B. Etiologi
Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kehamilan janin belum
memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan
jumlah air ketuban berlebihan ( polihidramnion) kemungkinan bayi terlilit tali
pusat.Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat
bayi rata-rata 50–60 cm, namun tiap bayi mempunyai tali pusat bebeda-beda.
Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari
30 cm.
Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi
pada trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke
janin melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan
umumnya bayi bergerak bebas.Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai
1
dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga
janin mengalami hipoksia / kekurangan oksigen.
C. Manifestasi Klinis
Pada bayi dengan umur kehamilan dari 34 minggu namun bagian terendah
janin (kepala/bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul.Pada janin
letak sungsang/lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha memutar
janin (versi luar/ knee chest position) perlu dicurigai pada adanya lilitan tali
pusat.Tanda penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
D. Patofisiologi
Kesulitan yang mungkin terjadi berkaitan dengan tali pusat dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Tali pusat pendek, artinya kurang dari 40 cm.
2. Gerak janin terbatas sehingga ada kemungkinan tumbuh kembangnya
terganggu.
3. Tarikan yang keras pada tali pusat pendek dapat menimbulkan solusio
plasenta.
4. Tali pusat yang pendek dapat terjadi karena:
Absolute pendek kurang dari 40 cm.
Terjadi karena lilitan tali pusat khususnya pada leher janin.
5. Tarikan tali pusat pendek karena lilitan tali pusat pada leher dapat
menimbulkan gangguan aliran nutrisi dengan akibat fetal distress.
6. Turunnya kepala janin ke PAP, dapat pula menimbulkan fetal distress,
karena lilitannya makin erat, sampai meninggal jika tindakan terlambat.
7. Saat inpartu, tali pusat pendek dapat menimbulkan komplikasi:
Bagian terendah tidak dapat/sulit masuk pintu atas panggul, jalan lahir
sehingga tetap di atas simfisis.
Tarikan tali pusat pendek dapat menimbulkan inversion uteri dengan
segala komplikasinya.
2
8. Tali pusat panjang.
Karena tali pusat terlalu panjang dapat terjadi lilitan beberapa kali di
leher.Aktivitas janin yang banyak dapat menimbulkan simpul tali pusat
sehingga apabila terjadi tarikan, maka simpul dapat menyebabkan
aliran nutrisi dan O2 berkurang dan mengakibatkan fetal distress
sampai janin meninggal intrauteri.Pada janin hamil ganda monoatomik,
tali pusatnya saling berlilitan sehingga menimbulkan fetal distress dan
kematian intrauteri. Tali pusat satu janin dapat saja melilit pada janin
lainnya dengan akibat yang sama (Manuaba, 2007; h.506-507).
E. Patway
Usia Kehamilan ≤ 8
bulan
Aliran nutrisi
terganggu
Bayi kecil Air ketuban berlebih
Fetal distres
PCO2
Jalan masuk Arus darah ke ibu
organisme janin terhambat
Hipoventilasi
Resiko
Resiko gangguan
infeksi
hubungan ibu janin
Asfiksia
3
F. Penatalaksanaan
Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah
ada gambaran tali pusat disekitar leher.Namun tidak dapat dipastikan
sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin/tidak.Apalagi untuk
erat/tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG
tiga dimensi dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit/tidak dileher
atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya lilitan
tersebut.Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila
persalinan masih akan berlangsung lama dengan DJJ semakin lambat
(bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan operasi Caesar.Jika tali
pusat melilit longgar di leher bayi, melepaskan melewati kepala bayi namun
jika tali pusat melilit erat dileher dengan menjepit tali pusat dengan klem di
dua tempat, kemudian memotong diantaranya, kemudian melahirkan bayi
dengan segera. Dalam situasi terpaksa bidan dapat melakukan pemotongan tali
pusat (Prawirohardjo, 2006).
4
- Pasien mengatakan susah tidur
3. Kebiasaan waktu hamil 1.
a. Makanan :1 piring nasi ukuran sedang, 1 potong lauk ukuran sedang,
1 mangkok sayur 2.
b. Obat-obatan :Tidak ada
c. Merokok : Tidak ada
d. Lain-lain : Tidak ada
e. Riwayat persalinan sekarang
1) Jenis persalinan : Spontan
2) Ditolong oleh : Bidan
3) Usia kehamilan : 36 minggu
4) Komplikasi : tidak ada
4. Pemeriksaan Plasenta
a. Keadaan plasenta : Panjang
b. Bentuk plasenta : bundar
c. Ukuran plasenta : 22 cm
d. Tebal plasenta : 6 cm
e. Berat plasenta : 700
H. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d inspeksi manual pada uterus dan jalan
lahir menentukan adanya robekan atau laserasi
2. Gangguan perubahan pola istirahat tidur b/d nyeri
I. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d inspeksi manual pada uterus dan jalan
lahir menentukan adanya robekan atau laserasi
Tujuan : ibu akan mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan
Kriteria Hasil:
Ibu tidak mengeluh kesakitan
Ibu tidak meringis kesakitan
Ibu tidak sering memgang perutnya
5
Intervensi
Kaji skala nyeri dan ketidak nyamanan
Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode
pascapartum
Inspeksi perbaikan laserasi.
Evaluasi penyatuan perbaikan luka, perhatikan adanya edema
Berikan kompres panas/dingin
Anjurkan penggunaan teknik pernafasan
Berikan lingkungan tenang, anjurkan pasien istirahat
Berikan analgesik sesuai kebutuhan
2. Gangguan perubahan pola istirahat tidur b/d nyeri
Tujuan : ibu tidak mengalami gangguan pola tidur dengan
Kriteria Hasil:
Ibu mengatakan tidurnya cukup
Ibu mengatakan tidurnya nyenyak
Intervensi
Kaji pola tidur klien
Berikan lingkungan yang tenang
Anjrkan pasien untuk minum air hangat sebelum tidur
Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur berikan obat analgesik
6
DAFTAR PUSTAKA
7
8