Paralitik juga dikenal dengan nama lain yaitu agen penghambat neuromuskuler
(neuromuscular blocking agent), obat ini digunakan untuk mencegah kontraksi otot.
Obat paralitik tidak mengandung sedative, amnesthic, anestethic, atau analgesik. Jadi obat ini
hanya mencegah kontraksi otot.
Indikasi jangka pendek dan jangka panjang
1. Membantu menfasilitasi intubasi endotrakheal
Obat ini melakukannya dengan merelaksasikan rahang pasien dan otot saluran
pernafasan.
2. Operasi
Kadang operasi membutuhkan relaksasi otot.
3. Membantu pemantauan hemodinamik
Membantu pemantauan hemodinamik yang lebih akurat
4. Menilai tekanan abdomen
Pasien dengan kondisi paralisis atau lumpuh otot akan menghasilkan pengukuran
yang benar-benar akurat
5. Membantu kebutuhan ventilasi
Sangat membantu untuk mengurangi sinkronisasi ventilasi
6. Manfaat positif untuk pasien ARDS
Merelaksasikan dinding dada pasien dan akhirnya mengurangi tekanan intratoraks,
digunakan juga ketika tekanan intrakranial tinggi dan menurunkan konsumsi oksigen
7. Hipotermia
Mengobati menggigil yang sulit disembuhkan dan pasien yang mengalami hipoermia
Obat paralitik terbagi menjadi 2 yaitu
1. Depolarisasi (agonis) obat-obatan yang akan mengikat reseptor asetilkolin yang awalnya
aktif menjadi menjadi terikat dan mencegah aktivasi
Contoh obatnya succinylcholin (short acting) bisa dipakai untuk intubasi
2. Nondepolarisasi(antagonis) mereka akan mengikat lagi ke reseptor asetilkolin tetapi
sebenernya tidak dan mereka terus mencegah aktivitasi oleh asetilkolin tubuh kita
sendiri.
Contoh obatnya
1) Short acting Rocuronium durasi 30 menit
2) Intermediet vecuronium, atracurium, Kista atracurium (NIM X) durasi 35-45 menit
3) Longacting Pancuronium durasi 60-120 menit
KELOMPOK 8: MONITORING PARALITIK
Tujuan memonitor paralitik ini yaitu memberikan sedikit obat yang kita butuhkan untuk
mencapai efek yang diinginkan dengan harapan ketika obat-obatan dihentikan pasien akan
pulih secepat mungkin. Jadi untuk dapat melakukan ini kita harus memiliki beberapa cara
untuk memonitor nya yaitu memonitor kelumpuhan pasien akibat dari obat-obatan ini yaitu
dengan memonitor Periferal Stimulasi Saraf atau yang biasa disebut juga “Train of Four”
digunakan untuk menilai fungsi saraf pada pasien yang menerima agen penghambat
neuromuskuler (obat paralitik) yang biasanya digunakan di unit perawatan kritis atau ICU.
Train of Four adalah alat yang membantu untuk memantau tingkat kelumpuhan pasien
agar tidak terlalu melumpuhkan dan menyebabkan atrofi. Dinamakan train of four karena
mesin tersebut mengirimkan 4 sinyal listrik cepat kepada pasien biasanya dengan jeda
setengah detik dan kemudian berdasarkan penempatan yang tepat dari elektroda tersebut akan
terlihat semacam otot berkedut.
Terdapat berbagai area untuk mengatur stimulasi saraf, adalah sebagai berikut.
1. Saraf ulnaris yang terletak di sisi ulnaris pergelangan tangan dengan merangsang saraf
ini kita akan melihat pasien menekukkan ibu jari mereka.
2. Saraf wajah pasien tepatnya di bagian luar mata yang akan menimbulkan efek kelopak
mata tertutup atau mengerutkan alis.
3. Dengan menggunakan saraf tibialis posterior akan terjadi pelenturan jempol kaki.
Tetapi biasanya yang paling umum adalah ulnar atau saraf wajah.
2. Tujuan Sedasi ?
- Memastikan bahwa kami menggunakan obat yang tepat dan dosis yang tepat.
- Memberikan hasil positif kepada pasien
- Memperhankan keadaan sadar yang tenang atau pasien yang mudah terangsang.
3. Monitoring sedasi
RASS terdiri dari 10 poin skala terdiri dari skala agitasi ( + 1 sampai +4) dan
kesadaran (skala -1 sampai -5) serta skala 0 untuk sadar baik. Sedasi dalam diukur
dengan 2 tahap yaitu tes respon terhadap instruksi verbal seperti buka mata dan diikuti
tes respon kognitif seperti penderita dapat fokus melihat mata pemberi perintah. Skala
pengukuran tersebut memiliki korelasi yang baik dengan proseselektroensefalografi,
sama baiknya dengan akselerasi dan gerakan ekstremitas.
b) NRS 2002
c) Malnutrition Screening Tool (MST)
Untuk menilai status gizi sendiri terdapat beberapa metode. MST terdiri dari tiga
pertanyaan yang menilai berat badan terakhir serta ada tidaknya penurunan nafsu makan.
MST ini ada dua tahap, tahap pertama adalah tahap penapisan sedangkan tahap kedua
menilai risiko malnutrisi. Untuk pertanyaan MST ini dapat dilihat pada di bawah ini. MST
adalah metode penilaian gizi yang dipakai di RSCM.
Bagian 1: Penapisan
Apakah ada penurunan berat badan tanpa disengaja?
Tidak ada Skor : 0
Ragu-ragu Skor : 2
Ada Skor : 1
Faktor pengali aktivitas (FA) adalah 1,2 untuk aktivitas rendah, 1,3 sedang, dan 1,5 untuk
tinggi. Sedangkan faktor pengali untuk stress (FS) adalah 1–1,1 untuk stres ringan, 1,2–1,4
untuk stres sedang, dan 1,5–2 untuk stres berat. Adapun persamaan Rumus Harris-Benedict
adalah sebagai berikut :
BEE untuk wanita = 655 + 9,6 x (BB) + 1,7 x (TB) – 4,7 x (U)
AEE = BEE x AF x IF x TF
1. Nutrisi enteral
Pemberian nutrisi enteral diberikan dalam 24-48 jam setelah onset keadaan
kritis atau setelah masuk ruang rawat intensif. Langkah awal adalah pemberian jumlah
makanan hipokalori atau berupa nutrisi enteral inisial untuk mukosa usus yakni
pemberian sebanyak 10-20 kkal/kg/hari atau sampai 500 mL /hari. Jumlah tersebut
kemudian ditingkatkan secara bertahap dalam waktu satu minggu dengan
memperhatikan toleransi pasien terhadap nutrisi oral serta evaluasi risiko terjadinya
aspirasi.
Apabila keadaan hemodinamik tidak stabil, maka pemberian nutrisi suportif
harus ditunda. Inisiasi nutrisi juga harus dilakukan secara hati-hati pada pasien yang
sedang dilakukan titrasi turun dosis vasopresor. Risiko iskemia saluran cerna sehingga
gejala-gejala intoleransi harus dipantau. Gejala intoleransi tersebut seperti distensi
abdominal, peningkatan produksi selang nasogastrik (NGT), penurunan frekuensi
buang air besar, penurunan flatus, atau munculnya asidosis metabolik.
Untuk memonitor pemberian nutrisi suportif berupa tanda vital, berat badan,
keseimbangan cairan, elektrolit, glukosa darah, BUN/kreatinin, kalsium, fosfat,
magnesium, 24 jam urea urin, perkiraan jumlah asupan total, serta fungsi hati. Kadar
glukosa yang disarankan untuk pasien secara umum adalah 140 mg/dL atau diantara
150-180 mg/dL.
Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan
kejadian pneumonia, membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi
kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi
pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare Nutrisi pada
Penderita pasien sering terjadi pada pasien di ICU yang mendapat nutrisi enteral,
penyebabnya multifaktorial, termasuk terapi antibiotik, infeksi Clostridium difficile,
impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi metabolik
paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemia.
Pemberian nutrisi parenteral ini dapat diinisiasi seawal mungkin. Pemberian
nutrisi parenteral juga dapat dimulai apabila setelah 7–10 hari jumlah kalori yang dapat
diberikan dari jalur enteral < 60% kebutuhan kalori total.
Pemantauan Kecukupan EN
Minimalkan NPO atau nihil per os/istirahat usus lengkap
Volume sisa lambung tidak digunakan sebagai bagian dari perawatan rutin untuk
memantau pasien ICU di EN
Jika digunakan untuk menahan EN untuk GRV <500mL maka harus dihindari.
Penggunaan eritromisin dan metoklopramid bila sesuai
Jaga HOB / dimana posisi bagian kepala dinaikan 30-45
Obat kumur Chlorhexidine dua kali sehari
Hentikan nutrisi enteral rutin jika terjadi diare
Poin penting lainnya :
Jangan gunakan formula khusus
Jika diare, pertimbangkan:
Formulasi hiber campuran komersial
Formulasi peptida kecil
2. Nutrisi parenteral
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat
dipenuhi dengan baik. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan
dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien ICU,
kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infus secara kontinu dalam 24 jam. Monitoring
terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. yang paling
ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN/Total Parenteral Nutrition)
melalui vena sentral adalah infeksi. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding jugular interna dan femoral.
b. Keahlian operator dan staf perawat di ICU mempengaruhi tingkat infeksi.
c. Disenfektan kulit klorheksidin 2% dalam alkohol adalah sangat efektif.
d. Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
e. Penutup tempat insersi kateter dengan bahan transparan lebih baik.
f. Kateter sekitar tempat insersi sering-sering diolesi dengan salep antimikroba.
g. Penjadwalan penggantian kateter tidak terbukti menurunkan sepsis.
G. Insiasi nutrisi pada pasien malnutrisi
Pada saat inisiasi pemberian nutrisi parenteral pada pasien malnutrisi, pemberian awal
diberikan secara hipokalorik berupa jumlah energi < 20 kkal/kg/hari atau < 80% jumlah total
kebutuhan kalori perhari. Pemberian ini harus disertai pemberian protein yang adekuat yaitu
≥1,2 g/kg/hari. Pemberian sediaan soy-based IV fat emulsion (IVFE) harus dibatasi pada satu
minggu pertama apabila tidak ada kekhawatiran defisiensi asam lemak esensial. Pembatasan
ini dilakukan sampai maksimal 100 g/minggu.
Pemberian nutrisi parenteral dikurangi apabila terdapat perbaikan toleransi nutrisi
enteral serta dihentikan apabila jumlah kalori yang diberikan secara enteral > 60% jumlah
total kalori yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya, pemilihan rute pemberian nutrisi ini dapat
dilihat pada bagan di bawah ini:
Sumber Heyland DK, et al. J Parenter Enteral Nutr. 2015;39(6):698-706.
H. Refeeding Syndrom
Refeeding syndrome merupakan suatu keadaan gangguan metabolisme yang terjadi
saat penderita malnutrisi diberikan nutrisi yang berlebih dalam waktu singkat.
Faktor risiko terjadi RFS, yaitu pasien anoreksia nervosa, puasa berkepanjangan,
alkoholik kronis, tanpa makan >7 hari, pasien postoperasi, menjalani terapi radiasi, pasien
keganasan, kurang gizi berat (marasmus/ kwashiorkor), kehilangan berat badan patologis,
stroke (kelainan neurologis), kelainan renal, HIV/AIDS, kelainan malabsorbsi (seperti
inflammatory bowel disease, pankreatitis kronik, fibrosis kistik, short bowel syndrome),
lanjut usia, diabetes mellitus tidak terkontrol, konsumsi diuretik secara kronik (kehilangan
elektrolit), konsumsi antasida secara kronik (garam Al/Mg mengikat fosfat).
PEMBAHASAN IBU
Nutric score menghitung berdasarkan rumus BEE di atas, monitor nutrisi harus menggunakan
score dan perawat harus tahu. Nilai normal untuk laki-laki dan perempuan cari?
Rute pemberian nutrisi pada pasien ICU
Enteral : rute oral formula nutrisinya melalui tube atau selang kedalam lambung atau
gastritube, nasogastritube atau jejenum secara manual maupun menggunakan bantuan pompa
mesin (siringe pomp) seperti gastrotomi dan jejenum. Gastrotomi tube oleh stoma di lambung
atau jejenum.
Parenteral : pemberian nutrisi langsung menggunakan pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan. Rute : vena Perifer (vena brachialis) dan vena sentral (vena jugularis
dan vena subclavia).
KELOMPOK 11:
KELOMPOK 12:
KELOMPOK 13: CRRT & ECMO
CRRT
A. Definisi CRRT
Terapi penggantian ginjal berkelanjutan (CRRT) adalah pemurnian darah ekstrasor-
pori kontinu yang mensimulasikan kesinambungan fungsi ginjal. CRRT biasanya
dilakukan selama 24 jam hingga beberapa hari dengan tujuan untuk menghilangkan
kelebihan cairan dan racun uremik berlebih secara perlahan.
B. Tujuan CRRT
1. Pembersihan toksin uremik
2. Koreksi gangguan elektrolit
3. Keseimbangan asam-basa
4. Stabilisasi hemodinamik
5. Keseimbangan cairan
6. Dukungan nutrisi
7. Pengangkatan atau modulasi mediator inflamasi pada pasien sepsis
C. Fungsi CRRT
Terapi penggantian ginjal berkelanjutan (CRRT) biasanya digunakan untuk memberikan
dukungan ginjal pada pasien sakit kritis dengan cedera ginjal akut, terutama pasien yang
secara hemodinamik tidak stabil
membandingkan CRRT dengan modalitas lain dari dukungan ginjal dan meninjau
indikasi untuk memulai terapi penggantian ginjal, serta dosis dan aspek teknis dalam
pengelolaan CRRT.
Heparin adalah antikoagulan paling banyak digunakan. Pilihan lain termasuk sitrat,
inhibitor trombin langsun. Idealnya, antikoagulasi dilakukan tanpa menghasilkan
antikoagulasi sistemik pada pasien. Jenis terapi, antikoagulan yang digunakan, dan aliran
darah merupakan komponen kunci dari menjaga sistem CRRT bebas dari gumpalan.
J. Prinsip CRRT
CRRT didasarkan pada empat prinsip fisiologis utama diantaranya:
1. Difusi
2. Ultrafiltrasi
3. Konveksi
4. Adsorpsi
K. Kerugian CRRT
1. Membutuhkan pemantauan hemodinamik dan keseimbangan cairan.
2. Infus dialisat reguler.
3. Antikoagulan yang kontinyu.
4. Pasien imobilisasi.
5. Lebih mahal dari hemodialisis intermiten
ECMO
ECMO merupakan singkatan dari Extracarporeal Membrane Oxygenation
(oksigenasi membran ekstrakorporeal) yang merupakan teknik bantuan hidup sementara.
Ekstrakorporeal berarti di luar tubuh, contoh lain dari terapi ekstrakorporeal adalah seperti
hemodialisis. Definisi paling dasar ECMO adalah darah yang beroksigen melalui oksigenator
membran yang berada di luar tubuh pasien.
Pertama yang akan dibicarakan adalah kanula dan pada dasarnya tugas kanula adalah
untuk mengalirkan atau mengembalikan darah dari pasien. Kanula terdapat berbagai ukuran
dan panjang yang berbeda yang tergantung pada lokasi kanula dan juga tujuannya. Tetapi
beberapa perbedaan utama yang bisa kita lihat pertama akan ada di vena kita, biasanya akan
ditemukan kanula yang lebih panjang dan itu memiliki beberapa lubang drainase sepanjang
sekitar 10 sampai 20 cm dari ujungnya. Lalu venus, dimana terdapat kanula yang lebih
pendek. Dan arteri, yang lebih pendek lagi dari kanula vena dan hanya dapat memiliki lubang
drainase tepat di ujung kanula. Kedua jenis kanula ini akan menjadi ukuran yang cukup besar
dan dan kawat yang diperkuat membantu agar tidak roboh. Selain itu ada juga kanula tunggal
yang memungkinkan drainase dan aliran balik khususnya pada pasien dengan VV ECMO.
Rangkaian ECMO yang merupakan salah satu bagian penting yaitu pompa. Pompa
bekerja untuk mengalirkan darah dari pasien dan membawanya melalui oksigenator. Ada dua
jenis pompa yang dapat ditemui; yaitu pompa gaya roller, ini seperti pada mesin CRRT yang
memiliki roller kecil yang masuk dan menekan pipa ke bawah untuk memindahkan darah di
sepanjang pompa roller yang tergantung pada beban awal. Sehingga penting memiliki preload
yang memadai untuk mencegah hal-hal seperti menarik udara keluar dari darah.
Oksigenator dan apa yang memberikan gas yang dibutuhkannya, untuk ini difusi akan
menjadi kombinasi blender dan flow meter. Flow meter adalah tempat kita akan mendapatkan
suplai oksigen dan pasokan gas medis yang terpasang akan memungkinkan untuk mengatur
fio2 di mana saja dari udara ruangan pada 21% hingga 100%. Dan ini terjadi di blender dan
kemudian flow meter yang akan mengontrol aliran gas dari 0 hingga 10 liter, dan ini yang
mengontrol jumlah gas yang kita miliki melalui oksigenator.
Heat Exchanger atau penukar panas yang tugasnya adalah menghangatkan dan
mendinginkan pasien. Pada dasarnya kita akan diisi dengan air dan tugasnya adalah untuk
mengatur suhu pasien naik atau turun. Cara yang dilakukannya adalah menggunakan air
hangat atau dingin untuk menghangatkan atau mendinginkan darah. Dan biasanya ini akan
diintegrasikan ke dalam sebagian besar oksigenator. Untuk mengikuti semua ini, kita akan
memiliki semacam sistem pemantauan terpisah atau dibangun di beberapa pompa ECMO.
Yang berkaitan kita bahas saat mengenai pompa sentrifugal, bahwa yang satu itu memerlukan
sensor aliran dan kita akan melihat bahwa sensor pada saluran yang kembali ke pasien setelah
oksigenator.
Selanjutnya tentang konfigurasi berbeda yang telah disiapkan untuk ECMO dan pada
dasarnya konfigurasi akan didasarkan pada jenis dukungan yang diperlukan untuk pasien. Hal
yang pertama adalah mengenai yang disebut VV ECMO yaitu singkatan dari Vino Venus. VV
ECMO sebagai alat bantu pernapasan, penting bagi pasien bahwa mereka telah menjaga
fungsi jantung karena itu yang akan mendorong darah ke seluruh tubuh. Dan sekarang di VV
ECMO akan mengalirkan darah dari vena dan kemudian mengembalikan darah beroksigen
kembali ke pembuluh darah lain sebelum sampai ke jantung dan kemudian akan
meninggalkan darah yang berlanjut melalui sisi kanan jantung dan akhirnya sirkulasi paru
dan akan bekerja kembali ke sisi kiri jantung, di mana dari jantung akan dipindahkan ke
seluruh tubuh. Jadi pada dasarnya akan memberikan bantuan dalam mengoksigenasi darah
bahkan sebelum masuk ke sistem jantung dan paru-paru. Inilah alasan mengapa kita perlu
memiliki fungsi jantung yang dipertahankan karena hati masih akan bertanggung jawab untuk
memindahkan darah beroksigen di sekitar hanya saja paru-paru tidak berfungsi jadi kita akan
menggunakan sirkuit ECMO untuk mengoksigenasi darah. Disana ada beberapa cara berbeda
yang dapat ditunjukkan sehingga dapat memiliki drainase yang terjadi di jugularis dan
mengembalikan darah ke vena femoralis, seperti yang dilihat dalam kedua kasus ini. Akan
memiliki darah beroksigen bahkan sebelum darah itu mengalir memasuki atrium kanan, jika
kita menggunakan salah satu kanula Lumen Ganda lalu akan mengembalikan darah tersebut
kembali melalui kanula yang sama di jugularis. Disini kita memiliki di dalam vena cava yang
akan menjadi kateter lumen ganda dan akan melewati lorong melewati atrium kanan.
Jadi kita akan menggunakan ECMO pada pasien yang menderita gagal jantung atau
pernafasan parah yang memiliki risiko kematian tinggi. Kita akan mempertimbangkan
ECMO pada pasien yang memiliki kematian 50% dan akan diindikasikan untuk pasien
dengan 80% atau lebih. Dan kemudian pada pasien ini salah satu dari tiga situasi berbeda
harus ada baik menjadi;
1. Kondisi reversible
2. Atau menggunakan ECMO sebagai jembatan ke perangkat
3. Atau menggunakan ECMO sebagai jembatan untuk transplantasi
ECMO bukan jenis pengobatan yang akan memperbaiki masalah mendasar apapun,
namun hanyalah sebagai bentuk penyangga hidup yang akan memberikan waktu bagi
kesembuhan pasien untuk sembuh secara alami sehingga kita bisa lepas atau dalam kasus
perangkat semacam transplantasi untuk memberi kita waktu agar dapat melakukan implan
untuk bisa mendapatkan transplantasi organ.
Sekarang kita akan bahas beberapa alasan mengapa akan menggunakan ECMO untuk
dukungan pernafasan. Jadi dalam kasus VV ECMO tiga alasan utama mengapa akan
menggunakannya adalah untuk:
1. Gagal pernapasan hipoksemia
2. Gagal pernapasan hiperkapnia
3. Atau sebagai jembatan untuk transplantasi paru-paru
Jadi dalam kasus di mana jika memiliki pasien dalam gagal napas hipoksemia dapat
mempertimbangkannya jika kita melihat rasio pf kurang dari 150 dan akan diindikasikan
untuk mereka dengan rasio apf kurang dari 100.
Untuk kasus gagal napas hiperkapnia adalah pasien yang memiliki dampak pada pH
kurang dari dari 7,2 serta ketika jenis lain dari sistem ventilasi standar yang gagal dilakukan
untuk pasien ini.
Dan kemudian untuk kasus sebagai jembatan ke transplantasi paru-paru adalah pasien
yang memiliki penyakit parah, sindrom kebocoran udara seperti fistula bronkopulmonalis,
luka memar paru, status cedera pernafasan asma, serta kegagalan cangkok setelah
transplantasi paru.
Sekarang kita bahas mengenai beberapa alasan mengapa akan menggunakan ECMO
VA untuk dukungan jantung. Kita akan melihat hal ini untuk:
1. pasien yang mengalami syok kardiogenik
2. refraktori Serangan Jantung yang juga dikenal sebagai ECPR
3. juga merupakan jembatan ke salah satu perangkat atau transplantasi jantung
Kasus syok kardiogenik refrakter jika kita memiliki dua atau lebih inotropik dan atau
alat jantung.
Dalam kasus perawatan ECPR, jika kita tidak memiliki rosc yang muncul setelah 10
menit dan kita bisa mendapatkannya dikanulasi dalam waktu kurang dari 60 menit.
Dan kasus sebagai jembatan ke perangkat akan menjadi semacam alat bantu ventrikel
Dipenuhi oleh jantung buatan total, serta transplantasi jantung. Ini merupakan beberapa
kondisi umum yang akan membawa pasien menjadi syok kardiogenik, kardiomiopati
dekompensasi akut, pembaruan PE, depresan jantung, sepsis dengan depresi jantung yang
parah, syok anafilaksis dan gagal cangkok akut setelah transplantasi jantung. Jadi itu adalah
beberapa alasan mengapa akan diakukan ECMO.
Sekarang kita akan bahas beberapa hal yang akan menjadi kontraindikasi untuk
ECMO adalah seperti;
1. Usia lanjut
2. Memiliki semacam disfungsi neurologis yang parah
3. Penyakit penyerta yang signifikan seperti kanker metastasis, Sirosis, atau gagal ginjal
kronis
4. Pasien dalam gagal multi-organ
5. Memiliki semacam penyakit non-reversibel tanpa jembatan sebagai pilihan bagi mereka
6. Memiliki kontraindikasi terhadap antikoagulasi
7. Obesitas morbid
Beberapa kondisi khusus yang akan mencegah pasien mendapatkan VV ECMO
adalah hal-hal seperti; hipertensi paru parah kronis jika sudah mengalami ventilasi mekanis
berkepanjangan dengan tekanan tinggi dan fio2 tinggi selama lebih dari 7 hari, serta suntikan
lanjutan dan untuk VA ECMO akan menjadi hal-hal seperti Advanced Syok, inkompentesi
katup aorta, diseksi aorta.