Anda di halaman 1dari 38

Proposal

“Manajemen Nutrisi Sebagai Bentuk Intervensi Keluarga

Dengan Masalah Hipertensi Pada Keluarga Tn.A

Di Wilayah Kerja Puskesmas Masohi”

proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan program studi diploma III keperawatan

ASNI LIZA GAY

P07120317004

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan PPSDM

Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Program Studi Keperawatan Masohi

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke

atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Process atau proses penuaan ( World Health Organisation / WHO).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit

yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler

dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ.

Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh

pada activity of daily living (Fatmah, 2010).


Penyakit yang sering timbul pada lansia salah satunya adalah

Hipertensi. Data WHO tahun 2000 menunjukkan di seluruh dunia sekitar

972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan

perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan

akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2015. Dari 972 juta pengidap

hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara sedang berkembang, termasuk indonesia (Suhadak, 2010).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi

resiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor resiko yang

dapat dikendalikan (minor). Faktor-faktor resiko yang tidak bisa di

kendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan usia.

Sedangkan faktor resiko yang dapat di kendalikan (minor) yaitu obesitas,

kurang olahraga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensifitas natrium,

kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan, dan

pola makan (Suhadak, 2010).

Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius, karena jika

tidak di tangani sedini mungkin akan berkembang dan menimbulkan

komplikasi yang berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung, gagal

jantung kongestif, dan penyakit ginjal. Hipertensi dapat dicegah dengan

menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan

pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok, mengurangi

konsumsi garam yang berlebihan da aktivitas yang cukup seperti

olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008).


Kebanyakan lansia mengonsumsi garam yang berlebih pada saat

memasak yaitu 3x / hari, ikan laut, ikan tawar, dan ikan asin atau ikan teri

yang asin karena banyak mengandung garam. Garam mengadung 40%

sodium dan 60% klorida. Orang yang peka pada sodium akan lebih

mudah menigkat sodiumnya, yang menimbulkan retensi cairan dan

penigkatan tekanan darah (Sheps, 2005).

Garam mempunyai sifat menahan air, Mengonsumsi garam yang

berlebihan atau makanan yang di asinkan dapat menaikkan tekanan

darah. Oleh sebab itu sebaiknya jumlah garam yang di konsumsi di

batasi (wijayakusuma, 2000).

Kebanyakan lansia mengonsumsi gula untuk membuat teh atau

makanan lain. Gula tersebut jika di konsumsi berlebih dapat menigkatkan

berat badan. Kelebihan berat badan dapat memberikan pengaruh buruk

pada tekanan darah (Barnard, 2002). Penderita obesitas beresiko 2 – 6

kali lebih besar untuk terserang hipertensi dibandingkan orang dengan

berat badan yang normal (Indriyani, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik dan ingin untuk

meneliti tentang “ pengaturan pola makan pada anggota keluarga

dengan hipertensi untuk lansia di wilayah kerja puskesmas masohi”.


B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan dengan pendidikan kesehatan

tentang pengaturan pola makan pada anggota keluarga dengan

hipertensi ?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pendidikan kesehatan

tentang pengaturan pola makan pada anggota keluarga dengan

hipertensi.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang bagaimana upaya

meningkatkan pola makan yang teratur pada angota keluarga

dengan hipertensi.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian di harapkan dapat menambah pengetahuan

tentang pengaturan pola makan pada anggota keluarga denga

hipertensi

3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang pengaturan pola makan

pada pasien hipertensi dan dapat mengimplementasikannya di

dunia kerjanya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga Yang

Menderita Hipertensi

Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan

keperawatan pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat)

yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur. Proses ini bertujuan untuk

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien

(Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).

1. Pengkajian

Pengakajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model

Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian

yaitu :

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga

Meliputi : nama lengkap kepala keluarga, umur,

pekerjaan, pendidikan, dan alamat.

2) Komposisi anggota keluarga

Di dalam komposisi keluarga terdapat data anggota

keluarga termasuk kepala keluarga.


3) Genogram

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus

tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan

gambar. Terdapat keteragan gambar dengan simnol

yang berbeda (Friedman, 1998) seperti :

Perempuan :

Laki-laki :

Meninggal dunia :

Tinggal serumah : .................

Pasien yang diidentifikasi :

Kawin :

Cerai :

Anak Kembar :

Anak adopsi :
Aborsi / keguguran :

4) Tipe keluarga

Mengakaji tipe keluarga saat ini berdasarkan tipe

pembagian keluarga tradisional dan non tradisional

5) Suku bangsa

 Asal suku bangsa keluarga

 Bahasa yang dipakai

 Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang

dapat mempengaruhi kesehatan

6) Agama

 Agama yang dianut keluarga

 Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

7) Status sosial ekonomi keluarga

 Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

 Jenis pengeluaran tiap bulan

 Tabungan khusus kesehatan


 Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga

(perabot, transportasi)

8) Aktivitas rekreasi keluarga

b. Riwayat & tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan oleh

usia anak tertua)

Contoh : anak tertua keluarga Tn.A berusia 3 tahun

maka keluarga tersebut masuk dalam tahap

perkembangan anak usia pra sekolah

Dilanjutkan dengan pengkajian fokus sesuai tahap

perkembangan keluarga saat ini

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

ditentukan berdasarkan hasil pengkajian fokus

3) Riwayat kesehatan inti

 Penyakit keturunan

 Riwayat kesehaatan masing-masing anggota

keluarga

 Status imunisasi

 Sumber kesehatan yang biasa digunakan


 Pengalaman menggunakan pelayanan

kesehatan

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak

suami dan isteri

c. Data lingkungan

1) Karakteristik rumah

Data ini menjelaskan luas rumah, tipe, jumlah

ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

penempatan perabot rumah tangga, jenis WC, serta

jarak WC ke sumber air

Data karakteristik rumah disajikan dalam bentuk

denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas

Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik

setempat, kebiasaan, budaya yang mempengaruhi

kesehatan

3) Mobilitas kesehatan keluarga

Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga

berpindah tempat (apakah keluarga sering pindah


rumah, dampak pindah rumah terhadap kondisi

keluarga dan apakah menyebabkan stress)

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat

Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga

berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga dalam

pertemuan dengan masyarakat (perkumpulan /

organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga)

5) Sistem pendukung keluarga

Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan

keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan

kesehatan (termasuk siapa saja yang terlibat apabila

keluarga mengalami masalah)

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga (cara / jenis komunikasi

yang dilakukan keluarga dan cara keluarga

memecahkan masalah)

2) Struktur kekuatan keluarga (respon keluarga bila ada

anggota keluarga yang mengalami masalah dan

power apa yang digunakan keluarga)


3) Struktur peran (formal dan informal) dan peran seluruh

anggota keluarga

4) Nilai dan norma keluarga (nilai dan norma yang dianut

keluarga terkait dengan kesehatan)

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

 Bagaimana cara keluarga mengekspresikan

perasaan kasih sayang

 Perasaan saling memiliki

 Dukungan terhadap keluarga

 Saling menghargai dan kehangatan

2) Fungsi sosialisasi (bagaiamana keluarga

memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar,

interaksi dan hubungan dalam keluarga)

3) Fungsi perawatan keluarga

 Mengenal masalah kesehatan (sejauhmana

keluarga mengetahui fakta kesehatan meliputi

pengertian, tanda gejala, penyebab, serta

persepsi keluarga tentang masalah kesehatan

yang dialami keluarga)


 Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang

tepat

 Merawat anggota keluarga yang sakit

 Memelihara lingkungan yang sehat

 Menggunakan fasilitas kesehatan

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek

serta kekuatan keluarga

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi yang disfungsional (adakah cara

keluarga mengatasi masalah secara maladaptif)

g. Pemeriksaan fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh

anggota keluarga

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut,

kepala, mata mulut THT, leher, thoraks, abdomen,

ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia


4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan

h. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa

a. Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis

untuk dapat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan.

Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil

pengkajian menjadi data subjektif (DS) dan data objektif

(DO).

b. Prioritas Masalah

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan

keluarga, selanjutnya masalah yang ada perlu diprioritaskan

bersama dengan memperhatikan sumber daya dan sumber

dana yang dimiliki keluarga.

Penilaian proiritas (skoring) diagnosa keperawatan (Bailon &

Maglaya, 1978)
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 3 1
Skala :Aktual 2
Risiko 1
Potensial

2 Kemungkinan masalah untuk dipecahkan 2 2


Skala :Mudah 1
Sebagian 0
Tidak Dapat

3 Potensial masalah untuk dicegah 3 1


Skala :Tinggi 2
Cukup 1
Rendah

4 Menonjolnya masalah 2 1
Skala :Masalah berat, harus segera diatasi. 1
Ada masalah tapi tidak perlu diatasi. 0
Masalah tidak dirasakan

3. Rencana keperawatan keluarga

Rencana keperawatan keluarga terdiri dari :

a. Tujuan

Meliputi tujuan jangka panjang / umum dan tujuan jangka

pendek / khusus
Tujuan Umum : mengacu pada problem

Tujuan Khusus : mengacu pada etiologi

b. Kriteria & standar

Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang

hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan yang ditetapkan

c. Intervensi

Rencana tindakan sesuai dengan sumber daya dan sumber

dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada

kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan bisa

diminimalisasi.

4. Implementasi

Perlu melakukan kontrak dengan keluarga (saat mensosialisasikan

diagnosa keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi :

a. Kapan dillaksanakan

b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan

c. Materi / topik yang didiskusikan

d. Siapa yang melaksanakan


e. Anggota keluarga yang perlu mendapatkan infomas (sasaran

langsung implementasi)

5. Evaluasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan

rencana tindakan yang telah dilakukan, apabila belum berhasil perlu

disusun rencana baru yang sesuai.

a. Evaluasi proses (formatif)

Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisisan catatan

perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami klien

dan format yang digunakan adalah SOAP

b. Evaluasi hasil (sumatif)

Merupakan kegiata yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang tela

ditetapkan, format yang digunakan adalah SOAPIER

B. Konsep teori hipertensi pada lansia

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan

diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu

tekanan darah systole > 140mmHg dan diatole . 90 mmHg.


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit

salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan

gagal ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2013).

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan

usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).

a. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila

tekanan darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg

b. Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya

lebih dari 145/95 mmHg.

c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg

2. Macam-macam Hipertensi

Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan :

a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer

Sekitar 95% kasus hipertensi primer atau esensial merupakan

hipertensi yang sampai saat ini masih belum diketahui

penyebabnya secara pasti ( Rudianto, 2013).

b. Hipertensi Sekunder

Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan

vaskuler, kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).


3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi

adalah:

a. Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)

b. Kelelahan

c. Keringat berlebihan

d. Tremor otot

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi

a. Gaya hidup

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam

yang tinggi memicu naiknya tekanan darah (Martuti, 2009).

b. Stress

Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress

atau ketegaan emosional dapat mempengaruhi system

kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress dianggap sebagai faktor

psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani,

2007)

c. Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh

darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung

untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih berat tentu

dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).

5. Pencegahan Hipertensi

Menurut Febry, et al (2013), pencegahan terjadi hipertensi meliputi :

a. Mengurangi konsumsi garam, kebutuhan garam per hari yaitu 5

gr (1 dst).

b. Mencegah kegemukan

c. Membatsi konsumsi lemak

d. Olah raga teratur

e. Makan buah dan sayuran segar

f. Hindari merokok dan tidak minum alcohol

g. Latihan relaksasi/ meditasi

h. Berusaha membina hidup yang positif

6. Pengobatan Hipertensi
Menurut Rudianto (2013) pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis

yaitu :

a. Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:

1) Diet rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh

2) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh

3) Ciptakan keadaan rileks

4) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat

selama 30-45 sebanyak 3-4 kali seminggu.

5) Berhenti merokok dan Alkohol

b. Pengobatan dalam Farmakologi

Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan

obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya:

1) Deuretik

Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat

kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan . contoh:

Hidroklorotiazid

2) Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis ( saraf

yang bekerja pada saat kita beraktivitas).Contoh: Metildopa,

Klonidin dan resepin.

3) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada

penderita yang mengidap gangguan pernapasan eperti asma

bronchial. Pada orang tua terdapat gejala

bronkospame( penyempitan saluran pernapasan), sehingga

pemberian obat harus berhati-hati. Contoh: Metoprolol,

propanplol dan atenolol

4) Antagonis kalsium

Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitis)Contoh: nifedipin, Diltiasem

dan Verapamil

7. Diet hipertensi

Diet hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya hipertensi

tanpa efek samping, karena menggunakan bahan makanan yang lebih

alami dari pada menggunakan obat penurunan tekanan darah

(Sustrani, 2005).

Diet hipertensi menurut Sustrani et al (2005) diantaranya adalah:


a. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih

banyak kalsium, magnesium, dan kalium( bila diperlukan untuk

kasus tertentu.) Puasa garam untuk kasus tertentu dapat

menurunkan tekanan darah secara nyata , mengkonsumsi

garam dalam seharian pagi penderita hipertensi tidak boleh

lebih dari 4 gram / hari bagi hipertensi ringan,jika hipertensi

berat hanya 2 gram / hari (Febry, 2013).

Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu menghilangkan

retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Syarat diet rendah

garam adalah cukup energy. Protein, mineral dan vitamin.

(Almatsier, 2006)

b. Memperbanyakan serat

Mengkonsumsi lebih banyak atau makanan rumahan yang

mengandung banyak serat memperlancar buang air besar dan

menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita

hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap

saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak

pengawet dan kurang serat.

c. Menghentikan kebiasaan buruk


Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi beban

jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok

dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah yang

mengedap kolestrol pada pembuluh darah koroner, sehingga

jantung bekerja lebih keras.

d. Memperbanyakan asupan kalium

Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram kalium

dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga

dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan

darah yang normal. Kalium bekerja mengusir natirum dari

senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Makanan yang

kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis dan brokoli.

e. Memenuhi kebutuhan magnesium

Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan

atau RDA ( Recommended dietary Allowance) adalah sekitar

350 miligram . kekurangan asupan magnesium terjadi dengan

semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi. Sumber

makanan yang kaya mahnesium antara lain kacang tanah,

bayam, kacang polong dan makanan laut. Tetapi berhati-hati

agar jangan mengkonsumsi terlalu banyak suplemen

magnesium karena dapat menyebabkan diare.

f. Melengkapi kebutuhan kalsium


Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ada atau

tidaknya pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah,

tetapi untuk menjaga dari resiko lain< 800 miligram kalsium per

hati (setara dengan 3 gelas susu) sudah lebih dari cukup.

Sumber lain yang kaya kalsium adalah keju rendah lemak dan

ikan, seperti salmon.

g. Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang ber manfaat untuk

tekanan darah.

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan

tekanan darah adalah:

1) Tomat

2) Wortel

3) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan

lain

4) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga

digunakan bawang merah dan bawang bombai

5) Kunyit

6) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah

lainnya.
h. Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

bagi penderita hipertensi:

Table . Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan

Bahan Yang dianjurkan Yang tidak dianjurkan

makanan

Sumber Beras,kentang,singkong,terigu Roti, biskut dan kue-kue

karbohidrat , makanan yang diolah bahan yang dimasak dengan

makanan tersebut diatas tanpa garam dapur/ baking

garam dapur dan soda seperti: pouder dan soda

makaroni, mie, bihun.

Sumber Daging dan ikan maksimal 100 Otak,ginjal,lidah,sardine,

protein gram sehari, telur maksimal 1 daging, ikan ,susu,dan

hewani butir/ hari telur yang diawet

dengan garam dapur

seperti daging asap,

bacon,dendeng,abon,

keju,ikan asin, ikan

kaleng, koenet, udang

kering,telur asin, dan


telur pindang.

Sumber Semua kacang-kacangan dan Keju, kacang tanah dan

protein nabati hasilnya yang diolah dan semua kacang-kacang

dimasak tanpa garam dapur an yang hasilnya di

masak dengan garam

dapur dan ikatan

natrium

Sayuran Semua sayuran segar, Sayuran yang dimasak

sayuran yang diawet tanpa dan diawet dengan

garam dapur dan natrium garam dapur seperti

benzoat sayuran dalam

kaleng,sawi asin, asinan

dan acar

Buah-buahan Semua buah-buahan segar, Buah-buahan yang

buah yang diawet tanpa garam diawet dengan garam

dapur dan natrium banzoat dapur dan lain ikatan

natrium seperti buah

dalam kaleng

Lemak Minyak goreng, margain, dan Margain dan mentaga

mentaga tanpa garam biasa


Minuman Teh Minuman ringan, kopi

Sumber : Penuntun diit (Almatsier, 2004).

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau

macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta

berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut

(Setiadi, 2013).

Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif yaitu

suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

dimasa kini (Nursalam, 2011). Sedangkan jenis desain pada penelitian ini

adalah penelitian studi kasus. Studi kasus adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan

melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat

berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah,

sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus

tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan


dengan keadaan kasusu itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi,

kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus,

maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau

pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam

(Notoatmodjo, 2010)

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikunto, 2006). Subjek pada studi kasus ini adalah pasien hipertensi

dengan pengaturan pola makan. Pada studi kasus ini, subjek penelitian

yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Anggota keluarga yang menderita hipertensi

2. Keluarga yang bersedia menjadi responden

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam,

2011). Fokus studi kasus ini adalah untuk mengetahui pola makan

sebelum dan sesudah makan upaya mencegah peningkatan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

D. Defenisi Operasional Studi Kasus


Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional

sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna

penelitian (Setiadi, 2013).

E. Metode Pengumpulan Studi Kasus

1. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak pewawancara

dan narasumber untuk memperoleh data tentang suatu hal.

Wawancara bebeas terpimpin merupakan kombinasi dari

wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin. Meskipun

terdapat unsur kebebasan tetapi ada pengaruh pembicaraan secara

tegas dan jelas. Jadi, wawancara ini mempunyai ciri yang

fleksibelitas dan arah yang jelas (Notoatmodjo, 2010).

Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan

metode wawancara bebas terpimpin. Penggunaan metode ini

bertujuan agar subjek penelitian mampu memberikan pendapat-

pendapat serta pengalaman-pengalaman responden secara

keseluruhan. Wawancara bebas terpimpin digunakan untuk

memperoleh data yang diambil dari subjek dengan berpedoman

pada lembar wawancara untuk memperdalam data secara rinci

mengenai upaya yang dilakukan dalam mengatur pola sebelum dan

sesudah makan pada pasien hipertensi.


2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang diteliti

(Hidayat, 2008). Penelitian ini juga menggunakan observasi

menggunakan daftar check list dalam penggalian data dan tata cara

melakukan pengaturan pola makan yang benar untuk mencegah

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi secara teratur

yaitu dengan jadwal makan teratur.

F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian di

rencakan dilakukan di wilayah kerja puskesmas masohi kabupaten

maluku tengah

2. Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Penelitian akan

dilakukan pada bulan februari 2020.

G. Analisa Data Dan Penyajian Data

Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian

dilakukan melalui berbagai bentuk (Noroatmodjo, 2010). Dari data yang


sudah terkumpul dan telah diolah akan disajikan dan dibahas dalam

bentuk tekstural atau verbal. Penyajian cara tekstural merupakan

penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat. Penelitian ini

akan dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mengetahui hasil penelitian

(Noroatmodjo, 2010). Penyajian dalam bentuk grafik merupakan

penyajian data secara visual (Noroatmodjo 2010).

Hasil dari penelitian ini studi kasus ini akan disusun dalam bentuk

narasi secara mendalam dan terperinci serta hasil dari gambaran pola

makan yang teratur pada pasien hipertensi dengan menggunakan jadwal

makan teratur.

H. Etika Studi Kasus

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan pada prinsip etika yang meliputi :

1. Prinsip Manfaat (Nursalam, 2011)

a. Bebas Dari Penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan

tindakan khusus (Nursalam, 2011).

b. Bebas Dan Eksploitasi


Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus

diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun (Nursalam, 2011).

c. Risiko (Benefits Ratio).

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan (Nursalam, 2011).

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun

atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka

seorang pasien (Nursalam, 2011).

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan.
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

kepada subjek (Nursalam, 2011).

c. Informent Consent

Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan

lembar persetujuan. Tujuan Informent Consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informent consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi,

manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dan

lain-lain (Hidayat, 2008). Informent Consent Merupakan

lembar persetujuan studi kasus yang diberikan kepada

responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan

studi kasus.

3. Prinsip Keadilan (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa


adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia

atau dikeluarkan dari penelitian (Nursalam, 2011).

b. Hak dijaga Kerahasiaanya

Masalah etika keperawatan tanpa nama (Anonimity)

merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara memberikan atau

mencamtumkan nama respondem pada lembar jadwal dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat 2008).

Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi

oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama secara

lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial saja.

Masalah etika keperawatan kerahasiaan (Confidentiality)

merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi ataupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh penulis, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2008). Penulis menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh

penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, A. (2012) Pola kebiasaan makan orang lansia pada penderita

penyakit hipertensi sukubangsa Minangkabau di Jakarta. Jurnal

Humanus. Vol.XI No.2, 137 – 138.

Andria, K.M. (2013) Hubungan antara olahraga, stress dan pola makan

dengan tingkat hipertensi pad lanjut usia di posyandu lansia Kelurahan

Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes, Vol.

1, No.2, 111 – 117.

Wijaya, S.A. & Sugiyanto. (2011) Hubungan pola makan dengan tingkat

kejadian hipertensi pada lansia di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu

Galur Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Utomo, P.T. (2013) Hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan

upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di Desa

Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Tidak

dipublikasikan.

Friedman, M.M. (2010) Buku Ajar Keperawatan keluarga Riset, Teori Dan

Praktek. Jakarta : EGC.

Setiadi. (2013) Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nursalam, (2011) konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai