DRAFT SKRIPSI
Oleh
RIZKI AINUN
NIM : 10100116017
2019
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
B. Pendekatan Penelitian
D. Instrumen Penelitian
F. Pengujian Keabsahan
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
bhineka tunggal ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu. Indonesia dikenal dengan
beraneka ragam suku dan budaya. Dari sabang sampai merauke telah kita ketahui
bahwa disetiap pulaunya mempunyai ragam budaya dan tradisi yang berbeda-beda.
Demikian pula suku Bugis yang berada di Sulawesi selatan adalah salah satu yang
mempunyai beraneka ragam adat istiadat serta kebiasaan yang dijalankan oleh
masyarakat sebagai warisan budaya dari para leluhur mereka. Seperti halnya dalam
proses pelaksanaan pernikahan bagi suku bugis khususnya di Kabupaten Bone. Bagi
masyarakat bugis Bone pernikahan dianggap sesuatu yang sangat sakral,religius , dan
olehnya sangat dihormati sebab, pernikahan merupakan sunnah Rasulullah dan juga
bertujuan untuk melanjutkan keturunan serta agar mereka terhindar dari perbuatan
zina.
Menurut syara’, Nikah adalah akad timbang terima antara pihak laki-laki dan
perempuan yang bertujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera.1
1
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Edisi I (Cet. V ; Depok: Rajawali Pers, 2018),
h.8-9
Adapun tujuan dari pernikahaan yaitu agar dapat berhubungan satu sama lain,
saling mencintai, menghasilkan keturunan, dan hidup berdampingan secara damai dan
sejahtera.2
Hal ini sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasulullah pada QS. Ar-
َو ٖم يَتَفَ َّكرُونJۡ Jَت لِّق َ J ِق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم ۚةً إِ َّن فِي ٰ َذل
ٖ َك أَل ٓ ٰي َ ََو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن َخل
٢١
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.3
Adapun menurut hukum adat, pernikahan bukanlah hanya urusan antara seorang
pria dan wanita yang akan melangsungkan pernikahan melainkan juga, merupakan
urusan dari orang tua, family dan urusan masyarakat hukumnya. Dengan kata lain
mencakup semuanya yang terlibat dalam pernikahan. Bahkan dalam hukum adat,
pernikahan tidak saja merupakan peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup
melainkan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti bagi mereka berdasarkan
2
Abdurrahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Cet. I; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002),h.150
3
Quran, 30:21
4
Djamat samosir, “ Hukum Adat Indonesia : Eksistensi dalam Dinamika Perkembangan
Hukum di Indonesia” (Cet. I; Bandung: Nuansa Aulia 2013), h.279 .
Dalam hal ini hukum pernikahan adat merupakan seperangkat aturan-aturan
Demikian pula pada suku Bugis yang berada di Kabupaten Bone yang
mempunyai beraneka ragam adat istiadat dan kebiasaan yang dijalankan oleh
bukan hanya menyangkut tentang ikatan lahir batin antara pria dengan wanita saja
akan tetapi menyatukan hubungan kekeluargaan antara kedua belah pihak baik dari
makna yang terkandung dalam setiap adat istiadatnya masih tetap terpelihara. Ada
tiga tahap dalam proses pelaksanaan perkawinan masyarkat bugis yaitu tahapan pra
Salah satu tradisi lama yang masih kerap terlaksana bagi sebagian masyarakat
dilaksanakannya proses ijab qabul atau akad nikah. Pada saat prosesi akad nikah
berlangsung mempelai pria dan wanita ditempatkan secara terpisah. Setelah prosesi
akad sudah dinyatakan sah oleh pihak dari keluarga kedua mempelai, kemudian
mempelai pria diantar oleh orang yang dituakan dalam keluarganya menuju kamar
5
Dewi Wulansari, Hukum Adat Indonesia : Suatu Pengantar ( Cet I; Bandung: PT Refika
Aditama, 2010), h.48.
pengantin atau mappalettu nikka dengan dihadiri oleh sanak keluarga serta kerabat
Adapun manfaat dari tradisi ini ialah merekatkan hubungan antara kedua pihak
mempelai pria dengan mempelai wanita. Selain itu, tradisi ini juga dipercaya bisa
memperbaiki rezeki serta masih banyak lagi manfaatnya, tergantung dari niat
mappasikarawa terdapat banyak versi tentang bagian tubuh mempelai wanita yang
dipercaya paling baik maknanya kedepan ketika disentuh oleh mempelai laki-laki.
Dalam hal ini Pappasikarawa merupakan pemimpin atau pemandu dalam proses
proses berlangsungnya adat mappasikarawa ini adalah orang panutan atau orang
Dari uraian-uraian diatas masih terdapat proses dalam adat pernikahan tersebut
yang tidak sesuai dengan jalur ajaran islam, seperti halnya dalam membiarkan kedua
mempelai pria dan wanita yang sudah sah menunjukkan kemesraannya didepan
banyak orang serta masih banyak proses adat pernikahan mappasikarawa ini yang
belum dijelaskan boleh atau tidaknya dilakukan dalam prosesi pernikahan menurut
tinjauan hukum islam. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul :
6
Ir. Mahmud Husein ( 50 tahun), Tokoh Adat Desa Sanrego, Wawancara, 12 Januari 2020
Agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan sebagaimana telah diuraikan
maka akan dipaparkan mengenai batasan-batasan yang menjadi fokus penelitian, dan
1. Fokus Penelitian
Seperti yang kita ketahui kelangsungan hidup manusia atau masyarakat dijamin
dan hanya oleh pernikahan. Sehingga fokus pada penelitian dalam skripsi yang
berjudul Telaah Kritis mengenai adat mappasikarawa ditinjau dari Perspektif Hukum
Islam yaitu: untuk mengetahui apakah dalam proses pernikahan adat mappasikarawa
ini sudah sesuai dengan jalur ajaran islam serta boleh atau tidaknya adat ini dalam
2. Deskripsi Fokus
persepsi antara penulis dan pembaca, maka dikemukakan penjelasan yang sesuai
dengan variable dalam penelitian ini. Adapun deskripsi fokus dalam penelitian ini
adalah :
a. Adat
Adat adalah suatu kebiasaan, pedoman dan prinsip hidup yang berlaku di
masyarakat sumbernya dari para leluhur atau nenek moyang setempat yang
lainnya. Seperti halnya dalam adat mappasikarawa yang merupakan salah satu
c. Hukum Islam
pada wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul yang mengatur seluruh sendi
kehidupan seluruh umat islam yang ada baik didunia maupun di akhirat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan
D. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, referensi penulis masih sangat terbatas namun, yang
hukum adat. Dalam buku ini juga mengkaji tentang arti perkawinan dalam
terperinci dari sebelum akad nikah sampai bubarnya sebuah rumah tangga.
Dengan orientasi fikih yang cukup kental, dalam buku ini memberikan
nikah orang kafir, mahar, walimah dan lain-lain yang berkaitan dengan
ulama.
Kabupaten Luwu Utara (Tinjauan Hukum Islam dan kearifan lokal)”, skripsi
pelaksanaanya.
yang terdapat dalam tradisi mappasikarawa yaitu jempol/ibu jari, jabat tangan,
pangkal lengan, hidung, leher, dada, telinga, perut, dan ubun-ubun. Yang
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini, yaitu sebagai berikut :
2. Kegunaan Penelitian
b. Diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi yang berguna
melibatkan hukum islam dalam segala hal termasuk dalam hal adat pernikahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Pernikahan
berpasang-pasangan. Dan hal itu juga berlaku pada semua makhluknya, baik pada
oleh Allah Swt., sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan
melestarikan hidupnya.7
Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah dalam QS. Al-Dzariyat/51: 49, Allah
berfirman :
Menurut Sayuti Thalib Pernikahan adalah suatu perjanjian suci, kuat dan kokoh
untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
dan bahagia.9 Adapun menurut Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa
perkawinan adalah akad yang sangat kuat (mitsqan ghalidan) untuk menaati perintah
7
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Edisi I (Cet. V; Depok: Rajawali Pers,2018),
h.9
8
Habi Ash-Shiddieqi, Al Quran dan Terjemahannya,OP. Cit.,h.862
9
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1974), h.47
10
H.Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Cet. I; Palu Sinar Grafika,2006), h.7
Adapun Menurut syarak nikah merupakan serah terima antara laki-laki dan
perempuan dengan tujuan saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera. 11
pernikahan juga memiliki kesamaan yaitu bahwa pernikahan merupakan akad yang
sangat kuat yang didalamnya terdapat perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang
merupakan janji suci antara keduanya untuk membentuk keluarga yang sakinah,
2. Tujuan Pernikahan
laki-laki dan perempuan agar dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai,
Hal ini sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasulullah. Al quran surah Ar-
َت لِّقَ ۡو ٖم يَتَفَ َّكرُون َ ِق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم ۚةً إِ َّن فِي ٰ َذل
ٖ َك أَل ٓ ٰي َ ََو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن خَ ل
٢١
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
11
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Edisi I (Cet. V; Depok: Rajawali Pers,2018),
h.8
12
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Cet. I; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), h.150
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
Dalam hal ini Zakiyah Darajat, dkk. juga mengemukakan bahwa ada lima tujuan
sayangnya;
halal; serta
5. Membangun rumah tangga yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.14
A. Rukun Nikah
Dalam hal ini pernikahan yang didalamnya terdapat akad, memerlukan adanya
a. Mempelai laki-laki;
b. Mempelai perempuan;
c. Wali;
13
Quran, 30:21
14
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Edisi I (Cet. V; Depok: Rajawali Pers,2018),
h.15
B. Syarat Perkawinan
1. Syarat-syarat suami
2. Syarat-syarat Istri
3. Syarat-syarat Wali
a. laki-laki;
b. baligh
c. waras akalnya
d. tidak dipaksa
e. adil; dan
15
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Edisi I (Cet. V; Depok: Rajawali Pers,2018),
h.12-13.
c. dapat mengerti maksud akad;
d. beragama islam;
e. dewasa.
f. orang yang terkait dengan ijab tidak sedang melaksanakan ihram haji/
umrah;
g. majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri oleh minimal 4 (empat) orang,
yaitu calon mempelai pria ata yang mewakilinya, wali dari mempelai
Dalam islam menikahi seseorang adalah sunnah yang didasari dengan keinginan
َو ٖم يَتَفَ َّكرُونJۡ Jَت لِّق َ J ِق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم ۚةً إِ َّن فِي ٰ َذل
ٖ َك أَل ٓ ٰي َ ََو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن َخل
٢١
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
16
H.Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Cet. I; Palu: Sinar Grafika,2006),
h.20-21.
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.17
Adapun hadits yang menjelaskan keharusan bernikah bagi yang mampu antara lain:
ِ ْصنُ لِ ْلفَر
الجماعة. َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَاِنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء.ج َ ْاَح
jamaah pemuda, barang siapa diantara kamu yang sanggup membelanjai rumah
tangga (sanggup beristri) maka hendaklah dia beristeri, karena sesungguhnya yang
demikian itu lebih dapat memejamkan mata dan lebih dapat memelihara nafsu
syahwat dan barang siapa yang tidak sanggup beristeri, maka hendaklah dia
Hadis ini menjelaskan bahwa bernikah bagi orang yang mampu membelanjai
rumah tangga, dan mempunyai nafsu syahwat, adalah wajib. Orang yang tidak
berpuasa.
Adapun para ulama membagi hukum nikah kepada lima bagian yaitu :
a. Sunnah, yaitu bagi mereka yang mempunyai nafkah untuk bernikah dan
17
Quran, 30:21
b. Mereka yang tidak mempunyai keinginan kawin dan tidak mempunyai
bernikah.
d. Mereka yang tidak dapat memenuhi hak isteri, tidak dapat menyetubuhinya
e. Mereka yang tidak mempunyai nafsu kawin, tetapi isteri tidak keberatan bila
1. Pengertian Adat
Kata “adat sebenarnya awalnya berasal dari bahasa Arab , yang berarti
kebiasaan. Pendapat lain menyatakan bahwa adat sebenarnya berasal dari bahasa
Sansekerta “a” (berarti “bukan”) dan “dato” (yang artinya “sifat kebendaan”).
Dengan demikian, maka adat sebenarnya berarti sifat immaterial: artinya, adat
2. Mappasikarawa
18
Prof.Dr. Teungku Muhammad Hasbib Ash-shiddieqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum
(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2011), h.3-6
19
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: Rajawali,1990), h.83
Pernikahan dalam masyarakat bugis bone dianggap sangat sakal dan dihargai.
Dalam pernikahan masyarakat bugis bone juga memiliki berbagai macam prosesi
adat yang sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat bugis Bone pada
terpisahkan.
Secara etimologi, kata mappasikarawa terdiri dari dua suku kata yaitu mappa
dan sikarawa. Mappa adalah seperti imbuhan me-. Sedangkan sikarawa adalah
bagian-bagian tubuh mempelai wanita sebagai tanda bahwa keduanya sudah sah
setelah akad nikah selesai. pengantin laki-laki diantar oleh seorang yang dituakan
Dalam penjemputan tersebut biasanya pintu kamar tertutup rapat dan dijaga
oleh orang-orang yang memiliki power (kekuasaan) atau dihormati oleh pihak
keluarga mempelai wanita. Pintu baru dapat dibuka jika pihak mempelai laki-laki
materi (uang logam, gula-gula, dan semacamnya). Kalau pihak penjaga pintu
masih tarik menarik belum berkenan membuka pintu, lalu pihak keluarga
banyak versi tentang bagian anggota tubuh mempelai wanita yang paling baik
disentuh pertama kali oleh mempelai laki-laki, tergantung pada niat dari
wanita.
Pelaksanaannya secara umum terdiri atas beberapa proses dan simbol yang
penuh dengan makna sehingga sangat penting diketahui makna dari simbol proses
Bugis bukan sekadar simbol yang dibuat tanpa makna namun pesan yang tersirat
A. Simbol
a) Jempol/ibu jari
b) Jabat tangan
c) Pangkal lengan
d) Hidung
e) Leher
f) Dada
g) Telinga
h) Perut
i) Ubun-ubun
B. Makna Denotatif
a) Jempol/ibu jari dapat dipergunakan untuk memegang suatu benda
kekerongkongan.
yang menonjol.
mendeteksi/mengenal suara.
C. Harapan
a) Jempol/ibu jari adalah suami istri tidak egois dan bekerja sama
suami-istri.
c) Pangkal lengan adalah dengan bekerja keras kelak diharapkan
f) Dada (di atas buah dada) adalah dapat mendatangkan rezeki yang
suaminya.
20
Seliana dkk, Makna Simbolik Mappasikarawa dalam Pernikahan Suku Bugis (Studi di
Sebatik Nunukan) Jurnal Ilmu Budaya 2, No. 3 (Juni 2018), h.217-219
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan atau
suatu gejala dan peristiwa yang terjadi sekarang sebagai penjelasan riil yang ada
2. Lokasi Penelitian
Kabupaten Bone.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam metode pendekatan ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a. Pendekatan Antropologi
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memahami
tradisi dengan cara melihat wujud yang tumbuh dan berkembang pada
penyesuaian kepribadian.
b. Pendekatan Religi
Pendekatan ini diartikan sebagai suatu pendekatan untuk menyusun teori-
jenis-jenis pendidikan.
c. Pendekatan Sejarah
alami oleh manusia dan sejarah termasuk ilmu budaya untuk mengetahui
Kabupaten Bone.
4. Sumber Data
Dalam Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari
narasumber atau informan yang dalam hal ini diantaranya sebagai berikut :
Bone;
Kabupaten Bone;
21
Sulaiman Saad dan Sitti mania, Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Peneliti
Pemula (SIBUKU,2018), H.76.
3) Tokoh Adat di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten
Bone;
Bone.
kualitatif adalah terletak pada bagaimana cara seorang peneliti mencatat data
kehidupan manusia.
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumen
dokumen data tertentu yang berbentuk foto, video, file dan lain-lain yang
d. Studi Pustaka
yang diteliti.
6. Instrumen Penelitian
a. Peneliti
b. Pedoman Wawancara
c. Alat Tulis
d. Kamera
e. Alat Perekam
22
Sulaiman Saad dan Sitti mania, Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Penelitian :
Panduan Bagi Peneliti Pemula, h.76.
f. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data
7. Pengelolaan Data
a. Identifikasi data
yang menjadi tujuan peneliti, serta dapat membuktikan hasil dari hipotesis
penelitian.23
Setelah data primier yang diperoleh langsung dari lapangan atau dan
dipertanggungjawabkan.
b. Verifikasi Data
hal ini penarikan kesimpulan yang dilakukan harus berdasarkan data yang ada.
8. Analisis Data
23
Suharsimi Arkuntoro, Manajemen Penelitian (Jakarta:Rineka Cipta, 1981),hal. 126
Dalam proses analisis data ini yaitu data yang diperoleh dari penyajian
data yang telah dilakukan dan telah diolah, kemudian dianalisa. Adapun analisis
metode yang menggunakan dalil-dalil yang bersifat umum yang kemudian ditarik
RajaGrafindo Persada,2002.
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam, cet ke- I; Jakarta: Sinar Grafika,2004.
Tihami dan Sohari Sahrani, fikih munakahat: kajian fiqih lengkap,cet ke-5;