Disusun oleh.
Shalma Fauziah Sutisna
402021017
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neonatal adalah bayi dari lahir sampai 4 minggu, biasanya lahir pada
usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu. Infeksi adalah invasi dan
pembiakan mikroorganisme dijaringan tubuh, yang secara klinis bisa tidak
tampak, diikuti oleh respon imun pejamu berupa cedera seluler lokal akibat
kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel, dan respon antigen-
antibodi (Pricilia, 2016).
Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri umum generalista yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar keseluruh
tubuh bayi baru lahir (Pricilia, 2016).
Infeksi neonatal pada BBL adalah infeksi aliran darah yang bersifat
invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh
seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Infeksi pada bayi baru
lahir ada 2 yaitu: early infection ( infeksi dini) yaitu infeksi yang diperoleh
dari si ibu saat masih dalam kandungan, sementara late infection (infeksi
lambat) adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara
atau tertular dari orang lain (Septia, 2015).
B. Etiologi
Menurut Pricilia (2016) Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh
berbagai bakteri seperti echeria coli, pseudomonas pyocyneus, klebsielelia,
staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus. Infeksiini bisa terjadi pada
saat antenatal, intranatal, dan postnatal.
1. Infeksi Antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan
akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus.
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke
dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban
yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya
plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air
ketuban belum pecah, yaitu pada partus lama yang sering dilakukan
manipulasi vagina, termasuk periksa dalam dan kromilage ( melebar
jalan lahir dengan jari tangan penolong). Infeksi dapat pula terjadi
melalui kontak langsung dengan bakteri yang berasal dari vagina.
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode ini dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak
steril, tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat
infeksi silang, misalnya neonatus neonatorum, omfalitis dan lain-lain.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada bayi yang mengalami infeksi
perinatal adalah sebagai berikut.
1. Bayi malas minum
2. Gelisah dan mungkin terjadi letargi
3. Frekuensi nafas meningkat
4. Berat badan menurun
5. Pergerakan kurang
6. Muntah
7. Diare
8. Sklerema dan udema
9. Perdarahan, ikterus dan kejang
10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi
Gejala dari infeksi neonatus juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah
atau darah dari pusar.
2. Infeksi pada selaput otak ( meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun ubun.
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya
pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,
nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan
perut dan diare berdarah (Santo Faskafri, 2020)
D. Patofisiologi
Onset penyakit, dosis penyebab, status imunitas, dan virulensi kuman
penyebab sangat memengaruhi ekspresi penyakitnya. Berbagai jenis
bakteri, virus,protozoa, dan mycoplasma dapat menyerang neonatus.
Neonatus imatur, bayi berat lahir sangat rendah yang telah berhasil hidup
namun harus dirawat lama di NICU mempunyai risiko berkelanjutan
terhadap infeksi ini. Berbagai faktor ibu dan bayi merupakan faktor risiko
infeksi neonatal.
Patofisiologi dimulai dengan masuknya bakteri dan mengontaminasi
sirkulasi sistemik. Bakteri melepaskan endotoksin dan menyebabkan
terganggunya proses metabolisme secara progresif. Pada keadaan fulminan
(tiba-tiba berat)dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel karena
aktivasi sepsis dengan komlpemen. Hasilnya menyebabkan penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, serta syok yang menyebabkan
disseminated intravaskular coagulatian (DIC) dan kematian (Pahrianti et al.,
2016)
Antenatal Intranatal Postnatal
INFEKSI NEONATUS
v
Pencernaan
Instabilitas termogulasi
Pernapasan
Diare/muntah, malas minum susu
O2 ke jaringan menurun
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap dengan turunannya
Septik neonatus biasanya menunjukan penurunan jumlah white blood
cell (WBC), yaitu kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga
menunjukan banyaknya darah tidak matang dihubungkan dengan
jumlah total WBC diidentifikasikan bahwa bayi mengalami respon yang
signifikan.
2. Platelet
Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet
munurun, kultur darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas.
Hasil dari kultur harus tersedia dalam beberapa jam dan akan
mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri.Kultur darah atau sensitivitas
membutuhkan waktu 24 – 48 jam untuk mengembangkan dan
mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.
3. Lumbal fungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan
serebrospinal. Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron
4. Kultur urin
Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi dan
bakteri.
F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopatif, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial.
4. Ikterus
G. Penatalaksanaan
1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
b. Berikan koreksi jika terjadi hipervolemia
c. Bila terjadi SIADN batasi cairan.
d. Atasi syok, hipoksia dan asidosis metabolic
e. Awasi adanya hiperbilirubin.
2. Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui, biasanya
digunakan penicilin seperti ditambah timinoglileosida seperti
gentamicin. Pada infeksi nosokomial antibiotik diberikan dengan
pertimbangan flora di ruang perawatan.
A. Pengkajian
Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda
infeksi pada neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering
tak terlihat dan dikenali oleh pemberi keperawatan profesional.
Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali
tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan
segera.
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
a. Sistem saraf pusat
- Fontanel yang menonjol
- Letargi
- Temperatur yang tidak stabil
- Hipotonia
- Tremor yang kuat
b. Sistem Pencernaan
- Hilangnya keinginan untuk menyusui
- Penurunan intake melalui oral
- Muntah
- Diare
- Distensi abdomen
c. Sistem integumen
- Kuning
- Adanya lesi
- Ruam
d. Sistem pernafasan
- Apnea
- Sianosis
- Takipnea
- Penurunan saturasi oksigen
- Nasal memerah, mendengkur dan retraksi dinding dada
e. Sistem kardiovaskular
- Takikardi
- Menurunnya denyut perifer
- Pucat
1. Pemeriksaan fisik: data focus
a. Keadaan umum : baik, buruk
b. TTV
c. Aktivitas bayi: aktif, letargi, merintih, tidak mengangis
d. Kulit : Normal, pucat, sianosis, mengelupas, keriput
e. Lanugo : ada, tidak ada
f. Vernik caseosa : ada, tidak ada
g. Kepala : bersih, kotor
h. Bentuk kepala: Normal, caput succedenum, chepal hematom,
hydrochepal, anechepal, macrochepal
i. Sutura: normal, molage, melebear
j. Mata: simetris, tidak simets
k. Hidung: simetris, tidak simetsis
l. Mulut: Normal, labio skizis, labio palate skizis
m. leher: ada pembesaran, tidak ada pembesaran
n. Dada: Normal, funnel chest, burrel chest
o. Abdumen: normal, skapoid, distensi
p. Punggung: noemal, lordosis, kiposis, skoliosis
q. Genetalia: laki-laki, perempuan
r. Ekstremitas atas dan bawah
f. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakefektipan termoregulasi b.d proses penyakit
2. Hipovolemia b.d malas meyusui
3. Ketidakefektipan pola nafas b.d meningkatnya secret disaluran
nafas.
g. Intervensi keperawatan
Diagnosa Intervensi
Ketidakefektifan termoregulasi regulasi temperatur Observasi:
1. Monitor suhu sampai stabil
(36,5°C-37,5°C)
2. Monitor suhu tubuh
anak tiap dua jam, jika perlu
3. Monitor TD, RR, dan Nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda
gejala hipertermia
Terapeutik:
6. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrsini yang adekuat
7. Sesuaikan suhu lingkungan
sesuai kebutuhan pasien
Edukasi:
1. Jelaskan cara pencegahan
hipertermia
Kolaborasi Kolaborasi
pemberian antipiretik, jika
perlu
Ketidakseimbangan nutrisi Observasi
Terapeutik
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi