Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN TALI PUSAT


DI RUANG POLIKLINIK RS SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Bahtari Aprilia Milanda : P2003006


2. Efriyani : P2003010
3. Gabriella Krisanta Palayukan : P2003013
4. Helviani Sambo Karaeng : P2003014
5. Insan Kristiyaningsih : P2003016

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL )


Sub Pokok bahasan : Perawatan Tali Pusat
Sasaran : Keluarga bayi
Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruang Poliklinik RS Samarinda Medika Citra

A. Latar Belakang
Kesehatan dan kelangsungan hidup bayi hendaknya mendapat perhatian
karena angka kematian bayi baru lahir merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui derajat kesehatan masyarakat suatu negara (Sarimawar, 2017).
Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara 24%
hingga 34%, dan hal ini merupakan penyebab kematian yang kedua setelah
Asfiksia neonatorum yang berkisar antara 49% hingga 60% (Manuaba, 2018).
Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah tetanus neonatorum yang
ditularkan melalui tali pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama,
infeksi juga dapat terjadi melalui pemakaian obat, bubuk, talk atau daun-
daunan yang digunakan masyarakat dalam merawat tali pusat (Mochtar,
2016).
Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya
dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar,
yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang
cara terbaik untuk merawat tali pusat (Permanasari, DK. 2017). Perawatan tali
pusat untuk bayi baru lahir yaitu dengan tidak membungkus puntung tali pusat
atau perut bayi dan tidak mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung
tali pusat (JNPK-KR, 2018). Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat
dan daerah sekitarnya selalu bersih dan kering.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan
dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di
rumah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mampu :
a. Mengetahui tentang pentingnya perawatan tali pusat.
b. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
c. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan
tali pusat.

C. Media
Lembar Balik

D. Metode
Ceramah

E. Peserta
Keluarga pasien

F. Jadwal Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon
1 Orientasi  Mengucapkan salam pembuka  Menjawab salam
5 menit  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan
2 Kerja  Memberikan pengetahuan  Mendengarkan
10 menit tentang pentingnya perawatan  Memperhatikan
tali pusat  Berdiskusi dengan
 Memperagakan dan melatih mahasiswa
teknik perawatan tali pusat (penyuluh)
yang benar
 Mendorong pasien untuk
melakukan teknik perawatan
tali pusat secara mandiri.
3 Terminasi  Menggali pengalaman peserta  Menceritakan
5 menit setelah dilakukan tindakan. pengalaman
 Memberikan masukan  Memperhatikan
 Menyimpulkan hasil  Memberi
penyuluhan tanggapan
 Salam Penutup  Menjawab salam
penutup
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pengertian Tali Pusat


Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, di katakan saluran kehidupan karena saluran ini
menyerupai zat-zat gizi dan oksigen janin dan semua kebutuhan untuk hidup
janin di penuhi.

B. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar terhindar dari terjadinya infeksi
dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membersihkan daerah sekitar
tali pusat agar selalu bersih dan kering dan selalu mencuci tangan dengan air
bersih serta menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat.

C. Penyebab Terjadinya Infeksi Pada Tali Pusat


Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh
Clostridium tetani. Clostridium tetani mengeluarkan toksintetanospasminyaitu
toksin yang bersifat neurotropik yang dapatmenghancurkan sel darah merah,
merusak lekosit, dan dapat menyebabkan kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran.

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Infeksi Tali Pusat Pada


Bayi Baru Lahir
1. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan terdapat hampir pada semua
bayi di masa awal kehidupannya, baik saat lahir maupun selama
perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit,
saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk mencegah
terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga
kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat
memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi
langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali
pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
2. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang dapat mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat serta tidak higienis. Bayi kulit hitam
lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
3. Faktor Neonatatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
Prematurius merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan
neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
b. Defisiensi imun
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak
melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat,
dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada
bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula
hanya didominasi oleh E.colli.
d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus yaitu:
1) Pada masa intranatal atau saat persalinan Infeksi saat persalinan
terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai
korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi.
2) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap
lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani
bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga
dapat terjadi melalui luka umbilikus.
e. Proses persalinan
Pada proses persalinan lakukan pengikatan putung tali pusat atau jepit
dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia). Persalinan yang tidak
sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat
memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak
diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas
dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
f. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-
ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang
mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti
inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan
diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya
tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat
menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari
setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal
dunia.

E. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila timbul bau
menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk
nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat
mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila
infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius
pada bayi. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak,
Keluar cairan yang berbau dan bernanah, ada darah yang keluar terus menerus,
kejang,bayi mengalami demam.

F. Hal Yang Perlu Diperhatikan


Dalam Perawatan Tali Pusat :
1. Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
2. Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih
3. Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
4. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
5. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.
6. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.

G. Pencegahan dan Penanganan


1. Pencegahan
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan penyuluhan pada ibu
hamil trimester III Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi
tali pusat, klem dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus
kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim
klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu
dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau
penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik . Dalam keadaan normal, tali
pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari.
Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih lama.
Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat
tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi
dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan dengan handuk lembut.
Tidak peru di olesi dengan alkohol 70% atau betadine, karena yodium
yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka
hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali
pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media
yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus.
2. Penanganan
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit
diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai
pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat
granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%. g.

H. Langkah-Langkah Perawatan Tali Pusat


1. Ketika mengganti popok atau diaper, pastikan memasangnya di bagian
bawah perut bayi (di bawah tali pusat), ini untuk menjaga agar tali pusat
tidak terkena air kencing atau kotoran bayi.
2. Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali
pusat, sampai tali pusat puput.
3. Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak
sudah terlepas.
4. Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air
hangat sampai tali pusat puput.
5. Adanya sedikit pendarahan adalah normal sebelum dan sesudah tali pusat
puput. Gunakan kasa steril, lalu bersikan bagian sekeliling pangkal tali
pusat dengan menggunakan kasa steril.
6. Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali
pusat dengan kasa steril.
7. Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal
tali pusat bayi.
8. Ketika tali pusat sudah putus, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa
hari. Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan
kering secara alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan
popok atau diaper dibawah perut untuk memberi tempat bagi pusat yang
belum sembuh.
DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, Nor dkk. 2017. Perawatan Tali Pusat Terbuka Sebagai Upaya
Mempercepat Pelepasan Tali Pusat. Jurnal Kebidanan. Stikes
Muhammadiyah Kudus.

Reni, Dian Puspita dkk. 2018. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan
Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Universitas Sebelas Maret.

Simanungkalit, Happy Marthalena. 2019. Perawatan Tali Pusat Dengan Topical


ASI Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat. Jurnal Kebidanan. Universitas
Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai