PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Peranan infeksi neonatal masih cukup besar dalam kematian perinatal.
tali pusat yang lebih cepat. Hubungan antara angka kolonisasi kuman dengan
angka kejadian omfalitis masih dalam perdebatan karena dalam populasi tertentu,
penggunaan anti septik pada perawatan tali pusat justru mengurangi kejadian
infeksi tali pusat.2,3
1.2.
Tujuan
a. Umum:
Mengetahui berbagai macam bentuk infeksi pada umbilikus.
b. Khusus:
1.3.
Manfaat
-
Bagi penulis
Memberikan
tambahan
wawasan
bagi
penulis
dalam
bidang
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Umbilikus
2.1.1. Anatomi Umbilikus
Tali pusat (umbilikus) berisi 2 arteri umbilikus, vena, alantois rudimenter
sisa duktus omfalomesenterika, dan bahan gelatin yang disebut jeli wharton.
Selaput tali pusat berasal dari amnion. Arterinya mempunyai kapasitas kontraksi
yang kuat; sedangkan kontraksi venanya kurang kuat. Vena mempunyai lumen
yang cukup besar sesudah lahir. Tali pusat pendek yang abnormal berkaitan
dengan hipotonia janin; tali pusat panjang mempunyai risiko untuk mengikat
dengan kuat dan melilit sekeliling bagian-bagian janin (kuduk, lengan); dan tali
pusat yang lurus tidak terpelintir berkaitan dengan kegawatan janin, anomali, dan
kematian janin intrauteri.4
Bila tali pusat lepas, bagian-bagian dari struktur-struktur ini tetap pada
dasarnya. Pembuluh darah secara fungsional tertutup tetapi secara anatomi
terbuka selama 10-20 hari. Arteri-arteri menjadi ligamentum umbilikus lateralis;
vena menjadi ligamentum teres; dan duktus venosus menjadi ligamentum
venosus. Selama interval ini pembuluh darah umbilikus berpotensi menjadi
tempat, masuk infeksi.4
2.2. Infeksi Umbilikus
2.2.1. Pengertian Infeksi Umbilikus
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Bayi yang baru lahir
kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai
tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilikus). Sisa tali pusat
biasanya lepas dalam 2 minggu. Penundaan pelepasan tali pusat yang lebih lama
dari 1 bulan dan tidak sterilnya proses pemotongan tali pusat, dihubungkan
dengan cacat kemotaktik netrofil dan infeksi bakteri yang berat seperti infeksi
staphylococcus aereus dan tetanus, pada ujung tali pusat akan mengeluarkan
nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema,
3
clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.3
Infeksi/radang pada umbilikus, yang mungkin disebabkan oleh suatu
bakteri gram piogenik, serius terutama karena adanya bahaya penyebaran
hematogen atau perluasan ke hati atau peritoneum. Flebitis vena porta dapat
terjadi, yang nantinya mengakibatkan hipertensi porta ekstrahepatik. Manifestasi
umum penyakit mungkin minimal (eritema periumbilikus), walaupun telah terjadi
septikemia atau hepatitis. Mandi atau pemakaian triplke dye setiap hari pada
pangkal tali pusat dan kulit sekitarnya dapat mengurangi insidens infeksi
umbilikus.3
menetek biasa. Gejala yang jelas ialah mulut mencucu seperti mulut
ikan (karpermond), mudah sekali dan sering kejang disertai sianosis,
suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus. Perjalanan penyakit
biasanya berat dan tidak dibagi dalam 3 stadium seperti tetanus anak.2
2. Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis.
Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini terjadi saat pertolongan
persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat memotong tali pusat
menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik.1
3. Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku pada sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang di percaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan
tali pusat bayi harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya
tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit
tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat
hanya
Faktor lingkungan
Faktor perilaku
Faktor
pelayanan
kesehatan
- Bayi baru lahir - Lingkungan dengan
- Infeksi bakteri:
sanitasi yang kurang
staphylococcu
baik
s aureus dan
- Air yang digunakan
clostridium
tetani
- Tidak
imunisasi TT
pada ibu hamil
untuk memandikan
Kurang
pengetahuan dalam
informasi
merawat potongan
petugas kesehatan
tali pusat
Tidak bersih dalam
tentang
bayi dan
merawat potongan
membersihkan tali
tali pusat
Peracaya pada
bersih
- Kurangnya
oleh masyarakat
setempat seperti
perwatan
pusat
- Sarana
cara
tali
yang
digunakan untuk
memotong
pusat
steril
dari
tali
kurang
berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai dengan keadaan yang berat.
Distress pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah
termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral merupakan hal
umum.1,5
Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus aereus meliputi
pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan
osteomyelitis. Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya
akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan
terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi
dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan
abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada
umbilikus. Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah,
panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang
logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat.5
Infeksi oleh C.tetani pada bayi adalah tiba-tiba panas dan tidak mau atau
tidak dapat menetek lagi (trismus), sebelumnya bayi menetek biasa. Gejala yang
jelas ialah mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah sekali dan
sering kejang disertai sianosis, suhu meninggi, kuduk kaku sampai opistotonus.2
2.2.4. Penatalaksanaan Infeksi Tali Pusat
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit
diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai
pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan
basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep Gentamisin. Jika terdapat
granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%.1
1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan
nanah, atau berbau busuk, dan disekitar tali pusat kemerahan dan
pembengkakan terbatas pada daerah 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal
atau terbatas.
Cara penanganannya :
- Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau
membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari
tangan.
- Bersihkan
tali
pusat
menggunakan
larutan
antiseptik
(misalnya
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.
8
- Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya
gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai
tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan orang tua bayi melakukan
ini kapan saja bila memungkinkan.
- Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
2) Infeksi tali pusat berat atau meluas jika kulit di sekitar tali pusat merah dan
mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai tali pusat
berat atau meluas. Cara penanganannya :
a) Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur
dan sensivitasi
b) Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.
c) Jika terdapat pustul/lepuh kulit dan selaput lendir.
d) Cari tanda-tanda sepsis.
e) Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal
atau terbatas.
bahkan lebih lama. Selama belum putus, tali pusat harus dirawat dengan baik.
Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Biarkan terbuka
hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat
dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik
bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus. Untuk penggantian popok,
sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali
pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana plastik.
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat
yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan
staphylococcus aereus maka perawatan talipusat dapat dilakukan sebagai
berikut:1
a) Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
b) Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling talipusat dapat
dioles dengan triple-dye (triple dyeini adalah campuran brilliant green 2,29
g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan
dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula digantikan
dengan merkurokrom.
c) Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infeksi umbilikus adalah radang pada umbilikus, yang mungkin
disebabkan oleh clostridium tetani dan staphylococcus aereus yang terjadi oleh
beberapa faktor. Dengan gejala klinis sesuai dengan apa yang menginfeksinya.
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila timbul
bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga
berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi.
Setelah mendapatkan gambaran klinisnya maka kita dapat mendiagnosa
sebagai infeksi umbilikus. Dengan penanganan yang sesuai dengan ketentuan
dan pencegahannya salah satunya dengan penggunaan imunisasi TT.
3.1. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu kepada petugas medis adalah bahwa
penanganan terhadap infeksi pada umbilikus secara dini dapat mengurangi
angka kesakitan dan angka kematian pada bayi. Karena pada infeksi pada
umbilikus berbahaya apabila tidak ditangani secara cepat.
11
Dan
harapan
saya
sebagai
mahasiswa
kedokteran
adalah
agar
DAFTAR PUSTAKA
1. Danuatmadja, B.2003. 40 hari Pasca Melahirkan. Jakarta: Niaga Swadya
2. Hasan, ruseono, Alatas husein. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Hellen, farer. 1999. Perawatan Maternitas; jakarta: penerbit buku EGC
4. Snell RS. 2011. Anatomi Klinis berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC
5. Nelson, Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 3. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
12
13