Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan


janin. Tali pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Disebut sebagai saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali
pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump) akan mengering
dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada
yang lepas setelah 4 minggu (Layla, 2007 dalam Erna Suryani, 2011).
Kebudayaan di masyarakat yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam
merawat tali pusat menyebabkan ibu masih takut atau ragu-ragu merawat tali
pusat bayi mereka sehingga ibu masih berperilaku salah dalam merawat tali
pusat bayi dengan menaburi tali pusat menggunakan kunyit atau daun-daunan
sehingga memungkinkan berkembangnya spora Clustridium yang dapat
menyebabkan infeksi pada neonatus (Ngastiyah, 2005).

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, kemudian tali
pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari
infeksi tali pusat (Hidayat, 2005). Dampak dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami tetanus neonatorum dan dapat
mengakibatkan kematian. Sehingga dalam hal ini pengetahuan yang baik
tentang perawatan tali pusat sangatlah menentukkan perilaku ibu yang 2
mempunyai bayi baru lahir dalam perawatan tali pusat (Stoppard, 1999 dalam
Erna Suryani, 2011).

Umumnya di Negara berkembang, 25% kematian bayi dan 50%


kematian neonatal disebabkan oleh infeksi pada tali pusat, sepsis sampai
dengan tetanus (Kandun, 2002). Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia
terdapat kematian bayi sebesar 56 per 10.000 menjadi sekitar 280.000 terjadi
setiap 18-20 menit sekali. Penyebab kematian tersebut antara lain karena
asfiksia neonatorum 40-60%, infeksi 24-34%. Infeksi tersebut disebabkan
karena perawatan tali pusat yang kurang hygienis (Manuaba, 2008). Hasil
laporan dari petugas Survailans Depkes RI pada tahun 1992-1996 ditemukan
bahwa kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 1993-1996 terjadi peningkatan
dengan kisaran 10,8-55%. Bila dilihat penyebarannya menurut provinsi kasus
tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 246 kasus, menyusul Jawa
Tengah dengan 94 kasus, Jawa Timur sebesar 88 kasus, Ponorogo kematian
bayi di tahun 2009 sebanyak 116 anak, tahun 2010 sebanyak 168 anak, dan
tahun 2011 sebanyak 178 anak (Dinkes Ponorogo, 2012). Selain data diatas
hampir semua ibu primipara di Desa Pulung tidak berani merawat sisa tali
pusat yang masih menempel di perut bayinya dengan sendiri. Mereka
biasanya memanggil dukun bayi untuk memandikan sekaligus merawat sisa
tali pusat tersebut dengan cara membungkus puntung tali pusat dengan kassa
tidak steril atau dengan sobekan kain. Padahal jika sudah diberi penyuluhan
ibu-ibu primipara itu bisa merawat puntung tali pusat dengan sendiri.

Sebagian di masyarakat infeksi utama adalah tetanus neonatorum


yang terjadi karena perawatan atau tindakan perawatan tali pusat yang kurang
3 hygienis atau kurang bersih. Perawatan tali pusat yang kurang tepat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan ibu
primipara dalam perawatan tali pusat karena tidak adanya atau kurangnya
pengalaman ibu primipara dalam perawatan tali pusat. Tidak sedikit ibu
primipara menggunakan metode jaman dahulu atas saran keluarga dalam
perawatan tali pusat, misalnya pemakaian obat-obatan tradisional (bubuk atau
daun-daunan dan sebagainya) dalam perawatan tali pusat, padahal hal tersebut
dapat menyebabkan masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui
tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Jumiarni dkk, 1994).

Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut


menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat
(Iis Sinsin, 2008). Cara perawatan tali pusat yang benar adalah membersihkan
puntung tali pusat dengan sabun dan air bersih. Puntung atau sisa tali pusat
yang masih menempel diperut bayi sebaiknya tidak boleh ditutup
menggunakan apapun misalnya popok, kasa dll karena dapat membuat
puntung tali pusat menjadi lembab dan bisa mempermudah masuknya kuman
sehingga menyebabkan infeksi tali pusat (Wibowo. Tunjung, 2011). Dampak
tidak dilakukannya perawatan tali pusat dengan benar dapat menyebabkan
tetanus neonatorum dan kematian (JNPKKR POGI dan YBPSP, 2007). Untuk
peningkatan pengetahuan ibu primipara dalam perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir, tenaga kesehatan perlu memberikan informasi pada ibu masa nifas
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan agar merawat tali pusat bayi
lebih telaten dan baik lagi sehingga angka kejadian infeksi menurun (Elfi
Herlina, 4 2010). Untuk menghindari kejadian tetanus neonatorium adalah
dengan mengetahui perawatan tali pusat dengan benar. Pada umumnya
perawatan tali pusat sama dengan perawatan operasi yang lain. Tujuan
perawatan adalah mencegah dan mengidentifikasi pendarahan atau infeksi
secara dini. Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan ibu
tentang perawatan tali pusat yang tepat yaitu dengan cara membersihkan tali
pusat dan kulit disekitar dasar tali pusat dengan air biasa saat mandi dan setiap
hari melakukan pemeriksaan untuk menentukan tanda-tanda infeksi (Bobak,
2004). Untuk mencegah terjadinya infeksi, tali pusat dirawat dan dijaga
kebersihannya dengan menggunakan air biasa dan sabun setelah itu segera
keringkan dengan menggunakan kain bersih. Puntung tali pusat atau perut
bayi tidak boleh dibungkus karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab
(Wibowo Tunjung, 2011). Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengetahuan Ibu Primipara
Tentang Perawatan Tali Pusat.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa pengertian tali pusat ?


B. Bagaimana fisiologi lepasnya tali pusat ?
C. Bagaimana perawatan tali pusat ?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian tali pusat


B. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi tali pusat
C. Untuk mengetahui bagaimana perawatan tali pusat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan suatu tali yang
menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab semasa dalam Rahim, tali
inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di
dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya,
karena sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Oleh karena itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit atau diikat
(Vivian, 2010).

2.2. Fisiologi lepasnya tali pusat

Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu terhenti. Tali pusat
yang masih menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas.
Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh jelly Wharton atau
aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat
koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor (Mitayani, 2010).

Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab utama terjadinya
infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat
kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari
lngkungan sekitar.

Penyakit tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basil
clostridium tetani yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel
darah merah, merusak leukosit dan merupakan “Tetanospasmin” yang bersifat
neurotropik yang dapat ,menyebabkan ketegangan dan spasme otot (Jitowijoyo dan
Kristiyanasari, 2010).

2.3. Perawatan tali pusat

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,


penyelenggaraan. Hal ini yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat
adalah memastikan tali pusat dan area disekelilingnya selalu bersih dan kering, selalu
mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap saja dengan kain yang direndam air
hangat. (Endang, 2010).

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit


tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman
tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak streril, pemakaian
obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi (Wiknjosastro, 2006).

Menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk mencegah


terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap bersih,
kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.
Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat karena perawatan
atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2002).

2.4. Cara perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonates terutama pada
dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih dan kering
sampai akhirnya terlepas (Shelov, 2004)

Cara perawatan tali pusat menurut JKPK-KR (2008) adalah :


a. jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau
b. mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat
c. mengoleskan alcohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali
pusat tidka terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan basah atau lembab
d. lipat popok dibawah putung tali pusat
e. jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril
dan sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
f. Segera mencari bantuan jika tali pusat menjadi merah,
bernanah/berdarah, atau berbau.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat tali pusat


Pada dasarnya merawat tali pusat adalah tindakan sederhana.
Walaupun sederhana, harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti
selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun,
menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap keirng serta tali pusat tidak
lembab, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar darah tali pusat.
Karena bila hal-hal tersebut tidak diperhatikan dapat mengakibatkan
infeksi, dan bila terjadi infeksi masalahnya tidak menjadi sederhana
lagi (Sodikin, 2009).
Metode yang sekarang digunakan untuk membersihkan tali
pusat adalah dengan air matang atau air bersih tanpa diberi obat-
obatan seperti betadin atau alcohol (JNPK-KR, 2008). Selama tali
pusatnya belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dnegan air hangat.
Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yag
harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini harus sedikit mengangkat (bukan menarik
tali pusat). Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan
dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu tali pusat dikeringkan
(Sinsin, 2008).
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali
pusat juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup
tutuplah dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kassa
steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan
leluasa. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar dapat
mengeringkan dan lepas (Ellen, 2008).
Sebaiknya tali pusat tidak perlu diberi apa-apa, seperti obat
luka. Akan tetapi jika tidak yakin, bias ditutupi dengan kain kassa
steril. Namun jangan lupa untuk menggantinya setiap kali usai mandi,
si kecil berkeringat, terkena kotoran, dan basah. Hindari hal-hal yang
aneh dan berbau mistis seperti menaruh koin di atas tali pusat bayi,
diberi kopi, minyak, daun-daunan, kunyit (Ellen, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya lepasnya tali pusat


Lepasnya tali pusat menurut (Wawan 2010) dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah
a. cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat
yang dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan kassa steril
cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali pusat yang
dibersihkan dengan alcohol

b.kelemahan tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
c. selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi

d. kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonates, Spora C. tetani yang


masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan.

e. timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan


yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali
pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong
tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan
sebagainya.

2.5 Cara perawatan tali pusat

Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010)

Peralatan yang dibutuhksn :

1. 2 air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk membilas
2. Washlap kering dan basah
3. Sabun bayi
4. Kassa steril
5. 1 set pakaian bayi

Prosedur perawatan tali pusat :

1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu : celana, baju, bedong
yang sudah digelar.
4. Buka bedong bayi
5. Lepas bungkus tali pusat
6. Bersihkan / ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai
kaki/atas ke bawah
7. Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih
8. Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a. Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus
9. pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di
pinggir, keuntungan : tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung
mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu.
10. bereskan alat
11. cuci tangan.

Menurut Hidayat (2009), prosedur dalam perawatan tali pusat yaitu :

1. Cuci tangan
2. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kassa
steril
3. Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi
dengan kain bersih secara longgar
4. Lipat popok dibawah sisa tali pusat
5. Jika tali pusat terkena kotoran feses, cuci dengan sabun dan air bersih,
kemudian keringkan
6. Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Makalah perawatan tali pusat. Id.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai