Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Peranan infeksi neonatal masih cukup besar dalam kematian perinatal.

Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab


kematian neonatal pada bulan pertama adalah infeksi (termasuk tetanus, sepsis,
pnemonia, diare) sebesar 57,1%, prematur dan berat badan lahir rendah (35%),
kemudian asfiksia lahir (33,6%), dan feeding problem sebesar 14,3% . Sebagian
besar kematian neonatal akibat infeksi disebabkan oleh infeksi pada tali pusat.
Bayi dengan tetanus neonaturum biasanya juga menderita infeksi tali pusat,
dimana penyebab utamanya adalah persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak
bersih (WHO,1999).1,2
Indonesia termasuk salah satu dari 12 negara dengan estimasi kasus
neonatal tetanus yang tinggi. Proporsi kematian karena tetanus neonatorum hasil
survei menunjukkan tertinggi diantara penyakit infeksi, yaitu 9,5%. Casefatality
rate tetanus sangat tinggi. Pengobatannya sulit, namun pencegahan (imunisasi TT
ibu hamil) merupakan kunci untuk menurunkan kematian ini, selain persalinan
bersih dan perawatan tali pusat yang tepat (WHO, 1999).1
Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru
lahir. Sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak dirawat dengan menggunakan
anti septik akan terinfeksi oleh kuman staphylococcus aureus pada 72 jam
pertama setelah kelahiran. Kuman ini dapat menyebabkan pustula, konjungtivitis,
pyoderma dan omfalitis atau infeksi pusat. Tanpa pengobatan, dapat terjadi
kematian dalam beberapa hari.2
Omfalitis diartikan sebagai eritema (merah, bengkak, dan atau panas) pada
kulit perut disekitar umbilikus dengan jarak lebih dari 5 mm dari umbilikus.
Keadaan ini sangat umum ditemukan di negara berkembang, Sekitar tiga perempat
kasus disebabkan oleh polymicrobial. Pemantauan tentang penyebab omfalitis ini
sangat penting karena isu perawatan tali pusat saat ini adalah perawatan kering
tanpa penggunaan anti septik secara rutin. Perawatan Terbaru ini telah diterima
dan didukung oleh American Academicof Pediatric (AAP) karena waktu pelepasan
1

tali pusat yang lebih cepat. Hubungan antara angka kolonisasi kuman dengan
angka kejadian omfalitis masih dalam perdebatan karena dalam populasi tertentu,
penggunaan anti septik pada perawatan tali pusat justru mengurangi kejadian
infeksi tali pusat.2,3
1.2.

Tujuan
a. Umum:
Mengetahui berbagai macam bentuk infeksi pada umbilikus.
b. Khusus:

1.3.

Mengetahui faktor penyebab infeksi umbilikus.

Mengetahui gejala dari infeksi umbilikus

Mengetahui cara penanganan dan pencegahan infeksi umbilikus.

Manfaat
-

Bagi penulis
Memberikan

tambahan

wawasan

bagi

penulis

dalam

bidang

kedokteran. Dikarenakan dengan pembuatan karya tulis ilmiah penulis


akan mampu mengembangkan wawasan, bersikap kritis dan ilmiah
berkaitan dengan teori yang didapatkan. Dan membentuk pola pikir
penulis menjadi terarah dan sistematik. Menambah pengetahuan
bagaimana cara membuat karya tulis ilmiah yang baik dan benar.
-

Bagi mahasiswa dan petugas medis


Pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan pengetahuan
tentang cara penanganan tali pusat agar tali pusat tidak mengalami
infeksi dan penyebab terjadinya infeksi tali pusat.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Umbilikus
2.1.1. Anatomi Umbilikus
Tali pusat (umbilikus) berisi 2 arteri umbilikus, vena, alantois rudimenter
sisa duktus omfalomesenterika, dan bahan gelatin yang disebut jeli wharton.
Selaput tali pusat berasal dari amnion. Arterinya mempunyai kapasitas kontraksi
yang kuat; sedangkan kontraksi venanya kurang kuat. Vena mempunyai lumen
yang cukup besar sesudah lahir. Tali pusat pendek yang abnormal berkaitan
dengan hipotonia janin; tali pusat panjang mempunyai risiko untuk mengikat
dengan kuat dan melilit sekeliling bagian-bagian janin (kuduk, lengan); dan tali
pusat yang lurus tidak terpelintir berkaitan dengan kegawatan janin, anomali, dan
kematian janin intrauteri.4
Bila tali pusat lepas, bagian-bagian dari struktur-struktur ini tetap pada
dasarnya. Pembuluh darah secara fungsional tertutup tetapi secara anatomi
terbuka selama 10-20 hari. Arteri-arteri menjadi ligamentum umbilikus lateralis;
vena menjadi ligamentum teres; dan duktus venosus menjadi ligamentum
venosus. Selama interval ini pembuluh darah umbilikus berpotensi menjadi
tempat, masuk infeksi.4
2.2. Infeksi Umbilikus
2.2.1. Pengertian Infeksi Umbilikus
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Bayi yang baru lahir
kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai
tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilikus). Sisa tali pusat
biasanya lepas dalam 2 minggu. Penundaan pelepasan tali pusat yang lebih lama
dari 1 bulan dan tidak sterilnya proses pemotongan tali pusat, dihubungkan
dengan cacat kemotaktik netrofil dan infeksi bakteri yang berat seperti infeksi
staphylococcus aereus dan tetanus, pada ujung tali pusat akan mengeluarkan
nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema,
3

clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.3
Infeksi/radang pada umbilikus, yang mungkin disebabkan oleh suatu
bakteri gram piogenik, serius terutama karena adanya bahaya penyebaran
hematogen atau perluasan ke hati atau peritoneum. Flebitis vena porta dapat
terjadi, yang nantinya mengakibatkan hipertensi porta ekstrahepatik. Manifestasi
umum penyakit mungkin minimal (eritema periumbilikus), walaupun telah terjadi
septikemia atau hepatitis. Mandi atau pemakaian triplke dye setiap hari pada
pangkal tali pusat dan kulit sekitarnya dapat mengurangi insidens infeksi
umbilikus.3

Gambar 2.1. Pemotongan tali pusat dan infeksi tali pusat


2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Infeksi Tali Pusat
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi
baru lahir adalah sebagai berikut :1
1. Faktor kuman
Penundaan pelepasan tali pusat yang lebih lama dari 1 bulan dan tidak
sterilnya proses pemotongan tali pusat menyebabkan tali pusat terinfeksi
oleh:1
a) Staphylococcus aereus, ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran
4

pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan


terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga
kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada
saat memandikan pada minggu pertama sebaiknya jangan merendam
bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan
basahnya tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang
terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang
kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan
pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan
tali pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya
infeksi.1
b) Tetanus Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani (C.tetani) yang
hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh, manusia tersebar
luas di tanah dan mengeluarkan toksik bila dalam keadaan baik. Toksin
ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan
merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot.2
Penyakit tetanus pada neonatus disebabkan oleh spora C. Tetani
yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan
yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali
pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat
dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya. 2
Infeksi terjadi melalui luka irisan pada umbilikus pada waktu
persalinan akibat masuknya spora yang berasal dari alat-alat persalinan
yang kurang bersih. Masa inkubasi 2-10 hari dan angka kematian
akibat tetanus pada neonatus ini amat tinggi.5
Perjalanan penyakitnya seperti pada tetanus anak, tetapi lebih cepat
dan berat. Anamnesis sangat spesifik yaitu bayi tiba-tiba panas dan
tidak mau atau tidak dapat menetek lagi (trismus), sebelumnya bayi
5

menetek biasa. Gejala yang jelas ialah mulut mencucu seperti mulut
ikan (karpermond), mudah sekali dan sering kejang disertai sianosis,
suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus. Perjalanan penyakit
biasanya berat dan tidak dibagi dalam 3 stadium seperti tetanus anak.2
2. Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis.
Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan
persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat
menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.1
3. Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku pada sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang di percaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan
tali pusat bayi harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya
tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit
tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat
hanya

beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa

mengakibatkan meninggal dunia.1


4. Faktor hiegienitas
Macam-macam faktor hieginitas yang menyebabkan infeksi umbilikus
meliputi potongan, pengikatan, pemberian obatan topikal, dan permukaan
sekitar tali pusat; cara memandikan bayi, mencuci tangan sebelum memegang
tali pusat, kontak kulit ibu dengan kulit bayi, dan perawatan suhu pada bayi.1

Tabel 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi umbilikus 1,2,5


Faktor biologi

Faktor lingkungan

Faktor perilaku

Faktor

pelayanan

kesehatan
- Bayi baru lahir - Lingkungan dengan
- Infeksi bakteri:
sanitasi yang kurang
staphylococcu
baik
s aureus dan
- Air yang digunakan
clostridium
tetani
- Tidak
imunisasi TT
pada ibu hamil

untuk memandikan

Kurang
pengetahuan dalam

informasi

merawat potongan

petugas kesehatan

tali pusat
Tidak bersih dalam

tentang

bayi dan

merawat potongan

membersihkan tali

tali pusat
Peracaya pada

pusat yang tidak

tradisis yang dianut

bersih

- Kurangnya

oleh masyarakat
setempat seperti

perwatan
pusat
- Sarana

cara
tali
yang

digunakan untuk
memotong
pusat
steril

pemberian ramuanramuan pada


-

dari

potongan tali pusat


Tidak mencuci
tangan terlebih
dahulu sebelum
kontak dengan tali
pusat

2.2.3. Tanda dan Gejala Infeksi Tali Pusat


Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila
timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga
berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat
mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila
infeksi telah merambat ke perut bayi, akan menimbulkan gangguan serius pada
bayi. Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus pada neonatus adalah tidak
spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan
7

tali
kurang

berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat.
Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah
termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal
umum.1,5
Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus aereus meliputi
pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan
osteomyelitis. Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya
akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan
terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi
dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan
abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada
umbilikus. Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah,
panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang
logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat.5
Infeksi oleh C.tetani pada bayi adalah tiba-tiba panas dan tidak mau atau
tidak dapat menetek lagi (trismus), sebelumnya bayi menetek biasa. Gejala yang
jelas ialah mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah sekali dan
sering kejang disertai sianosis, suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus.2
2.2.4. Penatalaksanaan Infeksi Tali Pusat
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit
diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai
pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep Gentamisin. Jika terdapat
granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%.1
1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan
nanah, atau berbau busuk, dan disekitar tali pusat kemerahan dan
pembengkakan terbatas pada daerah 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal
atau terbatas.
Cara penanganannya :
- Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau
membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari
tangan.
- Bersihkan

tali

pusat

menggunakan

larutan

antiseptik

(misalnya

klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.
8

- Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya
gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai
tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan orang tua bayi melakukan
ini kapan saja bila memungkinkan.
- Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
2) Infeksi tali pusat berat atau meluas jika kulit di sekitar tali pusat merah dan
mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai tali pusat
berat atau meluas. Cara penanganannya :
a) Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur
dan sensivitasi
b) Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.
c) Jika terdapat pustul/lepuh kulit dan selaput lendir.
d) Cari tanda-tanda sepsis.
e) Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal
atau terbatas.

2.2.5. Pencegahan Infeksi Tali Pusat


Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada orang tua bayi
dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin
tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Seorang wanita yang
sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval 4-6 minggu diharapkan
mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT
diberikan juga padaibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan
interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga
tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan
imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup.1,2
Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi talipusat, klem
dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24 jam
setelah bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk
mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat
hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik.
Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu
lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu
9

bahkan lebih lama. Selama belum putus, tali pusat harus dirawat dengan baik.
Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Biarkan terbuka
hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat
dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik
bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus. Untuk penggantian popok,
sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali
pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana plastik.
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat
yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan
staphylococcus aereus maka perawatan talipusat dapat dilakukan sebagai
berikut:1
a) Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
b) Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling talipusat dapat
dioles dengan triple-dye (triple dyeini adalah campuran brilliant green 2,29
g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan
dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula digantikan
dengan merkurokrom.
c) Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari.

10

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infeksi umbilikus adalah radang pada umbilikus, yang mungkin
disebabkan oleh clostridium tetani dan staphylococcus aereus yang terjadi oleh
beberapa faktor. Dengan gejala klinis sesuai dengan apa yang menginfeksinya.
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila timbul
bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga
berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi.
Setelah mendapatkan gambaran klinisnya maka kita dapat mendiagnosa
sebagai infeksi umbilikus. Dengan penanganan yang sesuai dengan ketentuan
dan pencegahannya salah satunya dengan penggunaan imunisasi TT.
3.1. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu kepada petugas medis adalah bahwa
penanganan terhadap infeksi pada umbilikus secara dini dapat mengurangi
angka kesakitan dan angka kematian pada bayi. Karena pada infeksi pada
umbilikus berbahaya apabila tidak ditangani secara cepat.
11

Dan

harapan

saya

sebagai

mahasiswa

kedokteran

adalah

agar

perkembangan ilmu pengetahuan beriringan dengan perkembangan ilmu


kedokteran sehingga untuk kedepannya dapat mendiagnosa, menanggulangi
dan mengobati pasien dengan infeksi umbilikus lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Danuatmadja, B.2003. 40 hari Pasca Melahirkan. Jakarta: Niaga Swadya
2. Hasan, ruseono, Alatas husein. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Hellen, farer. 1999. Perawatan Maternitas; jakarta: penerbit buku EGC
4. Snell RS. 2011. Anatomi Klinis berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC
5. Nelson, Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 3. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC

12

13

Anda mungkin juga menyukai