Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN NEONATAL INFECTION

(INFEKSI NEONATUS)
DI RUANG PERINATOLOGI RSU AISYIYAH PONOROGO

Oleh:
MUHAMAD IKHSAN S, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN NEONATAL INFECTION (INFEKSI


NEONATUS)
DI RUANG PERINATOLOGI RSU AISYIYAH PONOROGO

Diajukan oleh
Muhamad Ikhsan Santoso S.Kep
Telah disetujui tanggal .....................

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

................................. .......................................

Mengetahui
Kepala Ruang Peritologi

..................................................

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA By Ny A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS NEO INFEKSI DIRUANG PERINATOLOGI RUMAH
SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO

Diajukan oleh
Muhamad Ikhsan Santoso S.Kep
Telah disetujui tanggal .....................

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

………………………….. ……………………………..

Mengetahui ,
Kepala Ruangan Perinatologi

…………………………………….

NEONATAL INFECTION (INFEKSI NEONATUS)


1. DEFINISI
Infeksi neonatal adalah sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupannya. Infeksi neonatus adalah infeksi bakteri
pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden
sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak,
2010). Infeksi neonates adalah sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2014).
Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi
bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak,
2009). Infeksi neonatus adalah suatu keadaan infeksi yang terjadi pada neonatus
yang disebabkan karena semua organisme misalnya seperti bakteri, virus, jamur, dan
sebagainya. ( Mary E. Muscari, 2010 )
Penyebab infeksi neonatus biasanya adalah infeksi bakteri: Ketuban pecah
sebelum waktunya / ketuban pecah dini dan perdarahan atau infeksi pada ibu.
Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis
bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu, seperti Streptococus group B
(SGB), akteri enterik dari saluran kelamin ibu, Virus herpes simplek, Enterovirus,
E. Coli, Candida, dan stafilokokus.

2. ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman
seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan
oleh bakteri.
a) Bakteri escherichia koli
b) Streptococus group B
c) Stophylococus aureus
d) Enterococus
e) Listeria monocytogenes
f) Klepsiella
g) Entererobacter sp
h) Pseudemonas aeruginosa
i) Proteus sp
j) Organisme anaerobik
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses
kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC)
Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari
setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.
Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena
sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani
prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah
kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator.
Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam
tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah
disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia
tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke
sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran
darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya
bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada
rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas – dan
penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami
infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi
berusia 3 bulan sampai 3 tahun
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius
Berat badan bayi kurang dari 1500 gram merupakan faktor resiko utama
untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih
rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit.\
b) Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan
adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta
faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan
spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki
empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a) ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui


beberapa cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir.
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus
rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang
dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan.
Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks
naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu
saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi
dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang
melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap
lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus
(AsriningS.,2013)
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:
 Bayi tampak lesu
 tidak kuat menghisap
 denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik
 gangguan pernafasan
 kejang
 jaundice (sakit kuning)
 muntah
 diare
 perut kembung
Faktor Risiko
Sepsis Dini
 Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal
 Malnutrisi pada ibu
 Prematuritas, BBLR
Sepsis Nosokomial
 BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun
 Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang
 Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

4. KLASIFIKASI INFEKSI NEONATUS


Klasifikasi Infeksi neonatus dapat di bagi dalam dua golongan besar:
a. Infeksi berat
1) Sifilis congenital; biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh
treponema pallidum.
2) Sepsis neonatorum; dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Infeksi berat pada
neonatus dgn gejala-gejala sistemik. Faktor risiko:
a) Infeksi/febris pd ibu
b) Air ketuban bau, warna hijau
c) KPD, lebih dr 24 jam
d) Prematuritas & BBLR
e) Partus lama
f) Gawat janin atau depresi neonatus
3) Meningitis; biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.Coli,
pneomokokus, stafilokokus, dan sebagainya.Biasanya didahului oleh sepsis.
Gejala: awalnya seperti sepsis kemudian disertai kejang, UUB menonjol, kaku
kuduk. Pengobatan : Sama dgn pengobatan sepsis neonatorum, hanya berbeda
dalam lama pengobatan, yaitu 21 hari.
4) Pneumonia kongenital, Terajdi intrauterin karena inhalasi likuor amnion yg septik.
Gejala : Apneu neonatal, dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau
Pengobatan : Resusitasi pada bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh, beri
antibiotika spektrum luas (ampisilin dan gentamisin)
5) Pneumonia aspirasi. Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian
utama pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat
pemberian makanan karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
6) Pneumonia karena airborn infection. Infeksi terjadi karena berhubungan dengan
orang dewasa yang menderita infeksi saluran pernapasan.
7) Pneumonia stafilokokus. Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
8) Diare epidemic. Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh
E.colli yang bersifat pathogen, Gastroenteritis E.colli, Salmonelosis
9) Pielonefritis. Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
10) Ostitis akut, Penyebab utama adalah Staphylococcus aureus. Gejala: Suhu tbh
tinggi, bayi tampak sakit berat, terdapat pembengkakan & bayi menangis saat
bagian yang terkena digerakkan (biasanya pada maksila dan pelvis). Pengobatan:
pemberian antibiotika (kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara parenteral, Lokal
ditemukan aspirasi pada pus.
11) Tetanus neonatorum, tjd pd bayi br lahir krn infeksi pd luka pemotongan tali
pusat. Gejala : bayi tdk dpt menetek, kejang2, leher&rahang kaku, serta sulit
menelan.Tindakan :
a) Segera bawa ke RS
b) Berikan obat penenang IM _ diazepam/luminal tiap 4 jam
c) Usahakan jln napas terbuka, hindarkan dr cahaya, sentuhan atau pemindahan
d) Penuhi kebutuhan nutrisi&eliminasi sesuai kondisi pasien
Pencegahan : pastikan ibu hamil mendapat suntikan TT, gunakan alat steril saat
menolong persalinan.
b. Infeksi ringan
1) Pemfingus neonatorum; gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian
kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
2) Oftalmia neonatorum; infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan
lahir. Infeksi mata oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir.
Gejala :
a) Konjungtiva hiperemis, edema palpebra, ada pus, mengeluarkan sekret
kental kehijauan/kekuningan
b) Stadium lanjut, yaitu: korne terserang sampai bias menyebabkan buta
c) Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan sekret mata
3) Infeksi pusat; disebabkan oleh Stafilokokus aureus sehingga menimbulkan
nanah, edema, dan kemerahan pada ujung pusat.
4) Moniliasis; Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada
bayi yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.Tidak
menimbulkan gejala. Pada kondisi tubuh yg menurun atau pada penggunaan
antibiotika/kortikosteroid yg lama dapat terjadi pertumbuhan jamur berlebihan
 stomatitis  kematian.

5. PATOFISIOLOGI & WEB OF CAUTION


Masuknya bakteri dan mengontaminasi sirkulasi sistemik. Bakteri melepaskan
endotoksin dan menyebabkan terganggunya proses metabolisme secara progresif.
Pada keadaan fulminan (tiba-tiba berat) dapat menyebabkan kerusakan dan
kematian sel karena aktivasi sepsis dengan komplemen. Hasilnya menyebabkan
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, serta syok yang menyebabkan
disseminated intravaskular coagulatian (DIC) dan kematian. Patogenesis dapat
terjadi pada:
a. Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara
lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
b. Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga
menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
c. Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi
nasokomial dari lingkungan di luar rahim,(misal: melallui alat-alat, penghisap
lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi
melalui luka umbillikus.

Zat-zat patogen (bakteri, virus, jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

Sistem imunologi

Aktivasi makrofag Sekresi berbagai Aktivasi Komplemen


Sitokinin dan Mediator Neutrofil

Disfungsi dan kerusakan endotel

Aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan


&disfungsi organ multiple

Infeksi neonatus

6. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium pada infeksi neonates adalah sebagai berikut:
a. Kultur untuk mengidentifikasi bakteri patogen
1) Kultur darah (Baku emas diagnosis bakteremia), dilakukan dengan cara:
a) Tambahkan sedikitnya 0,5 -1,0 ml darah yang didapat melalui venipuncture
steril ke dalam botol kultur
b) Sebagian besar bakteria akan tumbuh dalam waktu 24 sampai 48 jam
c) Lakukan komunikasi dengan petugas lab mikrobiologi setiap hari, jangan
menunggu laporan tertulis.
d) Sebelum terapi antibiotik
e) Bila hasil positip, ulang 48 jam kemudian
2) Fungsi lumbal, Sepsis Kemungkinan meningitis 25-30%. Bayi dengan
meningitis mungkin tidak menunjukkan gejala yang spesifik. 15% bayi dengan
meningitis akan menunjukkan kultur darah negatif
3) CSS, nilai CSS normal pada neonates adalah:
a) Jumlah leukosit: 0 - 32 WBC/mm3
b) Kadar glukose : 24 - 119 mg / dl
c) Kadar Protein: 20 - 170 mg / dl
4) Urine
a) Berguna bagi neonatus yang mengalami sepsis awitan lambat
b) Spesimen steril didapat melalui kateterisasi steril atau melalui aspirasi
suprapubik kandung kemih

b. Pemeriksaan hematologis
1) Hitung leukosit, Nilai normal 4500-10000 sel/mm3, sedangkan pada Neonatus
9000-30000 sel/mm3. Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik
infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Leukosit rendah (disebut juga
leukopenia) dapat disebabkan oleh infeksi atau sepsis hebat.
2) Hitung platelet/Hitung trombosit. Nilai normal pada anak 150.000-450.000
sel/mm3. Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada sepsis.
Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
3) Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)/Laju endap Darah (LED). Nilai normal
anak <10 mm/jam pertama. LED yang meningkat menandakan adanya infeksi
atau inflamasi.
4) Pemeriksaan lainnya (C- reactive protein)
a. Peningkatan globulin pada fase infeksi aktif serial setiap12 jam,sangat sensitif
b. 97-100% sepsis , CRP meningkat
c. Normal: < 0,5 mg/ dl
d. Peningkatan palsu dengan adanya asfiksia, aspirasi mekonium, KPD
e. Mungkin tidak positif pada awalnya (sensitivitasnya hanya 60%)
f. Tes berulang akan lebih berguna (sensitivitasnya hingga 84%)
g. Nilai Prediktif Negatif: 90%

7. PENATALAKSANAAN
a) Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24
jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7
hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).
b) Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
c) Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
d) Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
e) Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi,
CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis
atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin
dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian
antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.
f) Pengobatan suportif meliputi :
g) Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik
asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit,
terapi kejang, transfusi tukar.

8. KOMPLIKASI
a) Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
b) Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
c) Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi\
d) Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
e) Perdarahan
f) Demam yang terjadi pada ibu
g) Infeksi pada uterus atau plasenta
h) Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
i) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan) dan Proses kelahiran yang lama dan sulit
9. PENCEGAHAN
a) Pada masa Antenatal :Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita
ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
b) Pada masa Persalinan :Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara
aseptik.
c) Pada masa pasca Persalinan : Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka
umbilikus secara steril.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEO INFEKSI

a. Pengkajian
1) Biodata bayi
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Sistem saraf pusat : Fontanel yang menonjol, letargi, temperatur yang tidak
stabil, hipotonia, tremor yang kuat.
b) Sistem pencernaan : hilangnya keinginan untuk menyusui, penurunan intake
melalui oral, muntah, diare, distensi abdomen.
c) Sistem integument: kuning, adanya lesi, ruam.
d) Sistem pernapasan: apnea, sianosis, takipnea, penurunan saturasi oksigen, nasal
memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.
e) Sistem kardiovaskular: takikardi, penurunnya denyut perifer, pucat.
1) Riwayat kesehatan keluarga (Apakah ada anggota keluarga yang menderita
sifilis)
2) Data psikologi
a) Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
b) Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi b.d penyakit (proses infeksi).
2) Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskular
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.dfaktor biologi
(diare, anoreksia, dan muntah), faktor psikologis (malas minum).
4) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare).
5) Gangguan rasa nyaman.
c. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1 Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever treatment
selama 1x4 jam, suhu tubuh bayi kembali 1. Monitor suhu setiap 4 jam
normal, dengan kriteria hasil: 2. Monitor penurunan tingkat kesadaran
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Berikan antipiretik
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
5. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil

Vital sign Monitoring


1. Monitor nadi, suhu, dan RR
2. Monitor kualitas dari nadi
3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan abnormal

2 Pola napas tidak efektif b.d disfungsi Setelah melakukan tindakan keperawatan Airway Management
neuromuskular selama 1x24 jam, ketidakefektifan pola 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernapasan dapat diatasi, dengan kriteria 2. Keluarkan sekret dengan suction
hasil: 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
1. Bayi tidak sesak lagi tambahan
2. Bayi tenang 4. Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu
3. Skret di saluran napas tidak ada lagi 5. Monitor respirasi dan status O2
4. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(tidak ada suara nafas abnormal) Oxygen Therapy
5. Tanda-tanda vital dalam rentang normal 1. Pertahankan jalan nafas yang paten
(tekanan darah, nadi, pernafasan) 2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


1. Monitor nadi dan suhu
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor sianosis perifer

3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.dfaktor biologi (diare, selama 2x24 jam, gangguan pemenuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
anoreksia, dan muntah), faktor psikologis nutrisi dapat diatasi dengan kriteria hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
(malas minum) 1. Diare, anoreksia, muntah berhenti jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
2. Bayi mau disusui 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Tanda-tanda malnutrisi tidak ditemukan 4. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI
1. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 5. Auskultasi bising usus
berarti
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
5. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor adanya muntah
8. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management


selama 2x60 menit, volume cairan kembali 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
normal, dengan kriteria hasil: 2. Monitor vital sign
1. Suhu dan nadi dalam batas normal 3. Lakukan terapi IV
2. membran mukosa dan kulit tidak kering 4. Berikan cairan
3. Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan, 5. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
elastisitas turgor kulit baik, membran muncul meburuk
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 6. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI
yang berlebihan 7. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur
frekuensi diare, dan kehilangan cairan

5 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
selama 1x24 jam, bayi tidak rewel, dengan 2. Jelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga
kriteria hasil: klien.
1. Tidak ada tanda-tanda nyeri 3. Beri lingkungan tenang dan nyaman
2. Bayi nampak tenang

6 Infeksi berhubungan dengan pertahanan Kriteria hasil : a. Cuci tangan sebelum dan
imunologis yang kurang a. Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda sesudah merawat setiap bayi
infeksi b. Pakai sarung tangan ketika
b. Mata tetap bersih tanpa bukti iritasi kontak dengan sekresi tubuh
c. Genitalia bersih dari iritasi c. Periksa mata setiap hari untuk
melihat adanya tanda-tanda inflamasi
d. Inspeksi kulit setiap hari
terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit
e. Jaga bayi dari sumber potensial
infeksi (mis. Individu yang menderita infeksi
kulit, pernafasan)
f. Kaji tali pusat dan area kulit
pada dasar tali pusat setiap hari dari adanya
kemerahan, bau atau rabas.
g. Inspeksi mulut bayi terhadap
adanya plak putih pada mukosa oral, gusi dan
lidah.
h. Perhatikan adanya letargi,
penambahan berat badan buruk, gelisah,
penurunan suhu, ikterik, atau lesi terlihat.
i. Pantau tanda vital secara
berkelanjutan
j. Berikan suhu lingkungan yang
netral
k. Berikan agen antibakteri atau
alkohol pada pusar sesuai instruksi
l. Berikan antibiotik sesuai
indikasi
7 Gangguan nutrii kurang dari kebutuhan Kriteria hasil : a. Pantau koordinasi refleks
tubuh berhubungan dengan minum sedikit a. Bayi menunjukkan menghisap dan menelan
atau intoleran terhadap minuman. penghisapan yang kuat b. Berikan masukan awal sesuai
b. Bayi mendapat kebijakan rumah sakit
makanan / nutrisi yang cukup c. Berikan minuman yang adekuat
c. Berat badan bayi tidak dengan cara pemberian sesuai kondisi
turun d. Timbang berat badan bayi setiap
hari
e. Pantau distensi abdomen (residu
lambung)
f. Evaluasi kepuasan bayi setelah
pemberian makan
g. Pantau warna, konsentrasi dan
frekuensi berkemih
h. Tempatkan bayi miring ke kanan
setelah minum untuk mencegah aspirasi
i. Observasi pola feces

8 Hipertermi berhubungan dengan proses Kriteria hasil : Intervensi :


infeksi neonatus a. Suhu aksila bayi tetap a. Tempatkan bayi dalam inkubator
dalam rentang normals b. Pantau suhu aksila pada bayi
b. Bebas dari tanda-tanda yang tidak stabil
stres dingin atau hipotermi c. Kontrol suhu udara sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
dalam rentang termal yang dapat diterima
d. Pantau tanda-tanda hipertemia
misal kemerahan, ruam
e. Hindari bayi pada situasi yang
dapat mempredisposisikan bayi pada
kehilangan panas seperti terpapar udara dingin,
mandi, timbangan dingin.
9 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Kriteria hasil : Intervensi :
berhubungan dengan kelahiran a. Bayi menunjukkan a. Berikan nutrisi optimal untuk
preterm, faktor lingkungan peningkatan berat badan setiap menjamin penambahan berat badan yang mantap
melewati fase akut penyakit dan pertumbuhan otak
b. Bayi hanya terpapar b. Berikan periode istirahat yang
stimulus yang tepat teratur tanpa gangguan untuk menurunkan
penggunaan kalori dan O2 yang tidak perlu
c. Berikan intervensi
perkembangan sesuai usia
d. Tingkatkan interaksi orangtua –
bayi karena merupakan hal yang essensial untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal.
DAFTAR PUSTAKA

Abraham M. Rudolph. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Volume III. Edisi 20. EGC.
Jakarta.

Asrining Surasmi, dkk. 2013. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC. Jakarta

Blackwell W. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2009-2011. USA:

Bulechek GM, Howard KB, and Joanne MC. Nursing Interventions Classification (NIC).

Bobak, Irene M, Deitra LL, Margaret DJ. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta: EGC. 2010.

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Alih Bahasa Monica Ester.
Ed. 2. Jakarta : EGC; 2012

Mary E. Muscari. 2010. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta

Moorhead S, et all. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby Elsevier.


2009.

NANDA International. 2009.

Nelson. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian I. Edisi 12. EGC. Jakarta

USA : Mosby Elsevier. 2009.

Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar keperawatan
pediatrik volume 1. Jakarta: EGC, 2008.

I Hartantyo, dkk. 2011. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Edisi 2. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. FK Universitas Diponegoro.
A. PATHWAY (Asrining Surasmi dkk, Perawatan bayi risiko tinggi, EGC, 2013)

INFEKSI

Infeksi Antenatal Infeksi Intranatal Infeksi Postnatal

Kuman masuk ke janin Mikroorganisme pada vagina & serviks - Kontaminasi penggunaan alat
- Perawatan umbilikus tidak steril
- Infeksi silang
Melewati plasenta & umbilikus Masuk ke korion dan amnion

Masuk ke sirkulasi darah janin Terjadi korionitis dan amnionitis Hipertermi

Terjadi intervilosistis Masuk ke tubuh bayi terinhalasi oleh bayi Gangguan pertumbuhan
melewati plasenta dan perkembngan bayi

Imunitas menurun
Asupan nutrisi dari ibu ke janin Masuk ke traktus digestivus
Tidak adekuat dan terjadi infeksi
Infeksi neonatus Masuk ke traktus respiratorius
dan terjadi infeksi
BBLR

Gangguan pola pernafasan


Gangguan nutrisi kurang dari tubuh

Anda mungkin juga menyukai