Aspek pertama
alam pikiran manusia. Sementara aspek kedua lokusnya ialah pada action,
hanya dilakukan pada level analitis. Pada level empiris, kedua aspek sulit
Objek kajian dalam sosiologi agama ada dua, yakni objek material dan
objek formal. Objek material meliputi manusia sebagai mahluk sosial bagian
dari masyarakat dan agama sebagai salah satu unsur penting dalam
sosiologi agama itu sendiri. Objek formal dalam sosiologi agama ditentukan
sebelumnya telah membahas mengenai objek formal ini secara sekilas. Objek
10
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern ,,,, h. 33
perilaku sosial memiliki pendekatan pertukaran sosial. Pendekatan-pendekatan
lain seperti dari penganut materialis dan nihilis juga mempunyai perspektif
adalah norma agama sebagai kontrol sosial. Contoh sumbangan pemikiran dari
hal dengan individu dalam kelompok lain karena perbedaan nilai. Pendekatan
pemikiran yang terkenal muncul di bawah paradigma yang sama dari kedua
adalah tingkah laku manusia yang didasari pertimbangan untung dan rugi.11
11
Agus Machfud Fauzi, Buku Ajar Sosiologi Agama (Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Program Studi Sosiologi, 2007), h.7.
B. Stratifikasi Sosial
hantaran dalam adat pernikahan suku Rejang yang terdapat di Bengkulu Utara,
khususnya pada Desa Perbo, terjadi sistem perbedaan pelapisan kelas atau biasa
disebut dengan stratifikasi sosial, maka dari itu peneliti menggunakan teori
stratifikasi sosial Max Weber dan Ibnu Khaldun dalam penelitian ini, dikarenakan
teori tersebut dirasa mampu membahas fenomena stratifikasi sosial dalam proses
penentuan pemberian mahar dan uang hantaran dalam adat pernikahan suku
Rejang.
biasa disebut dengan stratifikasi sosial. Istilah stratifikasi sosial berasal dari
kata starata stratum yang berarti lapisan. Karena itu stratifikasi sosial sering
kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas bawah. Dasar dari inti sistem stratifikasi
12
Binti Maunah, Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Prespektif Sosilogi
Pendidikan, Jurnal Ta‟allum Vol. 03, No, 01, Juni 2015.
13
Binti Maunah, Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Prespektif Sosilogi
Pendidikan Jurnal Ta‟allum Vol. 03, No, 01, Juni 2015.
2. Sifat Stratifikasi Sosial
jenis:
berpindah dari satu lapisan ke lapisan lain, baik yang merupakan gerak
suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut maka hal
itu akan merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-
14
Soerjono Soekanto , Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1974), 120.
yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial
adalah diantaranya:
a. Ukuran kekayaan
c. Ukuran kehormatan
sendiri atau turun (jatuh) ke lapisan yang lebih rendah bagi mereka yang
menggunakan lapisan sosial secara terbuka pada suatu bidang dan pada
ditandai dengan dua hal yaitu; kedudukan (status) dan peranan (role).
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat juga mempunyai arti bagi sistem sosial
berikut:
a. Kedudukan
dalam kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial artinya adalah;
yaitu; status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa kepada
b. Peranan
pergulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut
peranan adalah bahwa hal itu mengatur perikelakuan seseorang, dan juga
Sebagai contoh karena kepandaian senior, tingkat umur, harta dan lain-lain.
15
Abid Rohman, Stratifikasi Sosial dalam Al-Qur‟an, Jurnal Sosiologi Islam Fakultas
Ilmu Sosial dan Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. 3, No.1, April 2013, h. 20-21
Kedua, terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Contoh: sistem kepangkatan PNS, ABRI, Feodal dan lain-lain. Selain itu
bagian dari sitem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses
a. Sistem Lapisan
penghargaan)
sebagainya).
kelompok sosial, adanya peran, yaitu peranan merupakan aspek yang dinamis
dari kedudukan. Sedangkan dasar-dasar yang menumbuhkan stratifikasi
sosial adalah uang, harta tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.
berbeda dengan kedudukan istri atau anak-anaknya. Ascribe status ini walau
tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi pada umumnya sang ayah
atau suai adalah kepala keluarga. Untuk menjadi kepala keluarga tersebut,
laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau kasta tertentu, sosok
diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja
tangkis yang handal, tentunya hrus berlatih bulu tangkis dengan tekun,
seseorang yang ingin menjadi dokter, tentunya harus belajar kedokteran.
bentu-bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang terbuka, hal ini biasa
masyarakat atau orang yang berjasa. Kedudukan ini diartikan bahwa suatu
berbeda terhadap alat produksi, baik sebagai pemilik alat produksi maupun
sebagai tenaga kerja. Marx mengkaji tiga bahan utama mengenai stratifikasi
a. Kelas
16
Rizqon Halal Syah Aji, Stratifikasi Sosial Dan Kesadaran Kelas, Jurnal Fakultas
Syariah dan hokum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
17
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Yayasan
Pusta Obor Indonesia, 2016), h.1.
Model stratifikasi sosial teori Marx bersifat unidimensional. Artinya,
bangun atas dasar perbedaan posisi atau peran yang diisi oleh para individu
dalam skema produktif dalam masyarakat. Jadi, kondisi yang penting dalam
Pemilik tenaga kerja, pemilik tanah dan tuan tanah merupakan tiga
kelas terbesar dalam masyarakat modern dari sudut pandang pemilikan alat-
adalah pemilik alat berada dalam posisi teratas, dan yang bukan pemilik alat
produksi berada dalam posisi bawah. Kelompok pemilik alat produksi ini
disebut sebagai borjuis, sementara yang bukan pemilik alat produksi disebut
seperti apa kelas sosial, tetapi juga pada bagaimana struktur kekuasaan di
b.Perjuangan kelas
18
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Yayasan
Pusta Obor Indonesia, 2016), h 2-3.
Teori Marx sangat terpusat pada struktur kapitalisme dan dampak
kelas borjuis untuk mengeksploitasi kelas proletar dala proses produksi itu
dengan brjuis dalam bentuk perjuangan kelas. Menurut Marx, perjuangan itu
henti atau terus menerus antara kelas-kelas yang berselish yang sering kali
masyarakat itu sendiri. Jika tidak ada konflik maka tidak ada kemajuan.
pertentangan merupakan awal dari segala hal, dan konflik sosial merupakan
c. Kelompok status
Dimensi strtifikasi sosial kedua dalam teori Weber adalah kelompok
status. Berbeda dengan kelas yang mengacu pada aspek ekonomi, kelompok
komunitas yang terkait bersama karena kepemilikan dan gaya hidup yang
berhubungan dengan situasi kelas. Orang yang memiliki atau tidak memiliki
(barang dan jasa) bisa berada dalam kelompok status yang sama, dan
menunjukkan gaya hidup yang serupa. Salah satu contoh gaya hidup yang
d. Partai
Menurut Weber, jika kelas terbatas pada area ekomoni dan kelompok status
pada area kehormatan status, maka partai berada pada domain kekuasaan
dan politik. Tindakan dari partai diarahkan pada dua kegiatan. Pertama,
tindakan yang diorientasikan pada perolehan kekuasaan dan kedua tindakan
berada dalam posisi yang lebih tinggi dari pada yang tidak memilikinya. Jika
bahwa secara empiris terdapat korelasi yang cukup tinggi antara posisi kelas
ekonomi, seseorang yang berada pada posisi kelas yang tinggi juga
besar pengaruh yang dimiliki seseorang atau kelompok terhadap orang atau
19
kelompok lain.
selalu berubah, dinamis dan heterogen, antara satu masyarakat dan masyarakat
19
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Yayasan
Pusta Obor Indonesia, 2016), h. 10-11.
lain memiliki akar sejarah yang berbeda, memiliki kerangka norma, nilai dan
aturan yang khas, memiliki identitas dan ideologi yang dianut secara kolektif,
pada kemajuan.
makhluk yang pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk
peradaban atau sering juga disebut masyarakat kota. Kondisi fisik tempat
Badui hidup lebih sederhana dibanding masyarakat kota dan hidup dengan
memiliki ikatan solidaritas (ashabiyah) yang kuat, dan menurut Khaldun inilah
solidaritas ini, maka masyarakat kota lebih mudah dikalahkan oleh masyarakat
Selain itu, ashabiyah juga dapat dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan
tersebut akan sulit terwujud, serta sebaliknya, negara tersebut berada dalam
awal lahir dan terbentuknya sebuah negara. Jika unsur ashabiyah suatu negara
sudah melemah, maka negara itu berada dalam ancaman keruntuhan. Oleh
karena itu teori ashabiyah ini tidak bisa disangkal keadaannya, dan bahkan teori
20
Abbas Sofwan Matlail Fajar, “Perspektif Ibnuu Khaldun Tentang Perubahan Sosial
(Ibnu Khaldun's Perspective About Social Change)”, Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 6 No. 1 (2019), h. 4.
ashabiyah ini menjadi inspirasi bagi pergerakan politik kontemporer. Ibnuu
keselarasan sosial dan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam menopang
didasarkan pada aspek kebenaran. Konteks pengertian yang kedua inilah yang
agama.21
Sehingga dari sifat alamiah tersebut serta dibarengi adanya tujuan yang sama
mereka. Kesatuan sosial ini terbentuk sejak mulai dari kelompok terkecil
21
Abbas Sofwan Matlail Fajar, “Perspektif Ibnuu Khaldun Tentang Perubahan Sosial
(Ibnu Khaldun's Perspective About Social Change)”…, h. 5-6.
Argumentasi mendasar diperlukannya ashabiyah tersebut, karena;
(klan). Keadaan sebuah suku dilihat dari faktor psikologis bahwa masyarakat
solidaritas yang kuat. Kedua, bahwa proses pembentukan negara itu harus
melalui perjuangan yang keras dan berat. Apabila imamah tidak mampu
menundukkan lawan maka dirinya sendiri yang akan kalah dan negara tersebut
akan hancur. Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan yang besar untuk
mewujudkannya.
tersebut. Semangat persatuan rakyat yang dibentuk melalui peran agama itu
tidak bisa ditandingi oleh semangat persatuan yang dibentuk oleh faktor
lainnya. Hal tersebut didukung oleh visi agama dalam meredakan pertentangan
dan perbedaan visi rakyat, sehingga mereka mempunyai tujuan sama, untuk
berjuang bersama menegakkan agamanya. Hal ini bisa dibuktikan ketika dalam
perang Yarmuk dan Qadisiyah, di mana pasukan umat Islam hanya berjumlah
pasukan umat Islam sangat kecil, tetapi karena didasari semangat persatuan
yang tinggi dan dibentuk oleh peran agama hasilnya umat Islam mampu
b. Tahap tirani.
c. Tahap sejahtera.
penguasa merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para
pendahulunya.
e. Tahap kemewahan.
kehancurannya.
emosional dengan negara dan mereka tidak pernah memedulikan nasib negara.
Jika suatu bangsa sudah mencapai pada generasi ketiga ini, maka keruntuhan
ketika sebuah peradaban besar dimulai dari masyarakat yang hidup dengan
kesusahan dan penuh perjuangan. Keinginan untuk hidup makmur dan terbebas
keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan perjuangan yang keras pula.
tahapan tersebut berputar seperti roda yang tidak pernah berhenti. Lebih
sederhana lagi teori siklus ialah; lahir, tumbuh, berkembang dan mati.22
22
Abbas Sofwan Matlail Fajar, “Perspektif Ibnuu Khaldun Tentang Perubahan Sosial
(Ibnu Khaldun's Perspective About Social Change)”…, h. 7.
BAB III
METODE PENELITIAN
Rejang ini masuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan
berdasarkan pada data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode dalam meneliti suatu objek, baik berupa nilai-nilai etika, karya seni,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi agama dan
pendekatan historis.
Menurut Bogdan dan Biglen dalam buku tulisan Asmadi Alsa, peneliti
fenomenologis di pengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schutz. juga
23
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Pradigma. 2005),
h. 58
24
Asmadi Alsa, Pendekatan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi,
Cetakan V, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010), h. 33
bagaimana dan makna apa yang mereka kontruksikan di sekitar peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari.25
Desember 2020, jadi lama penelitian kurang lebih satu bulan. Sedangkan untuk
lokasi penelitian meliputi kelurahan Desa Perbo Bengkulu Utara Bengkulu Utara.
Alasan memilih lokasi Desa Perbo Kecamatan Kerkap Bengkulu Utara karena
berdasarkan observasi awal prosei pemberian mahar dan uang hantaran dalam
berupa informasi dari informan dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak tahu
25
Asmadi Alsa, Pendekatan Kualitatif… h. 33
26
Kaelan, Metode … h. 250
27
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama, Cet. Ke- 2, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 166
siapa yang tepat untuk dipilih, karena tidak mengetahui kondisi dan struktur
merencanakan pengumpulan data secara pasti. Untuk itu, peneliti bisa langsung
lebih memahami informasi dan menemui siapa yang bisa peneliti temui
peneliti mampu menggali data secara lengkap dan mendalam. Proses kerja
semacam ini diibaratkan seperti halnya bola salju yang diawali dengan sangat
yang hendak dicapai. Kriterian informan seperti, tokoh adat, tokoh agama,
28
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi… h. 166
yang berusia 30 tahun ke atas yang memahami tradisi pemberian mahar dan
D. Sumber Data
tindakan, serta sumber data yang tertulis29. Adapun data yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
sumbernya dan diolah sendiri oleh peneliti untuk dimanfaatkan. Data Primer
dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok, dan observasi
Ada dua metode untuk mengumpulkan data primer, yaitu survei dan
observasi.30
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah tokoh agama, tokoh
mendapatkan sumber data yang akurat peneliti mendatangi pusat kegiatan dan
29
Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 122
30
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan komunikasi, Cet. Ke-V,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 137
2. Data Sekunder
melalui media (dihasilkan oleh pihak lain). Data sekunder pada umumnya
berupa catatan atau laporan data dokumentasi dari tempat yang diteliti yang
1. Observasi Partisipan
Dalam hal ini observer terlibat langsungdan ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh subjek, peneliti tetap harus waspada untuk teteap
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku atau gejala yang muncul.
sehingga semua kegiatan tradisi pemberian mahar dan uang hantaran tidak
luput dari perhatian dan dapat dilihat secara nyata. Semua kegiatan, objek,
terjadinya pemberian mahar dan uang hantaran serta bagaimana persepsi para
2. Wawancara Mendalam
adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati
33
Djam‟an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Alfabeta,
2009), h. 22103-104.
34
Djam‟an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Alfabeta,
2009), h. 129.
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk menggali sebuah data,
karena dalan wawancara tidak terstruktur ini, peneliti belum mengetahui pasti
data apa yang didapatkan dari responden, sehingga peneliti dituntut untuk
informan harus menyadari arah dan tujuan dari wawancara yang sedang
yang dimaksud oleh informan dengan berbagai istilah asing yang digunakan
35
Nelly Marhayati, Strategi Pelestarian… h. 20
3. Dokumentasi
variabel yang berupa catatan, transkrip, batu, surat kabar, majalah, prasasti,
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau
dokumen tertulis seperti arsip data base, surat-surat, rekaman gambar, benda-
yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dokumen atau
arsip.
alami oleh peneliti sesuai dengan realitas yang dijumpai di lapangan. Untuk
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan tertentu. Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan sumber lain. Dalam hal ini
yaitu:
36
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, hal. 236.
37
Imam, Suprayogo dan Tobroni, “Metodologi Penelitian Sosial-Agama”, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 164.
38
Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif… h. 324
1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Metode
3. Triangulasi Waktu
dengan teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Dalam kasus
ini peneliti melakukan wawancara dengan sumber data yang sama dalam
dan verifikasi.41
secara triangulasi.
berikut:
1. Reduksi Data
rekaman yang diperoleh dari lapangan. Dalam hal ini data yang dimaksud
observasi yang telah dilakukan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara
penelitian, yaitu mengenai Stratifikasi sosial dam pembrian mahar dan uang
2. Penyajian Data
diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi dan apa
42
Sudarwan Danim, Menjadi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2002),
h. 326
BAB IV
PEMBERIAN MAHAR DAN UANG HANTARAN ADAT SUKU REJANG
KABUPATEN BENGKULU UTARA
Provinsi Bengkulu dengan ibu kota dan pusat pemerintahan di kota Arga Makmur.
Arga Makmur berjarak 74 km dari Provinsi Bengkulu yang dapat ditempuh hanya
dalam waktu sekitar satu seperempat jam dengan menggunakan angkutan darat.
Aksesibilitas yang sangat baik untuk membangkitkan peluang pasar yang lebih
kecamatan dan dibatasi dalam koordinat antara 101 derajat 32′ – 102 derajat 8′ BT
dan 2 derajat 15′-4 derajat LS. Luas lautannya kurang lebih 2.088 km persegi, hal
tersebut menjadikan kabupaten terluas dibandingkan dengan luas masing-masing
ketinggian antara 10-150 mdpl sepanjang pesisir pantai bagian barat membujur
ketinggian hingga 541 mdpl. Bagian utara berbatasan dengan Provinsi Jambi
faktor-faktor lain.
Sebelah Timur : Lebong dan Kab. Rejang Lebong dan Prov. Jambi
berbagai macam suku bangsa yang setiap suku memiliki kebudayaan yang
berbeda pula, begitu juga halnya dengan masyarakat Bengkulu Utara. Masyarakat
Bengkulu Utara dari segi bahasanya dibedakan atas beberapa golongan yaitu suku
Rejang, suku Enggano, suku Pekal, suku Lembak, dan suku pendatang (Jawa,
43
https://kejari-bengkuluutara.go.id/profil/ (diakses pada tanggal 12 Januari 2021).
Masyarakat suku Rejang merupakan suku dengan populasi terbesar di
Kabupaten Bengkulu Utara. Masyarakat suku Rejang terdiri atas dua dialek, yaitu
dengan ketiga daerah tersebut. Dialek lainnya adalah suku Rejang pesisir yang
Lais, Kecamatan Batik Nau, Kecamatan Air Napal, Kecamatan Air Besi, dan
sekitarnya. Suku terbesar kedua adalah suku Jawa, mereka mendiami daerah
bekas transmigrasi yang banyak tersebar di setiap kecamatan. Selain itu, ada suku
Enggano yang mendiami di pulau Enggano. Suku Pekal adalah masyarakat yang
Putih.44
Bupati, dengan luas wilayah 4.424,60 Km2, terdiri dari 19 kecamatan dan jumlah
penduduk + sebanyak 293.099 jiwa tersebar di 224 desa dan 2 Kelurahan serta 19
dengan DPRD serta dibantu oleh Kepala Dinas / Instansi dinilai telah berjalan
44
https://kejari-bengkuluutara.go.id/profil/ (diakses pada tanggal 12 Januari 2021).
sangat baik. Forum Musyawarah Pimpinan Daerah ( MUSPIDA ) telah berfungsi
melalui Instansi vertikal dibawah koordinasi Bupati telah berjalan sesuai yang
diharapkan.45
bagian utara. Secara Topografi desa perbo merupakan salah satu desa yang
3. Sejarah Desa
masyarakat setempat desa perbo telah dikenal pada abad ke 14 SM. Pada
saat itu datanglah dua orang perantau dari kerajaan Majapahit, kedua orang
berdua bertujuan untuk mencari tempat dengan cara membuka hutan atau
mereka mendapat tempat yang layak di huni, maka setelah itu nama
45
https://kejari-bengkuluutara.go.id/profil/ (diakses pada tanggal 12 Januari 2021).
46
RPJMDes Tahun 2016-2022 Desa Perbo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu
Utara.
Dengan adanya kisah tersebut maka dapat dikatakanlah desa
perbo mulai terbentuk pada abad ke 14 SM, dimana pada saat itu wilayah
tersebut dihuni oleh beberapa orang muning, kemudian salah satu dari
muning tersebut pindah ke Aur Gading dan yang satu tetap tinggal di
Perbo. Dalam kisah sejarahnya pun terdapat kisah dan konon ceritanya
“pesira” pada tahun 1958. Setelah pesira wafat maka desa perbo pada
sekarang tahun 2016 desa perbo telah dan sudah dipimpin oleh 7 kepala
KEJADIAN YANG
NO TAH KEJADIAN YANG BAIK
UN BURUK
dari dalam
BRDP
membangun balai
pertemuan
600 m
jarak dari pusat pemerintahan kota 35 KM, jarak dari Ibukota provinsi 54
Km.
Untuk wilayah desa Perbo dengan Topologi desa perbukitan,
kecamatan Kerkap
karet dan 25% untuk perumahan masyarakat desa. Iklim di desa perbo
terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada didesa perbo
kecamatan kerkap.47
47
RPJMDes Tahun 2016-2022 Desa Perbo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu
Utara.
5. Demografi
dari daerah lain seperti Bengkulu Selatan, Jawa, Sumatra Utara, sehingga
lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyrakat sejak adanya desa perbo
1 Keluarga Pra 10 28 10 48
Sejahtera
2 Keluarga Sejahtera 16 23 19 58
I
3 Keluarga Sejahtera 4 5 2 11
II
4 Keluarga Sejahtera 5 12 35 52
III
5 Keluarga Sejahtera 3 17 29 49
III Plus
Desa perbo mempunyai jumlah penduduk 896 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 443 orang dan perempuan 453 orang dengan jumlah KK sebanyak
Jumlah Penduduk berdasarkan Jiwa di desa perbo dapat dilihat dilihat pada
tabel berikut:
SARJANA
No Pra SD SLTP SLTA
Sekolah
5 Hutan - -
7 Lahan - -
Jumlah Kepemilikan hewan ternak oleh penduduk desa Perbo kecamatan kerkap
adalah sebagai berikut:
1 105 55 30 - 8
Kondisi sarana dan prasarana umum desa perbo secara garis besar adalah
sebagai berikut:
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Desa
Jumlah /
No Sarana dan Prasarana Keterangan
Volume
6. Keadaan Ekonomi
jelas perbedaan antara rumah tangga yang berkategori miskin, sedang dan
berbeda-beda pula, sebagian besar disektor non formal seperti Petani, Usaha
kecil, buruh bangunan. Buruh tani, dan di sektor formal seperti PNS Pemda,
No Tahun Jumlah (Rp) Keterangan
7. Pendapatan Desa
pendpatan / dana yang bersumber dari APBD, APBN dan swadaya yang
48
RPJMDes Tahun 2016-2022 Desa Perbo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara.
.
12. Energi
listrik sudah sampai ke setiap dusun di desa Perbo hanya masih ada
beberapa rumah tangga yang belum tersambung, karena satu kendala yakni
sambungan dari rumah lain. Pada tahun 2016 sebanyak 207 Rumah
Tangga.
13. Musim
penghujan.
sehingga jumlah penduduk dan luas wilayah dusun satu dengan yang lain
tak sama. Sebuah dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (KaDun)
1 Sarana Pendidikan -
Dini(PAUD)
b. TPQ - -
c. TK - -
- -
d. Sekolah Dasar
- -
e. Sekolah Menengah Pertama
- -
f. Sekolah Menengah Atas
2 Sarana Transportasi
2000 Meter
a. Jalan Raya
3205 Meter
b. Jalan Rabat Beton
5000 Meter
c. Jalan Aspal
4000 Meter
d. Jalan Tanah
10.000 Meter
e. Sungai Air Buan
6000 Meter
f. Sungai Air Besi
4000 Meter
g. Sungai Air Macang
1 Unit
h. Jembatan Beton
i. Jembatan Papan - -
3 Sarana Kesehatan -
a. Posyandu 1 Unit
1 Unit
b. Puskesdes
4 Sarana Olahraga -
1 Unit
b. Lapangan Bola Volly
- Unit
c. Lapangan Tenis Meja
- -
d. Lapangan Badminton
- -
e. Lapangan Takraw
5 Organisasi Kemasyarakatan -
Taruna ok
b. PKK
1 Kelomp
c. Organisasi Club Sepak Bola
ok
d. Organisasi Kelompok Tani
1 Kelomp
ok
5 Kelomp
ok
dapat dilihat pada lampiran). Seorang Kepala Desa Bekerjas sama dengan
desa perbo.
Kepala desa dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh satu orang sekretaris
keuangan, dan umum. Selain itu seorang kepala desa juga dibantu oleh 3 orang
dan pemerintahan.
Visi : Menuju Perubahan Yang Lebih Baik, Mendengar Dan Memahami Segala
Aspirasi Masyarakat, Menyatukan Bersamauntuk Mewujudkan Kehidupan
Bermasyarakat Yang Lebih Baik, Jujur, Adil Dan Merata.
Misi 1.: Mewujudkan Keamanan Dan Ketertiban Di Lingkungan
Desa Perbo.
2. Mewujudkan Dan Meningkatkan Serta Meneruskan Tata
Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik.
3. Mengedepankan Kejujuran, Keadilan Dan Transparansi..
TENTANG
PERATURAN ADAT ISTIADAT DESA PERBO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA PERBO
Menimbang a. Bahwa untuk mendorong dan partisipasi masyarakat dalam melestarikan
status dan kepastian hukum atas adat Desa guna meningkatkan ketahanan
68
Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
5679 ).
3091 ).
69
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
2094);
70
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
71
PERATURAN ADAT DESA PERBO
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disebut dengan BPD adalah BPD Perbo.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaran
4. Badan Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut dengan BUMDesa adalah
5. Badan Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut dengan BUMDesa adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
7. Peraturan Desa yang selanjunya disebut Perdes adalah Peraturan Perundang-undang yang
ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Pemberdayaan
Masyarakat.
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
72
10. Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa yang diselanjutnya disingkat APBDes adalah
Keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaran Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
BAB II
PERATURAN ADAT DESA PERBO
Pasal 1
Setiap warga Desa Perbo yang melaksanakan hajatan atau menikahkan wajib melalui berasan
Pasal 2
Setiap warga Desa Perbo yang melaksanakan hajatan membayar nazar dan memotong kambing
wajib melalui berasan adat desa apabila tidak dilaksanakan maka dikenakan sanksi adat berupa
Pasal 3
Pasal 4
Setiap mutus asen dikenakan uang sirih Rp.50.000,- ( Lima Puluh ribu Rupiah )
73
Pasal 5
Setiap temuai asen dan semakup asen dikenakan uang sirih Rp.30.000,- ( Tiga Puluh Ribu Rupiah
).
Pasal 6
Pasal 7
Jenang pengunjung harus pakai baju lengan panjang dan kain beserta peci/kopiah warna hitam
Pasal 8
Pengantin laki-laki sampai tempat pengantin perempuan disambut dengan pencak silat ( mencak)
Pasal 9
Pengaliak Padang dikenakan sangsi Rp.250.000 (dua Ratus lima Puluh Ribu Rupiah)
BAB III
PENUTUP
Pasal 10
Peraturan ini dibuat dan mulai diberlakukan pada tanggal diundangkan agar setiap masyarakat
1. Pengertian Mahar
Kata “Mahar ” berasal dari bahasa Arab dan telah di adopsi ke dalam
bahasa Indonesia. Mahar dalam bahasa Arab adalah Ṣadaq. Asalnya isim
74
mashdar dari kata aṣdaqa, masdarnya iṣdaq diambil dari kata Ṣidqin (benar).
Dinamakan Ṣadaq memberikan arti benar-benar cinta nikah dan inilah yang
pokok dalam kewajiban mahar atau maskawin. Kamus besar bahasa Indonesia
mendefinisikan maha itu dengan pemberian wajib berupa uang atau barang
akad nikah. Definisi ini kelihatannya sesuai dengan tradisi yang berlaku di
pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sabagai ketulusan cinta
kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri
kepada calon suaminya.51 Atau kewajiban suami yang harus diberikan kepada
istri, tetapi hal tersebut hendaknya diberikan dengan tulus dari lubuk hati sang
suami, karena dia sendiri dan bukan yang selainnya yang mewajibkan
atasnya.52
yang sama yaitu: shadaq, nihlah, ujr, faridah, hiba‟, uqar, „alaiq, thawl dan
49
Ulfa Zamayanti, “Mahar Bagi Wanita Yang Diperkosa (Studi Perbandingan Maz}hab
Hanafi Dan Maz}Hab Syafi‟i),” (Skripsi, Fakultas Syaria‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh 2017), h. 14. pdf
50
Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
(Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), h. 1363.
51
Ahmad Haris Al Phaniar, “Mahar Perkawinan Adat Bugis Ditinjau Dari Prespektif
Fiqih Maz}hab (Telaah Tentang Mahar Dalam Masyarakat Bugis Di Balle-Kahu Kabupaten
Bone),” (Skripsi, Jurusan Al-Akhwal Asy-Syakhsiyah Univrsitas Negeri Islam Malang 2008, h.
27). pdf
52
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta; Lentera Hati, 2002) volume. 2, h. 346.
75
nikah. Keseluruhan istilah tersebut membawa maksud dan pengertian yang
Kata mahar berasal dari bahasa Arab yang termasuk kata benda bentuk
abstrak atau masdar yakni “mahran” atau kata kerja , yakni fi‟il dari mahar a-
dan kini sudah di Indonesiakan dengan kata yang sama yakni mahar atau
kawin.54
balasan. Sementara kata saduqat adalah bentuk jamak dari kata sadaqah adalah
melakukan hubungan badan. Atas dasar ini, kata nihlah (pemberian) muncul
sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan ikatan kekerabatan yang wajib dan
tidak dapat ditawar-tawar seperti layaknya transaksi jual beli. Seperti hal yang
53
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-
Risalah, Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 161-178.
54
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-
Risalah, Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 178-180
76
mahar seperti layaknya hadiah biasa tanpa disertai perasaan kasih sayang dan
rasa kekerabatan.
adalah suatu pemberian sukarela tanpa pamrih sebagai simbol cinta dan kasih
sayang dari calon suami kepada calon istrinya, dan bukan sebagai uang
karena pada prinsipnya pasangan suami istri adalah pasangan yang saling
seperti ini apa yang menjadi tujuan utama sebuah keluarga membentuk
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah antara suami dan istri dapat
terwujud.55
sidaq itu pemberian, jawabnya “tidak”. Sidaq adalah hak dan ongkos pengganti
sesuatu dari mahar, karena perempuan itu akan diambil kenikmatannya dan
55
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-Risalah,
Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 181.
77
juga terkadang mendapat anak darinya. Dia akan bekerja di rumah dan laki-laki
akan bersusah payah keluar rumah, tetapi pemberian ini ditetapkan oleh Allah
QS. An-Nisa ayat 4 ialah saduqat bentuk jamak dari saduqah, yang terambil
dari akar kata sadaqa yang berarti “kebenaran”. Ini karena maskawin itu di
hati suami untuk menikah dan menanggung kebutuhan hidup istrinya, tetapi, ia
adalah lambang dari janji untuk tidak membuka rahasia rumah tangga,
saduqat diperkuat oleh lanjutan ayat, yakni nihlah . Kata ini berarti pemberian
bukti kebenaran dan ketulusan hati sang suami, yang diberikannya tanpa
56
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-Risalah,
Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 182
78
Di kalangan Fuqaha disamping perkataan mahar , juga digunakan
istilah lainya, yakni shadaqah, nihlah dan faridhah, yang maksudnya adalah
mahar . Dalam fiqih Islam, selain kata mahar, terdapat sejumlah istilah lain
yang mempunyai konotasi yanga sama yaitu: shadaq, nihlah, ujr, faridah,
hiba‟, uqar, „alaiq, tawl dan nikah. Keseluruhan istilah tersebut membawa
maksud dan pengertian yang hampir sama, yaitu pemberian secara sukarela
Dalam bahasa Arab terma mahar jarang digunakan. Kalangan ahli fiqih
Indonesia terma yang sering digunakan adalah terma mahar dan maskawin.
Para ulama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara terma as-
sesuatau yang wajib karena nikah, sedangkan mahar merupakan sesuatu yang
wajib karena selain nikah, seperti wati syubhat, persususan dan menarik
kesaksian. Menurut Ibnu Qayyim istilah mahar dengan shidaq tidak berbeda
57
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-
Risalah, Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 183.
79
mahar digunakan untuk perkawinan, sedangkan istilah shadaq dapat
nihlah, dan mahar merupakan istilah yang terdapat di dalam al-Qur‟an, tetapi
istilah selain mahar bukan hanya jarang digunakan, melainkan masih banyak
orang yang belum memahami maknanya. Istilah shadaqah atau shadaq dan
awam.58
adalah pemberian pihak laki-laki kepada pihak wanita berupa harta atau
manfaat karena adanya ikatan perkawinan. Bentuk dan jenis mahar tidak
Apabila pihak mempelai wanita sepakat dengan mahar yang ditawarkan oleh
pihak mempelai pria, bentuk dan jenisnya dapat ditetapkan oleh kedua belah
pihak.59
58
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat (Cet.1: Bandung; Pustaka Setia, 2001), h. 260.
59
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat (Cet.1: Bandung; Pustaka Setia, 2001), h. 261.
80
Dalam kompilasi Hukum Islam permasalahan tentang mahar terdapat
dalam BAB V pasal 30 sampai dengan pasal 38. Adapun materi-materi dari
a. Pasal 30
wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Pasal 31
c. Pasal 32
Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita dan sejak itu
d. Pasal 33
e. Pasal 34
perkawinan. Kelalaian menyebut jumlah dan jenis mahar pada waktu akad
81
nikah, tidak menyebabkan batalnya perkawinan. Begitu pula halnya dalam
f. Pasal 35
setengah mahar yang telah ditentukan dalam akad nikah. Apabila suami
hak penuh istrinya. Apabila perceraian terjadi qobla ad-dukhul, tetapi besar
mahar nya belum ditetapkan, maka suami berhak membayar mahar mitsil.
g. Pasal 36
Apabila mahar hilang sebelum diserahkan, mahar itu dapat diganti dengan
barang lain yang sama bentuknya dan jenisnya atau dengan barang lain yang
sama nilainya atau dengan uang yan senilai dengan harga barang mahar
yang hilang.
h. Pasal 37
Apabila terjadi selisih pendapat mengenai jenis dan nilai mahar yang
i. Pasal 38
Apabila mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang, tetapi calon
82
karena cacat, selama penggantinya belum diserahkan maka dianggap masih
belum bayar.60
dapat dipahami bahwa mahar merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh
calon suami kepada calon istrinya, baik secara kontan atau tidak kontan dengan
cara melalui persetujuan pihak calon istri. Jika calon istri tidak menyetujuinya
dan meminta mahar nya dibayar secara kontan, pihak calon suami harus
membayarnya. Hal itu menjadi pertanda bahwa mahar adalah hak proregratif
calon istri dalam menentukan jumlah dan jenisnya. Meskipun demikian, KHI
3. Syarat-syarat mahar
berikut:
a. Mahar tidak berupa barang haram, tidak sah mahar berupa khamar, babi
60
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (Cet ke-1: Jakarta: Akademika Pressindo,
1992), h. 120-121.
61
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat (Cet.1: Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.
262-264.
83
b. Tidak ada kesamaran, jika terdapat unsur ketidak jelasan maka tidak sah
dijadikan mahar , seperti nahar berupa hasil panen kebun yang setahun yang
akan datang atau sesuatu yang tidak jelas, seperti rumah yang tidak
ditentukan.
pemilikan yang kurang, seperti mahar sesuatu yang dibeli namun belim
diterima.
atau ikan-ikan yang ada di laut. Hal seperti ini tidak boleh dijadikan sebagai
mahar .62
a. Ukuran Mahar
mahar itu apabila tela ditetapkan, maka jumlahnya menjadi utang atas
suami, dan wajib dibayar sebagaimana halnya utang kepada orang lain.63
adanya perbedaan kaya dan miskin, lapang dan sempitnya rezeki. Selain
itu tiap masyarakat mempunyai adat dan tradisinya sendiri. Karena itu
84
masing-masing orang, atau keadaan dan tradisi keluarganya. Segala nash
dengan cincin besi atau segaantang kurma atau mengajarkan beberapa ayat
al-Qur‟an dan lain sebagainya, asal saja sudah saling sepakat oleh kedua
disunahkan tidak kurang dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham
sebgai berikut:
a. Dari Amir bin Rabi‟ah bahwa seorang wanita dari bani Fazarah
“Apakah engkau ridha dirimu dan hartamu hanya dengan dua buah
Turmuzi).
b. QS An-Nisa ayat 20
64
Imron Abu Amar, Fat-hul qarib (jilid 2 : Kudus: Menara Kudus, 1983), h. 42-43.
85
Artinya: sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara
mereka harta yang banyak.65 (ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada
jumlah yang sedikit. Dan boleh pula dalam jumlah berupa sesuatu yang
ringan, sebab jika mahar diberikan batasan ukuran maka akan terjadi
berikut:
membayar mahar ).
c. Timbulnya penyakit jiwa kepada kedua belah pihak karena tidak kuat
65
Departemen Agama, Al-Qur‟a>n dan Terjemah (Semarang: Alwaah, 1989), h.
119.
66
Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Madzhab Syafi‟i , terj. D.A Pakihsati (Surakarta: Media Zikir, 2009, h. 363-364.
67
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 7 (Bandung: Al-Ma‟rif, 1997), h. 54-56.
86
d. Para pemuda itu menjadi tidak taat kepada orang tuanya serta semakin
menjauh dari kebiasaan baik dan terpuji yang diwariskan oleh bapak
ibunya.
orang yang shalih tapi kecukupan karena dia tidak akan bisa membayar
orang tersebut kurang mengerti agama dan tidak baik bahkan tidak bisa
keluarganya.68
Disyariatkan bahwa mahar harus diketahui secara jelas dan detail, misalnya
seratus lire, atau secara global semisal sepotong emas, atau sekarung gandum.
Kalau tidak bisa diketahui dari berbagai segi yang memungkinkan diperoleh
berbeda pendapat bahwa akadnya fasid (tidak sah) dan di faskh sebelum terjadi
68
Abu Malik Kamal, Fiqh Lin Nisaa‟ ensiklopedi Fiqih Wanita, terj. Achmad Zaeni
Dahlan dan Sandi Heryana (Jilid 2: Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2016), h. 236-
237.
87
percampuran. Tetapi bila telah dicampuri, akad dinyatakan sah dengan
َ ِسأَنتُ َعائ
شحَ سَ ْٔ َج َ :أََُّ قَا َل، ٍِ ًَ سهَ ًَحَ ت ٍِْ َع ْث ِذ انز ْح
َ َٗٔ َع ٍْ أ َ ِت
َ صذَاقُُّ ِل ْ َو قَان.للاِ ص
َ ٌَ َكا: ت ّ سٕ ِل ُ َ صذ
ُ اق َر َ ٌَو َك ْى َكا. ِ صٙ
ّ انُ ِث
للا
ّ سٕ ِل
ُ اق َر ُ ًَ فَتِ ْه َك خ.حِٛف أُٔق
َ فَ َٓذَا،س ًِائ َ ِح دِرَْى
ُ َ صذ ُ ص ْ َقَان
ْ َِ :ت
berkata, “Mas kawin beliau kepada istrinya ialah dua belas uqiyyah dan
َ ْٚ َ ق أ
.ُِس ُز ِ ُْز انصذَاٛس ْٕ للاِ َخ ِ ع ْق َثحَ ت ٍُْ َع
ُ قَا َل َر:ايز قَا َل ُ ٍْ َٔ َع
88
1064. Dari Uqbah bin Amir Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah saw
6. Macam-Macam Mahar
a. Mahar Musamma
dan pengantin perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad. Para ulama
mazhab sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal dalam mahar tersebut
karena ada firman Allah yang berbunyi dalam QS. An-Nisa> > ayat 20:
ُاٛٔٔا أَتَأ ُخذََُّٔۥُ تُٓت َُا َٔ ِإثًا ُّي ِثَٙتَأ ُخذُٔاْ ِيُُّ ش
Artinya: Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain ,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang
Hambali dan Imamiyah berpendapat bahwa tidak ada batas minimal dalam
69
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulugul Maram Dan Dalil-Dalil Hukum, terj.
Khalifaturrahman dan Haer Haeruddin (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 452-456.
70
Departemen Agama, Al-Qur‟a>n dan Terjemah (Semarang: Alwaah, 1989), h.
119.
89
mahar. Segala sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual-beli boleh
sepuluh dirham. Kalau suatu akad dilakukan dengan mahar kurang dari itu,
maka akad tetap sah, dan wajib membayar mahar. Maliki mengatakan jumlah
minimal mahar adalah tiga dirham, kalau akad dilakukan dengan mahar
kurang dari jumlah tersebut, kemudian terjadi percampuran, maka suami harus
membayar tiga dirham. Tetapi bila belum mencampuri, dia boleh memilih
b. Mahar Mitsil
padanya, yaitu:
Para ulama mazhab sepakat bahwa mahar bukanlah salah satu rukun
konsekuensi adanya akad. Karena itu akad nikah boleh dilakukan tanpa
mitsil. Kalau kemudian si istri ditalak sebelum dicampuri, maka dia tidak
berhak atas mahar, teteapi harus diberi mut‟ah, yaitu pemberian sukarela dari
suamibisa dalam bentuk pakaina, cincin, dan sebagainya. Kalau kedua belah
pihak setuju dengan pemberian dalam bentuk barang tersebut, maka barang
90
Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa manakala salah satu diantara
bahawa si istri berhak atas mahar mitsil secara penuh sebagaimana ketentuan
dengan mahar yang tidak sah dimiliki, semisal khamar dan babi, seperti telah
misalnya ada seorang laki-laki yang mengawini seorang wanita yang tidak dia
ketahui bahwa wanita tersebut adalah saudara perempuan sesusuanya, dan baru
mewakilkan perkawinan kepada orang lain dan silaki-laki pun melakukan hal
percampuran. Dengan kata lain, yang disebut syubhat itu adalah terjadinya
percampuran diluar nikah yang sah, disebabkan oleh sesuatu hal yang
dimaafkan oleh syar‟i yang melepaskannya dari hukuman had. Itu sebabnya,
maka Imamiyah memasukkan persebaran oran gila, orang tidur, dan orang
91
Imamiyah Syafi‟i dan Hambali berpendapat bahwa barangsiapa yang
memperkosa seorang wanita, maka dia harus membayar mahar mitsil, tetapi
tanpa mahar, maka menurut kesepakatan seluruh mazhab kecuali Maliki, akad
memberikan sesuat (mahar), baik sedikit maupun banyak. Tentang masalah ini,
yang fasid (tidak sah), dan disebutkan bersamanya mahar musamma lalu terjadi
percampuran, maka kalau mahar yang disebutkan tersebut kurang dari mahar
mitsil, maka hak siwanita adalah mahar musamma, sebab wanita tesebut telah
rela dengan itu. Tetapi kalau mahar yang disebutkan itu lebih besar nilainya
dibanding mahar mitsil, maka haknya adalah mahar mitsil. Sebab dia tidak
yang serupa dari pihak suku ayah, bukan suku ibunya. Tetapi menurut Maliki
92
anggota keluarga, yaitu istri saudara dan paman, kemudian dengan saudara
mempunyai ketentuan dalam syara‟. Untuk itu nilainya ditentukan oleh urf
yang paham tentang ihwal wanita, baik dalam hal nasab maupun kedudukan,
mahar , dengan syarat tidak melebihi mahar yang berlaku menurut ketentuan
pembayaran mahar itu dapat digolongkan menjadi Mahar tunai Dan Mahar
kredit. Ketika nilai mahar itu terlalu tinggi maka pihak suami tidak dapat
membayar secara tunai maka dapat di bayar secara kredit, yang mempunyai
akibat hukum berbeda. Pada kajian hukum Isam mahar dipandang sebagai hak
calon istri yang wajib dilaksanakan oleh calon suami, hanya saja dalam
pelakanaanya bisa dilakukan secara langsung (tunai) atau ditangguhkan hal ini
71
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab (Cet ke-18: Jakarta; Lentera,
2006), h. 364-368.
93
seluruhnya atau untuk sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya
secara tunai atau ditanggguhkan harus diucapakan oleh calon suami mengenai
mahar yang ditangguhkan dalam tempo yang dekat atau dalam tempo yang
mengakhirkan mahar pada waktu yang tidak pasti seperti akan dibayar
Jika disepakati mahar tertentu dan dengan mahar itu menjadi sempurna
akad nikah, calon suami boleh menambah mahar dengan kehendaknya dengan
syarat calon istri menerima tambahan mahar tersebut, begitu pula calon istri
persetujuan suami.73
Dalam keterangan lain juga dijelaskan bahwa maskawin itu boleh saja
dibayarkan tunai atau sebagian tunai dan sebagian dibayar kelak. Tentang hal
72
Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Lin Nisaa‟ Ensiklopedia Fiqih Wanita, terj.
Achmad Zaeni Dahlan dan Sandi Heryana (Jilid 2: Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa‟id,
2016), h. 247.
73
Aulia Mutiah, Hukum Islam Dinamika Perkembangan Seputar Hukum Perkawinan
Dan Hukum Kewarisan (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2017), h. 72-73.
94
ini diserahkan bagaimana kebiasaan di dalam masyarakat. Akan tetapi apabila
telah terjadi hubungan sekssual antara suami dan istri, atau suami meninggal
antara keduanya, suami wajib membayar maskawin setengah saja dari yang
ditetapkan: hal ini brdasarkan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 237:74
ُ ضح فَُِص
ف ُّ ًَ َ طهقت ُ ًُٕ ٍُْ ِيٍ قَث ِم أٌَ ت
َ ٚسٕ ٍُْ َٔقَذ فَ َزضتُى نَ ٍُٓ فَ ِز َ ٌَٔ ِإ
ِ ََُ ُكى إٌِ ٱّللَ تِ ًَا تَع ًَهٌَُٕ تَٛس ُٕاْ ٱنفَض َم ت
زٛص ُ أَق َز
َ َُب ِنهتق َٕٖ َٔ َل ت
Artinya: Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur
maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika
istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan
nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu
74
Departemen Agama, Ilmu Fiqih (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama Atau IAIN, 1984), h, 114.
75
Departemen Agama, Al-Qur‟a>n dan Terjemah (Semarang: Alwaah, 1989), h. 58.
95
Pada ayat ini Quraish Shihab menjelaskan bahwa jikalau perceraian
dijatuhkan sebelum terjadi hubungan seks, tetapi telah disepakati kadar mahar
sebelum perceraian, yang wajib diserahkan oleh suami adalah seperdua jumlah
yang telah ditetapkan itu. Ini karena salah satu tujuan utama perkawinan belum
terbentanglah tanggung jawab yang besar dari suami untuk memberikan nafkah
ض ُٓى َعهَٗ تَعض َٔ ِت ًَا ا َ ُِّ نز َجا ُل قَٕ ُيٌَٕ َعهَٗ ٱن
َ سا ا ِء ِت ًَا فَض َم ٱّللُ تَع ِّ ٱ
ِ َٛظت ِنّهغ
َ ة ِت ًَا َح ِف
ٙظ ٱّللُ َٔٱن ِت َ أََفَقُٕاْ ِيٍ أَي َٕ ِن ِٓى فَٱنص ِه َحتُ قَ ُِت َت َح ِف
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
76
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟a>n
(Jakarta: Lentera Hati, 2002) volume 1, h. 622.
77
Ahmad Haris Al Phaniar, “Mahar Perkawinan Adat Bugis Ditinjau Dari Prespektif
Fiqih Maz}hab (Telaah Tentang Mahar Dalam Masyarakat Bugis Di Balle-Kahu Kabupaten
Bone),” (Skripsi, Jurusan Al-Akhwal Asy-Syakhsiyah Univrsitas Negeri Islam Malang 2008), h.
40. pdf
96
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
hikmah yang mendalam bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Dari sisi
ketahui bersama bahwa posisi wanita pada zaman sebelum datangnya cahaya
Islam adalah sangat direndahkan bahkan dianggap sebagai aib yang memalukan
bagi keluarga. Sementara itu, bagi kaum laki-laki, pemberian mahar kepada
sebab wanita harus diperjuangkan dan dibuktikan melalui mahar sebagai tanda
8. Perspektif Historis
kelompok-kelompok suku, dan bahwa karena suatu sebab yang tidak diketahui,
dari suatu kelompok suku, apabila hendak kawin, haruslah memilih pasangan
78
Departemen Agama, Al-Qur‟a>n dan Terjemah (Semarang: Alwah, 1989), h. 123.
97
dari suku lain. Untuk tujuan itu, pemuda itu harus mengadakan pendekatan
kepada suku lain tersebut supaya dapat memilih jodoh. Pada saat itu, kaum pria
menyebabkan lahirnya anak. Ia menganggap anak sebagai istri saja dan bukan
rujukan ke ayah. Tak lama kemudian, kaum pria mulai mengetahui perannya
Pada periode pertama, pria hidup sebagai parasit dan sebagai pelayan
wanita, pada periode berikutnya ketika kekuasaan jatuh ke tangan pria, pria
melarikan wanita dari sukunya, dan pada periode ketiga, untuk dapat
memperoleh gadis pilihannya, pria pergi bekerja pada ayah si gadis selama
sebagai hadiah kepada ayah si wanita, dan dari sinilah bermulanya “mas
kawin”. Pada zaman Arab jahiliyah sebelum Islam datang, kaum wanita
menurut statusnya yang benar, mereka itu termasuk orang-orang yang merdeka
tapi pada kenyataannya mereka itu seperti budak sahaya, yaitu seperti orang-
oleh kaum pria. Dan telah menjadi tradisi jahiliyah, bilamana mereka
dikaruniai anak perempuan mereka membunuh anaknya itu dengan cara yang
kejam sekali di luar sifat-sifat kemanusiaan, yaitu dengan cara mengubur anak-
98
anak mereka yang masih hidup (dikubur hiduphidup), mereka berbuat demikian
Pada zaman itu juga perempuan tidak diberi hak pilih guna
laki-laki yang mereka pandang pantas guna dijadikan pasangannya, suka atau
tidak, mereka harus menerimanya. Kemudian mengenai mahar juga, para ayah
dan ibu dari anak-anak gadis menganggap mahar sebagai hak mereka, sebagai
imbalan atas susah payah mereka dalam membesarkan dan merawat anaknya.
apabila seorang bayi wanita lahir maka orang yang mengucapkan selamat
alusi atas kenyataan bahwa ayah si gadis akan mengawinkan dia kelak dan
9. Perspektif Yuridis
satu sumber rujukan bagi umat Islam khususnya di Indonesia dalam rangka
99
ini hanya membahas tentang hukum perkawinan, dan lebih dikhususkan lagi
dalam masalah mahar. Tentang kewajiban mahar dan hal-hal yang berkaitan
berbentuk uang, barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum yang
mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang
jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak. Serta
yang dianjurkan oleh ajaran Islam (pasal 31 KHI). Tidak ada ketentuan hukum
juga batas minimalnya. yang jelas, meskipun sedikit, mahar wajib ditunaikan.
Karena itu cukup tepat apa yang dirumuskan dalam pasal 31 KHI yang lebih
bahwa perkawinan dalam Islam, tidaklah sebagai kontrak “jual beli” tapi lebih
Kemudian dalam pasal 32 KHI, berbunyi: mahar diberi langsung kepada calon
mempelai wanita, dan sejak itu menjadi hak pribadinya. Penyerahan mahar
100
tidak mengatur tentang mahar. Hal ini karena mahar bukan merupakan rukun
dalam perkawinan.
kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu aqad nikah, tidak
dipenuhi.
kasih. Hukum-hukumnya pun bersifat umum, yaitu bukan hanya berlaku bagi
segolongan dan tidak berlaku bagi golongan yang lain. Peribadatannya berkisar
pada soal pembersihan dan penyucian jiwa agar manusia menghiasi hidupnya
hadapan syariat Islam, semua kaum muslimin berkedudukan sama, baik laki-
manusia karena tidak ingin menjadikan manusia seperti binatang yang hidup
bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara
101
anarki, dan tidak ada satu aturan, tapi demi menjaga kehormatan dan martabat
kemuliaan manusia selaku khalifah Allah di muka bumi, maka diadakan hukum
perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridha meridhai, dan
upacara ijab qabul sebagai lambang dari rasa ridha. Satu hal yang erat
wajib dari laki-laki kepada perempuan sebagai akibat dari adanya ijab qabul
antara kedua pihak. Mahar tidak boleh hanya disebutkan lewat kata-kata secara
dusta dan tidak ada kenyataannya. Laki-laki harus menyerahkan mahar itu
kepada istri dengan suka rela dari hatinya. Wanita juga harus menerima mahar
untuk membelinya dengan sejumlah uang. Jika demikian, maka wanita (calon
istri) mempunyai hak penuh dalam menentukan berapa besar mahar yang
kewajibannya tergantung kepada wanita, artinya jika wanita mau saja dikawini
oleh pria tanpa mahar, tidak ada yang mencegahnya. Sebaliknya, jika ia
bertahan tak kawin tanpa mahar, juga tak ada yang memaksanya, itulah yang
dimaksud bahwa mahar adalah hak penuh wanita, tak seorangpun dapat
benda yang harus diberikan laki-laki kepada wanita karena adanya aqad
102
meremehkan, sebab dia tidak merasa kehilangan apa-apa untuk menikahinya,
bisa menumbuhkan perasaan bagi laki-laki bahwa istri tidak seenaknya saja dia
1. Mediak
kegiatan pacaran atau pergaulan bujang dan gadis. Menurut adat- istiadat
suku Rejang, pemilian jodoh dapat dipilih sendiri oleh bujang dan gadis,
melalui suatu proses pacaran untuk saling mengenal antara satu dengan yang
lain yang disebut dengan istilah mediak. Selain istilah mediak tahapan ini
juga sering disebut dengan belinjang yaitu suatu cara dalam adat Rejang
untuk memilih calon suami atau istri sesuai dengan kehendak calon
pemilihan Jodoh bujang dan gadis melalui Asen Tuai (Perjodohan oleh
orang tua). 81
80
Muhammad Mutawali, Rahmah Murtadha. “Mahar: Antara Syari`At Dan Tradisi
(Perspektif Historis, Yuridis Dan Filosofis)”, Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam Vol. 6 No. 1
(Juni) 2020, h. 80.
81
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial,
Vol. 1 No. 1: 15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.
103
Pelaksanaan mediak dilakukan dengan dua cara yaitu secara
gadis, pesan tersebut berisi ingin mengecek (omongomong) bila pesan telah
menjawab dengan pesan sindiran yaitu apakah pesan itu tidak nyasar ? Jika
pesan tidak kesasar, maka ditunjuklah tempat dimana mediak atau berambok
rambok opot Dalam adat mediak atau belinjang terdapat beberapa aturan,
kotor, atau kata-kata tidak sopan dalam sendaguraunya dengan si gadis. Jika
tata tertip ini tidak dihiraukan oleh si bujang, maka ia akan di hukum karena
melanggar adat yang di sebut dengan cepalo mulut; Si bujang tidak boleh
belinjangnya itu. Jika terjadi hal yang dilarang itu, maka si bujang dapat di
setiap pertemuan mereka mesti menyertakan orang lain satu orang laki-laki
dan satu orang perempuan. Baik dari keluarga masingmasing atau tidak;
104
pertemuan di pondok sawah, di hutan atau tempat-tempat lain yang secara
kepada orang tuanya, bahwa besok lusa ia akan meletakkan uang atau
bujang dan si gadis saling memberikan tanda, berupa cincin, kain, baju, dan
lainnya yang dilakukan dalam pertemuan wali atau keluarga kedua belah
langsung seperti disebut diatas ada juga cara mediak yang dilakukan secara
menurut adat Rejang merupakan wahana tata cara pergaulan bujang dan
gadis dalam proses mencari jodoh pada Suku Rejang. Adat ini dapat
82
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol.
1 No. 1: 15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.
105
menjamin dan menghindarkan muda mudi (bujang dan gadis) dari
2. Bekulo
disepakati ketika mediak dalam Berambok apa bila telah terjadi kesesuaian
hubungan maka dilakukan apa yang disebut dengan sik mengisik maksudnya
secara adat untuk memulai bekulo untuk memulai pembicaraan dalam sik
Kedatangan utusan si Bujang kepada orang tua si gadis yang disebut dengan
mesik asen. 84
Ketika utusan si bujang dating kerumah orang tua si gadis, maka orang tua si
83
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1:
15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.
84
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol.
1 No. 1: 15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia.
106
Setelah menyuguhkan Sirih pembicaraan secara adat dimulai dengan kata-
kata “Ini sirih saya tujukan kepada bapak, mohon bapak menerima sirih
saya. Setelah bapak makan sirih ada sesuatu yang ingin saya bicarakan”
Bagi yang diberi suguhan sirih, diharuskan mencicip (makan sedikit sirih)
dengan mengambil sebagian kecil dari daun sirih tersebut. Setelah memakan
lakukan dengan pantun atau sair dari kedua belah pihak, setelah kegiatan ini
selesai dan di peroleh kata sepakat maka pihak laki-laki memberikan tanda
berupa cincin dan kain yang disebut dengan gan. Setelah berapa hari acara
keluarga besar si bujang; yang terdiri dari imam, ketua kutai, rajo, dan badan
musawarah adat.
adab sebagai berikut; Tembei Mengecek dari tukang Bigo (pembawa acara)
menghadap rajo atau kades meminta izin untuk menyapa dan menanyakan
107
ingin bertemu puko emuak, tuan rumah, maka dilanjutkan dengan iben izin
menemui tuan rumah kepada rajo oleh perwakilan pihak lakilaki. Iben izin
kundai mandiak mageak puko umek, penyampaian sirih minta izin untuk
perempuan minta izin kepada rajo untuk bekulo juga menyuguhkan sirih.
ada kesepakatan hasil musyawarah lalu disampaikan kepada rajo pada acara
ketujuh; Yang dinamakan kadeak kadan wakea puko umeak magea rajo oleh
wakil tuan rumah. kadeak kadeu wakea puko emeak magea puko umeak,
akan di adakan bekulo, sehingga bujang dan gadis resmi bertunang secara
adat. Kata sambutan dari pihak perempuan. Kata sambutan dari pihak laki-
laki dan pembacaan doa. Adat bekulo merupakan upacara untuk meresmikan
dan gadis telah memiliki kekuatan hukum, karena telah melibatkan rajo,
BMA, tokoh agama dan masyarakat umum. Bekulo telah menutup bagi laki-
108
laki lain baik secara adat maupun agama untuk meminang gadis tersebut
selama belum ada keputusan berpisah. Orang tua kedua belah pihak serta
bacaan basmalah dan doa selamat pada awal dan akhir kegiatan ritual. Telah
terjadi konflik atau penolakan dengan nilai Islam terhadap budya berupa
aktivitas bekulo ini merupakan bagian dari pola perilaku komunikasi yang
109
saling berinteraksi, baik secara verbal ataupun nonverbal. Pesan yang
3. Betunang
dasamya status pertunangan bujang dan gadis telah diakui dan di sahkan
menurut adat melalui ritual bekulo. Menurut Zayadi dan Kadirman, dalam
betunang disediakan bahan bahan yang disebut dengan Serana Seranai yang
harus disediakan adalah; Setabea, sergayau, byoa tangis tepok, beras kunyit,
dupa, kemenyan, tiga buah jeruk nipis dan kue-kueSedangkan barang yang
menjadi tanda betunang adalah, cincin, kain, pakaian atau lainnya dan
serawo dengan manisan ditengahnya dan jamuan berupa nasi gulai ayam.
Setelah semua siap berkumpulah sanak saudara dari pihak laki-laki dan
perempuan yang diahdiri pula oleh rajo, pemuka agama (imam) dan tukang
betunang kepada rajo. Setelah mendapat izin dari rajo, tukang mbigo
4. Sembeak Sujud
85
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1:
15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
86
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1:
15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indones
110
Sembeak Sujud bagi suku Rejang merupakan upacara meminta maaf
bagi calon pengantin kepada kedua orang tua dan keluarganya jadi sembeak
sujud ini bukanlah sembah sujud layaknya shalat dalam Islam, melainkan
tradisi permintaan maaf bagi calon pengantin atas tingkah lakunya selama
ini dalam istilah Rejang diungkapkan dengan: “Tai sembeak sujud lem adat
kulo magea leak luwea umeak, magea royot ngen prongon bakea stuwang.
Tidak ada waktu khusus ditentukan dalam melakukan tradisi ini. Dapat saja
sebelum pelaksanaan adalah; bakoa iben atau tukeng lekep dan keracok iben
yaitu tempat sirih lengkap dengan isinya, daun sirih kering dan daun sirih
hijau sebanyak tujuh lembar, sapu tangan dan ditentukan pula pendamping
pelaku (tukang dagan) kepada rajo. Setelah mendapat izin, tukang dagan
pengantin atas kehilafan dan kesalahan selama ini dan memohon diajarkan
berbagai hal yang belum diketahui dan meminta penjelasan (ketebiak baso)
sembeak sujud. Setelah dijawab oleh tujuan sembeak sujud segala yang
111
diminta, tukang dagan meminta calon pengantin untuk menyembah
sebanyak tiga kali. Pada sembahan ketiga, tangan calon pengantin ditutup
orang yang dituju sebagai sembeak sujud. Dalam upacara sembeak sujud
kedua calon pengantin sebutan untuk memanggil kedua orang tuanya dan
penting lagi bagi etnis pendatang yang menikah dengan etnis Rejang.
namanya di anggap tidak berahlak dan tidak beradat”. Karena dalam sebutan
itu terkandung unsur penghormatan kepada kerabat yang lebih tua dan
menyayangi kerabat yang lebih muda dari kedua belah pihak. Jika ditinjau
semanten atau baekea mengenyan. Majok semanten adalah tata cara adat
112
upacara, pihak laki-laki, kutei dan rajo bermusyawarah (basen) untuk
alat-alat upacara dan siapa yang menjadi ketua rombongannya. Setelah ada
kedalam mangkok putih. Upacara dimulai dengan menyuguh sirih minta izin
kepada rajo dan ahli rumah. Setelah mendapat izin dari rajo, ahli rumah
berupa nasi ketan bercampur gula kelapa. Kemudian wakil dari tamu
semanten/mengenyan lok besiuk, dio ade karacok siuk mbin keme, tando
arok tando suko, mbeak kumu kidek pnimo”jika calon pengantin sudah siap,
dia dibawa menuju rumah calon mertua. Ketika di tangga rumah, calon
113
menenangkan hati calon pengantin dan menghindari gangguan mahluk
dengan rotan opot oleh calon mertua perempuan dan calon pengantin
kedalam rumah. Sampai dipintu masuk rumah di berikan silong dan di tetes
matanya dengan byoa tangis tepok dan di suruh sujud didepan pintu.
calon pengantin menerima beberapa sirih dari keluarga calon mertua. Bakea
semanten coa buliak pendukuak ne, kamo si yo bakea temimo iben kundei
twei okulo kundei asuak basuak bakea setuang dik diroyot diperongon.
keluarga besar pihak calon mertua. Setelah selesai upacara, ada keluarga
pengantin mendapat izin dari tuan rumah dia dapat memenuhi undangan itu.
Apabila penyuguhan sirih tegur sapa telah dianggap cukup di rumah calon
ditutup dengan do‟a oleh imam (perangkat syara‟) dan ahli rumah
pemikahan nanti, dan ditutup dengan jamuan. Selesai jamuan para undangan
114
meninggalkan tempat dan ahli rumah sudah menunggu di depan rumah
untuk menyalami para undangan yang pamit pulang. Ngen selesei ne jamuan
ngenyan melandai. Bakea semantan/ bakea ngenyan minoi zin magea bakea
deperongon ne, madeak lok belek. Lajau minoi maaf ngen madeak madau
majok belek moi umeak ne, waktau kwa‟ai ne lok made peng‟as pengindau
bertegur sapa dengan keluarga calon mertua. Calon pengantin diberi bekal
mertua terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan siatem kekerabatan
2. Konsep Dasar Pemberian Mahar dan Uang Hantaran Desa Perbo Dewasa ini
a. Mengasen (melamar)
dan wanita tentang besaran mahar dan uang hantaran yang diinginkan pihak
wanita. Pihak wanita berhak mengajukan berapa besar ukuran mahar dan
uang hantaran kepada pihak pria, begitu juga dengan pihak pria yang
87
Ari Wibowo, Pola Komunikasi Masyarakat Adat jurnal Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1:
15-30 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
115
berhak untuk melakukan negoisasi. Pada dasarnya, setelah terjadi
116
Amen awei o critone, keme pihak selawei bekinai
Pihak laki-laki: keme sanggup dengan jumlah taci adat ngen mahar
persyaratan udi.”
mahar dan uang hantaran yang dipinta oleh pihak keluarga wanita, dengan
catatan dari hasil musyawarah sebelumnya antara pihak wanita dan pria. Dalam
hal ini pihak wanita boleh untuk setuju dengan hasil musyawarah sebelumnya
antara pihak wanita dengan pihak pria dan boleh untuk menolak. Begitu juga
mahar dan uang hanataran, dilanjutkan dengan metode pembayaran mahar dan
uang hanataran tersebut. Kebiasaan masyarakat Desa Perbo dalam hal metode
dari uang mahar dan hantaran sebagai tanda jadi. Kemudian dilanjutkan dengan
117
perjanjian jatuh tempo pembayaran sisa uang yang telah disetujui. Proses ini
ditujukan dengan maksud sebagai tanda jadi bahwa pihak keluarga laki-laki
b. Basen (Berasan)
Desa Perbo memiliki tiga ketua adat atau ketua suku yaitu, ketua adat
suku Muning Rajo, ketua adat suku Rajo alam dan ketua adat suku Jagat. Ketua
adat tersebut memiliki wilayah kekuasaan di desa Perbo yang mana apabila ada
proses pernikahan maka wajib untuk melapor kepada ketua adat sesuai suku
(berasan) antara pihak perempuan (keluarga, sanak saudara dan tetangga dekat
perempuan), Ketua adat (ketau adat suku pihak perempuan) dan pihak laki-laki.
Adapun dalam acara ini, pihak laki-laki melunasi sisa pembayaran uang mahar
Rejang, sebagaimana dijelaskan oleh ketua adat desa Perbo sebagai berikut:
“Nak lem pernikahan adat suku Rejang yo ade peraturan bahwa amen
kadeak ayak sebelumne, amen seandaine pihak selawei cigai lak igai
ngen pihak semanei, mako pihak selawei wajib melek kute taci mahar
dan uang hantaran, sebalikne amen pihak semanei cigai lak igai ngen
pihak selawei mako pihak selawei tidak wajib melek taci mahar dan
118
pihak semanei tidak berhak meminta taci mahar dan uang hantaran,
begitu juga amen pihak semanei meninggal dunia, mako pihak selawei
Artinya:
Acara ini dilakukan oleh ketua adat pihak perempuan kepada kedua ketua suku
bahwa salah satu keluarga dari sukunya telah melaksanakan acara mengasen
(melamar) dan acara basen (berasan), maka dari itu mengharapkan bantuan dari
3. Latar Belakan dan Bentuk Stratifikasi Dalam Penentuan Pemberian Mahar dan
Uang Hantaran
dalam menentuk besaran atauk ukuran pemberian mahar dan uang hantaran.
88
Diolah dari hasil wawancara dengan Mayi selaku warga desa Perbo yang menjabat
sebagai Ketua Adat SukuMuning Rajo Desa Perbo, pada tanggal 10 Oktober 2020.
119
Mahar pada hakikatnya adalah pemberian secara sukarela tanpa mengharapkan
tela ditetapkan, maka jumlahnya menjadi utang atas suami, dan wajib dibayar
adanya perbedaan kaya dan miskin, lapang dan sempitnya rezeki. Selain itu
tiap masyarakat mempunyai adat dan tradisinya sendiri. Karena itu Islam
masing orang, atau keadaan dan tradisi keluarganya. Segala nash yang
jumlah, jadi boleh memberi mahar misalnya dengan cincin besi atau
sebagainya, asal saja sudah saling sepakat oleh kedua belah pihak yang
melakukan akad.
89
Halimah B, “Konsep Mahar (Mas Kawin) dalam Tafsir Kontemporer” Jurnal Al-
Risalah, Volume 15 Nomor: 2 November 2015, h. 161-180.
90
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), h. 393.
120
Disunnahkan untuk menyebutkan mahar (maskawin) di dalam akad
Dan cukuplah menyebutkan apa saja yang ada, tetapi disunahkan tidak kurang
dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham dengan dirham murni.91
ibu-ibu warga desa Perbo yang umumnya menentukan harga mahar dan uang
a. Jika seorang perempuan tersebut masih gadis dang hanya tamatan Sekolah
Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP), berasal dari keluarga
sederhana dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap (buruh atau swasta),
maka harga atau besaran mahar dan uang hantaran adala sebesar Rp.
b. Jika seorang perempuan tersebut masih gadis dang hanya tamatan Sekolah
memiliki pekerjaan yang tetap (buruh atau swasta), maka harga atau
besaran mahar dan uang hantaran adala sebesar Rp.15.000.000 (lima belas
juta rupiah).
c. Jika seorang perempuan tersebut masih gadis dang hanya tamatan Strata 1
dan berasal dari keluarga sederhana dan tidak memiliki pekerjaan yang
91
Imron Abu Amar, Fat-hul qarib (jilid 2 : Kudus: Menara Kudus, 1983), h. 42-43.
121
tetap (buruh atau swasta), maka harga atau besaran mahar dan uang
pekerjaan yang tetap, maka harga atau besaran mahar dan uang hantaran
e. Jika perempuan tersebut masih gadis dan berasal dari keluarga kaya dan
terpandang, maka harga atau besaran mahar dan uang hantaran adalah
f. Jika perempuan pernah menikah dan memiliki atau tidak memiliki anak,
berasal dari keluarga biasa maka harga atau besaran mahar dan uang
stratifikasi dalam pemberian mahar dan uang hantaran desa perbo, adalah
sebagai berikut:
92
Diolah dari hasil wawancara dengan beberapa ibu-ibu (Mimi Maryani, Neti, Ratna
Tewi, Nur laili, Devi, Harmaini) warga desa Perbo yang menjabat sebagai Ketua Adat Suku Jagad
Desa Perbo, pada tanggal 10 Oktober 2020.
122
yang dipatok dalam penentuan mahar dan uang hantaran. Sebagaimana teori
Marx Weber bahwa Dimensi strtifikasi sosial kedua adalah kelompok status.
komunitas yang terkait bersama karena kepemilikan dan gaya hidup yang
93
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial (Jakarta: Yayasan
Pusta Obor Indonesia, 2016), h. 10-11.
123
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia
peranan yang berasal dari pola-pola pergulan hidupnya dan hal itu
dalam adat suku Rejang desa Perbo dewasa ini adalah pernikahan yang
pernikahan biasa yang hanya dilalui dengan ijab kabul serta organ tunggal.
94
Abid Rohman, Stratifikasi Sosial dalam Al-Qur‟an, Jurnal Sosiologi Islam Fakultas
Ilmu Sosial dan Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. 3, No.1, April 2013, h. 20-21
124
Dari hasil wawancara dengan beberapa warga desa Perbo, faktor
besaran mahar dan uang hantaran yang di dapat oleh permpuan, seperti
Hanataran.
dua bentuk stratifiksi. Warga masyarakat desa Perbo pada umumnya tidak
menyebutkan besaran atau harga dalam pemberian mahar dan uang hantaran,
melainkan jumlah besaran mahar dan uang hantaran melurpakan harga yang
asen, mecak, surat menyurat pada Kantor Urusan Agama dan hal-hal yang
125
a. Semakin bertambahnya jumlah bujang dan peran tua (karena keberatan
membayar mahar ).
c. Timbulnya penyakit jiwa kepada kedua belah pihak karena tidak kuat
menahan hasrat yang diinginkannya. Para pemuda itu menjadi tidak taat
kepada orang tuanya serta semakin menjauh dari kebiasaan baik dan
yang shalih tapi kecukupan karena dia tidak akan bisa membayar dengan
tersebut kurang mengerti agama dan tidak baik bahkan tidak bisa
Penentuan Mahar dan Uang Hantaran dalam Pemberian Mahar dan Uang
Hantaran
95
Abu Malik Kamal, Fiqh Lin Nisaa‟ ensiklopedi Fiqih Wanita, terj. Achmad Zaeni
Dahlan dan Sandi Heryana (Jilid 2: Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2016), h. 236-237.
126
a. Dalam pernikahan pokok utama yang sangat perlu diperhatikan adalah
jumlah pemberian mahar dan uang hantaran dari pihak laki-laki, yang
mana akan menentukan jadi atau tidak jadinya pernikahan, jika tidak ada
uang mahar dan uang hantaran dalam jumlah lazimnya masyarakat desa
Perbo, maka memunculkan perasaan malu dan merasa tidk dihargai oleh
pihak laki-laki. Sperti contoh kasus bahwa pernah terjadi suatu pernikahan
dan setuju berapapun besarnya mahar dan uang hantaran yang diberikan
96
Diolah dari hasil wawancara dengan beberapa ibu-ibu warga Desa Perbo, pada tanggal
10 Oktober 2020.
97
Diolah dari hasil wawancara dengan Benhar selaku warga desa Perbo yang menjabat
sebagai Ketua Adat Suku Jagad Desa Perbo, pada tanggal 10 Oktober 2020.
127
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep Dasar Mahar Dan Uang Hantaran Pada Masyarakat Suku Rejang Desa
tentang besaran mahar dan uang hanataran yang diinginkan pihak wanita.
Pihak wanita berhak mengajukan berapa besar ukuran mahar dan uang
hantaran kepada pihak pria, begitu juga dengan pihak pria yang berhak untuk
Perbo dalam hal metode pembayaran mahar dan uang hantaran adalah dengan
memberikan setengah dari uang mahar dan hantaran sebagai tanda jadi.
yang telah disetujui. Proses ini ditujukan dengan maksud sebagai tanda jadi
bahwa pihak keluarga laki-laki telah setuju untuk menikahkan anaknya. Setelah
perempuan), Ketua adat (ketau adat suku pihak perempuan) dan pihak laki-laki.
128
Adapun dalam acara ini, pihak laki-laki melunasi sisa pembayaran uang mahar
asen. Acara ini dilakukan oleh ketua adat pihak perempuan kepada kedua ketua
bahwa salah satu keluarga dari sukunya telah melaksanakan acara mengasen
(melamar) dan acara basen (berasan), maka dari itu mengharapkan bantuan dari
Mahar Dan Uang Hantaran Dalam Adat Pernikahan Suku Rejang Di Desaperbo
harga yang dipatok dalam penentuan mahar dan uang hantaran. Keluarga
Rejang desa Perbo dewasa ini adalah pernikahan yang memakai berbagai
129
pelaminan, tenda yang besar. Lain halnya dengan pernikahan biasa yang
besaran mahar dan uang hantaran yang di dapat oleh permpuan, seperti
Penentuan Mahar dan Uang Hantaran dalam Pemberian Mahar dan Uang
Hantaran
jumlah pemberian mahar dan uang hantaran dari pihak laki-laki, yang
mana akan menentukan jadi atau tidak jadinya pernikahan, jika tidak ada
uang mahar dan uang hantaran dalam jumlah lazimnya masyarakat desa
Perbo, maka memunculkan perasaan malu dan merasa tidk dihargai oleh
pihak laki-laki. Sperti contoh kasus bahwa pernah terjadi suatu pernikahan
130
tetangga, karena pernikahan ini merupakan pernikahan tang terjadi akibat
dan setuju berapapun besarnya mahar dan uang hantaran yang diberikan
B. Saran
dengan lebih mendalami pembahasan seputaran mahar dan uang hantaran dalam
adat pernikahan suku Rejang yang berada di Desa Perbo khususnya dan
ini sangat bermanfaat untuk menjawab persoalan dan konflik yang terjadi di
131