Anda di halaman 1dari 13

Pendekatan Klinis pada Pasien dengan Karsinoma Rektal

Chearin Dhea Sanfika – 102018145


Kelompok B6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510. Telephone : (021)5694 – 2061
chearin.2018fk145@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Saat bayi baru lahir, tali pusat yang memiliki peranan penting dalam interaksi antara ibu dan
janin selama masa kehamilan akan dipotong dan terpapar dengan lingkungan sekitar. Hal
tersebut menyebabkan tali pusat sangat rentan menjadi sumber infeksi pada bayi baru lahir.
Omfalitis adalah infeksi polimikrobial pada tali pusat yang dapat terinfeksi lokal, namun apabila
tidak dikenali dan ditangani dini dapat meluas dan berkembang menjadi infeksi sistemik yang
menyebabkan timbulnya komplikasi bahkan kematian. Gejala yang biasanya timbul yaitu
eritema, indurasi, nyeri tekan di tali pusat atau sekitarnya, eksudat yang berbau tidak sedap, dan
dapat disertai dengan gejala sistemik. Oleh karena itu, perawatan tali pusat penting untuk
mencegah infeksi pada bayi baru lahir.
Kata kunci : Omfalitis, gejala, komplikasi, perawatan tali pusat.

Abstract
When the baby is born, the umbilical cord which has an important role in the interaction
between mother and fetus during pregnancy will be cut and exposed to the surrounding
environment. This makes the umbilical cord very vulnerable to become a source of infection in
newborns. Omfalitis is a polymicrobial infection of the umbilical cord that can be infected
locally, however, the viral infection can develop and develop systemically causing complications
and even death. Symptoms usually present with erythema, induration, tenderness in the
umbilical cord or around it, exudate which is unpleasant, and may be accompanied by systemic
symptoms. Therefore, umbilical cord care is important to prevent infection in newborns.
Keywords: Omphalitis, symptoms, complications, umbilical cord care.
Pendahuluan 
Angka kematian bayi baru lahir merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan masyarakat suatu negara, sehingga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi hendaknya
mendapat perhatian lebih. Angka kejadian infeksi bayi baru lahir di Indonesia berkisar antara
24% hingga 34%, dan hal ini merupakan penyebab kematian yang kedua setelah asfeksia
neonatorum. Sebagian besar infeksi bayi baru lahir adalah Tetanus neonatorum yang ditularkan
melalui tali pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama, infeksi juga dapat terjadi
melalui pemakaian obat, bubuk, talk atau daun- daunan yang digunakan masyarakat dalam
merawat tali pusat.1
Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir. Perawatan
tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya
tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat
yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang
cara terbaik untuk merawat tali pusat. Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa
segera setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis.
Sehingga pengetahuan mengenai kebersihan tali pusat sangat penting diketahui untuk
menghindari terjadinya infeksi.1
Oleh karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas secara umum
mengenai definisi, anatomi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan,
pencegahan dan komplikasi omfalitis pada bayi.

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien atau keluarga pasien yang
mempunyai hubungan kerabat dengan pasien. Tujuan dari anamnesis antara lain untuk
mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan
diagnosa sementara dan diagnosis banding, serta membantu menentukan penatalaksanaan
selanjutnya. Dalam anamnesis yang perlu diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan dulu, riwayat keluarga, riwayat pribadi dan riwayat sosial
ekonomi. Selain itu, pada pasien bayi juga perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan
riwayat persalinan. Penting juga untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko dan faktor
predisposisi mengenai pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril. Pasien dengan
infeksi tali pusat atau omfalitis biasanya datang dengan keluhan panas, rewel, dan tidak mau
menyusu.2
Berdasarkan skenario, hasil anamnesis yang didapatkan bahwa seorang bayi berusia 5
hari dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi dan malas minum.
Diketahui bahwa bayi tersebut lahir ditolong oleh dukun, lahir cukup bulan, menangis kuat, aktif,
dan tidak terdapat komplikasi saat lahir.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang didapat
sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Biasanya, pemeriksaan fisik
diawali dengan melihat keadaan umum serta kesadaran pasien, kemudian dilanjutkan 
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien berupa tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan
pernapasan. Setelah itu, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi,  dan auskultasi
Pada pemeriksaan fisik pada pasien dengan infeksi tali pusat biasanya ditemukan, seperti
kemerahan, panas, bengkak, dan nyeri hingga mengeluarkan pus dengan bau yang tidak sedap.
Jika bengkak dan tanda infeksi hanya terbatas pada daerah kurang dari 1 cm dari sekitar pangkal
tali pusat, maka akan dikategorikan sebagai infeksi tali pusat lokal. Jika melebihi dari 1 cm, kulit
di sekitar tali pusat mengeras, memerah, dan menimbulkan bengkak pada perut, maka akan
dikategorikan sebagai infeksi tali pusat yang berat. Tanda-tanda sistemik lainnya juga dapat
ditemukan, seperti demam, takikardia, hipotensi,, letargi, dan kadang timbul ikterus.2
Berdasarkan skenario, didapati hasil pemeriksaan fisik pasien meliputi:
1. Bayi kurang aktif
2. Suhu 39 ⁰C
3. Nadi 140x/menit
4. Frekuensi nafas 50x/menit
5. Preumbilicus tampak hiperemis, basah, bau dan terdapat pus.
Pemeriksaan Penunjang 
Pada pasien yang mengalami gejala ringan, umumnya pemeriksaan penunjang tidak perlu
dilakukan. Namun, pemeriksaan penunjang bisa dilakukan apabila dicurigai terjadinya
komplikasi.
Tes Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap (CBC), dapat ditemukan neutrofilia ataupun
neutropenia, trombositopenia. Peningkatan C-Reactive Protein (CRP), procalcitonin dan laju
endap darah (LED) menunjukkan adanya infeksi akut. Bila infeksi berat maka akan timbul
hipoglikemi, hipokalsemia dan asidosis metabolik. Pemeriksaan koagulasi yang dapat dilakukan
mencakup pemeriksaan prothrombin time,activated partial thromboplastin time, fibrinogen, dan
D-dimer. Ditemukannya kondisi koagulopati merupakan prediktor prognosis yang buruk dan
mengindikasikan terjadinya proses disseminated intravascular coagulation (DIC). Kultur darah
dan pus dapat dilakukan untuk pedoman terapi antibiotik.3
Pemeriksaan Radiologi 
Pemeriksaan radiologi umumnya dilakukan untuk mengeksklusi adanya gangguan
anatomi atau keterlibatan struktur lain yang lebih dalam. Pemeriksaan radiologi yang dapat
dilakukan antara lain rontgen abdomen, USG, dan CT scan.4
- Pemeriksaan foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya udara di dinding abdomen
akibat inflamasi yang meluas ke fascia atau peritoneum.
1. Pemeriksaan Ultrasonografi ditemukan penebalan fascia dan akumulasi cairan. Pasien
dengan omfalitis akan menunjukkan gambaran umbilikus yang hipoekoik pada 90,7%
kasus. Selain itu, umbilikus akan tampak membesar dan disertai dengan peningkatan
vaskularisasi yang terlihat melalui Doppler.
2. CT scan dapat menunjukkan adanya keterlibatan otot atau fascia. CT scan juga dapat
melihat adanya kelainan anatomi yang menyebabkan inflamasi pada umbilikus.

Anatomi dan Fisiologi Tali Pusat


Tali pusat merupakan jaringan ikat yang menghubungkan antara plasenta dan janin yang
memiliki peranan penting dalam interaksi antara ibu dan janin selama masa kehamilan. Tali
pusat sangat penting bagi perkembangan, kesejahteraan, dan kelangsungan hidup fetus karena
berfungsi sebagai sumber oksigen, nutrien dan pembuangan zat-zat sisa. Tali pusat terdiri dari
dua arteri, satu vena, dan ditutupi oleh Wharton’s jelly. Wharton’s jelly yang melindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat terjamin. Selain itu, satu vena umbilicalis bertugas membawa oksigen dan memberi
nutrien ke sistem perdarahan fetus dari darah maternal yang terletak di spatium choriodeciduale.
Sedangkan, dua arteri umbilicalis bertugas mengembalikan produk sisa dari fetus ke plasenta
dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk diekskresikan.
Proses tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.5

Gambar 1. Anatomi Tali Pusat.5


Setelah persalinan terjadi proses fisiologis yang menyebabkan Wharton’s jelly
membengkak disertai kolapsnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah terhenti secara
alami.Dalam 24 jam, puntung tali pusat yang awalnya berwarna putih kebiruan dan basah,
perlahan mengering dan berwarna kehitaman. Setelah beberapa hari/minggu puntung tali pusat
akan menjadi nekrotik dan meninggalkan luka kecil lalu setelah proses penyembuhan
terbentuklah umbilikus. Pemisahan tali pusat umumnya terjadi dalam 2 minggu (3-45 hari).
Pengeringan dan pemisahan tali pusat lebih cepat terjadi bila terpapar udara bebas.6

Diagnosis Kerja
Omfalitis
Setelah lahir, tali pusar akan mengalami nekrosis akibat dari trombosis dan kontraksi dari
pembuluh darah tali pusar. Jaringan tali pusar kaya akan substrat dan apabila mengalami
kerusakan jaringan rentan mengalami kolonisasi bakteri. Kolonisasi bakteri tersebut dapat
berasal dari saluran genital ibu atau dari lingkungan setelah bayi lahir. Infeksi yang terjadi pada
tali pusar akan mencegah proses normal terjadinya pemisahan pembuluh darah pusar sehingga
memungkinkan adanya jalan masuk bakteri ke sirkulasi bayi baru lahir. Omphalitis merupakan
suatu infeksi pada pusar atau jaringan yang terjadi disekitarnya pada periode neonatal. Ciri khas
dari omfalitis sendiri adanya nyeri tekan, eritema, indurasi umbilikus dan jaringan sekitarnya.
Penyakit ini dapat berkembang cepat menjadi infeksi sistemik dan kematian, dengan perkiraan
angka kematian mencapai 7 sampai 15%. Pengenalan dan pengobatan dini sangat penting untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan omphalitis.7
Melalui pemeriksaan fisik, kita dapat membagi omfalitis berdasarkan tingkat keparahannya:
- Derajat I (hanya terbatas di tali pusat): tali pusat tampak meradang, dapat tercium bau
yang tidak enak dengan atau tanpa eksudat purulen.
- Derajat II (disertai selulitis abdomen): eritema di sekitar umbilikus disertai peradangan
superfisial.
- Derajat III (disertai dengan gejala sistemik): omfalitis derajat I atau II dengan tanda
sistemik seperti demam, takikardi, sulit makan, atau letargi
- Derajat IV (disertai fasciitis): tali pusat telah mengalami nekrosis disertai dengan
ekimosis periumbilikal, bulae krepitus, dan bukti adanya keterlibatan fascia dan otot.

Diagnosis Banding
Patent urachus
Patent urachus merupakan salah satu jenis dari anomali urachal selain sinus uracha,
divertikulum dan kista urachal. Kelainan ini dapat terjadi pada anak maupun orang biasa dengan
timbul gejala, biasanya pada kasus patent urachus muncul dengan urin yang bocor dari umbilikus
selama periode neonatal. Diagnosis dapat dibantu dengan studi kontras, biasanya MCUG, atau
dengan memasukkan kontras ke ujung pusar saluran. Urachus yang dikenal juga sebagai
ligamentum umbilikal median merupakan struktur berserat yang memanjang dari kandung
kemih ke pusar di garis tengah merupakan sisa dari struktur tubular selama pembentukan janin.
Normalnya memasuki usia kehamilan trimester ketiga ketika kandung kemih mulai turun ke
panggul, urachus telah menyempit dan mulai menghilang.patent urachus terjadi karena gagalnya
menutup tubulus urachal sehingga meninggalkan saluran terbuka antara kandung kemih dan tali
pusar. Diagnosis untuk menentukan kelainan patent urachus dapat dilakukan sinogram atau
VCUG. pengobatan patent urachus membutuhkan tindakan operatif untuk mencegah terjadinya
komplikasi.8
Granuloma umbilikalis
Granuloma umbilikalis adalah suatu pembengkakan kecil yang tersusun dari jaringan
granulasi pada bagian pangkal pusar. Kejadian ini relatif umum pada periode neonatal, setelah
tali pusat lepas. Granuloma terjadi sebagai respons terhadap infeksi subklinis atau epitelisasi
yang tidak memadai tali pusar. Berdasarkan penelitian, dilaporkan prevalensi granuloma
umbilikus terjadi pada 1 dari 500 bayi baru lahir. Sampai saat ini penelitian mengenai penyebab
terjadinya granuloma umbilikus belum diketahui secara pasti namun pembentukan granuloma
pada tali pusat dapat dikaitkan dengan proses peradangan dan tertundanya pemisahahan tali
pusat. Diketahui bahwa pemisahan tali pusat yang tertunda dapat terjadi karena infeksi bakteri
atau beberapa gangguan kekebalan (leukosit defisiensi adhesi, cacat motilitas neutrofil, dll).
Terjadinya ketidakseimbangan antara flora normal kulit pada umbilikus dan organisme saprofit
juga dikatakan mempengaruhi pemisahan tali pusat. Gejala yang paling umum adalah keluarnya
cairan dari pusar dan terjadi bengkak di pusar. Dalam pemeriksaan fisik, granuloma pusar
terlihat berukuran kecil (ukuran 1 hingga 10mm), konsistenisnya lembut, tidak lembut, rapuh,
lesi berwarna merah muda / merah di dasar umbilikus. Berdasarkan hasil tinjauan textbook
pediatric dan neonatology, pemakaian perak nitrat menjadi lini pertama dalam menangani kasus
granuloma umbilikus, selain itu dapat juga diberikan opsi lain seperti pem akaian alkohol dan
larutan antiseptik lainnya, garam rumah topikal atau steroid aplikasi, ligasi jahitan, eksisi bedah,
elektrokauter, dan cryotherapy.9

Etiologi
Setelah lahir, umbilikus menjadi terjajah dengan banyak jenis bakteri seperti kokus gram-
positif, diikuti segera oleh kehadiran banyak mikroorganisme enterik. Infeksi polymicrobial dan
patogen yang paling umum adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan bakteri
gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus mirabilis. Jika
dicurigai infeksi ibu dengan korioamnionitis, bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis,
Clostridium perfringens, dan Clostridium tetani juga dapat berkontribusi terhadap infeksi.10

Omfalitis memiliki beberapa faktor risiko, antara lain:3


- Berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
- Penggunaan kateter umbilikal sebelumnya
- Ketuban pecah yang berkepanjangan
- Infeksi maternal
Faktor lain yang berperan terhadap timbulnya infeksi tali pusat antara lain karena persalinan
dilakukan di rumah dengan higiene dan sanitasi yang kurang, penolong persalinan yang tidak
terlatih dan beberapa cara tradisional dalam perawatan tali pusat yang tidak steril.

Klasifikasi
Infeksi tali pusat terbagi menjadi dua yaitu; infeksi tali pusat lokal dan infeksi tali pusat
yang meluas. Gambaran infeksi tali pusat lokal dapat terlihat pembengkakan pada tali pusat
kurangan dari 1 cm disekitar pangkal tali pusat lokal, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk,
dan disekitar tali pusat berwarna kemerahan. Sedangkan infeksi tali pusat meluas yaitu dapat
terlihat pembengkakan dan kemerahan pada tali pusat yang sudah meluas melebihi 1 cm
disekitar pangkal tali pusat, yang disertai juga dengan pembengkakan perut.2

Epidemiologi
Epidemiologi omfalitis sangat bervariasi antar negara. Prevalensinya lebih banyak
ditemukan pada negara-negara berkembang dibandingkan di negara maju. Insidensi omfalitis
berkisar antara 0,2% - 0,7% pada negara industri. Di Indonesia, omfalitis merupakan salah satu
infeksi yang cukup sering ditemukan pada neonatus, tetapi belum ada data epidemiologi nasional
omfalitis. Dari 262 kasus infeksi di RSUP dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012, omfalitis
ditemukan pada 14,5% kasus. Insidensi dilaporkan lebih tinggi pada bayi preterm dibandingkan
aterm. Pada bayi aterm, onset omfalitis tertinggi pada usia 5-9 hari. Sedangkan pada bayi
preterm, onset pada usia 3-5 hari.2,11

Manifestasi Klinis
Omphalitis adalah infeksi pada tunggul pusar neonatus yang muncul sekitar hari ke-3 kehidupan
yang biasanya ditandai dengan:12
- eritema, indurasi umbilikus dan jaringan sekitarnya, dan nyeri tekan. Awalnya, pasien
mungkin hanya memiliki selulitis superfisial tetapi, jika tidak diobati, ini dapat
berkembang hingga melibatkan seluruh dinding perut.
- Pasien mungkin juga mengalami drainase purulen atau pendarahan dari tali pusat.
- Kotoran yang berbau tidak sedap harus meningkatkan kecurigaan adanya infeksi
anaerobik.
- Gejala sistemik seperti lesu, kurang makan, demam, dan mudah tersinggung
menunjukkan sepsis dan menandakan prognosis yang lebih buruk. Jika terjadi
perkembangan yang cepat dari eritema dinding perut atau gas di jaringan sekitarnya,
necrotizing fasciitis harus dipertimbangkan, dan konsultasi bedah akut diperlukan.

Patofisiologi 
Saat janin masih di dalam kandungan, tali pusat berperan sebagai penghubung antara
janin dengan ibu untuk membawa oksigen serta nutrisi. Setelah bayi lahir, umbilikus diputus, dan
biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 5–15 hari. Patofisiologi omfalitis dipengaruhi oleh
devitalisasi tali pusat neonatus, sehingga menjadi tempat yang baik untuk tumbuhnya bakteri.13
Sisa tali pusat neonatus akan terpapar dengan bakteri segera setelah lahir. Sisa tali pusat
neonatus akan terpapar dengan bakteri segera setelah lahir. Adanya bakteri ini berguna untuk
menarik sel-sel imun yang akan membantu proses pelepasan tali pusat neonatus. Tetapi, bakteri
ini juga berpotensi menyebabkan infeksi pada pangkal tali pusat, menyebabkan omfalitis. Infeksi
bakteri aerobik, jaringan nekrotik, dan suplai darah yang buruk menyebabkan pertumbuhan
organisme anaerob. Infeksi juga dapat melampaui jaringan subkutan yang melibatkan bidang
fasia (fasciitis), otot dinding perut (mionekrosis), dan vena umbilikal dan portal (flebitis). 13

Tatalaksana
Pengobatan omfalitis dengan antibiotik parenteral spektrum luas ditujukan untuk bakteri
gram negatif dan bakteri gram positif. Pengobatan empiris dengan menggunakan penisilin anti
staphylococcus dan aminoglikosida dianjurkan untuk mengurangi komplikasi yang nanti terjadi
seperti sepsis dan necrotizing fasciitis. Vankomisin digunakan sebagai pengganti penisilin anti
staphylococcus pada bakteri grup a yaitu S.aureus yang resisten terhadap metisilin. Untuk
pengobatan akibat bakteri anaerob menggunakan klindamisin (Cleocin) atau metronidazole
(Flagyl) disarankan apabila tali pusar berbau busuk. Pada kasus omphalitis tanpa komplikasi
maka terapi parenteral dilakukan selama 10 hari dan diikuti dengan oral tergantung hasil kultur.14

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat omphalitis adalah termasuk necrotizing fasciitis,
mionekrosis, sepsis, dan komplikasi abdominal. Ketika terjadi komplikasi omphalitis, maka
dapat dengan cepat berkembang menjadi infeksi sistemik dan kematian.12
a. Necrotizing fasciitis
Ini adalah infeksi bakteri pada kulit, lemak subkutan, dan fasia superfisialis dan profunda
yang memperumit 8% -16% kasus omphalitis neonatal. Ini ditandai dengan infeksi yang
menyebar dengan cepat dan toksisitas sistemik yang parah. Necrotizing fasciitis biasanya
melibatkan dinding perut tetapi mungkin juga melibatkan skrotum atau penis. Infeksi
jaringan lunak nekrotikan disebabkan oleh produksi faktor (oleh organisme tunggal atau
multipel) yang mengarah langsung pada kematian sel jaringan, penghancuran enzimatik
dari jaringan ikat pendukung, dan penghancuran respon imun humoral dan seluler host
terhadap organisme yang menginfeksi. Organisme tertentu dikenal menyerang jaringan
dan berkembang biak di daerah nekrotik. Grup A Streptococcus, S aureus, dan spesies
Clostridium dapat menguraikan enzim ekstraseluler dan racun yang dapat merusak
jaringan, dapat memfasilitasi pergerakan organisme melalui pesawat jaringan lunak, dan
dapat membatasi pertahanan inang dan penetrasi agen antimikroba sistemik.15
b. Mionekrosis
Ini merujuk pada keterlibatan otot yang ikut terkena. Pada bayi dengan omphalitis,
perkembangan mionekrosis biasanya tergantung pada kondisi yang memfasilitasi
pertumbuhan organisme anaerob. Kondisi ini termasuk adanya jaringan nekrotik, pasokan
darah yang buruk, bahan asing, dan infeksi oleh bakteri aerob seperti staphylococci atau
streptococci. Racun yang diproduksi di lingkungan anaerobik jaringan nekrotik
memungkinkan penyebaran organisme dengan cepat melalui bidang jaringan. Penyebaran
racun lokal memperluas area nekrosis jaringan, memungkinkan pertumbuhan organisme
yang berkelanjutan dan meningkatkan elaborasi racun. Karena kerusakan jaringan dalam
yang progresif dan penyebaran racun sistemik berikutnya, infeksi anaerob dapat berakibat
fatal jika tidak segera diobati. Selain itu, perkembangan edema yang cepat, yang
menyempitkan otot di dalam fasia, dapat menyebabkan mionekrosis iskemik.3
c. Sepsis
Ini adalah komplikasi paling umum dari omphalitis. Dalam sebuah penelitian, bakteremia
adalah komplikasi pada 13% bayi dengan omphalitis. Pada bayi ini, syok, koagulasi
intravaskular diseminata (DIC), dan kegagalan organ dapat terjadi.16
d. Komplikasi abdominal
Komplikasi abdominal termasuk pengeluaran isi spontan, peritonitis, obstruksi usus, dan
abses perut.3
e. Komplikasi omphalitis jangka panjang atau akhir
Ini mungkin termasuk transformasi kavernosa nonneoplastik dari vena porta, trombosis
vena porta, hipertensi portal ekstrahepatik, dan obstruksi bilier. Ketika hipertensi portal
ekstrahepatik terjadi, varises lambung atau esofagus dapat terjadi, merupakan
predisposisi dari perdarahan saluran cerna bagian atas.3

Pencegahan
Perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir berbagai perawatan tali
pusat meliputi:17
1. Dry clean care
Setiap hari bayi dimandikan sepeti biasa menggunakan sabun lalu tubuh dikeringkan dan
tali pusat dibiarkan terbuka (pengeringan alami). Jika tali pusat kotor dibersihkan dengan
air dan keringkan dengan kapas.
2. Penggunaan antiseptik klorheksidin, povidon iodin, alcohol, triple dye.
Kloheksidin untuk perawatan tali pusat umumnya bekadar 0,4%. Perawatan dapat
dilakukan satu kali saat saat bayi lahir atapun rutin dua kali per hai selama 7 hari. Untuk
penggunaan povidon iodin jangka panjang, perlu perhatian khusus karena dapat
menyebabkam hipotiroid pada bayi. Alkohol tidak disarankan untuk perawatan tali pusat
karena efek minimal pada penanganan kolonisasi baktei dan efek berbahaya. Untuk triple
dye, bahan ini dibeikan ke tali pusat selama beberapa jam setelah kelahiran. Efek
samping dapat menyebabkan ulseasi membran mukosa dan nekrosis kulit.
3. ASI
ASI diketahui memiliki faktor imunologi desinfektan dan sumber nutrisi. Cairan ASI
dioleskan di puntung tali pusat lalu dibiarkan kering selama beberapa waktu.
Pedoman WHO yaitu metode dry clean care menekankan pentingnya kebersihan tangan,
memotong tali pusat dengan alat steril menjaga puntung tali pusat tetap besih dan
memfasilitasi paparan udara dengan melipat popok jauh dari tali pusat. Penggunaan
antiseptik atau bahan lain mungkin dapat mengurangi kolonisasi bakteri dan mempecepat
pemisahan tali pusat. Akan tetapi belum cukup bukti yang mendukung penggunaan bahan-
bahan tersebut untuk perawatan tali pusat secara universal.17

Prognosis
Prognosis untuk bayi dengan omphalitis bervariasi. Pada kasus infeksi lokal tanpa
komplikasi atau kelainan anatomi lainnya, prognosis baik dan pasien dapat sembuh dengan tata
laksana adekuat. Mortalitas akibat omfalitis, termasuk pada pasien yang mengalami komplikasi,
dilaporkan sebesar 7 – 15%. Mortalitas meningkat menjadi 38-87% pada pasien yang mengalami
mionekrosis atau necrotizing fasciitis.3

Kesimpulan
Omphalitis adalah infeksi polymicrobial yang biasanya disebabkan oleh campuran
organisme kuman aerob dan anaerob. Paling sering disebabkan oleh kuman Staphylococcus
Aureus. Omphalitis dapat melibatkan seluruh dinding perut dan dapat berkembang menjadi
necrotizing fasciitis, mionekrosis, atau komplikasi lainnya. Infeksi tali pusat ini dapat dicegah
dengan berbagai cara, salah satu yang disarankan oleh WHO adalah dengan dry clean care.
Untuk penatalaksanaannya digunakan antibiotik parenteral spektrum luas selama 10 hari. r45rp
Daftar Pustaka
1. Asiyah N, Islami, Mustagfiroh L. Perawatan tali pusat sebagai upaya mempercepat pelepasan
tali pusat. J Kebidanan Indonesia. 2017;1(1):29-36
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi tali pusat dalam Panduan manajemen masalah bayi
baru lahir. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013.
3. Gallagher P. Omphalitis: Background, Pathophysiology, Etiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2019 [cited 11 May 2021]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/975422-overview
4. Muniraman H, Sardesai T, Sardesai S. Disorders of the Umbilical Cord. Pediatrics in
Review. 2018;39(7):332-341.
5. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. Edisi 6. US: Saunders. 2014.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, eds. Williams obstetrics. 23rd ed. NewYork:
McGraw-Hills; 2010.
7. Henbest DM, Steele RW. Periumbilical erythema in a neonate. Clinical Pediatrics.
2013;52(4):374-7
8. Buddha A, Menias CO, Katabathina VS. Imaging of uracal anomalies. Springer.
2019;36(7):1-11.
9. Karaguzel G, Aldemir H. Umbilical granuloma: modern understanding of etiopathogenesis,
diagnosis, and management. J Pediatr Neonatal Care. 2016;4(3):2-5.
10. Stewart D, Benitz W. Umbilical Cord Care in the Newborn Infant. Pediatrics.
2016;138(3):e20162149-e20162149.
11. Meliya I, Priscilla V. Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir di Bagian Perinatologi
RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2012. Ners Jurnal Keperawatan. 2013;9(12):95-107
12. Painter K, Anand S, Philip K. Omphalitis [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021 [cited 11 May
2021]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513338/#article-26170.s11
13. Ameh EA, Nmadu PT. Major complications of omphalitis in neonates and infants. Pediatr
Surg Int. 2012 Sep;18(5-6):413-6.
14. Massaro CS. Neonatal omphalitis after lotus birth. Journal of Midwifery & Women’s
Health.2020; 1(2);1-4.
15. Brook I. Microbiology of necrotizing fasciitis associated with omphalitis in the newborn
infant. J Perinatol. 1998 Jan-Feb. 18(1): 28-30.
16. Mason WH, Andrews R, Ross LA, Wright HT Jr. Omphalitis in the newborn infant. Pediatr
Infect Dis J. 1989 Aug. 8(8):521-5.
17. Purnamasari L. Perawatan Topikal Tali Pusat untuk Mencegah Infeksi pada Bayi Baru Lahir.
Cermin Dunia Kedokteran. 2016 May 1;43(5):395-8.

Anda mungkin juga menyukai