Anda di halaman 1dari 35

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEWASA

DAN LANSIA

MATA KULIAH : KOMUNIKASI KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING :

SORAYA SKM.,M.KES

DISUSUN OLEH :

TINGKAT 1A RUANG KENARI

AKPER KESDAM VI TANJUNGPURA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar ini. Shalawat
beriringan salam juga penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah berjasa membawa perubahan pada umat manusia yaitu dari zaman
kebodohan ke zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.

Makalah ini membahas tentang konsep komunikasi secara umum, konsep


komunikasi terapeutik pada klien dewasa dan lansia serta teknik komunikasai
pada klien dewasa dan lansia.

Kemampuan perawat dalam berkomunikasi dan kepekaan perawat terhadap klien


sebagai individu yang unik akan mempengaruhi keberhasilan asuhan keperawatan.
Sehingga dengan mempelajari buku ini, diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pembaca dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien di berbagai tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan pola
komunikasi terapeutik serta dapat meningkatkan sensitivitas pembaca terhadap
keunikan yang dimiliki oleh seorang klien.

Dalam penyusunan buku ajar ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
baik dalam hal isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca demi terbentuk pola
pikir yang lebih baik dalam penulisan buku selanjutnya.

Pada kesempatan ini, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini sehingga buku ini
dapat diterbitkan. Semoga menjadi amalan yang menjadi pahala berlipat ganda di
akhirat nanti. Aamiinn Yaa Rabbal Alamiinn..

Banjarmasin,24 september 2019

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar..……………….……..……………………………..…………… ii

Daftar isi…………………………………….…………………..……………… iii

BAB I……………………………………………………………………………. 1

PENDAHULUAN…………………………...………………………………...… 2

Latar belakang........................................................................................................ 2

Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 2

BAB II………………………………………………………………………...…. 4

1. Teori Komunikasi…………………………………………………………..… 5
2. Komunikasi Pada Klien Dewasa……………………………………………... 9
A. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa ............................... 10
B. Model Komunikasi Pada Klien Dewasa ................................................. 10
C. Sikap Komunikasi Pada Klien Dewasa…………………………….…... 18
D. Teknik Komunikasi Pada Klien Dewasa ................................................. 20
3. Komunikasi Pada Klien Lansia……………………………………………... 27
A. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia………………….… 27
B. Strategi Komunikasi Pada Klin Lansia dan Keluarganya…………… 27

BAB III ……………………………………………………………................… 32

KESIMPULAN………………………………………………………………… 32

Daftar Pustaka

iii
BAB I

1
2

PENDAHULUAN

Latar belakang

Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan


hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran
pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi
pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk
memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
tersebut (Pearson dan Nelson dalam Mulyana, 2009:5).
Purwaningsih dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa hubungan saling
memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan
disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang merupakan komunikasi
profesional perawat. Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi
pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku
pasien dan membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya
(Utami, 2015, dalam Prasanti, 2017).
Melihat perkembangan dunia keperawatan saat ini yang semakin pesat tidak
jarang kita melihat perawat yang beretika tidak sesuai, salah satunya mengenai
cara berkomunikasi pada klien yang tidak memperhatikan factor umur sehingga
beberapa klien sering menganggap perawat bekerja secara sembrono. Maka
sehubungan dengan hal itu dan adanya tugas dari dosen mata kuliah “Komunikasi
Keperawatan”, maka kami membuat makalah ini dengan judul “KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA KLIEN DEWASA DAN LANSIA”.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu


memahami komunikasi terapeutik dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
3

pada klien dewasa dan lansia serta dapat menerapkan komunikasi terapeutik pada
klien dewasa dan lansia.

Manfaat

 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana komunikasi dewasa dan lansia


 Mahasiswa mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa
dan lansia.
 Mahasiswa mengetahui bagaimana model-model komunikasi pada dewasa
dan lansia.
 Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik komunikasi pada klien dewasa
dan lansia.
BAB II

4
5

1. Teori Komunikasi

Terdapat banyak definisi tentang ilmu komunikasi yang dirumuskan oleh


para ahli. Masing-masing mempunyai penekanan arti yang berbeda satu dengan
lainnya. Empat di antaranya adalah sebagai berikut. “Ilmu adalah pengetahuan
yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan
dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum” (Nazir, 1988). “Konsepsi ilmu
pada dasarnya mencakup tiga hal: adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi, dan
dapat disistematisasi” (Shapere, 1974). “Pengertian ilmu mencakup logika, adanya
interpretasi subjektif, dan konsistensi dengan realitas sosial” (Alfred Schutz,
1962). “Ilmu tidak hanya merupakan suatu pengetahuan yang terhimpun secara
sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi” (Tan, 1954).

Dari empat definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada


dasarnya adalah pengetahuan tentang suatu hal, baik yang menyangkut alam
(natural) atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui
proses berpikir. Pengertian ilmu dalam dunia ilmiah menuntut tiga ciri. Pertama,
ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika. Kedua,
ilmu harus terorganisasikan secara sistematik. Ketiga, ilmu harus berlaku umum.
Pengertian mengenai ilmu komunikasi, pada dasarnya mempunyai karakteristik
yang sama dengan pengertian ilmu secara umum sebagaimana telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya. Hanya saja objek perhatiannya difokuskan pada
peristiwa-peristiwa komunikasi antarmanusia. Salah satu definisi yang cukup jelas
mengenai ilmu komunikasi diberikan oleh Berger dan Chaffee dalam buku
mereka Handbook of Communication Science terbitan tahun 1987. Menurut
Berger dan Chaffee, ilmu komunikasi adalah “Ilmu pengetahuan tentang produksi,
proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui
pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan
menjelaskan fenomena yang berkaitan.
6

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh Berger dan Chaffee


tersebut memberikan 3 (tiga) pokok pikiran. Pertama, objek pengamatan yang jadi
fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari
sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. Kedua, ilmu
komunikasi bersifat “ilmiah-empiris” (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran
dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk-bentuk teori) harus berlaku umum. Ketiga,
ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan
produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Berdasarkan definisi dari Berger dan Chaffee serta uraian-uraian yang telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya tentang ciri-ciri ilmu, dapatlah dikatakan
bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang peristiwa
komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan
pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya
dapat diuji dan digeneralisasikan. Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial
mengandung beberapa pengertian sebagai berikut.

1. Teori adalah abstraksi dari realitas.


2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang
secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara
sistematis.
3. Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksiomaaksioma
dasar yang saling berkaitan.
4. Teori terdiri dari teorema-teorema, yakni generalisasi-generalisasi yang
diterima/ terbukti secara empiris.

Sementara itu, Littlejohn dan Foss (2008) menyatakan bahwa teori pada
dasarnya memliki 4 (empat) pengertian. Keempat pengertian tersebut adalah: (1)
teori adalah abstraksi, (2) teori merupakan susunan atau himpunan, (3) teori
adalah interpretasi tentang sesuatu hal, dan (4) teori juga berisikan rekomendasi
tentang suatu tindakan. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau
penjelasan logis dan faktual tentang suatu fenomena”.
7

Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori


komunikasi pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis
tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia”. Peristiwa
yang dimaksud, seperti yang dimaksud oleh Berger dan Chaffee, mencakup
produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Penjelasan dalam teori tidak hanya menyangkut
penyebutan nama dan pendefinisian variabel-variabel, tetapi juga
mengidentifikasikan keberaturan hubungan di antara variabel. Menurut Littlejohn
(1987, 1989, 2002).

5. Simbol-simbol/verbal/ujaran “Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau


gagasan secara verbal” (Hoben, 1954).
6. Pengertian/pemahaman “Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita
bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses
yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku”
(Anderson, 1959).
7. Interaksi/hubungan/proses sosial “Interaksi, juga dalam tingkatan biologis
adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-
tindakan kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963).
8. Mengurangi ketidakpastian “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego” (Barnlund, 1964).
9. Proses “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kataS
1.22 teori komunikasi kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain”
(Berelson dan Steiner, 1964).
10. Pengalihan/penyampaian/pertukaran “Penggunaan kata komunikasi
tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda
atau orang ke benda atau orang lainnya. Kata komunikasi kadang-kadang
menunjuk kepada yang dialihkan, alat yang dipakai sebagai saluran
pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan.
8

Dalam banyak kasus, hal yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau
bagian bersama. Oleh karena itu, komunikasi juga menuntut adanya
partisipasi.” (Ayer, 1955).
11. Menghubungkan/menggabungkan “Komunikasi adalah suatu proses yang
menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya.”
(Ruesch, 1957).
12. Kebersamaan “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari
yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki
oleh dua orang atau lebih.” (Gode, 1959).
13. Saluran/alat/jalur “Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan
kemiliteran perintah/order, dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir,
dan lain-lain.” (American College Dictionary).
14. Replikasi memori “Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian
seseorang dengan tujuan mereplikasi memori.” (Cartier dan Harwood, 1953).
15. Tanggapan diskriminatif “Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari
suatu organisme terhadap suatu stimulus.” (Stevens, 1950).
16. Stimuli “Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian
informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap
penerima.” (Newcomb, 1966).
17. Punya tujuan/kesengajaan “Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan
yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi
tingkah laku pihak penerima.” (Miller, 1966). SKOM4204/MODUL 1
1.23
18. Waktu/situasi “Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu
keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan.”
(Sondel, 1956).
19. Kekuasaan/kekuatan “Komunikasi adalah suatu mekanisme yang
menimbulkan kekuatan/kekuasaan.” (Schacter, 1951).
9

2. Komunikasi Pada Klien Dewasa

Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan


fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab
serta tuntutan social telah membentuk orang dewasa. melakukan komunikasi
dengan orang lain, baik pada setting professional ketika mereka bekerja atau pada
saat mereka berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.

Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah


mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai media transfer
informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa tidak hanya
melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik
serta menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau
situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang
kala dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi
disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari
sepenggal kata tersebut ketika diungkapkan dengan nada datar, akan memberi
kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk.
Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan menggunakan bahasa yang
halus dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi
mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah
bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta.

Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan


lingkungan memberi keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan
secara sederhana. Namun, kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap
pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia karena kesalahan dalam menerima
10

pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih
kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat orang
seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap
orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana
dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar
individu atau kelompok.

A. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dewasa

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai


sikap-sikap tertentu yaitu :

1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa


itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk
mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus,
manusia punya perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi
dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling
mengungkapkan.
B. Model Komunikasi Pada Klien Dewasa
Model Komunikasi Pada Klien Dewasa Untuk dapat berkomunikasi secara efektif
dengan klien dewasa dapat diterapkan beberapa model konsep komunikasi sebagai
berikut:
a. Model Shanon & Weaver
Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian
pesan informasi berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan
sumber dalam bentuk sandi. Diasumsikan bahwa sumber informasi
menyampaikan sinyal yang sesuai dengan saluran informasi yang digunakan.
11

Gangguan yang timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang


disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep komunikasi
antarpribadi. Faktor yang menguntungkan dari implementasi model ini ialah
pesan yang disampaikan dapat diterima langsung oleh pihak penerima.
Meskipun demikian, pada model ini pun terdapat kelemahan yang berupa
hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu
klien dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan
komunikasi melalui perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang
dikomunikasikan.

 Contoh Komunikasi Model Shanon Dan Weaver

PERAWAT     : Permisi, selamat siang bu.

PASIEN          : Selamat siang sus.

PERAWAT     : Bagaimana keadaannya bu?

PASIEN          : Baik sus, saya rasa keadaan saya sekarang sudah lebih baik,
tidak seperti dulu.
PERAWAT     : Baguslah bu,baiklah saya akan menjelaskan kepada ibu, cara
mencegah agar penyakit maag ibu tidak kambuh lagi.
Ibu,sebaiknya ibu menjaga pola makan ibu,agar teratur serta
hindari makanan yang  pedas dan asam karena makanan
tersebut dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
meningkatkan kadar asam lambung bu.

PASIEN          : Baik sus.

PERAWAT     : Apakah ibu sudah mengerti atau perlu saya jelaskan lagi?

PASIEN         : Saya rasa saya sudah mengerti sus, terima kasih sus.
12

PERAWAT    : Kalau begitu saya permisi dulu bu.

PASIEN         : Iya sus.

b. Model Komunikasi Leary


Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di
antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien
yang dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Model komunikasi Leary
diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang
terjadi dalam komunikasi antara profesional dan klien. Dalam pesan
komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.

Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan


yang ditentukan dan harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan.
Dalam komunikasi seharusnya terdapat keseimbangan kepercayaan di antara
pengirim dan penerima pesan. Apabila model komunikasi ini diterapkan pada
klien dewasa hanya dapat dilakukan pada kondisi darurat untuk
menyelamatkan hidup klien karena dalam kondisi darurat klien harus mentaati
pesan yang disampaikan oleh perawat/p

ofesional kesehatan. Tetapi pada klien/pasien dalam kondisi kronik


model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena klien dewasa
mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak
mudah dipengaruhi oleh perawat.

Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue)
dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional.
Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien pada
pelayanan kesehatan secara langsung.
13

Contoh Komunikasi Model Komunikasi Leary

PERAWAT                    : Selamat Siang!

KELUARGA PASIEN     : Selamat Siang Sus!

PERAWAT             : Maaf sebelumnya,saya dewi yang ditugaskan


untuk menangani pasien ini

KELUARGA PASIEN : Iya sus,tolong cepat ditangani sus

PERAWAT                     : Baiklah, ibu tarik nafasnya bu, lalu hembuskan

PASIEN                       : (pasien menarik nafas dan menghembuskan)

PERAWAT            : Bu minum airnya dulu ya, supaya ibu agak


tenang (sambil memberikan minum)

PASIEN : (Meminum air yang d berikan)

PEARWAT             : Ibu sekarang silahkan ibu baring ditempat tidur


ya, lukanya akan segera saya bersihkan!

PASIE                       : Iya sus

PERAWAT                 : Tahan posisinya ya bu,jangan goyang

PASIEN                       : Iya sus

PERAWAT            : (Perawat membersihkan lukanya, 15 menit


kemudian luka selesai      dibersihkan) Ibu lukanya
sudah selesai di bersihkan, luka ibu ini dalam dan
lebar bu,ini harus dijahit.

PASIEN                        : Iya sus,tapi saya tidak berani di jahit!


14

PERAWAT                  : Tapi ini harus di jahit,karena jika tidak dijahit


lukanya ini,akan susah sembuh dan biasa-bisa
terkena infeksi

PASIEN                       : Iya sus.

PERAWAT                 : Perawat menyuntikan bius, disekitar kaki yang luka,


dan mulai menjahit, 20    menit kemudian luka
selesai dijahit). Ibu lukanya sudah selesai dijahit,
luka  ibu ini dijahit yaitu 4 jahitan.

PASIEN : Iya sus.

PERAWAT : Baiklah ibu, sekarang tugas saya sudah selesai. Ibu


dan keluarga biasa  menunggu menunggu
diruangan ini dulu, perawat linda akan segera dating
memberikan resep obat yang akan ditebus, dan
pembayarannya keluarga bias langsung ke ruang
administrasi.

KELUARGA PASIEN : Iya sus,terimakasih.

PERAWAT : sama-sama . saya permisi dulu, selamat siang

PASIEN&KELUARGA : Iya sus, selamat siang.

c. Model Interaksi King

Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat


dan klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk
mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada
klien. Model ini menekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara
perawat dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien
15

berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Interaksi merupakan proses


dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan,
dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini menunjuknya arti
penting hubungan antara perawat dan klien. Komunikasi berdasarkan model
interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa karena model ini
mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan
untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk
mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.

Contoh komunikasi modil king

PERAWAT      : Permisi, Selamat Siang Bu

PASIEN           : Selamat Siang Sus

PERAWAT      : Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak istirahat dan


menjaga kesehatan ibu dan jangan terlalu kelelahan.

PASIEN : Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sibuk dengan


pekerjaan saya,sehingga kurang istirahat. Baiklah sus saya
akan menjaga kesehatan saya.

PERAWAT  : Baiklah bu,jika anda sudah mengerti kalau begitu saya


permisi dulu bu.jika ada yang bisa saya bantu ibu dapat
menghubungi saya di ruang jaga perawat. Permisi bu.

PASIEN : Iya sus. Terima kasih sus.

PERAWAT : Sama-sama bu. Permisi

d. Model Komunikasi Kesehatan


Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional
kesehatanklien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu. :
16

1) Relationship,

2) Transaksi, dan

3) Konteks.

Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal,


bagaimana seorang professional dapat meyakinkan orang tersebut.
Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang
pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien
adalah individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk
mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk
mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan kesepakatan interaksi
antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu
komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan
biasanya disesuaikan dengan temapt dan situasi. Penerapannya Terhadap
komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada
klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan
karekterisitik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain. Transaski yang dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis dan
umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang
berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan
dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan


tertentu seperti: sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan,
usia, factor, budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, dan lain-lain sehingga
perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi
kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar
perawat menerima sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat
17

menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada hal
tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan
pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan
relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan
pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk mengevalusi tujuan
komunikasi.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah


laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai
tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik
klien.

• Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang


menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat
sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai

• Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model
interaksi king dan model komunikasi kesehatan yang menekankan
hubungan relationship yang saling member dan menerima serta adanya
feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai
dengan yang ingin dicapai.

ANALIS KESEHATAN : Selamat siang dok

DOKTER : Selamat siang

ANALIS KESEHATAN  : Dok, dari hasil pemeriksaan laboratorium


pasien yang berada di kamar  1 menderita
penyakit kecacingan, karena saya  menemukan
ada telur    cacingacraris lumricoides pada
feses pasien tersebut.
18

Dokter : Baiklah, berikan obat mibendazol dan


pastikan agar pasien tersebut rutin Meminum
obat tersebut selama 7 hari

Analis Kesehatan : Baik dok, permis

C. Sikap Komunikasi Pada Klien Dewasa

Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang


dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan
orang dewasa adalah :

1. Sikap hormat menghormati


Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.

2. Sikap saling menghargai


Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.
Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.

4. Sikap saling percaya


Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan.

5. Sikap saling terbuka


19

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan


orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat
tergali.

Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak
berdaya, dan tidak aman ketika berada dihadapan pribadi-pribadi yang mengatur
sikap dan perilakunya. Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung
pada aturan dan ketetapan pihak lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang
dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat terungkap dalam
bentuk sikap emosional dan agresif. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai
dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien
dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk
mencapai penerimaan terhadap maslahnya.

D. Teknik Komunikasi Pada Klien Dewasa

1. Mendengarkan Secara Aktif


Salah satu cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan adalah
mendengarkan secara aktif. Mendengarkan secara aktif adalah mendengarkan
dengan penuh perhatian apa yang disampaikan oleh pasien baik secara verbal
maupun nonverbal.

Ketika berbicara dengan pasien, perawat hendaknya menunjukkan sikap


terbuka, memandang atau menatap pasien, melakukan kontak mata,
menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh lebih dicondongkan ke arah
pasien, dan menganggukkan kepala saat pasien membutuhkan umpan balik
atau membicarakan hal yang dirasa sangat penting.
20

2. Memperlihatkan Sikap Menerima


Teknik dalam komunikasi keperawatan selanjutnya adalah memperlihatkan
sikap menerima. Sikap menerima adalah sikap bersedia untuk mendengarkan
apa yang ingin disampaikan oleh pasien tanpa keraguan. Ketika menerapkan
teknik ini hendaknya perawat mengindari bahasa tubuh dalam
komunikasi yang menunjukkan ketidaksetujuan.

Sebaliknya, perawat hendaknya memperlihatkan sikap menerima dengan cara


menganggukkan kepala tanda setuju atau memahami apa yang disampaikan
oleh pasien, memastikan kesesuaian antara komunikasi nonverbal dan
komunikasi verbal, memberikan umpan balik verbal yang menunjukkan
pengertian, menghindari berdebat, mendengarkan tanpa interupsi, dan
menghindari setiap usaha untuk mengubah pikiran pasien.

3. Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan


Teknik berikutnya yang diterapkan dalam komunikasi keperawatan adalah
memberikan pertanyaan yang berkaitan. Teknik ini bertujuan untuk mencari
informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan.

Ketika memberikan pertanyaan yang berkaitan, hendaknya perawat hanya


menanyakan satu pertanyaan dan menggali lebih dalam topik yang ditanyakan
tersebut sebelum beranjak ke topik selanjutnya. Memberikan pertanyaan
kepada pasien dapat dilakukan dengan pertanyaan terbuka maupun tertutup.

4. Mengulang
Teknik mengulang dalam komunikasi keperawatan yang digunakan perawat
umumnya bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pasien agar pasien
mengetahui bahwa perawat memahami  apa yang disampaikan oleh pasien
sehingga komunikasi dapat terus berlanjut.
21

Teknik ini dilakukan dengan cara mengulang kembali apa yang dikatakan oleh
pasien dengan menggunakan kata-kata perawat sendiri.  Misalnya, pasien
mengatakan, “Perut saya perih”. Perawat menjawab, “Apakah Ibu memiliki
sejarah sakit maag?”.

5. Klarifikasi
Teknik klarifikasi dalam komunikasi keperawatan adalah teknik yang
digunakan untuk mengecek kembali atau memeriksa apakah pasien benar-
benar memahami apa yang dibicarakan dengan tepat atau memahami lebih baik
lagi mengenai topik yang dibicarakan.

Teknik klarifikasi dalam komunikasi keperawatan dilakukan dengan cara


menyatakan kembali pesan yang ambigu atau tidak jelas oleh perawat dengan
tujuan mengklarifikasi makna yang dimaksud oleh pasien. Misalnya, “Saya
tidak paham dengan apa yang dimaksud dengan  ‘lebih sakit dari yang
biasanya’, apa bedanya dengan sekarang?”

6. Memfokuskan
Teknik dalam komunikasi keperawatan berikutnya adalah memfokuskan
pembicaraan antara pasien dan perawat. Teknik ini dilakukan dengan cara
memberikan perhatian pada satu topik gagasan atau bahkan hanya satu kata
saja. Misalnya, “Pada skala 1 sampai 10, bagaimanakah rasa sakit yang Anda
alami di kaki Anda?”.

7. Merefleksikan
Teknik refleksi pertama kali diterapkan dalam komunikasi pendidikan
atau komunikasi pembelajaran terkait dengan interaksi antara guru dan peserta
didik.
22

Dalam komunikasi perawatan, teknik ini menitikberatkan pada interaksi yang


terjadi antara perawat dan pasien dan merupakan jalan untuk memahami
kepercayaan dan nilai-nilai pasien.

Tujuan teknik refleksi dalam komunikasi keperawatan adalah untuk


memberikan umpan balik kepada pasien dengan cara menyampaikan hasil
pengamatan perawat kepada pasien sehingga dapat diketahui pesan diterima
dengan baik oleh pasien. Misalnya, “Adik kok sedih?”.

8. Menyediakan atau Memberi Informasi


Memberikan informasi yang sesuai bagi pasien adalah salah satu teknik
atau cara komunikasi efektif dengan pasien. Teknik menyediakan atau
memberi informasi adalah teknik yang digunakan oleh perawat untuk
memberikan jenis-jenis informasi yang berkaitan atau sesuai dan sangat
penting dalam proses pengambilan keputusan, mengurangi kecemasan, dan
memberikan rasa aman bagi pasien.

9. Diam
Makna diam dalam komunikasi khususnya komunikasi keperawatan mengacu
pada waktu yang disediakan bagi perawat dan pasien untuk mengamati satu
sama lain, memikirkan apa dan bagaimana mengatakan sesuatu, dan menyadari
apa yang telah dikomunikasikan secara verbal. Perawat handaknya
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpikir dan mengekspresikan
dirinya.

10. Mengidentifikasi Tema


Mengidentifikasi tema dalam komunikasi keperawatan adalah membuat
kesimpulan mengenai topik yang dibicarakan. Teknik ini bertujuan untuk
membantu pembahasan topik tertentu sebelum beranjak untuk membahasa
topik berikutnya. Biasanya teknik ini dilakukan sebelum pembicaraan
23

mengenai topik yang berkaitan dilanjutkan. Memberikan informasi yang


sesuai bagi pasien adalah salah satu teknik atau cara komunikasi efektif
dengan pasien. Teknik menyediakan atau memberi informasi adalah teknik
yang digunakan oleh perawat untuk memberikan jenis-jenis informasi yang
berkaitan atau sesuai dan sangat penting dalam proses pengambilan keputusan,
mengurangi kecemasan, dan memberikan rasa aman bagi pasien.

Makna diam dalam komunikasi khususnya komunikasi keperawatan mengacu


pada waktu yang disediakan bagi perawat dan pasien untuk mengamati satu
sama lain, memikirkan apa dan bagaimana mengatakan sesuatu, dan
menyadari apa yang telah dikomunikasikan secara verbal. Perawat handaknya
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpikir dan mengekspresikan
dirinya.

Mengidentifikasi tema dalam komunikasi keperawatan adalah membuat


kesimpulan mengenai topik yang dibicarakan. Teknik ini bertujuan untuk
membantu pembahasan topik tertentu sebelum beranjak untuk membahasa
topik berikutnya. Biasanya teknik ini dilakukan sebelum pembicaraan
mengenai topik yang berkaitan dilanjutkan

11. Memberikan Penghargaan


Teknik memberikan penghargaan kepada pasien dalam komunikasi
keperawatan adalah teknik yang diterapkan oleh perawat dengan
memperlihatkan perubahan yang terjadi pada pasien.

Penghargaan yang diberikan oleh perawat kepada pasien hendaknya tidak


menjadi beban tersendiri bagi pasien. Hal ini dimaksudkan agar pasien tidak
melakukan berbagai macam hal untuk memperolah pujian dari perawat.
Misalnya, “Selamat, ya. ,,Bapak sudah pulih dan bisa pulang hari ini”.

12. Menawarkan Diri


24

Menawarkan diri merupakan salah satu contoh komunikasi interpersonal


dalam keperawatan.  Menawarkan diri adalah teknik dalam komunikasi
keperawatan yang mengacu pada menyediakan diri kepada pasien tanpa
pamrih. Teknik ini dilakukan ketika pasien dirasa belum siap untuk
berkomunikasi dengan perawat secara verbal. Misalnya, “Saya ingin Ibu
merasa tenang”.

13. Memberi Kesempatan kepada Pasien untuk Memulai Pembicaraan


Teknik selanjutnya dalam komunikasi keperawatan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan. Melalui teknik ini
perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih topik
pembicaraan dan memulai pembicaraan. Misalnya, “Apakah Ibu ingin
menyampaikan sesuatu?”.

14. Menganjurkan untuk Meneruskan Pembicaraan


Teknik menganjurkan kepada pasien untuk meneruskan pembicaraan adalah
salah satu teknik mendengarkan dengan aktif. Melalui teknik ini perawat
menganjurkan dan mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini juga
sekaligus menunjukkan bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan oleh
pasien dan tertarik dengan apa yang disampaikan oleh pasien. Misalnya,
“Bagaimana kelanjutan ceritanya, Bu?”

15. Membuka Diri


Membuka diri atau self-disclosure adalah salah satu konsep penting
dalam teori penetrasi sosial yang diterapkan dalam komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi maupun komunikasi keperawatan.
Membuka diri mengacu pada pengalaman pribadi tentang diri yang
dikemukakan kepada orang lain dengan tujuan untuk menemukan persamaan
dan perbedaan pengalaman masing-masing orang yang berkomunikasi.
25

Dalam komunikasi keperawatan, pertukaran pengalaman ini ditawarkan


sebagai bentuk ekspresi kesopanan dan kejujuran perawat kepada pasien.

Namun perlu dipahami pula bahwa teknik membuka diri perawat ini harus
dilakukan dengan sesuai dan relevan dengan pasien agar pasien juga tetap
fokus pada proses interaksi yang tengah berlangsung.

16. Konfrontasi
Konfrontasi adalah salah satu teknik komunikasi dalam konseling yang juga
dapat diterapkan dalam komunikasi keperawatan. Teknik komunikasi yang
satu ini digunakan untuk membantu pasien agar lebih memperhatikan
ketidakkonsistenan dalam perasaan, sikap, kepercayaan, dan perilakunya.

Teknik konformasi hanya digunakan setelah pasien memberikan kepercayaan


kepada perawat dan harus dilakukan secara baik, sopan, dan peka. Misalnya,
“Anda telah memutuskan apa yang akan dilakukan namun Anda masih
berbicara tentang berbagai pilihan yang Anda miliki”.

17. Menyimpulkan
Teknik dalam komunikasi keperawatan yang terakhir adalah menyimpulkan.
Yang dimaksud dengan menyimpulkan adalah mengumpulkan seluruh
informasi dari percakapan yang telah dilakukan antara pasien dan perawat.
Teknik ini merupakan teknik untuk membantu pasien memahami apa yang
telah dibicarakan.
26

3. Komununikasi Pada Klien Lansia

A. Teknik Komunikasi Pada Lansia


Teknik komunikasi terapeutik yang penting di gunakan perawat menurut
mudakir(2006) adalah asertif, responsive, focus, supportif, klarifikaasi, sabar dan
iklahs. Pada pasien lanjut usia, disamping karakteristik psikologis yang harus di
kenali, perawat juga harus memperhatikan perubahan-perubahan fisik, psikologis
atau social yang terjadi sebagai dampak proses menua.penurunan
pendengaran,pengkhatan dan data inat akan sangat mempengaruhi komunikasi,dan
hal ini harus di perhatikan oleh perawat.
Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat menunjang tercapainya
tujuan yang harus anda perhatikan adalah adanya suasana saling menghormati,
saling menghargai, saling percaya, dan terbuka. Komunikasi verbal dan non verbal
adalh bentuk kmnikasi yang harus saling mendukung satu sama lain.seperti halnya
komunikasi pada anak-anak,prilaku non verbal sama pentingnya pada orang
dewasa dan juga lansia.ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara member
tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia.
Lansia memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan keterampilan yang
menetap dan sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.

“ Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan


sikap yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi
dengan lansia”
27

B. Strategi Komunikasi Pada Klien Lansia dan Keluarganya


Stratetgi komunikasi pada lansia harus menggunakan pendekatan-
pendekatan sebagai berikut:
1.Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,


kejadiankejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan
fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-
hari masih mampu melakukan sendiri; pasien lanjut usia yang pasif atau tidak
dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini terutama
tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan (personal hygiene)
sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.

2.Pendekatan Psikis

Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan


pendekatan edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, dan sebagai sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila
28

perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap


kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.

3.Pendekatan Sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu


upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan
perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar,
seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar.
Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para pasien lanjut usia.

4.Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam


hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila pasien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia yang menghadapi kematian, Dr.
Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa
takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti
29

tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit atau penderitaan


yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan
keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Adapun 4 (empat) keharusan yang harus dimiliki oleh seorang perawat,
yaitu pengetahuan, ketulusan, semangat dan praktik. Dalam usaha
berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan
yang cukup, sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari.
Untuk ketulusan, jika seseorang telah memutuskan sebagai perawat harus dapat
dipastikan mempunyai ketulusan yang mendalam bagi para pasiennya siapa
pun itu. Semangat serta pantang menyerah harus selalu dikobarkan setiap
harinya agar para pasiennya selalu ikut bersemangat pada akhirnya terutama
bagi para pasien lansia yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang” dan
“sakit karena tua”. Sedangkan untuk praktiknya, seorang perawat harus dapat
berbicara komunikatif dengan para pasiennya, sehingga tidak saja hanya jago
dalam teori namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan baik dan
benar.
BAB III

31
32

KESIMPULAN

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah


laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik
komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.

Terdapat banyak definisi tentang ilmu komunikasi yang dirumuskan oleh


para ahli. Masing-masing mempunyai penekanan arti yang berbeda satu dengan
lainnya. Empat di antaranya adalah sebagai berikut. “Ilmu adalah pengetahuan
yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan
dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum”

Suasana komunikasi pada klien dewasa antara lain : suasana hormat


menghormati, suasana saling menghargai, suasana saling percaya, dan suasana
saling terbuka. Model-model komunikasi pada klien dewasa yaitu : model
komunikasi shanon dan weaver, model komunikasi leary, model komunikasi king,
dan model komunikasi kesehatan.

Saran

1.      Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan


memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi.

2.      Diharapkan kedapa mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui suasana


dalam komunikasi pada klien dewasa dan lansia.

3.      Diharapkan kepada  mahasiswa/mahasiswi adar dapat mengetahui model-


model komunikasi pada klien dewasa dan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. (2014). Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. Central Intelligence Agency. (2010). www. cia.gov.

Departemen Kesehatan Indonesia. (2015). https://senyumperawat. com/2015/04/


pengertian-dan-klasifikasi-lansia.html. Diakses 23 September 2019.

Departemen Kesehatan Indonesia. (2017). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. http://www.depkes. go.id/resources/
download/peraturan/ UU%20No.%2044%20Th%20 91 2009%20ttg%20Rumah
%20Sakit. PDF .Diakses 22 September 2019.

Djaman, Evita. (2017). Alasan Menitipkan Orangtua Lansia ke Panti Jompo.


https://cantik.tempo.co/read/ news/2017/03/07/336853455/ alasanmenitipkan-
orang-tua-lansia-ke-pantijompo. Diakses 22 September 2019.

Pakarkomunikasi.( 28 August,2018). 17 Teknik dalam Komunikasi Keperawatan


yang Perlu Diketahui (online). https://pakarkomunikasi.com/teknik-dalam-
komunikasi-keperawatan. Diakses 23 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai