Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DI RUANG HESTI


RUMAH SAKIT TK. III DR. R. SOEHARSONO
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : AKHSIN MUZADI


NIM : 11409719006
TINGKAT : II (DUA)
SEMESTER : IV (EMPAT)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Akhsin Muzadi


NIM : 11409719006
Ruangan : Hesti

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus Kehamilan Letak Sungsang di ruang Hesti Rumah
Sakit TK. III dr. R. Soeharsono

Banjarbaru, Juli 2021

Akhsin Muzadi
NIM : 11409719006

Menyetujui

Pembimbing lahan Pembimbing akademik

Kartayasi, S.Kep, Ns Sri Jamilah, SST., MM


NIP:198406262002122003 NIK: 069637120

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN LETAK SUNGSANG


I. Konsep Teori
A. Pengertian
Kehamilan dengan letak sungsang adalah kehamilan dimana
bayiletaknya sesuai dengan sumbu badan ibu. Kepala pada fundus uteri
sedangkanbokong merupakan bagian terbawah (di daerah PAP/sympisis).
Padapersalinan justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan
lahirterakhir. Kehamilan dengan letak sungsang merupakan keadaan
dimana janinterletak memanjang dengan kepala pada fundus uteri dan
bokong berada dibawah kauvum uteri.

B. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-
kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan
bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan fetus juga dapat
menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS, massa di leher,
aneuploid.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,
misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor
pelvis dan lain-lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala
2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang :
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hedrosefalus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau aligohidromion
e. Prematuritas

C. Klasifikasi
Letak sungsang sendiri dibagi menjadi:
1. Letak bokong Murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris
“Frank Breech“. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba
kaki dalam bahasa Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong
kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong teraba
kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam
bahasa Inggris kedua letak tersebut disebut “Incomplete Breech”.
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba
satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak
kaki atau lutut tidak sempurna.

D. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin
sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa
fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi
sungsang.
E. Pathway
F. Tanda Dan Gejala
1. Dengan inspeksi abdomen melebar kesamping (tidak simetris)
2. Punggung mudah diketahui pada palpasi, pada punggung anterior
suatu dataran keras terletak melintang dibagian depan perut ibu.
3. Bunyi jantung janin terdengar disekitar umbilicus
4. Kepala dapat diraba disebelah kanan atau kiri perut ibu
5. Bokong teraba di sisi lain
6. Pada pemeriksaan USG ditemukan letak lintang.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemaglobin atau hematokrit untuk mengkaji perubahan dari kadar
praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengedentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama pendarahan, dan waktu pembekuan darah.
4. Urinarisasi : menentukan kadar albumin dan glukosa
5. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan,
kedudukan dan presentasi janin.
6. Pemantauan elektronik kontinu : memastikan status janin / aktivitas
uterus.

H. Komplikasi
1. Bagi ibu
a. Rupture uteri
b. Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama
c. Infeksi intra partum
2. Bagi janin
a. Cedera tali pusat
b. Timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbung
melalui vagina
c. Kematian janin
d. Ruptur janin
I. Penatalaksanaan
1. Penanganan dalam kehamilan
Knee Chest Position ( KCP ) : Dilakukan 2 – 3 kali sehari selama 10 –
15 menit. Diharapkan bokong janin yang telah turun bebas kembali
sehingga terjadi versi spontan. Usia kehamilan yang dianjurkan untuk
melakukan KCP adalah pada usia kehamilan 30 – 32minggu.
2. Perawatan kolaboratif :
Intervensi yang dilakukan meliputi versi luar (external chepalic
version,ECV), partus percobaan, induksi, amniotomi, dan prosedur
operatif (bantuan forcep, ekstraksi vakum, kelahiran sc).
a. Versi Luar
Versi luar adalah upaya memutar janin dari presentasi bokong ke
presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan
diatas 32 minggu. Pada primigravida 32 – 34 minggu dan pada
multigravida 34 – 36 minggu. Sedangkan setelah 38 minggu versi
luar sulit dilakukan karena janin sudah cukup besar, jumlah air
ketuban sudah berkurang.
Syarat-syarat versi luar :
1) Janin diharapkan dapat dilahirkan pervaginam
2) Bagian terendah janin masih dapat digerakkan di atas pintu
atas panggul
3) Ibu tidak gemuk, agar penolong dapat meraba bagian-
bagian janin
4) Selaput ketuban masih utuh
b. Partus percobaan
Suatu periode yang bisa diterima (4-6 jam) untuk persalinan aktif.
Periode ini memungkinkan pengkajian kelahiran per vaginam yang
aman untuk ibu dan janin.
c. Induksi persalinan
Adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum awitan
spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran. Indikasinya
antara lain : hipertensi akibat kehamilan, DM, dan masalah
maternal lain.
d. Amniotomi
Dapat digunakan untuk menstimulasi persalinan bila kondisi
serviks mendukung. Persalinan dimulai 12 jam setelah ketuban
ruptur.
e. Prosedur operatif
1) Bantuan forcep
Dua buah instrumen dengan bilah melengkung digunakan
untuk pelahiran kepala janin
2) Ekstraksi vakum
Metode persalinan dengan memasang sebuah mangkuk (cup)
vakum dikepala janin dan tekanan negatif.
3) Sectio caesarea
Kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pribadi
2. Anamnesis penyakit
3. Riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
4. Kebutuhan harian :
a. Aktifitas / Istirahat :
Melaporkan keletihan, kurang energi
Letargi, penurunan penampilan
b. Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat
c. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
d. Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau
setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder). Fase
laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama
pada nulipara (rata- rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada
multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
f. Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu
dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala. Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan
janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi
bokong).Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam
padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara.
g. Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin
distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin
besar atau grand multiparitas.
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : cm
Tekanan darah, Nadi, Pernapasan, Suhu
Anemis, Ikterus, Cianosis, Dyspneu, Edema
6. Status kehamilan
TFU, Teregang, Terbawah, Gerak, DJJ, His, Ebw.
Adekuat panggul:
a. Promontorium
b. Linea innominata
c. Spina ischiadica
d. Os sacrum
e. Os coccygeus
f. Arcus pubis
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. USG

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan
lahir
2. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan
obstruksi pada penurunan janin
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan
malpresentasi janin
4. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
C. Intervensi
1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan
lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit nyeri
berkurang.
Kriteria hasil :
• Pasien tampak lebih nyaman
• wajah menunjukan nyeri berkurang
• Mampu melakukan teknik relaksasi
Intervensi :
a. Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa
nyaman mengajukan pertanyaan
b. Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana
c. Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi
bila perlu
d. Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan
punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk,
pemberian es batu)
e. Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi
f. Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontraksi
terjadi

2. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan


obstruksi mekanis pada penurunan janin
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit ibu
bebas dari risiko cedera pada proses pelahiran
Kriteria hasil :
• Ibu akan melahirkan dengan cedera minimal atau tidak
mengalami cedera
Intervensi :
a. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
b. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan
istirahat sebelum awitan persalinan
c. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
d. Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin
e. Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah
baring dan ambulasi sesuai toleransi
f. Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin
endogen.
g. Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai
indikasi
3. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan
malpresentasi janin
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit janin
bebas dari cedera pada proses pelahiran.
Kriteria hasil :
• Janin lahir tanpa mengalami cedera atau distress janin
Intervensi :
a. Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan
variabilitas,perubahan periodik dan frekuensi dasar.
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi
melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia. Tekanan
kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu
oksigenasi dalam ruang intravilos
c. Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu
dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang
d. Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak, dalam
presentasi bokong (kelahiran sectio caesarea)
4. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit ibu
mampu menggunakan pola koping yang efektif dan positif
Kriteria hasil :
• Ibu akan memperlihatkan rasa cemasnya berkurang
• Ibu akan menggunakann pola koping efektif untuk
mempertahankan konsep diri yang positif
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi atau
penonjolan
b. Kenali realitas keluhan klien akan nyeri / ketidaknyamanan
c. Tentukan tingkat ansietas klien dan perhatikan adanya frustasi
d. Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
e. Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.
f. Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang
dipelajari
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulchek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner.


(2018). Nursing Intervension Classification(NIC) Edisi Bahasaa Indonesia
edisi keenam. Jakarta: ELSEVIER.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

. Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. Volume 2. Jakarta : EGC.

Khabibah, J. N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI LETAK LINTANG. Dipetik
Juli 2, 2021, dari eprints.kertacendekia.ac.id:
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/124/1/KTI%20Jannah%20kecil.pdf

Musyarofah, A. Y. (2016). LAPORAN PENDAHULUAN. Dipetik Juli 2, 2021, dari


Academia:https://www.academia.edu/32116890/LAPORAN_PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai