PENDAHULUAN
Fistula preaurikular adalah kelainan malformasi kongenital pada daun telinga
berupa lubang atau cekungan kecil yang temuka pada daerah preaurikular. Fistula
preaurikular merupakan kelainan kongenital umum yang
pertama kali
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
Pembentukan sinus preaurikular terjadi sejak proses embriogenesis dan
berkaitan erat dengan pembentukan telinga selama 6 minggu gestasi. Telinga
terbentuk dari arkus brakial ke 1 dan ke 2. Tuba eutasius tumbuh dari faringeal
pouch pertama. Jaringan dari brakial kleft pertama kedua berkembang menjadi 6
auditori hillocks yang menyatu untuk membentuk telinga luar. Jadi telinga
terbentuk dari batas sefalik arkus brakial kedua. Hillocks-hillocks ini nantinya
menyatu untuk membentuk telinga.1
Pada minggu ketujuh pembentukan dari kartilago masih dalam proses dan
pada minggu ke 12 daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolantonjolan tersebut. Pada minggu ke 20 daun telinga sudah seperti telinga dewasa,
tetapi ukurannya belum seperti ukuran dewasa sampai 9 tahun. Terdapat 3 teori
yang menjelaskan pembentukan sinus preaurikula.1
1. Teori pertama mengatakan terjadi dari fusi yang tidak sempurna dari 6
hillocks aurikula sehingga menghasilkan fistula preaurikula. Hillocks
pertama membentuk tragus, kedua menjadi krus heliks, ketiga menjadi sisa
atau kelebihan heliks, keempat menjadi antiheliks, kelima menjadi
antitragus dan keenam berkembang menjadi heliks bawah dan lobus.
2. Teori kedua menyatakan adanya penutupan yang tidak sempurna pada
bagian dorsal dari tonjolan faringeal pertama.
3. Teori ketiga menyatakan bahwa perkembangan sinus preaurikular dari
lekukan ektodermal yang terpisah-pisah selama pembentukan aurikula.
Sinus preaurikula sering dikaburkan dengan fistula brakial. Dimana anomali
kleft brakial berkaitan erat dan melibatkan meatus akustikus eksternus, membrana
timpani, atau angulus mandibula. Sedangkan fistula preaurikular tidak melibatkan
cabang saraf fasial, meskipun penatalaksanaannya dapat saja merusak saraf
fasial.1
adalah
tabung
berkelok
yang
melintasi
ruang
perilimf
untuk
menggattung
labirin
ditemukan posterior dari liang telinga luar yang dikenal sebagai fistula preaurikula
tipe varian.1,2,13
Kelainan bervariasi dari hanya lubang buntu hingga bentuk yang lebih
kompleks yang bercabang-cabang.kelainan ini biasanya asimptomatik, meskipun
adapula yang mengalami infeksi dari yang keluar cairan terus menerus ataupun
telah terbentuk abses. Fistula preaurikula bervariasi dapat dikenal
sebagai
11
12
2.3.3. Etiologi
Fistula preaurikula merupakan kelainan anomali telinga luar yang penyebabnya
tidak diketahui. Hipotesa yang paling bisa diterima adalah autosomal dominan
yang diturunkan atau bawaan. Sinus preaurikula lebih dari 50% kasus seluruhnya
unilateral dan tersering sporadik. Kebanyakan terjadi pada sebelah kanan. Pada
25-50% kasus sinus terjadi bilateral. Biasanya diturunkan, dimana terjadi pola
inkomplet autosomal dominan yang berkurang sekitar 85%.1
Penyebabnya:2
1. Kelainan ini disebabkan oleh kegagalan dari penutupan hollocks of his
(tonjolan) pada arkus brachialis pertama dan kedua yang akan membentuk
daun telinga, pada tahap embrionik. Pada waktu janin berusia 4 minggu,
arkus brachialis ini ada dipermukaan janin, kemudian ketika usia 6 minggu
arkus hioid dan arkus mandibular ini menyatu dibawah kedudukan canalis
aurikularis eksterna dan tertutup. Gangguan penutupan inilah yang
menyebabkan fistila preaurikula kongenital.
13
keadaan tenang, tampak muara fistel berbentuk bulat dan lonjong, berukuran
seujung pensil, dari muara fistel keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea
dan bila infeksi dapat mengeluarkan secret yang berbau busuk. Penderita sering
datang pertama kali ke dokter karena obstruksi dan infeksi fistel ini sehingga
terjadi pioderma dan selulitis fasialis. Kelainan ini dapt terjadi unilateral atau
bilateral.2
2.3.5. Diagnosis
Diagnosis dari fistula preaurikula berdasarkan anamnesis dan gejala klinis.
Dari anamnesa didapatkan keluhan terdapat lubang didaun telinga dan terkadang
terdapat rasa gatal dan keluarnya sekret.apabila terjadinya infeksi maka sekret
yang keluar bisa purulen. Diagnosis fistula preaurikula congenital dapat
ditegakkan dengan ditemukannya muara fistula didepan telinga yang terdapat
sejak lahir.2,16
Dalam beberapa kasus, fistula ini ada yang pendek ada juga yang panjang.
Untuk melihat panjang dan pendeknya, ada beberapa cara, yaitu:2
Biasa diuji dengan larutan methyline blue kedalam saluran. Jaringan yang
berwarna inilah yang dijadikan petunjuk luas dan dalamnya jaringan.
Penyuntikan ini pun akan mengorbankan jaringan yang sehat. Dan tidak
semua jaringan bias dimasuki oleh pewarna ini. Sehingga petunjuk yang
15
2.3.7. Prognosis
Eksisi yang tidak komplet akan mengakibatkan rekurensi dari sinus
preaurikula. Angka rekurensi pernah dilaporkan 0 dan 42 %. Tingginya angka
rekurensi berkaitan dengan kenyataan bahwa sinus preaurikula sering dianggap
keadaan yang sepele dan operasinya dilakukan oleh ahli yang tidak
berpengalaman.1
Currie dkk melakukan penelitian secara retrospektif selama periode 8 tahun di
hongkong untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi jasil dilanjutkan eksisi
bedah sinus preaurikular. Dari 159 pasien dilakukan operasi pada 117 pasien.
Ditemukan eksisi sebelumnya, penggunaan probe untuk alur sinus, luka sepsis
16
post opertif dan selama operasi dengan anestesi lokal. Keseluruhan mempengaruhi
peningkatan rekurensi (faktor pembedahan dan pasien tidak dihitung dan analisis
statistik tidak dibuat. Mereka mengobservasi faktor-faktor yang muncul untuk
mengurangi kemungkinan rekuren. Hal ini termasuk diseksi yang teliti pada sinus
berdasarkan pengalaman ahli THT dalam anestesi umum. Menggunakan
pendekatan supra- aurikula ke fasia temporalis, menghindari rupturnya sinus dan
penutupan wound dead spase (space bekas operasi).1
Perbandingan teknik simpel sinektomi dengan pendekatan supra aurikula
yang dilaporkan prase dkk tahun 1990 dan lam tahun 2001 adalah sebagai berikut
teknik pendekatan supra aurikula memiliki rasio rekurensi lebih rendah yaitu
sekitar 5 % pada 21 pasien dibandingkan simpel sinektomi 42 % pada 12 pasien
dan 37% (27 pasien) dibandingkan 32%(25%). Sedangkan baantenburg de jong
menjelaskan angka rekurensi 0% pada 23 pasien berdasarkan teknik inside out.1
2.3.8. Penatalaksanaan
Mayoritas pasien-pasien dengan fistula preaurikula adalah asimptomatik.
Terapi dari kista dan fistula baru diindikasikan bila ada gejala dan keluhan. Hal ini
dijadikan prinsip bagi sebagian besar ahli THT. Meskipun ada beberapa yang
beranggapan bahwa fistula yang tenang tetap harus diterapi karena mekanismenya
yang belum jelas.1
Penatalaksanaan fistula preaurikula ini tidak diperlukan kecuali pencegahan
terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari
sumbatan dengan alcohol atau antiseptic lainnya secara rutin. Melakukan aspirasi
jarum, atau sayatan dan dreinase mungkin diperlukan untuk beberapa infeksi dan
yang sudah menyebabkan terbentuknya abses.
17
diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan salurannya, hanya dilakukan pada
infeksi yang berulang oleh karena sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap.2,17
Teknik operasi standar berupa insisi elips yang mengitari sinus dan jarang
melakukan diseksi pada lubang saluran. Sebelumnya dilakukan infiltrasi dengan
vasokonstriksi. Memeriksa saluran fistula dapat membantu diseksi secara tepat.
Sebelumnya dilakukan pewarnaan dengan metilen biru untuk mengikuti aliran
lubang dan pewarnaan fistula. Beberapa ahli berpendapat dengan menggunakan
mikroskop operasi dapat memberikan keuntungan yang berbeda ketika mengikuti
saluran fistula dan mempermudah eksisi secara komplit.1
Pembedahan baru bisa dilakukan setelah infeksi mereda. Aspirasi jarum
diperuntukkan pada pasien-pasien dengan lesi infeksi yang tidak respon dengan
terapi antibiotik oral. Wide eksisi berguna jika terjadi edema dan inflamasi yang
berhubungan dengan infeksi berulang fistula yang tidak sembuh dengan
antibiotik.1
Ellies menyuntikan lubang dengan metilen biru sebelum dilakukan eksisi lalu
dilanjutkan dengan sirkumskripsi oval pada orificium dan eksisi keseluruhan pada
panjangnya saluran, dibantu dengan kaca pembesar atau mikroskop operasi.1
Granizo dkk memperkenalkan teknik operasi kombinasi. Dengan
menggunakan lakrimal probe untuk mengkanalisasi lubang saluran dan
penyuntikan metilen biru yang biasanya refluks melalui aurificium tersebut.
Sebelum dilakukan operasi diberikan antibiotika.1
Beberapa ahli bedah, mulai dari Scheinfeld melakukan-kanalisasi orificium
dan menyuntikkan pewarnaan metilen biru ke dalam saluran selarna 3 hari
sebelum operasi dalam keadaan yang steril. Lubang yang terbuka dijahit dengan
benang. Teknik ini menggembungkan saluran dan memperluas saluran oleh
pewarnaan metilen biru tersebut.1,2
Hasil penelitian dari dua puluh sembilan pasien (20 laki-laki, 9 perempuan)
dengan preaurikular sinus yang menjalani dua jenis prosedur operasi
yang
pasien dan teknik standar yang sama tanpa penggunaan pewarna biru metilen pada
16 pasien Ada 8 pasien (61,5%) kambuh dalam standar metode dengan
menggunakan pewarna, yang kemudian menjalani re-operasi. Pada metode kedua
tanpa penggunaan pewarna 3 pasien (18,5%) yang kambuh Semua kekambuhan
terjadi dalam waktu rata-rata empat bulan dari saat operasi.18
Tehnik standar adalah eksisi bentuk elips pada kulit rnengelilingi lubang sinus
yang terbuka dan mengangkat saluran sinus., dikenal sebagai simpel sinektomi.
Pada pendekatan supra aurikula dapat melibatkan post aurikula dengan insisi elips
mengitari orificium sinus. Diseksi untuk mengidentifikasi fasciatemporalis
sebagai batas medial diseksi dan berlanjut sampai kartilago anterior heliks,
sebagai batas posterior diseksi.10,19
Jaringan superflsial sampai fasia temporalis diangkat bersama dengan sinus
preaurikula. Bagian kartilago atau perikondrium dari heliks pada dasar sinus harus
dieksisi untuk mengangkat secara komplet epitel. Dead space harus ditutup
dengan lapis demi lapis dengan atau tanpa drain ataupun bebat tekan.
Baatenburg de Jong memperkenalkan teknik terbaru 2005 tentang modifikasi
teknik wide lokal eksisi. Yang hampir sama tetapi dimodifikasi untuk
meminimalkan resiko kekambuhan. Prosedur teknik ini diperkenalkan sebagai
"inside out". yang pertamakalinya dulu pernah diperkenalkan oleh Jesma dari
Rotterdam, tetapi tidak dipublikasikan.
Metode ini menggunakan mikroskop. Sinus yang tampak diikuti baik dari luar
( seperti teknik klasik ) dan dalam. Cahang - cabang trakturs yang terbuka diikuti
sampai ujungnya diident:iikasi dan dieksisi. Menurut Baatenburg de Jong angka
rekurensi dilaporkan 0% dengan teknik inside ouf ini.1
Untuk mengurangi kekambuhan akibat pengangkatan sinus yang tidak
lengkap Prasad pada tahun 1990 memperkenalkan teknik pengangkatan sinus
dengan pendekatan supra aurikuler. Angka kekambuhan dengan menggunakan
teknik pendekatan supra aurikuler ini dilaporkan kurang dari 5%. Lam dkk
melaporkan angka kekambuhan sinus preaurikuler dengan teknik pendekatan
supraurikuler 3,7%.20
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fistula preaurikula adalah kelainan malformasi kongenital pada daun telinga
beupa lubang atau cekungan kecil yang terbuka pada daerah preaurikular. Bersifat
herediter yang dominan. Fistula dapat ditemukan didepan tragus, berbentuk bulat
atau lonjong dengan ukuran seujung pensil. Yang menyebabkan fistula
preaurikular adalah kelainan yang terjadi akibat kegagalan penggabungan tuberkel
satu dan dua.
Sebagian orang dengan kelainan ini asimtomatik. Penderita dengan fistula
preaurikular pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi
fistel baik yang infeksi pertama maupun infeksi yang berulang. Jika mengalami
infeksi akan muncul gejala berupa pembengkakan, terasa nyeri dan mengeluarkan
cairan yang berbau. Infeksi ini sering mengalami kekambuhan dan kadang dapat
terjadi abses.
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pembedahan fistula preaurikular sebaiknya dihindari,
kecuali bila terjadi infeksi yang berulang, karena sulit mengeluarkannya secara
lengkap. Pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan
membersihkan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptic lainnya
secara rutin. Pada kasus infeksi biasanya diberikan antibiotika dan kompres
hangat.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghanie A. Terapi Operatif Fistula Preaurikula Kongenital. Jakarta, 2008.
2. Ostrower ST, Meyers HD. Preauricular Cyst, Pit and Fissures. 2012
Available at: http// emedecine. Medscape. Com/ article/ 845288- overview
3. Munilson J. Penatalaksanaan Sinus Preaurikula Tipe Varian Dengan Pit
Pada Heliks Desendens Postero-Inferior. 2012. Available at: http//jurnal.
Fk. Unand.ac.id.jurnal kesehatan andalas
4. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. 2009. Available at:
http//repository.usu.ac.id.bitstream
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Rastuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokkan Kepala & Leher. Edisi 6.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2007.
6. Munilson J, Huriyati E, Triana W. Management of infected preaurikular
sinus. 2012. Availableat: http// jurnal FK Unand. Ac. Id. Jurnal kesehatan
andalas.accesed
7. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 1. Jakarta:
8.
EGC,2006
Snell RS. Anatomi Klinik. Alih bahasa: Hartanto H. Edisi 6. Jakarta:
EGC, 2006.
9. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan leher.
Jilid 2. Binarupa Aksara, 2001.
10. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Alih
bahasa, Caroline Wijaya, Edisi 6. Jakarta: EGC, 2012.
11. Lucente FE, El GH. Ilmu Kesehatan THT Esensial. Alih bahasa, Hartanto
H, Edisi 5. Jakarta: EGC, 2011.
12. Sherwood L, Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Alih bahasa, Pendit
BU, Edisi 6. Jakarta; EGC, 2011.
21
13. Broek VD, Feenstra L. Buku saku Ilmu Kesehatan Tenggorokan, Hidung
dan Telinga. Alih Bahasa, Hartanto A. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2010.
14. Johnson JT and Rosen CA. Baileys Head & Neck Surgery
Otolaryngology. In Yellon RF. Congenital Cyst and Sinuses of the Head
and Neck. Wolters Klumer. Fifth Edition. 2001.
15. S Scheinfeld, JD, MD, FAAD. Preauricular Sinuses. 2016. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/1118768-overview#showall
16. Ostrower ST, MD. Preauricular Cysts, Pits and Fisure. 2016. Available :
http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview
17. Dhingra PL. Deaseas of Ear, Nose and Throat. Edisi 8. Elsevier. 2007.
18. Awuah P. Amedofu GK. Preauricular Sinus: My Surgical Experience At
Komfo Anokye Teaching Hospital, Kumasi, Ghana. 2012.
19. S Scheinfeld, JD, MD, FAAD. Preauriculr Sinus Follow Up. 2016.
20.
Available: http://emedicine.medscape.com/article/1118768-followup
Munilson J, Huryati E, M. Pulungan R. Penatalaksanaan sinus
Preaurikular tipe Varian dengan Pit pada heliks desendens posterior
inferior. 2012. Available: http://jurnal.fk.unand.ac.id
22