Anda di halaman 1dari 12

Diagnosis dan Tatalaksana Omfalitis pada Neonatus

Sabrina Fortunella Toding


102018004
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
sabrina.2018fk004@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Omfalitis adalah suatu keadaan infeksi pada pangkal tali pusat yang disebebakan oleh bakteri
yang memasuuki tubuh melalui tali pusat bayi. Bakteri dapat masuk akibat dari pemotongan
tali pusat dengan alat yang tidak steril, kontak kulit ke kulit, teknik cuci tangan yang tidak
benar, dan perawatan tali pusat buruk. Keluhan yang dialami bayi umumnya terlihat pada
gambaran klinis, yaitu perubahan warna atau keluar nanah dari pangkal tali pusat. Untuk
mengetahui bakteri penyebab maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa kultur
dan pewarnaan gram, sedangkan pada kasus berat yang menunjukkan tanda-tanda
necrotizing, selulitis, atau peritonitis maka dapat dilakukan foto abdomen. Pengobatan
dilakukan dengan memberikan kombinasi antibiotik oxacylin dan gentamisin sebagai terapi
empiris serta melakukan perawatan yang steril pada tali pusat dengan prinsip kering dan
bersih.

Kata kunci: Omfalitis, infeksi tali pusat, perawatan tali pusat

Abstract
Omfalitis is an infection at the stump of the umbilical cord caused by bacteria that enter the
body through the baby's umbilical cord. Bacteria can enter as a result of cutting the
umbilical cord with non-sterile tools, skin-to-skin contact, improper hand washing
techniques, and poor umbilical cord care. The signs by infants are generally seen in the
clinical picture, namely discoloration or discharge of pus from the stump of the umbilical
cord. To find out the bacteria causing the supporting examination such as culture and gram
stain are needed, while in severe cases showing signs of necrotizing, cellulitis, or peritonitis,
an abdominal radiograph can be performed. Treatment is carried out by giving a
combination of oxacylin and gentamicin antibiotics as empirical therapy and performing
sterile care of the umbilical cord on a dry and clean principle.

Keywords: Omphalitis, umbilical cord infection, umbilical cord treatment

Pendahuluan
Tali pusat adalah saluran yang menghubungkan plasenta yang melekat pada dinding
rahim dengan janin yang bertujuan untuk membawa asupan nutrisi dan darah selama janin
berada dalam kandungan ibu pada masa kehamilan. Setelah bayi lahir, tali pusat harus segera
dipotong untuk menghentikan perdarahan dan meninggalkan sedikit sisa tali yang normalnya
akan mengerut, kering dan lepas dalam satu sampai dua minggu. Perawatan tali pusat yang
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya infeksi. Infeksi secara umum merupakan

1
penyebab terbanyak kematian bayi baru lahir, salah satunya disebabkan oleh infeksi tali pusat
atau omfalitis.
Omfalitis adalah suatu keadaan infeksi pada pangkal tali pusat yang disebebakan oleh
bakteri yang memasuuki tubuh melalui tali pusat bayi. Bakteri dapat masuk akibat dari
pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril, kontak kulit ke kulit, teknik cuci tangan
yang tidak benar, perawatan tali pusat buruk dan infeksi silang. WHO (1998) menjelaskan
tetanus dan infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal dan kebanyakan
terjadi di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahunnya 500.000 bayi meninggal karena
tetanus neonatorum dan 460.000 bayi meninggal akibat infeksi berat oleh bakteri yang dapat
disebabkan oleh infeksi tali pusat (omfalitis). Infeksi tali pusat dapat berkembang dengan
cepat menjadi nocrotizing facilitis serta sepsis sehingga memerlukan perawatan yang tepat
dan segera. Melalui makalah ini akan dibahas secara singkat dan jelas mengenai thalassemia,
mulai dari gambaran klinis, penegakan diagnosis, diagnosis banding hingga penatalaksanaan
yang tepat.1,2

Skenario
Seorang bayi berusia 5 hari dibawa ibunya ke puskesmas karena demam tinggi dan
malas minum. Bayi lahir ditolong oleh dukun bayi.

Anamnesis
Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam
keadaan tertentu dengan penolong pasien, mengenai semua informasi yang berhubungan
dengan penyakitnya. Anamnesis penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang kuat.
Anamnesis meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat pribadi, dan riwayat sosial ekonomi dan
lingkungan.3
Diagnosis omfalitis dapat ditegakkan melalui penilaian dokter dengan melakukan
alloanamnesis pada orangtua pasien, pemeriksaan fisik, dan kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang. Omfalitis memang merupakan infeksi yang umum terjadi pada bayi
noeonatus dengan berbagai faktor, salah satunya proses persalinan yang tidak steril dan home
delievery. Keluhan yang dialami bayi umumnya terlihat pada gambaran klinis, yaitu
perubahan warna atau keluar nanah dari pangkal tali pusat. Apabila infeksi sudah menyebar
maka dapat menimbulkan gejala sistemk seperti demam, tidak mau minum, irritable, dan
2
letargi. Maka dari itu pada anamnesis penting untuk kita perjelas mengenai faktor risiko,
mulai dari tempat persalinan, ada atau tidaknya masalah selama masa kehamilan maupun
persalinan, misalnya ketuban pecah dini, riwayat nutrisi bayi, serta menanyakan tentang
riwayat pengobatan/perawatan yang sudah dilakukan oleh orangtua terhadap tali pusat bayi.
Untuk menyingkirkan adanya diagnosis akibat kelainan anatomi pada bayi, maka perlu juga
ditanyakan terkait ada atau tidaknya feses atau urin yang keluar dari tali pusat. 4,5 Melalui
anamnesis pada kasus ini, didapatkan data bahwa bayi lahir cukup bulan, menangis kuat, dan
tidak ada komplikasi saat lahir.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-
temuan dalam anamnesis. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan data
objektif mengenai kesehatan pasien. Pemeriksa harus bisa mengenali, menganalisis, dan
mensintesis informasi yang dapat dikumpulkan ke dalam suatu penilaian yang komprehensif.
Dalam pemeriksaan fisik juga memerlukan beberapa alat kesehatan yang akan membantu
dalam pengambilan data, seperti palu refleks, tensimeter, stetoskop, dan lain-lain yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 3
Pemeriksaan fisik pada bayi dengan dugaan omfalitis dapat dimulai dengan melihat
keadaan dan kesadaran umum bayi, pemeriksaan tanda-tanda vital, head to toe, dan diakhiri
dengan pemeriksaan fisik pada umbilikus dan daerah disekitarnya. Pada bayi omfalitis dapat
ditemukan tanda inflamasi dan infeksi pada pangkal tali pusat dan jaringan disekitarnya,
seperti kemerahan dan edema. Bahkan pada keadaan infeksi yang telah meluas dan berat
hingga bakteremia, maka dapat menimbulkan tanda-tanda sistemik, seperti iritabilitas, latergi,
tidak mau makan dan minum, demam, hipotermi, hipotensi, takikardi, takipneu, bayi tampak
kuning atau biru keabuan, dan serta menderita demam tinggi, serta pada umbilikus dapat
ditemukan adanya nanah, perdarahan, tali pusat yang basah, lengket, dan disertai bau yang
tidak sedap. Infeksi yang sudah meluas ke jaringan disekitar umbilikus akan menunjukkan
tanda-tanda, seperti ekimosis periumbilikal, bullae, distensi abdomen, dinding abdomen yang
mengeras pada palpasi, dan tidak adanya bising usus pada auskultasi.1,4,5
Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus dalam skenario ini antara lain, bayi
kurang aktif, suhu 39⁰C, frekuensi nadi 140x/menit, dan frekuensi nafas 50x/menit. Pada
pemeriksaan umbilikus didapatkan periumbilicus tampak hiperemis, basah, bau, dan terdapat
pus.

3
Gambar 1. Distensi Abdomen pada Omfalitis Gambar 2. Nanah pada Omfalitis
(sumber: www.google.com) (sumber: www.google.com)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan hitung darah lengkap dan kultur adalah pemeriksaan yang
harus dilakukan pada semua pasien yang dicurigai omfalitis. Terdapat berapa pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis sekaligus
menyingkirkan diagnosis banding, seperti:
1. Kultur dan pewarnaan gram, diambil dari bahan purulen apa pun yang berasal dari
tali pusar pasien dan harus dikirim sebelum pemberian antibiotik jika
memungkinkan.
2. Pemeriksaan septik neonatal, dilakukan apabila pasien memiliki gejala sistemik dan
dapat dilakukan pemeriksaan lengkap septik neonatal seperti chest radiography,
urinalisis, kultur urin, dan kultur cairan serebrospinal.
3. Rontgen abdomen, diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing enterocolitis, dapat
ditemukan gas di intraperitoneal yang menandakan kemungkinan terjadinya
peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas), serta dapat juga menunjukkan
multiple fluid levels yang dapat mengarah ke obstruksi adhesi namun dapat pula
dijumpai pada ileus.
4. USG abdomen, berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding abdomen
jika dicurigai adanya kista, serta berguna untuk menegakkan diagnosis abses
intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses hepar.
5. USG doppler, dilakukan jika dicurigai terjadi trombosis vena portal.5

WD (Working Diagnosis)

4
Working diagnosis atau diagnosis kerja yang dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dalam
kasus ini, yaitu pasien mengalami omfalitis. Omfalitis merupakan infeksi polymicrobial pada
tali pusat yang umum terjadi pada bayi noeonatus yang biasanya disebabkan oleh campuran
organisme kuman aerob dan anaerob dengan berbagai faktor risiko lainnya, salah satunya
proses persalinan yang tidak steril dan home delievery. Keluhan yang dialami bayi umumnya
terlihat pada gambaran klinis, yaitu perubahan warna menjadi merah, tampak basah, bau dan
keluar nanah/pus dari pangkal tali pusat. Demam tinggi, malas minum, takikardi, dan
takipneu menjadi tanda bahwa pada pasien ini sudah terjadi keadaan sepsis atau infeksi yang
telah meluas dan berat hingga bakteremia. Untuk mengetahui jenis bakteri yang
menyebabkan omfalitis pada suatu kasus, maka dapat dilakukan kultur dan pewarnaan gram.5

Gambar 3. Omfalitis
(sumber: www.google.com)

Differential Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, gambaran klinis dari omfalitis sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis. Namun terdapat beberapa kelainan infeksi yang biasa disalahartikan
menjadi omfalitis dan berujung misdiagnosis, antara lain:
1. Patent Urachus
Patent urachus adalah suatu kelainan pada struktur urachus (saluran yang
menghubungkan kendung kemih dan pusar saat janin masih berada di dalam rahim)
yang normalnya sudah menutup sebelum bayi lahir. Tanda yang muncul biasanya
nyeri perut bagian bawah, demam, benjolan yang dapat dirasakan, nyeri saat
berkemih, ISK, dan hematuria. Patent urachus dapat disalahartikan sebagai infeksi
oleh karena drainase yang terus-menerus dari umbilikus.6
2. Granuloma Umbilikalis

5
Granuloma umbilikalis umum ditemukan dan merupakan suatu kelainan jinak pada
neonatus. Kelainan ini didefinisikan sebagai pembengkakan kecil yang terdiri dari
jaringan granulasi pada pangkal pusat. Granuloma dikatakan menjadi berkembang
sebagai respon terhadap infeksi subklinis ataupun epitelisasi yang adekuat dari tali
pusar. Granuloma umbilikalis biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
dapat dibedakan teksturnya dari omfalitis, yaitu lembut, berwarna merah muda, dan
kadang terdapat cairan kekuningan disekitar tali pusat.5,7
3. Funisitis
Funisitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada tali pusat saja dan disebebkan
oleh korioamnionitis maternal yang hanya melibatkan permukaan luar tali pusat,
bukan bagian pembuluh darah tali pusat. Salah satu ciri-cirinya adalah pangkal tali
pusat yang basah dan berbau busuk tanpa selulitis disekitarnya.5

Etiologi
Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir. Sekitar
23% sampai 91% tali pusat yang tidak dirawat dengan menggunakan antiseptik akan
terinfeksi oleh kuman Staphylococcus aureus pada 72 jam pertama setelah kelahiran. Kuman
ini dapat menyebabkan pustula, konjungtivitis, pyoderma dan omfalitis atau infeksi pusat.
Omfalitis adalah infeksi polymicrobial yang biasanya disebabkan oleh campuran organisme
kuman aerob dan anaerob. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu:
berat badan lahir rendah (< 2500 gram), katerisasi umbilikal sebelumnya, sepsis, dan
pecahnya selaput ketuban. Kuman yang paling sering menyebabkan terjadinya omfalitis
adalah Staphylococcus aureus, kuman ini ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir, atau selama masa perawatan. Biasanya kuman ini
sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Bakteri
Streptococcus pyogenes juga sering menjadi penyebab terjadinya infeksi serta bakteri gram
negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniea, dan Proteus mirabilis. Sedangkan
kuman anaerob yang juga dapat menyebabkan infeksi adalah Bacteroides fragilis,
Peptostreptococcus, Clostridium Perfringens.8,9

Epidemiologi
Infeksi tali pusat umumnya terjadi pada neonatus dan dapat menjadi penyebab
mortalitas bayi pada negara miskin atau negara berkembang. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 4 juta anak meninggal selama periode neonatal setiap tahunnya,
6
terutama di negara berkembang dengan infeksi sebagai penyebab utama. Di negara maju,
jumlah kejadian omfalitis masih relatif rendah dengan angka prevalensi 0,7%. Sedangkan di
negara berkembang, kejadian omfalitis pada neonatus yang dilahirkan di rumah sakit
mencapai 8%, dan mencapai angka 22% bagi bayi yang dilahirkan di rumah. Sebanyak
300.000 bayi dilaporkan meninggal akibat tetanus, dan 460.000 lainnya meninggal karena
infeksi berat dengan infeksi tali pusat (omfalitis) sebagai salah satu predisposisi penting.
Angka infeksi tali pusat di negara berkembang bervariasi dari 2 per 1000 hingga 54 per 1000
kelahiran hidup dengan case fatality rate 0-15%. Sebagian besar kematian neonatal akibat
infeksi disebabkan oleh infeksi pada tali pusat. Di Indonesia, berdasarkan Survey Demogafi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi mencapai 34/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian neonatal dini adalah infeksi sebesar 57,1%. Infeksi tersebut adalah
tetanus neonatorum yang disebabkan oleh perawatan tali pusat yang tidak benar dan steril.5,8

Faktor risiko
Faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya infeksi tali pusat antara lain septic
delivery atau non sterile delievery (biasanya persalinan yang dilakukan di rumah dengan
higenitas dan sanitasi yang kurang, penolong persalinan yang tidak terlatih dan beberapa cara
tradisional dalam perawatan tali pusat yang tidak steril), berat bayi lahir rendah ( < 2.500 gr),
ketuban pecah lama ( > 12 jam), riwayat kateterisasi umbilikalis sebelumnya, infeksi
maternal, gangguan imunologi (seperti LAD (Leukocyte Adhesion Eficiency)), gangguan
neutrofil (seperti neonatal alloimmune neutropenia, neutropenia kongenital), kelainan
anatomi (seperti patent urachus, patent omphalomesentric duct, dan urachal chyst).1,5

Patofisiologi
Terjadinya omfalitis dipengaruhi oleh devitalisasi tali pusat neonatus yang menjadi
tempat yang baik bagi tumbuhnya bakteri. Di dalam kandungan ibu, tali pusat berperan
sebagai penghubung antara janin dengan ibu untuk membawa nutrisi serta oksigen. Setelah
bayi lahir, tali pusat langsung segera dipotong untuk menghentikan perdarahan dan
meninggalkan sedikit sisa tali yang normalnya akan mengerut, kering dan lepas dalam satu
sampai dua minggu. Sisa tali pusat neonatus inilah yang akan terpapar dengan bakteri segera
setelah bayi dilahirkan. Bakteri-bakteri ini berguna untuk menarik sel-sel imun yang akan
membantu proses pelepasan tali pusat neonatus. Namun, bakteri ini juga dapat berpotensi
menyebabkan infeksi pada pangkal tali pusat dan menyebabkan omfalitis. Apabila sudah
terjadi infeksi dan omfalitis tidak ditangani dengan tepat dan segera, maka infeksi dapat
7
menyebar melewati jaringan subkutan ke plana fascia, otot dinding abdomen, bahkan
memasuki pembuluh darah umbilikus sehingga menyebabkan nekrosis fasciitis dan sespsis.5

Komplikasi
Early diagnosis dan penanganan yang tepat penting untuk dilakukan agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang berat pada kasus omfalitis. Namun komplikasi yang
paling sering terjadi adalah sepsis yang dapat berprogres menjadi septic shock hingga
kematian. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi antara lain:
1. Necrotizing fasciitis, dapat dicurigai apabila infeksi berprogres dengan cepat dan
terdapat tanda-tanda toxic sistemik. Hal ini harus ditangani dengan debridement yang
cepat, menghapus semua jaringan yang mati diikuti dengan perawatan luka harian.
Jika bayi terlalu sakit untuk dilakukan anestesi umum, maka debridement dapat
dilakukan dengan menggunakan paracetamol parenteral atau perrektal untuk
analgetik.
2. Peritonitis, dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal dan tidak
memerlukan tindakan operasi apabila tidak terdapat abses dan bisa diterapi dengan
penggunaan antibiotik intravea spektrum luas.
3. Small bowel evisceration, terjadi pada usus halus dan dapat menjadi gangren.
Eviserasi intestinal harus ditutupi dengan kain kasa lembap yang bersih dan
ditempatkan dalam kantong usus. Perawatan dilakukan untuk memastikan usus tidak
terpelintir.
4. Gangren intestinal, segera lakukan tindakan laparotomi untuk mengeringkan dan
membersihkan setiap abses rongga peritoneal.
5. Abses, dapat terjadi diberbagai tempat pada intraabdominal, terutama hepar. Abses
intraperitoneal dapat diatasi dengan drainase menggunakan laparotomi. Abses hepar
dapat dikonfirmasi lokasinya dengan pemeriksaan USG.
6. Trombosis vena porta, dapat menyebabkan cavernoma yang dapat mengakibatkan
obstruksi empedu.5,10

Tatalaksana
Pada penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa omfalitis merupakan infeksi
polimikrobial sehingga antibiotik yang digunakan adalah antibiotik spectrum luas atau
kombinasi antibiotik yang poten terhadap bakteri gram positif, gram negatif, dan anaerob. 5

8
Penatalaksanaan omfalitis terbagi menjadi dua, yaitu secara farmakologi dan non-
farmakologi.
 Penatalaksanaan secara farmakologi:
 Kombinasi penicillin dan amioglikosida sebagai terapi empiris. Contoh penicillin
yang dapat diberikan adalah amipicllin atau oxacylin, dan aminoglikosida yang
dapat diberikan adalah dan gentamisin.
 Apabila bakteri yang ditemukan adalah jenis anaerob, maka dapat diberikan
klindamisin atau metronidazole.
 Lamanya terapi antibiotik tergantung dari respon klinis pasien dan segala
komplikasi yang dapat berkembang selama perawatan pasien di rumah sakit.
 Omfalitis yang tidak terjadi komplikasi dapat diberikan terapi paraenteral 10 hari
diikuti dengan peralihan ke terapi oral tergantung pada hasil kultur yang didapatkan.
 Penatalaksanaan secara non-farmakologi:
 Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali
pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.
 Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau
iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
 Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian
violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah
lagi pada tali pusat.5,9

Prognosis
Prognosis omfalitis sangat bergantung dari perawatan tali pusat pada bayi. Jika
tidak dilakukan perawatan dengan baik, omfalitis dapat berprogresi dengan cepat
menjadi necrotizing fasciitis dan menyebabkan morbiditas serta mortalitas. Angka kematian
secara signifikan lebih tinggi pada komplikasi yang telah berlanjut menjadi necrotizing
fasciitis atau myonecrosis. Selain itu, faktor-faktor resiko tertentu seperti prematuritas, kecil
masa kehamilan, jenis kelamin laki-laki dan proses kelahiran yang sepsi dapat menjadi
prognosis yang buruk.11

Pencegahan dan Perawatan


Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi tali pusat adalah dengan prinsip
menjaga tali pusat tetap kering dan bersih. Setelah lahir, tali pusat dipotong menggunakan

9
teknik steril (pisau atau gunting steril) dan tangan yang bersih. Tali pusat harus dijepit untuk
menyumbat pembuluh darah agar mencegah pendarahan. Paparan udara dan terhentinya
suplai darah menyebabkan sisa tali pusat menjadi kering, hitam, dan kaku. WHO (2004)
menekankan pentingnya perawatan tali pusat meliputi menjaga daerah disekitar tali pusat
bersih dan kering, mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan bayi, tidak memberikan
zat-zat tertentu dan melipat popok jauh dari daerah tali pusat. Hal-hal yang bisa dilakukan
sebagai edukasi kepada ibu bayi antara lain:
 Bersihkan kulit di sekitar tali pusat setidaknya sekali sehari.
 Bersihkan tali pusat dengan air biasa dan keringkan dengan kasa steril atau kain
bersih terutama bagian pangkal tali pusat kemudian dibiarkan terbuka agar cepat
mengering atau dibungkus dengan kasa kering yang steril.
 Hindari penggunaan antiseptik (alkohol, povidone iodine) atapun bedak di sekitar
tali pusat.
 Jaga agar tali pusat tetap kering terutama ketika mandi. Pastikan permukaan air
selalu berada di bawah pusar sampai tali pusat terlepas sendiri.
 Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena air kencing
tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi.
 Pilih pakaian berbahan katun yang longgar, agar sirkulasi udara tetap terjaga.
 Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya dibawah pusar.
 Biarkan tali pusat lepas dengan sendirinya. 9
 Penuhi kebutuhan minum ASI bayi sesuai dengan usia. Untuk usia sampai 2 minggu,
kebutuhan ASI bayi, yaitu sekitar 45-70 ml setiap kali menyusu. Umumnya pada
bulan pertama, bayi menyusu sebanyak 8-12 kali dalam 24 jam dan diberikan paling
tidak setiap 2-4 jam.12,13

Kesimpulan
Pasien bayi 5 hari dengan keluhan demam tinggi dan malas minum menderita
omfalitis, yaitu infeksi polymicrobial pada tali pusat yang umum terjadi pada bayi noeonatus
yang biasanya disebabkan oleh campuran organisme kuman aerob dan anaerob dengan
berbagai faktor risiko lainnya, salah satunya proses persalinan yang tidak steril. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan data anamnesis yang didapatkan dan pemeriksaan fisik pada
umbilikus dan daerah disekitarnya, serta disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang
berupa kultur dan pewarnaan gram untuk mengetahui jenis bakteri penyebab. Tatalaksana

10
yang dapat diberikan adalah kombinasi penicillin dan aminoglikosida, yaitu oxacylin dan
gentamisin sebagai terapi empiris serta melakukan perawatan yang steril dengan prinsip
kering dan bersih.

Daftar Pustaka
1. Yefri R, Mayetti, Machmud R. Kolonisasi Kuman dan Kejadian Omfalitis pada Tiga
Regimen Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Sari Pediatri. 2010;11(5):341-
347.
2. Julimar. Kemampuan Ibu Primipara Setelah Diberikan Latihan Teknik Perawatan Tali
Pusar pada Bayi dengan Kasa Kering di Wilayah Kerja BPM Dince Safrina Rumbai.
Ensiklopedia of Journal. 2020;2(3):225-230.
3. Santoso M. Panduan Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Diagnosis. Jakarta : Biro
Publikasi Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013.
4. Muniraman H, Sardesai T, Sardesai S. Disorders of the Umbilical Cord. Pediatrics in
Review. 2018;39(7):332-341.
5. Painter K, Anand S, Philip K. Omphalitis. [Updated Sep 14, 2020]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513338/
6. Briggs KB, Rentea RM. Patent Urachus. [Updated Apr 29, 2020]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557723/
7. Karaguzel G, Aldemir H. Umbilical Granuloma: Modern Understanding of
Etiopathogenesis, Diagnosis, and Management. Journal of Pediactrics and Neonatal
Care. 2016;4(3).
8. Damanik VA. Hubungan Perawatan Tali Pusat dengan Lama Lepas Tali Pusat pada
Bayi Baru Lahir di Klinik Tio Siringo-Ringo Medan. Journal of Nursing Update.
2019;1(1):17-21.
9. Purnamasari L. Perawatan Topikal Tali Pusat untuk Mencegah Infeksi pada Bayi Baru
Lahir. CDK-240. 2016;43(5):395-398.
10. Leveno KJ. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. 23th ed. Jakarta : EGC; 2016.
11. Gallaghr PG et al. Omphalitis. [Updated May 10, 2019]. Medscape. Pediatrics:
Cardiac Disease and Critical Care Medicine.

11
12. Infant Milks: A Simple Guide to Infant Formula, Follow-On Formula and Other
Infant Milk. First Steps Nutrition Trust. December 2017. Available from:
https://www.nth.nhs.uk/content/uploads/2018/12/infant-milks-a-simple-guide.pdf
13. How Much and How Often to Breastfeed. [Updated Dec 11, 2020]. Nutrition: Centers
for Disease Control and Prevention. Available from:
https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/how-much-
and-how-often.html

12

Anda mungkin juga menyukai