Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


INFEKSI NEONATUS

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Anak Tahap Profesi
Program Studi Ners

Disusun Oleh:
VINA FATIMAH OKTOVIYANI
20170305018

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2017
KONSEP DASAR INFEKSI NEONATUS

A. Definisi
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa
antenatal, perinatal dan post partum.
Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar keseluruh tubuh bayi
baru lahir.
Infeksi neonatal pada BBL : infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum
tulang atau air kemih. Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu : early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena
infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat
adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari
orang lain. (Kosim, Sholeh. 2010)
Infeksi neonatal : infeksi yang lebih sering terjadi pada BBLR, infeksi ini lebih sering
terjadi dirumah sakit daripada di luar rumah sakit. (Wiknjosastro, Hanifa. 2008)

B. Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya dalam
3 golongan, yaitu infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi postnatal.
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini kuman
itu melewati batas plasenta dan mengadakan intervillositis. Selanjutnya, infeksi
melalui vena umbilikalis masuk ke janin. Kuman yang dapat memasuki janin
melalui jalan ini ialah :
a. Virus : rubella, poliomielitis, koksakie, variola, vaksinia, sitomegalovirus.
b. Spirokaeta : sifilis.
c. Bakteria : jarang sekali melewati plasenta, kecuali Escherichia coli dan
Listeria monocytogenesis.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta sarang pada
plasenta pecah ke likuor amnii dan janin mendapat tuberkulosis melalui
cairan itu.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari
vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban
pecah lama mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya
pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena
infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia
kongenital atau karena kuman-kuman memasuki peredaran darahnya da
menyebabkan septikemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan
kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea
dan oral thrush.
3. Infeksi Postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi
yang diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yang menyebabkan
kematian terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat atau
perawatan yang tidak steril atau terkena cross-infection. Infeksi postnatal ini
sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas
infeksi postnatal sangat tinggi. Seringkali bayi lahir dirumah sakit terkena
infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banya jenis antibiotika,
sehingga menyulitkan pengobatannya.
4. Cross infection
Infeksi yang telah ada di rumah sakit.

Menurut jenis infeksi :

a. Infeksi bacterial
Banyak bakteri yang dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan infeksi dapat
bersifat congenital maupun di dapat seperti : Lysiteria app., Mycobacterium
tubercolosis, E. Collli, pnemokokus, enterokokus, streptokokus (sering grup B
stertococus / GBS) dan stofilococus, pseudomonas spp. Dan klesiella. Selain
menyebabkan infeksi sistematik, infeksipun dapat bersifat local seperti
terjadinya infeksi kulit, pneumonia, osteomielitis, artitis, ototis media, infeksi
pada saluran pencernaan dan uorgenital.
b. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi congenital / transplacenta antara lain CMV /
cytomegallo virus, Rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering
menyebabkan infeksi yang di dapat antara lain Herpes simplex virus, varicella
zoster virus, hepatitis B RSV / Respiratory Sycncial Virus.
c. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabka oleh kandida yang dapat bersifat infeksi local maupun
sistemik. Infeksi biasanya adalah infeksi yang di dapat. Infeksi congenital yang
sering ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering
menimbulkan kelainan/ cacat congenital.

Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan :


Riwayat kehamilan
1. Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
2. Ibu menderita eklampsia
3. Ibu dengan diabetes militus
4. Ibu mempunyai penyakit bawaan
Riwayat kehamilan
1. Persalinan lama
2. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)
3. Ketuban pecah dini
4. Air ketuban hijau kental
Riwayat bayi baru lahir
1. Trauma lahir
2. Lahir kurang bulan
3. Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
4. Hipotermia pada bayi
Pembagian Infeksi

1. Sepsis onset-dini (early-onset sepsis, EOS) : <72 jam setelah kelahiran. Definisi
ini berkisar dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi dalam 72
jam setelah kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajanan vertikal ke jumlah
bakteri yang tinggi selama kelahiran dan jumlah anti bodi pelindung yang
sedikit.
Faktor Resiko :
a. Preterm (kurang bulan)
b. Ketuban pecah lama (>18 jam)
c. Demam pada ibu saat persalinan (>38oC)
d. Korioamnionitis
e. Bayi yang sebelumnya terinfeksi
2. Sepsi onset-lambat : >72 jam setelah kelahiran
Organisme biasanya didapat melalui transmisi nosokomial dari orang-ke orang.
Faktor Resiko :
a. Preterm
b. Penggunaan kateter vena atau arterial atau selang trakea
c. Antibiotik dalam jangka panjang
d. Kerusakan pada kulit akibat perekat, probe kulit dan sebagainya

C. Klasifikasi Infeksi
Infeksi pada neonatus dapat di bagi dalam dua golongan besar, yaitu infeksi berat
(major infection) dan infeksi ringan (minor infection).
1. Infeksi Berat
Dalam golongan infeksi berat termasuk sifilis kongenita, sepsis neonatorum,
meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akuta, tetanus
neonatorum.
a. Sifilis kongenita
Infeksi dengan Treponema Pallidum (spirochaeta pallida), penyebab sifilis
biasanya terjadi dalam masa antenatal. Infeksi pada janin baru timbul
sesudah hamilnya lewat 14 minggu oleh karena spirokhaeta tidak dapat
melintasi lapisan sel langhans pada plasenta muda. Janin yang terkena
infeksi dapat lahir mati dalam keadaan maserasi, ia dapat dilahirkan dengan
gejala-gejala sifilis kongenita atau gejala-gejala itu dapat timbul kemudian.
Bayi dengan sifilis kongenita sering kali menderita BBLR dan kulit telapak
tangan serta kaki mengkilat menebal dan mudah terlepas.
Gambaran Klinik :
Bayi dapat menunjukkan gelembung-gelembung dan pustula yang
dilingkari dasar merah tua. Kelainan-kelainan itu sering ditemukan sekitar
mulut, hidung, genetalia eksterna, anus dan telapak tangan serta kaki.
Pernafasan melalui hidung seringkali terganggu karena tertutup oleh sekret.
Bayi dengan sifilis kongenita tidak dapat tumbuh dengan baik.
Pengobatan :
Penanganan yang terbaik ialah pencegahan. Apabila wanita hamil dengan
sifilis dapat disembuhkan sebelum kehamilannya mencapai 14 minggu,
janin dapat dibebaskan sama sekali dari penyakit itu. Apabila ibu masih
diobati lewat waktu itu, janin yang mungkin kena infeksi sudah sembuh
pada waktu dilahirkan, mungkin pula belum sembuh.
b. Sepsis neonatorum
Dengan menemukan gejala-gejala sepsis, dengan anamnesis infeksi
antenatal atau infeksi intranatal, tindakan kita ialah :
1) Memberikan antibiotika dengan spktrum luas sambil menunggu biiakan
darah dan resistance test. Resistensi kuman terhadap Ampisillin dan
Gentamisin akhir-akhir ini makin menonjol. Bila mungkin sebagai
penggantinya diberikan sefalosporin generasi ketiga dengan dosis
100mg/kg berat-badan per 24 jam dibagi dalam dua dosis.
2) Pemeriksaan laboratorium rutin
3) Biakan darah dan resistance test
4) Kalau ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan air kencing
c. Meningitis
Meningitis biasanya didahului oleh sepsis. Karena itu, pada setiap
persangkaan sepsis harus dilakukan pungsi lumbal. Dalam melakukan
pungsi lumbal penilaian likuor serebrospinalis harus hati-hati, karena pada
umumnya likuor serebrospinalis pada neonatus sifatnya xantokrom, pada
pleiositosis dan reaksi Nonne dan Pandy positif. Mula-mula terdapat gejala-
gejala seperti pada sepsis yang kemudian dapat disertaidengan kejang,
fontanel menonjol, kuduk kaku dan opistotonus. Kuduk kaku tidak seberapa
sering ditemukan pada neonatus.
d. Pneumonia kongenital
Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang septik.
Gejala waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neonatorum, penyakit
membrana hialin atau pendarahn intrakranial. Pneumonia kongenital harus
dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban keruh serta berbau, dan
terdapat kesulitan pernapasan pada saat-saat neonatus itu lahir.
e. Pneumonia aspirasi
Penyakit ini merupakan sebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini
disebabkan karena pada saat pemberian makanan per os dimulai, terjadi
aspirasi karena refleks menelan dan refleks batuk belum sempurna.
Pneumonia aspirasi ini harus dicurigai bila bayi BBLR tiba-tiba
menunjukkan gejala letargia, anoreksia, berat badan tiba-tiba turun, dan
kalau terdapat serangan apnea. Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan
radiologik toraks.
f. Pneumonia karena airborn infection
Biasanya infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang
menderita penyakit infeksi saluran pernafasan. Penyebabnya biasanya
pneumokokkus, haemophilus influenzae atau virus. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh E.coli, enterokokkus, proteus, pseudomonas. Jalannya
penyakit biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas
dengan rhinitis dan sterusnya. Kemudian terjadi dispnea, pernafasan cuping
hidung, sianosis dan batuk. Pada pemeriksaan paru-paru dapat ditemukan
ronkhi basah yang nyaring.
g. Pneumonia stafilokokkus
Infeksi ini terutama terjadi pada neonatus yang lahir dirumah sakit. Mula-
mula terdapat infeksi stafilokokkus pada suatu tempat di badan, kemudian
terjadi penyebaran ke paru-paru, sehingga terjadi pneumonia atau
piothoraks. Proses ini terjadi dengan cepat dengan gejala-gejala sesak nafas
dan sianosis, keadaan bayi cepat menjadi buruk.
h. Diare epidemik
Gastro-enteritis karena E, coli. Gastro-enteritis pada bayi seringkali
menyebabkan penyebaran dengan mortalitas yang tinggi. Penyebabnya
ialah E, coli yang bersifat patogen atau lazim disebut Entero-Pathogenic
Escherischia coli (EPEC).
i. Pielonefritis
Bayi yang menderita pielonefritis biasanya menunjukkan gejala demam,
tidak mau minum, muntah, pucat dan berat bdan turun. Diagnosis dibuat
dengan pemeriksaan air kencing. Pada neonatus jumlah sel dalam air
kencing menjadi berarti kalau lebih dari 15 per mm3.
j. Osteitis akuta
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh metastasis sarang infeksi
stafilokkokus di suatu tempat. Penyebab utamnya ialah Staphilococcus
aureus. Suhu biasanya meningkat dan bayi tampak sakit berat. Lokal
terdapat pembengkakan dan menangis kalau bagian yang terkena di
gerakkan. Keadaan ini dapat ditemukan pada beberapa tempat, terutama
pada maksilla dan pelvis.
k. Tetanus neonatorum
Etiologi :
Penyebab penyakit ini ialah Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat
anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neurotopik.
Patologi :
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang,
dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh afiksia
akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat
disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran
darah.
Gambaran Klinik :
Masa inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan
minum karena terjadinya trismus. Mulut mecucu seperti ikan (karpermond),
sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik.

2. Infeksi Ringan
a. Pemfigus neonatorum
Mula-mula pemfigus timbul sebagai gelembung yang jernih, kemudia berisi
nanah dan di kelilingi daerah yang kemerahan. Gelembung-gelembung ini
dapat terjadi berlipat ganda dan menyebabkan gejala-gejala umum yang
berat.
b. Oftalmia neonatorum
Blenorea atau konjungtivitis gonoroika disebabkan oleh infeksi gonokkokus
(neisseria gonorrhoeae) pada konjungtiva pada waktu bayi melewati jalan
lahir. Konjungtiva mula-mula hiperemik terhadap edema palpebra, bulu
mata lekat karena nanah. Penyakit ini dapat bersifat bilateral. Pada tingkat
selanjutnya penyakit dapat menyerang kornea dan dapat menyebabkan buta.
Setiap bayi dengan radang konjungtiva harus diperiksa sekrit matanya.
Dengan pewarnaan gram dapat ditemukan gonokkokus sebagai diplokokkus
yang gram negatif terletak di dalam dan diluar sel.
c. Infeksi pusat
Ujung pusat sering kali terkena infeksi Staphilococcus aureus. Tempat itu
mengeluarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada edema. Pada keadaan
yang berat infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligamentum falsiforme
dan menyebabkan abses yang berlupat ganda.
d. Moniliasis
Kandida Albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi.
Biasanya jamur tidak menimbulkan gejala dan bersifat saprofit. Dalam
keadaan tertentu, bila daya tahan tubuh bayi turun atau pada penggunaan
antibiotika dan atau kortikosterois yang lama, dapat terjadi penumbuhan
jamur ini secara cepat dan menimbulkan infeksi berupa stomatitis , diare,
dermatitis, bahkan infeksi parenteral.
D. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endoskrin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolic
yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor maternal
a. Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alas an yang tidak diketahi
sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.
b. Status paritas
Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal
d. Ketuban pecah dini
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatal
a. Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya
immunitas bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan.
Transfor immunoglobulin melalui placenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trisemester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Definisi imun
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya
hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B
tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan spesifik bersama
dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan
aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar
Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan.
3. Faktor lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan dirumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi
parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada nonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic spectrum
luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di temukan
hanya di dominasi oleh E. Colli saja.
e. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara, yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah
kuman yang dapat menembus placenta, antara lain virus vubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang
dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan toxplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
dan amnion. Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis , selanjutnya
kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh
bayi dan masuk ke dalam traktus digestives dan traktus respiratoris,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui
cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau
port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi
oleh kuman (misal : herpes genetalis, candida albican dan gonorrhea).
3) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
persalinan/ kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar rahin (misal : melalui alat-alat pengisap lendir,
selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman, atau dst).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial.

E. Komplikasi
1. Hipoglikemia, asidosis metabolic
2. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
3. Ikterus/kernicterus
4. Meningitis
5. Sepsis berat
6. Syok sepsis

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa dapat dikonfirmasikan dengan kultur darah yang positif. Kultur ini dapat
memakan waktu 48 jam. Sedangkan perjalanan sepsis dapat mengakibatkan kematian
dalam beberapa jam. Oleh karena itu kita harus memulai terapi antibiotic secepatnya.
Antibiotik dapat tidak dilanjutkan bila kultur darah negative atau bayi tidak
menunjukkan gejala sepsis.
Neonatus teutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama bayi tersebut
menunjukkan gejala penyakit atau menderita penyakit congenital tertentu. Namun
tingkat lakunya berubah dapat dicurigai terjadi infeksi. (Hutchinson , 1972).

Penegakan diagnosis sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu
sendiri juga lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruang perawatan nya.
Diagnosis infeksi perinatal tidaklah mudah. Tanda khas seperti yang terdapat pada
bayi sering kali tidak ditemukan.Biasanya diagnosis yang ditegakkan dengan
observasi yang teliti, serta akhirnya dengan pemeriksaan fisik laboratorium.

Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala
infeksi local tidak menonjol lagi. Walaupun demikian, diagnosis dini dapat kita
tegakkan jika kita cukup waspada terhadap tingkah laku neonatus yang sebagai
pertanda awal dari permulaan infeksi umum. Menegakkan diagnosis sepsis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap dengan turunannya yang terpenting adalah jumlah sel
darah merah. Septic neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah cel
darah putih, yaitu kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan
banyak sel darah putih tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak
matang dihubungkan dengan total jumlah sel drah putih diidentifikasikan bahwa
bayi mengalamai respon signifikan.
2. Platelet biasanya 150.000 sampai 300.000 pada keadaan sepsis platelet menurun,
kultur darah gram negative atau positif , dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur
harus tersedia dalam beberapa jam dan akan mengidentifikasikan juumlah dan
jenis bakteri kultur darah atau sensitivitas membutuhkan waktu 24-48 jam untuk
mengembangkan dan mengidentifikasikan jenis pathogen serta antibiotic yang
sesuai.
3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal. Hal
ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.
4. Kultur urinea Kultur permukaan (Surface culture) untuk mengidentifikasi
kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri.
G. Penatalaksanaan
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
3. Diberi injeksi antibiotika berspektrum laus (lihat tabel dosis antibiotika).
Penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan
tumbuhnya jenis mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan
mengakibatkan tumbuhnya jamur yang berlebihan, misalnya jenis candida
albicans
4. Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggul talipusat (omfalitis)
diberi salep yang mengandung neomisin dan basitrasin
5. Memberikan cairan secara parenteral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi,
mengatasi dehidrasi.
6. Memberikan immunoglobulin secara IV : ini dilakukan dengan harapan dapat
meningkatkan antibody serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah
putih.
7. Mengatur posisi tidur/semi fowler agar sesak berkurang
8. Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin.
9. Berika ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit.
10. Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan.

Jenis dan dosis antibiotika yang dianjurkan untuk neonatus

Jenis antibiotika Dosis Frekuensi pemberian


Injeksi benzil penisilin
50.000 IU/Kg/kali i.m Tiap 12 jam
Atau

Injeksi ampisilin
50 mg/kg/kali i.m./i/v Tiap 8 jam

Dikombinasikan dengan

Injeksi aminoglikosida
2,5 mg/kg/kali i.m/i.v. Tiap 12 jam
(gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis
BAGAN PENANGANAN INFEKSI/SEPSIS

Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak nafas, merintih,


TANDA-TANDA menangis lemah atau tidak ada tangis, mengantuk, susah
minum, fontanel cembung, tali pusat memerah
Tanda-tanda tersebut diatas Biasanya hanya ditemukan :
disertai: Panas
Kadang-kadang kejang Tali pusat
KATEGORI
Tali pusat merah/kotor/bau
merah/kotor/bau Nanah ditelinga
Kulit ikterik Bisul/pustula dikulit
PENANGANAN
Diberi injeksi
Pertahankan tubuh
antibiotika
nbayi tetap hangat
Dilanjutkan antibiotika
(tidak hipotermia)
oral
ASI tetap diberikan
Nasihat perawatan
Puskesmas atau diberi air gula
infeksi
Injeksi antibiotika 1
Kontrol kembali dalam
kali (lihat tabel dosis
2 hari
antibiotika)
Rujuk kerumah sakit

Sama seperti diatas


Diberi antbiotika
ampisilin + gentamisin
i.v
Rumah sakit Bila perlu diberi
oksigen
Infus unruk mencegah
degidrasi
ASI tetap diberikan
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI NEONATUS

A. Pengkajian Data
1. Data Subjektif
Dilakukan pada tanggaljam.WIB
a. Biodata bayi
1) Nama bayi : nama untuk mengenal, memanggil ,dan menghindari
terjadinya kekeliruan.
2) Umur : umur bayi dapat mengantisipasi diagnose masalah keseharan
dan tindakan yang dilakukan.
3) Tanggal lahir : tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi.
4) Jenis kelamin : untuk mencocokkan identitas sesuai nama anak, serta
menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama dengan anak yang
lain.
5) Anak ke : untuk mengetahui paritas dari orang tua / mengetahui berapa
anak yang dilahirkan.

b. Biodata orang tua


1) Nama : untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung
jawab terhadap anak.
2) Umur : untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain itu
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu apakah termasuk primipara
muda atau primipara tua.
3) Agama : Riwayat Kelahiran
4) Pendidikan : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam
tindakan asuhan kebidanan, selain itu anak akan lebih terjamin pada
orang tua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi.
5) Pekerjaan : jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan
ekonomi keluarga, juga dapat memengaruhi kesehatan.
6) Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan
status gizi anak.
7) Alamat : dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan
mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien.
c. Keluhan utama
Biasanya bayi lemas, gerak tidak aktif, banyak tidur, reflex hisap jelek,
tangisan merintih, dll.

d. Riwayat penyakit sekarang


Kapan bayi mulai menampakkan kelainan atau gejala-gejala infeksi.

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


Apakah kehamilan yang lalu mengalami gangguan/ tidak, seperti mual-
muntah, perdarahan pervaginam yang banyak, nyeri kepala gangguan
penglihatan, anak lahir spontan/ tidak, ditolong oleh dokter/ bidan/ dukun,
lahir jam berapa dan jenis kelamin apa.

f. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang


Apakah ibu pada kehamilan anak yang terakhir ini pernah menderita
penyakit kencing manis, darah tinggi, asma, penyakit hati, TBC, maupun
penyakit lain yang dapat berpengaruh terhadap kehamilannya.

g. Riwayat kesehatan Keluarga


Apakah anggota keluarga mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit
menular seperti TBC, hepatitis. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti
kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma, riwayat kehamilan
kembar. Factor yang meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar adalah
factor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. (Manuaba, 2009)

h. Pola Gordon
1) Pola nutrisi
Biasanya nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat diberikan
segera setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Setelah bayi lahir
segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan
minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya ditambah 30 cc/kg bb
untuk hari berikutnya.
2) Pola eliminasi
Biasanya neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah
kelahirannya, buang air besar pertama kalinya dalam 24 jam pertama
berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan mekoneum Plug
Syndrome, megakolon, obstruksi saluran pencernaan.
3) Pola aktivitas
Biasanya kekakuan otot lemah, bayi sering menangis.
4) Pola istirahat/tidur
Biasanya bayi rewel, sehingga tidurnya berkurang.
5) Lingkungan Yang Berpengaruh
Lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih akan berpengaruh
terhadap kondisi bayinya.
6) Social Dan Ekonomi
Keadaan ekonomi dari yang rendah sampai sedang mudah terserang
sesuatu penyakit, karena jarang memeriksakan kondisi kandungannya
Kesimpulan :
a) Pola nutrisi : nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat
diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman.
Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar
sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya
ditambah 30 cc/kg bb untuk hari berikutnya.
b) Pola eliminasi : neonatus akan buang air kecil selama 6 jam
setelah kelahirannya, buang air besar pertama kalinya dalam 24
jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan
mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran
pencernaan.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : cukup / lemah
2) Kesadaran : composmentis/ letargi/ somnolen
3) Suhu : normal (36.5 37,5 C), apabila suhu 36 C merupakan gejala
awal hipotermi dan apabila suhu > 37,5 C merupakan gejala awal
hipertermi.
4) Nadi : normalnya 120 160 kali/ menit
5) Pernafasan : normalnya 40 x/menit, apabila < 30 x/ menit atau > 60 x/
menit bayi sukar bernafas, 5% 10% karena bayi mengalami 4
penyesuaian utama yang dilakukan belum dapat memeroleh kemajuan
dalam perkembangan.
6) Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan.
7) Berat badan : normalnya 2500 gram 4000 gram (jika BB bayi < 2500
gram maka termasuk BBLR, namun jika BB bayi < 4000 gram maka
bayi tersebut termasuk bayi besar)
8) Panjang badan : normalnya 48 53 cm

b. Pemeriksaan neurologis
1) Reflek moro/terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan
tangan maka akan menimbulkan gerak terkejut. Pada infeksi neonatal
reflek moro menurun, cenderung tidak memberikan respon.
2) Reflek mengenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka akan
berusaha mengenggam jari pemeriksa. Bayi dengan sifilis kongenita
sering kali menderita BBLR dan kulit telapak tangan serta kaki
mengkilat menebal dan mudah terlepas. kekuatan bayi untuk
mengenggam buruk/menurun.
3) Reflek rooting/mencari
Apabila pipi disentuh oleh jari pemeriksa maka ia akan menoleh dan
mencari sentuhan itu. Pada infeksi neonatal, bayi kurang untuk
memberikan respon saat di berikan sentuhan/stimulus.
4) Reflek menghisap/sucking reflek
Apabila bayi diberi dot/putting maka ia berusaha untuk menghisap.
Tapi pada infeksi neonatal infeksi ringan sampai berat akan
menunjukkan bayi lemah untuk menghisap.
5) Glabella reflek
Bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa
maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya. Pada
infeksi neonatal responnya kurang.
6) Gland reflek
Bila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri maka ia berusaha
mengangkat kedua pahanya. Pada infeksi neonatal, bayi akan sulit
untuk melakukan respon, karena bayi yang mengalami infeksi,
cenderung terlihat lemah.
7) Tonick neck reflek
Bila bayi diangkat dari tempat tidur/bila digendong maka ia akan
berusaha mengangkat kepalanya. Miningitis Mula-mula terdapat
gejala-gejala seperti pada sepsis yang kemudian dapat disertaidengan
kejang, fontanel menonjol, kuduk kaku dan opistotonus. bayi dengan
miningitis akan menunjukkan respon buruk, ataupun menunjukkan
respon menangis, karena merasa kesakitan.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Adanya vontanel yang menonjol, apakah ada pendarahan
intrakarnial menunjukkan adanya penurunan sistem imun
2) Muka : warna kulit merah.
3) Mata : bagaimana reflek pupilnya, ada tidak odema, hiperemi
konjungtiva, mata lengket dengan nanah
4) Hidung : Apakah ada pernafasan cuping hidung.
5) Mulut : Biasanya reflek menghisap dan telan menurun.
6) Telinga : Biasanya tidak ada kelainan.
7) Leher : apakah ada kaku kuduk
8) Dada : apakah ada nafas tambahan, retraksi intrakoste
9) Tali pusat : apakah ada pus, bau busuk terlihat basah menunjukkan
adanya tanda-tanda tali pusat.
10) Abdomen : biasanya terdapat distensi abdomen.
11) Genetalia : apakah ada tidak infeksi pada genetalia dan ruam popok
12) Anus : Apakah ada atresia ani atau kelainan lain.
13) Esktremitas : Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah,
bengkak, posisi atau postur, normal atau abnormal.
14) Kulit : apakah ada gelembung/ pustula

d. Pemeriksaan antopometri
1) Berat badan
BB bayi normal 2500 4000 gram
2) Panjang badan
PB bayi lahir normal 48 52 cm
3) Lingkar kepala
Lingkar kepala bayi normal 33 38 cm
4) Lingkar lengan atas
Normal 10 11 cm
5) Ukuran kepala
a) Diameter sub oksipito bregmatika
Antara foramen magnum ubun-ubun besar (9,5 cm)
b) Diameter sub oksipito frontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
c) Diameter fronto oksipitalis
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12
cm)
d) Diameter mento oksipitalis
Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
e) Diameter sub mento bregmatika
Antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
f) Diameter biparietalis
Antara 2 tulang parientalis (9 cm)
g) Diameter bi temporalis
Antara ke 2 tulang temporalis (8 cm)

e. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1) Adaptasi social : Sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial baik dengan
orang tua, keluarga maupun orang lain.
2) Bahasa : Kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui
tangisan untuk menyatakan rasa lapar, BAB, BAK dan kesakitan.
3) Motorik halus : Kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil
dari anggota badannya
4) Motorik kasar : Kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan
menggerakkan anggota tubuhnya.

f. Pemeriksaan penunjang
1) Septic neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah cel darah
putih, yaitu kurang dari 500 mm. (Nilai normal leukosit pada bayi baru
lahir 9000-30.000/mm3).
2) Jumlah trombosit biasanya kurang dari 100.000 ( Nilai Normal
200.000-400.000) dan terjadi pada 1-3 minggusetelah diagnosis
ditegakkan
3) Platelet biasanya 150.000 sampai 300.000 pada keadaan sepsis platelet
menurun, kultur darah gram negative atau positif , dan tes sensitivitas.
B. Pathway
C. Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputin kegiatan mentabulasi,
menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentykan kesenjangan
informasi, melihat pola data, membandingkan dengan standart, mengintepretasikan
dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah
keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus (NANDA
NIC-NOC, 2015) :

1. Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di


saluran napas.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan malas minum, diare, muntah.
3. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare, malas menyusu.
4. Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
5. Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.

E. Perencanaan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Tidak Setelah - Bayi tidak - Tempatkan bayi - Posisi yang baik
efektifnya dilakukan sesak lagi pada posisi yang dapat membantu
pola napas tindakan - Bayi tenang nyaman, kepala melonggarkan
yang keperawatan - Frekuensi ditinggikan jalan napas
berhubungan ketidakefekt pernapasan (misalnya - O2 mengatasi
dengan ifan napas menurun digendong) kebutuhan tubuh
meningkatnya dapat di - Sekret di - Berikan O2 dan akan oksigen dan
sekret di atasi saluran napas bersihkan jalan mwembersihkan
saluran napas tidak ada lagi napas dari sekret jalan napas akan
- Kolaborasi mengurangi
dengan dokter sumbatan di
tentang saluran napas
pemberian
antibiotik
- Antibiotik dapat
mengatasi infeksi

2. Gangguan Setelah - Muntah dan - Anjurkan pada - ASI mengandung


pemenuhan dilakukan diare berhenti ibu untuk tetap IgA dalam jumlah
nutrisi kurang tindakan - Bayi mau di memberikan tinggi yang dapat
keperawatan
dari susui ASI memberikan
gangguan
kebutuhan pemenuhan - Auskultasi imunitas
tubuh yang nutrisi dapat bising usus - Penurunan aliran
berhubungan diatasi - Kolaborasi darah dapat
dengan malas dengan dokter menurunkan
minum, diare, tentang peristaltik usus
muntah oemberian obat- - Antibiotik dapat
obatan seperti mengatasi infeksi
antibiotik dan yang akan
pemberian memperberat
cairan infeksi

3. Kurangnya Setelah - Suhu normal - Anjurkan pada - ASI mengandung


volume cairan dilakukan - Membran ibu untuk tetap IgA dalam jumlah
yang tindakan mukosa dan memberikan tinggi yang dapat
berhubungan keperawatan
kulit tidak ASI memberikan
dengan diare, voleme
cairan lagi kering - Awasi imunitas
malas pemasukan dan - Perubahan pada
kembali
menyusu.
normal pengeluaran, kualitas susu
catat dan ukur sangat
frekuensi diare mempengaruhi
dan kehilangan kebutuhan cairan
cairan dan peningkatan
- Kolaborasi resiko dehidrasi
dengan dokter - Terapi cairan
tentang dapat membantu
pemberian obat- mengurangi
obatan dan gangguan cairan
terapi cairan tubuh

4. Perubahan Setelah Tidak ada tanda- - Pantai suhu - Suhu 38,9 derajat
suhu tubuh dilakukan tanda hipertermi pasien (derajat sampai 41 derajat
yang tindakan dan pola) : menunjukkan
keperawatan
berhubungan perhatikan bayi proses penyakit
suhu tubuh
dengan proses bayi menggigil/diafo infeksius akut, pola
infeksi kembali resis demam dapat
normal
- Pantau suhu membantu dalam
lingkungan, diagnosis
batasi atau - Suhu ruangan atau
tambahkan jumlah selimut
linen tempat harus di ubah
tidur sesuai untuk
indikasi mempertahankan
- Berikan suhu mendekati
kompres mandi normal
hangat : hindari - Dapat membantu
penggunaan mengurangi
alkohol demam
- Kolaborasi - Pemberian
pemberian antipiretik
antipiretik digunakan untuk
misalnya ASA mengurangi
(aspirin), demam dengan
asetaminofen aksi sentralnya
(tylenol) dan pada hipotalamus,
berikan meskipun demam
antibiotik mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme, dan
meningkatkan
autodektsrusi dan
sel-sel yang
terinfeksi
sedangkan,
pemberian
antibiotik sebagai
antimikroba
mengobati infeksi
yang emnjadi
penyebab penyakit

5. Gangguan Setelah - Tidak ada - Menjelaskan - Agar tidak ada


rasa nyaman dilakukan tanda-tanda proses kekhawatiran saat
dan aman tindakan nyeri terjadinya terjadi sesuatu
keperawatan
yang - Bayi nampak infeksi kepada - Menurunkan reaksi
bayi tidak
berhubungan rewel tenang keluarga klien terhapat stimulus
dengan - Beri lingkungan dari luar agar dapat
infeksi tenang dan meningkatkan
nyaman istirahat atau
relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Lissauer & Fanaroff. (2008). At a Glance Neonatologi. Jakarta : Erlangga.

Medforth, Janet, dkk. (2011). Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta : EGC.

Saifudin, Abdul Bari. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sholeh, Kosim. (2010). Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Huda & Hardhi kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai