A. LATAR BELAKANG
Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang
penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa
remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum
pernah terbayang-kan (Basri, 2007). Pengalaman-pengalaman tersebut antara lain
dalam hal pergaulan yang dialami oleh para remaja. Bergaul dengan orang lain
merupakan kebutuhan setiap manusia. Sebagai remaja yang berkembang dan
tumbuh dalam segi fisik dan psikologis, maka pergaulan dengan orang lain
merupakan salah satu sumber kebahagiaan dalam kehidupan manusia.
Pada perkembangan dewasa ini sering kali kita jumpai fenomena pergaulan
remaja dengan membentuk kelompok pertemanan (gank) atau peer group. Ada
kecenderungan yang memprihatinkan dengan maraknya “kecelakaan mental” dan
fisik yang dialami oleh remaja. Musibah mental ini antara lain mengkonsumsi
narkoba dan sejenisnya dikalangan pelajar dan mahasiswa.
Keprihatinan lain akan kesalahan pergaulan adalah banyaknya siswa dan
mahasiswa yang me-ngalami Married by Accident (MBA). Hamil di luar nikah
seakan-akan membudaya dikalangan remaja, hal tersebut terjadi karena
pengetahuan ataupun kedewasaan akan pendidikan seksual yang memadai.
Berarti hamil di luar nikah dan mengkonsumsi narkoba adalah sisi lain dari
pergaulan negatif di kalangan remaja.
B. TUJUAN
1. Umum
Setelah diberikan penyuluhan/proses pengajaran selama 30 menit remaja
mengetahui tentang tumbuh kembang re,aja yang normal dan menyimpang
2. Khusus
Setelah diberikan penyuluhan/ selama 30 menit keluarga mampu
menyebutkan :
1.Pengertian remaja
2.Tumbang yang normal dan menyimpang
3.Faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang
4.Cara mengatasi perilaku menyimpang
C. SASARAN DAN TARGET
Remaja dusun Parang Carammeng
D. METODE
Ceramah dan Games rantai berbisik
E. MEDIA DAN ALAT
1. LCD
1
2. Leaflet
F. WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari : Selasa
b. Tanggal : 06 Maret 2018
c. Jam : 15.00 WIB
d. Tempat : Sekret IPP (Ikatan Pemuda Pakatto) Desa Pakatto
G. SETTING TEMPAT
Keterangan:
Ketua
Penyaji
Moderator
Observer
Dokumentasi
Fasilitator
Peserta
H. SUSUNAN ACARA
2 Kegiatan inti
1. Mengkaji tingkat pengetahuan 1. Remaja menjawab dengan
remaja tentang Tumbang yang aktif
normal dan yang menyimpang 2. Remaja memperhatikan
2. Menjelaskan Pengertian remaja 3. Remaja memperhatikan
3. Menjelaskan Tumbang yang 4. Remaja memperhatikan
normal dan menyimpang
4. Menjelaskan Faktor penyebab 30 5. Remaja memperhatikan
2
terjadinya perilaku menyimpang menit
5. Menjelaskan Cara mengatasi 6. Remaja aktif membuat
perilaku menyimpang ramuan dengan benar
6. Bermain games
3 Penutup
1. Menyimpulkan materi pengajaran 1. Remaja memperhatikan
bersama remaja
2. Memberi evaluasi secara lisan 10 2. Remaja mampu menjawab
3. Memberi reward kepada remaja menit dengan aktif pertanyaan
atas jawaban dan partisipasinya yang diberikan
4. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian remaja yang begitu 3. Remaja memperhatikan
kooperatif dan Mengucapkan
salam penutup 4. Menjawab salam
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah LCD dan Leaflet
b. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan akan disampaikan melalui
bentuk diskusi/ceramah. Materi yang telah dipersiapkan diperiksa kembali
baik dari segi bahasa maupun susunannya sehingga dapat mempermudah
penerimaan dan pemahaman informasi atau penyuluhan oleh sasaran.
c. Undangan / peserta
Sebelum dilakukan penyuluhan, kelompok membagagikan undangan H-2
penyuluhan, mengontrak waktu atau menyampaikan kepada peserta
bahwa materi penyuluhan tentang Tumbang Remaja yang Normal dan
Menyimpang.
3
2. Evaluasi Proses
4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN TUMBANG REMAJA YANG NORMAL DAN MENYIMPANG
A. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah suatu tahapan kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak
tetap. Di-samping itu masa remaja adalah masa yang rawan oleh pergaulan-pergaulan
negatif seperti narkoba, kriminalitas dan kejahatan seks. Namun kita harus menyadari
bahwa masa remaja adalah masa yang baik untuk mengembangkan potensi positif
yang mereka miliki seperti bakat, minat dan kemampuan (Willis, 2005).
5
2. Perkembangan Biologis
Aktifitas neuroendokrin pada pubertas. Terjadi perubahan hormonal, pertumbuhan
fisik dan kematangan seksual. Terjadi interaksi hormonal antara hipothalamus,
pituitary, dan gonads.
3. Perkembangan biologis pada remaja awal (Early adolesence)
Pada keadaan prepubertas, kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh
umpan balik negatif pada hipotalamus. Pubertas mulai dengan pengurangan
hambatan hipotlamus dalam responnya terhadap faktor-faktor yang belum
sepenuhnya dapat dimengerti. Hipotalamus merangsang pelepasannya selama tidak
bekerjanya gonadotropin dan hormon pertumbuhan dari pituitari anterior.
Rangkaian akibat perubahan somatik dan fisiologis meningkatkan kecepatan
kematangan seksual.
4. Perkembangan biologis pada remaja pertengahan (Middle adolesence)
Pada remaja pertengahan, kecepatan pertumbuhan diatas angka pra remaja 6-7
cm pertahun. Pada rata-rata anak perempuan, puncak pertumbuhan cepat pada usia
11,5 tahun dengan kecepatan tertinggi 8,3 cm pertahun dan kemudian melambat
dan berhenti pada usia 16 tahun. Pada rata-rata anak laki-laki pertumbuhan
cepatnya mulai melambat dan memuncak pada usia 13,5 tahun denga 9,5 cm
pertahun, kemudian melambat dan berhenti pada usia 18 tahun.
5. Perkembannga biologis remaja akhir (late adolesence)
Perubahan-perubahan badan pada masa ini adalah dengan persamaan yang
sederhana. Tahap kahir perkembangan payudara penis, dan rambut kemaluan pada
usia 17-18 tahun pada 95% pria dan wanita.
6. Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Fase formal operational thinking terjadi antara usia 11-14 tahun. Remaja
sudah memiliki kemampuan berfikir secara abstrak, berfikir tentang kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi dan mampu mengungkapkan hipotesis.
Remaja mudah mengabaikan proses pemikiran rasional karena tekanan
kelompok, tuntutan waktu dan personal stres. (Keating dan Clark, 1986).
Egosentris pada remaja dibagi menjadi 2 pola berfikir :
a. Imaginary audience
b. Sensitif terhadap pendapat orang lain dan berfikir setiap orang memfokuskan
pada tingkah lakunya.
c. Personal fabel
d. Percaya bahwa perasaan dan pengalaman seseorang itu sangat unik.
e. Remaja dapat memahami perspektif oran lain dan melihat bagaimana pemikiran
atau tingkah laku seseorang mempengaruhi orang lain disebut dnegan Mutula
Role Taking (Robert Selman,1976).
7. Perkembangan Nilai Otonom
Pertentangan antara orang tua dan teman-temannya menerangkan nilai-nilai
yang diciptakan sebagai perkembangan kebebasan bersikap. Perkembangan sistem
nilai personal merupakan proses yang bertahap membuktikan nilai otonom terjadi
relatif lambat pada remaja usia 18-20 tahun.
6
Remaja membutuhkan kemampuan untuk melihat perkembangna nilai.
Mereka juga butuh perhatian, dimana seseorang akan mendengarkan jika ia
memimpikan sesuatu yang menakutkan dan saat ia mendapatkan tekanan.
Pada remaja awal, anak perempuan cenderung bermain dnegan teman
sejenisnya begitu sebaliknya. Mereka dapat pula diidentifikasikan berdasarkan
pakaian yang mereka gunakan. Remaja juga memperhatikan adanya perbedaan dan
penyebabnya. remaja dengan perbedaan sosioekonomi, bangsa atau latar budaya
dapat membentuk kelompok. Perilaku ini mungkin merupakan kebutuhan remaja
untuk membentuk identitas diri. Mereka suka berkelompok karena adanya
pemikiran yang sama diantara mereka .
8. Perkembangna moral
Anak remaja dan anak yang lebih tua berfungsi pada tingkat konvensional
pada alasan moral di mana batasan moral yang absolut terlihat pada pancaran dari
kekuasaan seperti orang tua dan guru (Kohlberg,1972).
9. Perkembangan spiritual
Keyakinan beragama menjadi lebih abstrak dan dijadikan prinsip selama usia
remaja. Remaja percaya jika lebih diorientasikan menuju hal-hal ritualm praktek,
dan pengawasan ketat pada kebiasaanatau kegiatan religius.
10. Perkembangan Psikososial
Memasuki tahap Identityt vs Role confusion. Merupakan masa banyak terjadi
perubahan fisik. Irama suasana hati mudah berubah, remaja mencoba peran dan
memberontak tanpa pertimbangna perilaku normal dipelajari.
Peran yang membingungkan terjadi ketika remaja tidak dapat menetapkan
identitas dan arah pengertiannya.
Empat hal penting yang harus dicapai untuk membentuk identitas diri yaitu :
a. Menerima apa adanya perubahan pada body image.
b. Menetapkan sistem nilai yang sesuai dengan harapan.
c. Membuat keputusan.
d. Mendapatkan kebebasan dari orang tua.
7
perilaku yang me-nyimpang. Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai
perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial sehingga terjadi tindakan
kriminal.
Menurut Wright (Basri, 2004) membagi jenis-jenis perilaku menyimpang remaja
dalam beberapa keadaan:
a. Neurotic delinquence, remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri,
gelisah dan mengalami perasaan rendah diri. Mereka memiliki dorongan yang kuat
untuk berbuat suatu kenakalan.
b. Unsocialized delinquence, suatu sikap yang suka melawan kekuasaan seseoarang,
rasa bermusuhan dan pendendam. Mereka tidak pernah merasa bersalah dan
merasa menyesal atas perbuatannya.Untuk mendapatkan pengakuan dari orang
lain, mereka sering malakukan tindakan keberanian yang di luar dugaan.
c. Pseude social delinquence, remaja atau pemuda memiliki loyalitas yang tinggi
dalam kelompoknya atau gang sehingga sikapnya tampak patuh dan
kesetiakawanan yang tinggi diantara mereka. Jika melakukan tindakan kenakalan
bukan atas nama pribadi, melainkan atas nama kelompok. Ia akan siap melakukan
kewajiban dalam kelompoknya.
Menurut Hawari (2004) perilaku menyimpang remaja (kenakalan/anti sosial) sering me-
rupakan gambaran dari kepribadian anti sosial atau gangguan tingkah laku yang ditandai
oleh gejala-gejala sebagai berikut :
a. Sering membolos.
b. Terlibat kenakalan anak-anak/remaja (diadili dan ditangkap pengadilan anak karena
tingkah lakunya).
c. Di keluarkan dari sekolah karena berperilaku buruk.
d. Sering keluar dari rumah dan bermalam diluar rumah.
e. Selalu berbohong.
f. Sering melakukan hubungan seks.
g. Sering mabuk dan menggunakan NAPZA.
h. Seringkali mencuri.
i. Prestasi akademik jauh di bawah taraf ke-mampuan kecerdasan sehingga tidak naik
kelas.
j. Melawan otoritas yang lebih tinggi seperti melawan guru, orangtua dan atauran
sekolah dan rumah.
8
1) Kematian orangtua
2) Orangtua sakit berat atau cacat.
3) Hubungan antar keluarga tidak harmonis.
4) Orangtua sakit jiwa.
5) Kesulitan dalam pengasuhan.
2. Faktor Pribadi
a. Faktor bakat yang mempengaruhi tem-peramen (menjadi pemarah, hiperaktif).
b. Cacat tubuh.
c. Ketidakmampuan penyesuaian diri.
9
DAFTAR PUSTAKA
Az-Za’balawi, Muhammaad S. 2007. Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa.
Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Bandung.
Alfa Beta.
Hawari, Dadang. 2003. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta.
Dana Bhakti Prima Yasa. Sarwono, Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta Raja
Grafindo Utama
10