INFEKSI NEONATORUM
Disusun Oleh
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI NEONATORUM
Infeksi neonatorum adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal,
intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri
umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang
menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang
dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang
dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi merupakan respon
tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi
terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir (mitayani, 2009)
Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau
1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
B. Etiologi
Menurut Blane dalam (Doenges, Marlyn E, 2000) infeksi pada neonatus bisa melalui
beberapa cara :
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman melewati
placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilicus samapi ke janin
kuman teresebut seperti : virus : rubella, poliomelisis, koksakie, variola, dll.
Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Colli dan listeria.
b. Infeksi intranatal
1) Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering
2) Partus yang lama
c. Infeksi post partum.
Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril
d. Cross infection
Infeksi yang telah ada di rumah sakit.
C. Tanda dan gejala.
1. Umum : panas, hipoermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema.
2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, hipotomegali.
3. Saluran nafas : apnea, dispnea, takspnea, retraksi, nafas cuping hidung, merintih
sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoratu, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardia.
5. Sistem saraf pusat : invitabilitas, tremor, kejang, hiporeflerksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high pitched cry
6. Hematologi : Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan (Kapita
Selekta Kedokteran Jilid II)
Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus anatar lain, bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantung lambat, suhu tubuh naik turun. Gejala –gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernapasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung,
Gejala dan infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumbber infeksi dan penyebaran :
1. Infeksi pada tali pusat (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
epsitotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
3. Infeksi pada tulang (ostemiolisis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan,
kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
4. Infeksi pada selaput perut (perilositis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.
D. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endoskrin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolic yang progresif. Pada
infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok.
Yang menyebabkan disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,
yaitu :
1. Faktor maternal
a. Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alas an yang tidak diketahi sepenuhnya. Ibu yang berstatus
social ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis.
b. Status paritas.
Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatal
a. Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya immunitas bayi
kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan. Transfor immunoglobulin
melalui placenta terutama terjadi pada paruh terakhir trisemester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi immunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Definisi imun
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus
atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati placenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut aktivitas lintasan
komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan
spesifik bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar
Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
ASUHAN KEPERAWATAN
( Infeksi neonatorum )
A. Pengkajian.
Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada
neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh pemberi
keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali
tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera.
1. Biodata bayi.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Sistem saraf pusat
1) Fontanel yang menonjol.
2) Letargi.
3) Temperatur yang tidak stabil.
4) Hipotonia.
5) Tremor yang kuat.
b. Sistem pencernaan
1) Hilangnya keinginan untuk menyusui.
2) Penurunan intake melalui oral.
3) Muntah.
4) Diare.
5) Distensi abdomen.
c. Sistem integumen
1) Kuning.
2) Adanya lesi.
3) Ruam.
d. Sistem pernapasan
1) Apnea.
2) Sianosis.
3) Takipnea.
4) Penurunan saturasi oksigen.
5) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.
e. Sistem kardiovaskular
1) Takikardi.
2) Menurunnya denyut perifer.
3) Pucat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.
e. Data psikologi
f. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
g. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :
1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di
saluran napas.
2. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan malas minum, diare, dan muntah.
4. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare dan malas menyusui.
5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
C. Intervensi keperawatan
1. Diagnosis 1: tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya
sekret di saluran napas.
Data objektif: bayi t ampak sesak napas, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat,
dan sekret berlebihan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ketidakefektifan pernapasan dapat
diatasi.
Kriteria hasil: bayi tidak sesak lagi, bayi tenang, frekuensi pernapasan menurun,
sekret di saluran napas tidak ada lagi.
Intervensi:
a. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya
digendong).
Rasional: posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.
b. Berikan O2 dan bersihkan jalan napas dari sekret.
Rasional: O2 mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan
napas akan mengurangi sumbatan di saluran napas.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi.
2. Diagnosis 2: gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas minum,
diare, dan muntah.
Data objektif: bayi malas minum atau menyusui, muntah, diare, berat badan
menurun, dan gelisah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, gangguan pemenuhan nutrisi
dapat diatasi.
Kriteria hasil: muntah dan diare berhenti, bayi mau disusui.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan
imunitas.
b. Auskultasi bising usus.
Rasional: penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan
pemberian cairan.
d. Rasional: antibiotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.
3. Diagnosis 3: kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan diare,
muntah, dan malas minum.
Data objektif:
a. Turgor buruk dan kulit kering.
b. Membran mukosa kering.
c. Hipertermi.
d. Masa menyusui.
e. Diare
f. Muntah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan kembali normal.
Kriteria hasil: suhu normal,membran mukosa dan kulit tidak lagi kering.
Intervensi:
a. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
Rasional: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan
imunitas.
b. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur frekuensi diare, dan kehilangan
cairan.
Rasional: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan
dan peningkatan risiko dehidrasi.
c. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.
Rasional: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
4. Diagnosis 4 : perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh bayi kembali normal.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda hipertermi
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) ; perhatikan bunyi menggigil / diaforesis.
Rasional : suhu 38,9 derajat sampai 41 derajat menunjukan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
b. Pantau suhu lungkunagn, batasi atau tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan atau jumlah selimut harus di ubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol.
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Kolaborasi :
1) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol).
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
2) Berikan antibiotic
Rasional : antimikroba mengobati infeksi yang menjadi penyebab penyakit.
5. Diagnosis 5 : Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bayi tidak rewel
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda nyeri,bayi nampak tenang.
Intervensi :
a. Menjelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga klien.
Rasional : agar tidak adda kekhawatiran saat terjadi sesuatu
b. Beri lingkungan tenang dan nyaman.
Rasional : menurunkan reaksi terhadap terhadap stimulus dari luar agar dapat
meningkatkan istrahat atau relaksasi.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas putunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta : EGC
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses
Penyakit .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, Jakarta : EGC