Anda di halaman 1dari 16

KONSEP GANGGUAN CITRA TUBUH & ASKEP PADA GANGGUAN

PISIKOSOSIAL (GANGGUAN CITRA TUBUH)

MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA

KELOMPOK 3

Akhsin Muzadi (11409719006)


Ambi Irfan (11409719008)
Dewi Wahyuningsuh (11409719013)
Melanie Audry Hariyanti (11409719022)
Yolanda (11409719039)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Banjarmasin, 28 September 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan & Manfaat...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
A. Definisi....................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................4
C. Klasifikasi...............................................................................................5
D. Manifestasi Klinis....................................................................................6
E. Pohon Masalah......................................................................................6
F. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari
terhadap tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan
sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh
merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh.
Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh
akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan
harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat
mengubah citra tubuh secara dinamis.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang berhubungan dengan tubuh.
Individu yang mempunyai gangguan citra tubuh seringkali mengisolasi diri
atau cenderung tidak menunjukkan bagian tubuh yang berubah secara
signifikan disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit.
Penyakit kronis merupakan masalah kesehatan menahun baik
infeksi maupun non infeksi. Prevalensi penyakit kronis menurut World
health Organization (WHO) terutama penyakit tidak menular pada tahun
2014 adalah 14 juta. Hasil riset Kesehatan dasar Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2018) terkait penyakit kronis terjadi peningkatan
dibanding tahun sebelumnya terutama stroke (0,83%) dan Diabetes
Mellitus (2,1%) dibanding tahun sebelumnya. Faktor psikologis pada
pasien dengan kondisi kronis sangat terpengaruh oleh perjalanan
penyakit yang panjang dan berakibat perasaan tidak nyamaan pada
penderita penyakit kronis. Selain mengganggu fisik komplikasinya dapat
memicu resiko gangguan jiwa. Pasien dengan penyakit kronis sering
mengalami gangguan psikologis terkait dengan kondisi medis yang
diderita pasien. Umumnya penyakit kronis menyebabkan gangguan
kecemasan, citra diri dan depresi(Pradana, 2019)

1
2

Perubahan fisik pasien memiliki dampak pada citra tubuh pasien


sendiri, hal ini menyebabkan pasien merasa sulit untuk menerima
keadaanya, merasa rendah diri, malu karena menganggap dirinya tidak
sempurna lagi, dan merasa tidak percaya diri untuk bertemu orang lain
sehingga butuh waktu untuk menyesuaikan dirinya agar bisa menerima
keadaan. Perubahan bentuk dan struktur yang terjadi pada tubuh dapat
menimbulkan perasaan yang berbeda sehingga menyebabkan sikap
penolakan terhadap penampilan fisik pasien. Sebagian besar pasien
memilik citra tubuh yang negatif dikareanakan perubahan penampilan dan
fungsi tubuhnya.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani resiko gangguan
citra tubuh adalah melakukan upaya meningkatkan pandangan pada
dirinya berbentuk penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan
sadar dan tidak sadar, persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh.
Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi: ketertarikan talenta dan
keterampilan, kemampuan yang dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan
persepsi terhadap moral yang dimiliki(Pradana, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep gangguan citra tubuh?
2. Bagaimana cara penulisan den pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan pisikososial (gangguan citra tubuh)?

C. Tujuan & Manfaat


1. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui apa itu konsep
gangguan citra tubuh dan bagaimana cara pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien gangguan pisikososial (gangguan citra
tubuh).
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
pembaca mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan pisikososial (gangguan citra tubuh).
3

b. Manfaat Praktis
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
pisikososial (gangguan citra tubuh).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gangguan citra tubuh (body image) menurut Kusumawati, 2011,
adalah perubahan persepsi tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek
seseorang. Gangguan ini biasa terjadi kapan saja seperti penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, berubahan bentuk tubuh,
kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika seseorang
mengalami gangguan citra tubuh dapat dilihat dari tanda dan gejalanya,
yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak
menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan terjadi, menolak
menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh,
mengungkapkan keputusasaan, dan mengungkapkan ketakutan(Pradana,
2019)
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang
terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran,
bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu (NANDA-
1,2018)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan citra
tubuh ialah perasaan negatif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya
sendiri yang disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan keinginan, sehingga menimbulkan
perasaan menolak, putus asa, takut dan perasaan negatif lainnya.

B. Etiologi
Menurut Stuart & Sundeen (dalam Suhron muhammad, 2016)
munculnya stresor yang dapat mengganggu integritas body image,
stresor itu dapat berupa:

4
5

1. Operasi
Mastektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah
gambaran diri. Demikian pula tindakan korelasi seperti operasi
pelastik.
2. Kegagalan Fungsi Tubuh
Hemiplegi, buta tuli dapat mengakibatkan depresonalisasi yaitu tidak
mengakui atau asing terhadap bagian tubuh, sering berkaitan dengan
fungsi syaraf
3. Perubahan Tubuh
Berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya
usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon positif
dan negatif, ketidak puasan dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.

C. Klasifikasi
Gangguan citra tubuh adalah persepsi negative tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh.
Stressor pada tiap perubahan, yaitu :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infuse.
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai
dengan pemasanagn alat di dalam tubuh.
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system
tubuh.
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
6

D. Manifestasi Klinis
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan
tanda dan gejala sebagai berikut(Dalami, 2016):
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan

E. Pohon Masalah

F. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Aspek yang harus digali selama proses pengkajian adalah faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien. Secara lebih
terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut :
a. Identitas, melakukan perkenalan dan kontak dengan klien
tentang: nama perawat, nama klien, panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan, dan usia.
7

b. Faktor predisposisi, tanyakan apakah klien pernah mengalami


masalah yang menuju gangguan cittra tubuh menggunakan
pengkajian self-concept/selfesteem yang meliputi:
1) Perasaan cemas/takut
2) Perasaan putus asa/kehilangan
3) Keinginan untuk mencederai
4) Adanya luka/cacat
c. Status mental, meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas
motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,
persepsi, dan tingkat konsentrasi.
d. Mekanisme koping, data didapatkan melalui wawancara pada
klien atau keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang
dimiliki pasien, baik adaptif maupun maladaptif.
e. Masalah psikososial dan lingkungan, data didapatkan melalui
wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimiliki pasien beri uraian spesifik, singkat, dan jelas.
2. Analisa Data
a. Data Obyektif
1) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur,
bentuk dan fungsi
2) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang
terganggu
3) Menolak melihat bagian tubuh
4) Menolak menyentuh bagian tubuh
5) Aktifitas social menurun
b. Data Subyektif :
1) Penolakkan terhadap :
 Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi
 Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
 Interaksi dengan orang lain
2) Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
3) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu
8

4) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang


terjadi
5) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
3. Diagnosa
Setelah melakukan analisa data dan merumuskan masalah langkah
selanjutnya adalah menegakkan diagnose keperawatan, adapun
diagnosa yang dapat muncul ialah
a. Gangguan konsep diri: gangguan citra tubuh.
b. Isolasi sosial: menarik diri.
c. Defisit perawatan diri
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh
bertujuan agar pasien mampu
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra
tubuh berhasil, maka perlu dilakukan tindakan keperawatan dan
tindakan pada keluarga pasien
a. Tindakan keperawatan yang dilakukan
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu
dan saat ini., perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
tentang citra tubuhnya saat ini
2) Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga
dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh
secara bertahap
3) Diskusikan aspek positif diri
4) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu.
5) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
9

 Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang


mengarah pada pembentukkan tubuh yang ideal
 Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau
yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian
yang baru.
 Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang
secara bertahap.
 Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
 Susun jadual kegiatan sehari-hari
 Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
terlibat dalam aktivitas keluarga dan social
 Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain
yang berarti atau mempunyai peran penting baginya
 Berikan pujian terhadap keberhasilan Pasien
melakukan interaksi
b. Tindakan pada keluarga
1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh
yang terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra
tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.
4) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
5) Menfasilitasi interaksi dirumah.
6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7) Memberikan pujian atas keberhasilan pasien
5. Implementasi
Implementasi keperawatan harus disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dimana perawat perlu memvalidasi secara
singkat apakah rencana tindakan keperawatan sesuai yang
dibutuhkan untuk klien sesuai dengan kondisinya saat ini. Pada saat
10

dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat perlu melakukan


kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa yaang akan dikerjakan
Serta peran klien yang diharapkan. Kemudian melakukan
dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta
respon klien.
6. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan. Langkah selanjutnya
adalah melakukan evaluasi keperawatan. Keberhasilan tindakan
keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh tampak dari
kemampuan pasien untuk:
a. Mengungkapkan persepsi tentang citra tubuhnya, dulu dan saat
ini.
b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan
tentang citra tubuhnya saat ini
c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan
menyentuh bagian tubuh secara bertahap
d. Mendiskusikan aspek positif diri
e. Pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh
yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek yang berhubungan dengan tubuh.
Individu yang mempunyai gangguan citra tubuh seringkali mengisolasi diri
atau cenderung tidak menunjukkan bagian tubuh yang berubah secara
signifikan disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit.
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila
menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
Dalam asuhan keperawatan pasien dengan gannguan citra tubuh
terdapat aspek-aspek yang harus digali selama proses pengkajian yaitu
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien.
Agar pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh
berhasil, maka perlu dilakukan tindakan keperawatan tidak hanya kepada
pasien tetapi juga pada keluarga pasien, dimana keluarga dapat
mendukung proses perawatan pasien di rumah.
Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan citra tubuh tampak dari kemampuan pasien untuk,
mengungkapkan persepsi tentang citra tubuhnya dulu dan saat ini,
mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang
citra tubuhnya saat ini, meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap, mendiskusikan

11
12

aspek positif diri, dan pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian
tubuh yang terganggu.

B. Saran
Diharapkan hasil dari penulisan makalah ini dapat menambah referensi,
peningkatan wawasan dan pengembangan mahasiswa dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan ganguan citra tubuh. Dalam
pelasanaan pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan citra tubuh, diharapkan keluarga juga dapat berperan aktif
membantu dalam perawatan pasien agar dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien.
13

DAFTAR PUSTAKA

Dalami. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh.
Journal of Chemical Information, 52(9), 1689–1699.
Herdman,T.H. (2018). NANDA international Nursing Diagnoses: Definition and
Classification 2018-2020.Jakarta:EGC
Pradana, H. P. (2019). Manajemen Peningkatan Citra Diri Pada Pasien Amputasi
Dengan Gangguan Citra Tubuh. 25.
Struart, G. (2016). Prinsip Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa (P. (Keliat &
Pasaribu (ed.)). El Sevier.

Anda mungkin juga menyukai