Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran
kehidupan bagi janin selama di dalam kandungan, sebab selama dalam rahim, tali pusat
ini lah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di
dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya,
karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah
tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit, atau diikat (Wibowo, 2008).

Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan fetal plasenta. Warnanya dari
luar putih dan merupakan tali yang berpilin. Panjangnya ± 55 cm (30 – 100 cm) dan diameter
1 – 1,5 cm. Pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri
sehingga pembuluh berkelok-kelok. Kadang-kadang menimbulkan tonjolan pada permukaan
tali pusat dan diberi nama simpul palsu.

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril,
bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat,2007)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemotongan tali pusat ?

Bagaimana cara merawat tali pusat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui cara pemotongan tali pusat yang benar

Untuk mengetahui bagai mana cara perawatan tali pusat

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pemotongan Tali Pusat

Management aktif persalinan kala tiga terdiri dari intervensi yang direncanakan untuk
mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah
perdarahan pasca persalinan (PPP) dengan menghindari atonia uteri. Menurut Prendiville
(2000) komponen dari management aktif persalinan kala tiga adalah:

a. Memberi obat uterotonika (untuk mencegha kontraksi rahim) dalam waktu dua menit
setelah kelahiran bayi.

b. Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah lahir.

c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan


tekanan terhadap rahim melalui perut.

Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi lahir akan
dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir
harus dikeringkan dan membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat
harus menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari
umbilicus bayi. Setelah jepitan pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah ibu
dengan memasang klem kedua dengan jarak 2cm dari klem pertama. Dengan menggunakan
tangan kiri di antara sela jari tengah tali pusat dipotong diantara kedua klem (Depkes RI,
2008, p. 126). Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak
dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan pengobatan secara dini
infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi umumnya
merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika pembengkakan terbatas
pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali pusat lokal atau
terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen,
obati sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007, p.165).

2.2 Cara Pemotongan

a. Cuci tangan terlebih dahulu atau celup tangan dalam larutan klorin.

Kemudian gunakan handscoon steril.

b. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.

c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.

Kemudian melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem

kedua 2 cm dari klem pertama.

2
d. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, kemudian tangan yang lain memotong tali pusat
diantara 2 klem tersebut dengan gunting tali pusat. (JNPK-KR, 2008 : 130).

2.3 Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali pusat yang menyebabkan
pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril,
bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat

2.4 Teknik dan Cara Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir

Menurut Riksani (2012), ada beberapa cara dalam merawat tali pusat :

 Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh tali pusat.


 Saat memandikan bayi, usahakan agar anda tidak menarik tali pusat.
 Bungkus longgar tali pusat menggunakan kassa steril atau tali pusat dapat dibiarkan
terbuka (tanpa dibungkus kassa) dan tanpa dibubuhi apa pun (obat antiseptik atau
alkohol), serta bahan-bahan lain di atas tali pusat.
 Tali pusat sebaiknya tidak tertutup dengan rapat karena akan membuatnya menjadi
lembab yang bias meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri.
 Tali pusat akan lepas sendirinya, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk mermegang
atau menarik-narik tali pusat.

2.5 Tujuan Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru
lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi
infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat,
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Sudarti, 2010)

Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan mempercepat
permasalahan tali pusat dari perut. Dalam upaya mencegah infeksi dan mempercepat
pemisahan, ada berbagai substansi dan ritual yang telah digunakan untuk perawatan tali
pusat, hanya beberapa diantaranya yang sudah diteliti. Substansi seperti pewarna tripel,
alkohol, dan larutan klorheksidin dahulu dianggap dapat mencegah infeksi tetapi
efektivitasnya belum terbukti. Tali pusat puput sehari lebih cepat pada kelompok, dimana tali
pusat dibiarkan mengering secara alami (Riksani, 2012).

2.6 Dampak Dari Tali Pusat Yang Tidak Dirawat Dengan Baik Dan Benar

3
Timbulnya infeksi pada tali pusat, hal ini disebabkan karena tindakan atau
perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat
dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah,
minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya (Wawan, 2009).

Tali pusat yang tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan resiko infeksi, dengan tanda-
tanda seperti: pangkal tali pusat, dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang
berbau, ada darah yang keluar terus-menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas
(Irawan, 2011).

Apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi
infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus Neunatorum. Penyakit ini adalah salah satu
penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian
bayi, sebab masih banyak masyrakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat
yang baik dan benar.

Resiko infeksi yang sangat dikhawatirkan adalah infeksi oleh clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril,
atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak dedaunan, kopi, dan sebagainya
(Ellen, 2009).

Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling berisiko mengakibatkan kematian akibat
neurotoksin yang dihasilkan clostridium tetani. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke
orang tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam, misalnya luka pada tali
pusat bayi baru lahir. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang disertai kaku pada
leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala
berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia,
dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian. (Arin, 2009)

4
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemotongan tali pusat dilakukan segera saat bayi lahir,segera bayi lahir harus dikeringkan
dan membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat harus
menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari
umbilicus bayi. tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka
dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Dalam melakukan semua tindakan gunakan tehnik pencegahan infeksi, untuk menghindari
infeksi pada bayi baru lahir yang berkelanjutan.

3.2 Saran

Dalam pemotongan tali pusat diharapkan bidan lebih waspada dan dapat memahami fisiologi
lepasnya tali pusat serta dapat melakukan pemotongan tali pusat dengan tehnik pencegahan
infeksi untuk mencegah resiko terjadinya infeksi pada BBL.

Pada perawatan tali pusat sebaiknya mengikuti perkembangan pengetahuan dan menunggu
tali pusat lepas dengan sendirinya jangan ditarik atau diberikan antiseptik yang membuat tali
pusat tidak segera kering dan mengakibatkan munculnya infeksi.

Anda mungkin juga menyukai