Anda di halaman 1dari 10

nin, 28 Maret 2011

Makalah Perawatan Tali Pusat Bayi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi, 34/1000 kelahiran hidup. (Depkes, 2007).

Guna mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi, Departemen Kesehatan telah
melaksanakan berbagai program yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya
pencegahan tetanus neonatorum. Upaya ini dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan
dan perawatan tali pusat (Depkes, 2007). Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan
pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7
tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi
akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian (Depkes, 2007).

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir
penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik
dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali
pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005). Kasus kesakitan dan kematian neonatal
yang berhubungan dengan infeksi tali pusat masih banyak ditemukan. Pada tahun 2000, WHO (Word
Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi
tali pusat, Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian bayi yang disebabkan karena
perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti, 2003).

Menurut data Departemen Kesehatan, 75% kematian bayi terjadi pada masa perinatal. kematian
neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis,
pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum yaitu 9,5% (Depkes RI, 2008).

Menurut data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2007 kematian Bayi di Jawa Barat
sebesar 39/1000 kelahiran hidup.kasus kematian neonatal memiliki proprsi sebesar 68% dari keamtian
bayi dan 56% disebabkan karena infeksi pada masa perinatal ( Dinkes Jabar, 2008).
Menurut laporan dari dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak
24/1000 kelahiran hidup, 56,78% disebabkan oleh infeksi terutama pada masa neonatal dengan
penyebab terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan akut, dan sepsis. ( DKK Kab Tasikmalaya, 2008).
Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya, jumlah kasus infeksi pada masa
neonatal tahun 2010 sebanyak 5 kasus, 3 diantaranya adalah infeksi pada tali pusat. Hasil wawancara
dengan 5 orang ibu nifas di sariwangi, 3 orang tidak dapat menyebutkan cara cara merawat tali pusat
dengan benar dan 2 orang tidak dapat menyebutkan tanda tanda infeksi pada tali pusat. Fakta diatas
menggambarkan adanya masalah dalam perawatan tali pusat dan masalah dalam pengetahuan ibu nifas
mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (Morbilitas) dan angka
kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat
tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumberdaya manusia
yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan
penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.

Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat
maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan
prosedur kesehatan.

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan
terhindar dari infeksi tali pusat.

Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus
pada hari ke 5 dan hari ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat
yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan
kematian.

Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir
penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik
dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan ketali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan
tentang perawatn dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.

1.2.1 Tujuan Khusus


• Dapat menjelaskan pengertian tali pusat

• Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat

• Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat

• Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat

• Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat

1.3 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi
mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan
saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin.

Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit.

· Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicalis
fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal
berinersi dibagian tengah plasenta.

· Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai
ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.

· Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan diameternya 1 – 2 cm,
hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih
panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika
oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih
pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin
atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
2.2 Struktur tali pusat

· Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi
permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi
abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.

· Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang,
tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin
dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan
melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih
400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan
mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut
yaitu :

o Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari
darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.

o Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa
tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.

· Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada
funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti
halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga
pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu
mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini
kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus
umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

2.3 Fungsi Tali pusat :

· Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin
mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu
oleh plasenta melalui vena umbilicalis.

· Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap
keluar melalui arteri umbilicalis.

2.4 Sirkulasi Tali pusat


Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan
harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh
sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut.
Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri
daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.

Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada
beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:

· Insersi tali pusat Battledore : pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir plasenta seperti
bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.

· Insersi tali pusat Velamentous : tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari pinggir
plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak
plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada
penanganan aktif di kala tiga persalinan.

2.5 Etiologi

· Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat

Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit
tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat
sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga
empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical
stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga
yang baru lepas setelah 4 minggu.

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan
menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti;
pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang
keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan
munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.

· Lilitan Tali pusat pada janin

Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan
masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai
turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan
penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang
mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi
sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :

· Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara
berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat
total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.

· Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.

· Panjangnya tali pusat

Panjang tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm.
Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak
berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak
terhambat.

· Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :

Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

o Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau
bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.

o Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar
janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.

o Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat
dipastikan adanya lilitan tali pusat.

o Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai
dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.

· Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )

Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum
penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi
disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora
selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah
merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)

Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob,
bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan.
Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin.
2.6 Patofisiologi

Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin

Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang
menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus
terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga,
penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang
telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus)
yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan
dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

2.7 Penatalaksanaan

· Persiapan Alat yang Diperlukan

· Teknik Memotong Tali Pusat

1) Arteri klem 2 buah

2) Gunting Steril 1 buah

3) Sarung Tangan Steril 1 pasang

4) Benang steril pengikat pusat 1 helai

5) Selimut Kering dan bersih 1 buah

6) Perlak pengalas 1 buah

· Memotong dan Mengikat Tali Pusat

1) Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu
menyuntikkan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.

2) Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepit, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke aarah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat
pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.

3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.

4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5 %.

6) Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu Dini dan
melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir.

· Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :

o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.

o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.

o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam
air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang
harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini,
Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua
kali dalam sehari.

o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup
tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian
pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.

· Nasehat untuk Merawat Tali Pusat

o Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke puntung tali
pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.

o Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah / lembab.

o Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :

- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan
secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

- Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat
berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.

- Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan
atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

2.8 Pencegahan

Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x
berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus
neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat
selanjutnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan
karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana.

Cara Merawat Tali Pusat :

· Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke puntung tali
pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.

· Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah / lembab.

· Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :

- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera
keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

- Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat
berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.

- Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan
atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

3.2 Saran

1. Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti tentang penelitian
ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi makalah)

2. Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah ( penelitian lain yang
lebih lanjut/dalam )
3. Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca mencari solusi
dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan dari yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber koleksi Mediague.wordpress.com, dikumpulkan oleh RW.Hapsari.

Asuhan Persalinan Normal, 2008

Anda mungkin juga menyukai