Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian Infeksi Neonatus

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal, intranatal
dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi
merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi
terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada
bayi baru lahir.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang
dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi
mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72
jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosocomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

Klasifikasi
1. Infeksi Berat
Sepsis, meningitis, pneumonia, diare, tetanus neonatorum
2. Infeksi Ringan
Infeksi kulit, oftalmia, omfalitis dan moniliasis

B. Etiologi

Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia


coli,pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, dan coccus
gonococcus. Infeksi ini bisa terjadi pada saat antenatal, intranatal, dan postnatal.

1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh janin melalui
sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah
umbilikus. Berikut adalah kuman yang menginvasi ke dalam janin.
 Virus: rubella, poliomielitis, variola,vaccinia,coxsackie,dan cytomegalic inclusio.
 Spirochaeta: terponema palidum
 Bakteri : E.coli dan listeria monocytoganes

2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme masuk
dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput
ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya
plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah, yaitu
pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina, termasuk periksa dalam
dankromilage(melebarkan jalan lahir dengan jari tangan penolong ).infeksi dapat pula terjadi
melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina, misalnya pada blennorhoe.

3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi
langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi
akibat infeksi silang, misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.

C. Tanda dan gejala

Gejala ini yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah sebagai
berikut.

1. Bayi malas minum


2. Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
3. Frekuensi pernapasan meningkat
4. Berat badan menurun
5. Pergerakan kurang
6. Muntah
7. Diare
8. Sklerema dan udema
9. Perdarahan, ikterus, dan kejang
10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi

Gambar. Tanda dan gejala pada bayi yang mengalami infeksi perinatal

Menifestasi klinis non-spesifik pada Bayi Baru Lahir


3. Umum
Demam, hipotermia, “tidak merasa baik”, tidak mau makan, sklerema
4. Sistem Gastrointenstinal
Perut kembung, muntah, diare, hepatomegaly
5. Sistem Pernafasan
Apnea, disapnea, takipnea, retraksi flsring, grunting sianosis
6. Sistem Ginjal
Oliguria
7. Sistem Kardiovaskuler
Pucat, mottling, dingin, kulit lembab, takikardi, hipotensi, bradikardi
8. Sistem saraf pusat
Iritabilitas, lesu, tremor, kejang-kejang, hiporefleksia, hipotania, reflex moro abnormal
pernafasan tidak teratur, fontanela menonjol, tangisan nada tinggi.
9. System hematologis
Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura perdarahan

Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,opistotonus
(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena.
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang
terkena teraba hangat.
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga
kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya
infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit
hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun
atua lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan

2. Faktor Neonatatal

a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk
infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan,
menegaskan kemungkinan adanya faktor-faktor seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir,
terutama jika melibatkan intubasi endotrakea, pemasukan kateter pembuluh darah umbilicus,
atau keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir

3. Faktor Lingkungan

a) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur
invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/
arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus
yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi
spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.colli.

Komplikasi :
a) Meningitis
b) Hipoglikemia, asidosis metabolic
c) Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
d) ikterus/kernicterus

Faktor Resiko
1. BBLR
2. Ketuban pecah dini (12 jam)
3. Ibu demam
4. Cairan amnion keruh, berbau
5. Resusitasi
6. Kembar
7. Prosedur invasif
8. Sosio-ekonomi rendah

D. Penatalaksanaan
1. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau kanan
5. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan lingkungan
6. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada keluarga
Penanganan Dan Penatalaksanaan Medis :
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan
3. Diberi injeksi antibiotika berspektrum luas
4. Penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat
5. menyebabkan tumbuhnya jenis mikroorganisme yang tahan
terhadap antibiotika dan mengakibatkan tumbuhnya jamur yang
berlebihan, misalnya jenis candida albicans.
6. Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal tali pusat
(omfalitis) diberi salep yang mengandung neomisin dan basitrasin.

Jenis Antibiotika Dosis Frekuensi Pemberian


Injeksi Benzil Penisilin 50.000 IU/kg/kali i.m Tiap 12 jam
atau 50 mg/kg/kali i.m/i.v Tiap 8 jam
Injeksi Ampisilin
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida 2,5 mg/kg/ kali i.m/i.v Tiap 12 jam
(Gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis
 PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS

TANDA-TANDA Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih,


menangis lemah atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel
cembung, tali pusat memerah.
KATEGORI Sepsis Infeksi Lokal
PENILAIAN Tanda-tanda tersebut di atas Biasanya hanya ditemukan:
disertai:
1. Panas
1. Kadang-kadang kejang 2. Tali pusat merah atau
2. Tali pusat merah atau kotor atau bau
kotor atau bau
3. Nanah di telinga

3. Kulit ikterik
4. Bisul atau pustule di
kulit
PENANGANAN
PUSKESMAS 1. Pertahankan tubuh bayi
tetap hangat (tidak
hipotermia)

2. ASI tetap diberikan atau


diberi air gula

3. Injeksi antibiotika 1 kali

4. Rujuk ke rumah sakit

5. Diberi injeksi
antibiotika

6. Dilanjutkan dengan
antibiotika oral

7. Nasehat perawatan
infeksi

8. Kontrol kembali dalam


2 hari
RUMAH SAKIT 1. Sama seperti di atas

2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.

3. Bila perlu diberikan oksigen

4. Infus untuk mencegah dehidrasi

ASI tetap diberikan


Pencegahan dan pengobatan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonates. Tanpa pengobatan
yang memadai, gangguan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu
tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
a) Pada masa antenatal
Perawatn antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisai, pengobatan
terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera
terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b) Pada masa intranatal
Perawtan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, dalam arti persalinan diperlukan
sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan
(bila bemar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan. Melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan
selaput lendir.
c) Sesudah masa postnatal
Perawatan sesudah pesalinan meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian
ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan
peralatan sendiri. Perawatan luka umbilicus secara steril. Tindakan invasive harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Mengindari perlukaan selaput lendir dan kulit,
mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memgang setiap
bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan
baik.
12 Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir – Wajib Dilakukan

Bayi yang baru lahir baik melalui melahirkan normal atau


caesar memiliki resiko terkena infeksi yang sangat besar. Kondisi ini
sangat berhubungan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh bayi yang
sangat lemah. Bayi yang baru lahir hanya memiliki sistem kekebalan
tubuh termasuk untuk penyakit yang terbatas saja. Karena itu
perawatan untuk bayi yang baru lahir memang lebih rumit
dibandingkan ketika bayi sudah berusia beberapa bulan. Infeksi bisa
menular ke tubuh bayi baik selama dalam kehamilan, persalinan
maupun setelah dilahirkan. (baca: proses persalinan – proses
kehamilan)
Berikut ini adalah beberapa upaya pencegahan infeksi pada bayi baru
lahir.

1. Hidung dan mulut bayi segera dibersikan setelah lahir

Segera setelah bayi lahir maka tenaga medis harus membersihkan


bagian mulut dan hidung bayi. Cara ini dilakukan dengan alat pengisap
yang sangat aman untuk bayi. Ketika bayi lahir normal dan melewati
perineum maka kemungkinan bayi menghisap berbagai cairan dan
kotoran yang mungkin bisa masuk ke tubuh bayi. Bahkan tindakan ini
sangat penting untuk mengeluarkan lendir dan mekonium jika memang
ada dalam mulut dan hidung bayi. Tindakan ini juga sangat penting
untuk membantu bayi agar bisa bernafas dengan baik melalui hidung
dan mulut. Jika bayi tidak bisa bernafas dengan baik maka dokter bisa
memberikan alat bantu nafas khusus untuk bayi.

2. Segera mengikat plasenta setelah lahir

Ketika bayi lahir maka bayi masih tali plasenta yang terhubung
langsung dengan plasenta. Setelah bayi lahir maka sistem peredaran
darah beralih dari plasenta sampai ke tubuh bayi secara mandiri.
Sehingga bagian plasenta sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi.
Kemudian tenaga medis akan menjepit bagian tali plasenta hingga
beberapa lama kemudian semua bagian itu akan dipotong dengan alat
yang steril. Cara ini bisa membantu bayi agar tidak terkena infeksi dari
plasenta yang masih melekat dengan tubuh bayi.

3. Bayi menerima suntikan vitamin K


Semua bayi yang baru lahir sangat penting untuk menerima suntikan
vitamin K. Suntikan ini sangat penting untuk membantu sistem
pembekuan darah dalam tubuh bayi dan juga mencegah adanya
pendarahan dalam tubuh bayi. Bahkan tindakan ini sangat penting
untuk mencegah adanya infeksi bakteri atau virus yang kemungkinan
sudah masuk ke dalam darah bayi selama dalam kandungan.

4. Pemberikan vaksin hepatitis B

Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit infeksi yang ditularkan


melalui kontak cairan dan hubungan seksual. Kemungkinan bayi juga
bisa mengalami infeksi ini karena tertular dari ibu hamil yang terkena
hepatitis B. untuk mengatasi ini maka bayi yang baru lahir sebaiknya
langsung menerima vaksin hepatitis B. Biasanya dokter akan
mengatakan hal ini ketika bayi sudah menerima vaksin dari rumah
sakit

5. Pemberian antibiotik salep ke mata bayi

Bayi yang lahir normal atau caesar kemungkinan juga bisa terkena
infeksi akibat penyakit gonore atau clamidya dari ibu hamil. Penyakit
ini bisa menular ke bayi melalui cairan mata. Karena itu bayi harus
menerima antibiotik agar tidak terkena penyakit infeksi mata pada
bayi. Tindakan ini mungkin bisa tidak dilakukan jika memang ibu sudah
bebas dari infeksi penyakit seksual ini. Antibiotik bisa menyebabkan
pandangan mata bayi kabur namun akan membaik dalam beberapa
hari setelah dilahirkan.

Informasi penyakit mata pada bayi:


 penyebab belekan pada bayi baru lahir
 obat belekan pada bayi

 obat sakit mata untuk bayi

 penyebab mata merah dan berair pada bayi

 penyakit mata pada bayi

6. Membersihkan semua cairan dalam tubuh bayi

Ketika bayi baru lahir maka ada banyak cairan dan lendir yang
melekat dalam tubuh bayi. Terkadang lapisan lemak juga masih
menempel dalam kulit bayi. Semua bahan yang melekat dalam kulit
bayi bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya untuk bayi. Karena itu
semua kotoran ini juga harus segera dibersihkan sehingga bayi
langsung bersih. Untuk memandikan bayi biasanya tidak dilakukan
kecuali dengan pertimbangkan khusus. Memandikan bayi yang baru
lahir bisa meningkatkan resiko penurunan suhu yang menyebabkan
hipotermia pada bayi baru lahir.

7. Semua perlengkapan dan ruangan persalinan yang steril

Ketika Anda melahirkan di sebuah rumah sakit maka semua alat dan
ruang persalinan harus sangat steril. Infeksi bisa terjadi dimana saja
termasuk dari alat yang digunakan atau bahkan kain-kain yang berada
dalam ruang persalinan. Karena itu biasanya rumah sakit menerapkan
suhu yang rendah untuk mencegah perkembangan bakteri atau infeksi
pada bayi baru lahir. Jika Anda tidak mendapatkan fasilitas ini maka
segera bicarakan dengan dokter.
8. Tenaga medis harus menggunakan sarung tangan dan steril

Tenaga medis yang terlibat dalam persalinan harus menggunakan


sarung tangan yang steril. Semua orang harus mencuci tangan dengan
cairan antiseptik sehingga bayi tidak tertular infeksi ketika diperiksa
atau disentuh. Pemeriksaan yang berhubungan dengan jalur lahir harus
dilakukan ketika diperlukan dan semua alat harus steril.

9. Pemeriksaan infeksi B Strep pada ibu hamil

Infeksi B strep untuk bayi yang baru lahir adalah kasus yang paling
sering terjadi. Sebenarnya infeksi ini akan dimulai semenjak bayi baru
lahir hingga berusia kurang lebih 1 minggu. Untuk itu ibu hamil harus
bisa melakukan pengujian ketika kehamilan berumur 35 sampai 37
minggu. Jika memang ibu hamil terkena infeksi maka bisa menerima
antibiotik yang sangat aman untuk ibu dan bayi dalam rahim. infeksi B
strep sering tidak menyebabkan gejala apapun sehingga banyak ibu
hamil yang tidak menyadari ketika terkena infeksi ini. Dan jika tidak
dicegah maka bayi bisa terkena infeksi dengan cepat.

10. Menerima antibiotik selama persalinan

Jika ibu dinyatakan terkena infeksi B Strep maka ibu harus menerima
antibiotik selama proses persalinan. Antibiotik akan diberikan melalui
cairan IV dan sangat aman untuk bayi dan ibu. Dokter bisa
memberikan antibiotik ini jika memang ibu terkena infeksi dan obat
yang diberikan setelah pengujian tidak berhasil membunuh bakteri
yang ada dalam tubuh ibu.

11. Persalinan caesar


Ketika ibu menderita beberapa infeksi penyakit menular seksual maka
kemungkinan dokter bisa memberikan alternatif persalinan caesar.
Persalinan normal akan membuat bayi melewati jalan lahir dan
kemungkian bayi akan terkena infeksi dari bakteri atau sumber
penyakit lain pada ibu. Namun pertimbangan ini juga bisa dilakukan
jika ibu mengalami kondisi seperti preeklampsia atau bayi besar dalam
kandungan.

 resiko melahirkan normal setelah caesar


 resiko operasi caesar

 bahaya operasi caesar

 pemulihan rahim pasca caesar

12. Bayi menerima vaksin lengkap sesuai jadwal

Kemudian ketika semua cara untuk mencegah infeksi sudah dilakukan


sejak proses persalinan hingga bayi lahir, maka bayi juga harus
menerima vaksin secara rutin sesuai jadwal. Bayi yang sudah
menerima berbagai vaksin atau imunisasi bisa terhindari dari bahaya
bayi tidak imunisasi. Cara ini juga sangat penting untuk mencegah
berbagai penyakit pada bayi hingga tumbuh menjadi anak-anak.

Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir menjadi peran penting bagi
ibu hamil, keluarga dan semua tenaga medis yang menolong
persalinan. Jadi semua orang yang berada dalam tahap tersebut harus
menjaga agar bayi tetap sehat hingga tumbuh tanpa infeksi apapun.
Tanda Bahaya dan Infeksi pada Bayi Baru Lahir

Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan,
yaitu:

 Berikan kehangatan,
 Bersihkan jalan napas,
 Keringkan,

 Nilai warna.

Perawatan rutin bayi baru lahir sesudah dilahirkan (juga untuk bayi baru lahir yang lahir
di luar rumah sakit lalu dibawa ke rumah sakit) meliputi:

 Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran
udara, selimuti dengan baik.
 Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung).

 Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan.

 Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan.

 Jaga tali pusat tetap bersih dan kering.

Ladewig,W Patricia.,London.L Marcia.,Olds.B Sally.2006.Buku Saku Asuhan Ibu& Bayi Baru Lahir.Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai