Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN TOA (TUBA OVARIAL ABSES) PADA Ny. A.B.

DI
RUANGAN IRINA D ATAS RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

OLEH :

NOFAL RACHMAT MANSUR S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan traktus genetalis. Radang organ kandungan mungkin lebih sering terjadi di
negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab disebabkan udara
yang panas sehingga menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal hygiene masih
kurang terjaga, infeksi veneris belum terkendali, serta perawatan persalinan dan abortus
yang belum memenuhi syarat-syarat. Namun dengan adanya antibiotika, pada umumnya
infeksi organ kandungan berkurang. Infeksi organ kandungan dapat menentukan fertilitas,
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu kehidupan sex.
Salah satu penyakit yang menimpa seorang wanita usia produktif adalah TOA (Tuba
Ovarial Abses), abses ini biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi saluran genital bagian
bawah dan merupakan salah satu komplikasi akut dari PID (Pelvic Inflammatory Disease).
TOA berhubungan erat dengan dengan PID, dimana PID ini disebabkan oleh
mikroorganisme yang menghuni endoservik kemudian naik ke endometrium dan tuba
fallopi. TOA merupakan end-stage process dari PID akut. Penanganan TOA mencakup
antibiotika, drainase terarah, dan pembedahan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian TOA (Tuba Ovarial Abses)
2. Mengetahui etiologi TOA (Tuba Ovarial Abses)
3. Mengetahui gejala TOA (Tuba Ovarial Abses)
4. Mengetahui patofisiologi TOA (Tuba Ovarial Abses)
5. Mengetahui penatalaksanaan baik medis maupun berdasarkan prinsip keperawatan
6. Mengetahui pathway dari TOA (Tuba Ovarial Abses)
7. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada klien TOA (Tuba Ovarial
Abses)
8. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan klien TOA (Tuba
Ovarial Abses) berdasarkan prioritas masalah
9. Dapat menentukan perencanaan pada klien TOA (Tuba Ovarial Abses)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Tuba adalah saluran
Tuba uterina/fallopii adalah saluran ovum yang memiliki panjang bervariasi
anatara 8-14 cm dan ditutupi oleh peritoneum serta lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa. Tuba terbagi menjadi pars interstitial, itsmus, ampula, dan infundibulum. Tuba
berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
2. Ovarial adalah indung telur
Ovarial/ovarium adalah organ reproduksi wanita bagian dalam yang berbentuk
biji kenali, terletak di kanan dan kiri. Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
3. Abses
Abses adalah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan/bengkak akibat
proses infeksi.
Jadi tuba ovarial abses adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarial yang ditandai
dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba ovarial maupun keduanya. TOA merupakan
komplikasi jangka panjang dari salfingitis akut, tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi
berulang atau kerusakan kronis dari jaringan adnexa. Biasanya dibedakan dengan ada tidaknya
rupture, dapat terjadi bilateral walaupun 60% dari kasus abses yang dilaporkan merupakan
kejadian unilateral dengan atau tanpa penggunaan IUD dan abses biasanya polimikroba.

B. Etiologi
TOA biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti disebabkan oleh
Gonococcus, disamping itu oleh Staphylococcus dan Streptococcus. Infeksi dapat terjadi sebagai
berikut :
1. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
2. Naik dari cavum uteri.
Dikatakan bahwa nekrosis tuba fallopi dan kerusakan epitel terjadi dikarenakan bakteri
pathogen menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk invasi anaerob dan pertumbuhan.
Terdapat salfingitis yang melibatkan ovarium dan ada juga yang tidak. Proses inflamasi ini dapat
terjadi spontan atau merupakan respon dari terapi. Hasilnya dapat terjadi kelainan anatomis yang
disertai dengan perlengketan ke organ sekitar. Keterlibatan ovarium biasanya terjadi di tempat
terjadinya ovulasi yang merupakan tempat masuk infeksi yang luas dan pembentukan abses.
Apabila eksudat purulent itu ditekan, maka akan menyebabkan rupture dari abses yang dapat
disertai peritonitis berat serta tindakan laparotomy. Perlengketan yang lambat dari abses akan
menyebabkan abses cul de sac. Biasanya abses ini muncul ketika penggunaan IUD, atau
munculnya infeksi granulomatous (TBC ataupun aktinomikosis).
Adapun faktor risikonya adalah sebagai berikut :
1. Multiple partner
2. Status ekonomi rendah
3. Riwayat PID
4. Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
5. Riwayat STD

C. Batasan
Tubo Ovarial Abses (TOA) adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan atau
tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa. TOA dapat terjadi pada anak kecil dan
dewasa. TOA didiagnosis saat laparoskopi dengan adhesi pada dinding pelvis. Namun umumnya,
TOA terjadi pada wanita usia 20-40 tahun, lebih tua daripada puncak prevalensi PID.

D. Gejala
1. Demam tinggi dengan menggigil
2. Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
3. Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang peritoneum
4. Kadang-kadang ada tanesmi karena proses dekat rektum dan sigmoid
Toucher :
1. Nyeri kalau portio digoyangkan
2. Nyeri kiri dan kanan dari uterus
3. Kadang-kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat tak teraba)
4. Nyeri pada ovarium karena meradang

E. Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salfingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada
pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan ginekologik sebelumnya.
Mekanisme pembentukan TOA yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai dimana
keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka
mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium
sebagaimana struktur lain dalam pelvis mengalami peradangan, tempat ovulasi dapat sebagai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih
bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain
seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini
biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya.
Apabila prosesnya menghebat dapat terjadi pecahnya abses.
Infeksi ini sering muncul akibat PID yang berasal dari penyebaran pathogen melalui
lumen organ reproduksi dan kedalam cavum peritoneal pelvis melalui ostium tuba. Jika
organisme tersebut tidak dapat diatasi oleh imunitas tubuh atau pengobatan medis, akan merusak
jaringan tubuh. Infeksi permukaan, aglutinasi dan abses terbentuk saat bakteri, lekosit, dan cairan
terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding dalam sangat berbahaya,
menimbulkan lingkungan anaerob asli ataupun fakultatif dapat berkembang biak.
Ovarium dapat melekat dengan fimbria dari tuba yang terinfeksi (pyosalphing) dan
menjadi dinding abses atau infeksi ovarium primer yang dapat berlanjut menjadi abses. Usus,
peritoneum parietale, uterus, dan omentum biasanya menjadi melekat. Abses dapat membesar
dan mengisi cavum douglas atau bocor dan menimbulkan metastasis.
Jika pertahanan tubuh dapat mengatasi, maka infeksi kemudia menjadi steril. Proses ini
mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi jika terjadi rupture
intraperitoneal, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul bakterimia. Pembentukan abses
merupakan keadaaan terakhir pertahanan tubuh dan infeksi mencapai keadaan ini sangat berat
dan berbahaya. TOA merupakan bentuk paling berbahaya dari PID.

F. Gejala Klinis
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat disertai suhu
badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul dan perut bawah disertai pula
nyeri tekan, febris (60-80 % kasus), takhirkardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus.
Adanya masa pada perut bawah dan aneksa lebih memastikan suatu TOA. Tes terpilih untuk
mengkonfirmasi atau mengeklusi TOA adalah ultrasonografi.

G. Pemeriksaan dan Diagnosa


1. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis
Pernah infeksi daerah panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya
adalah nulipara.
2. Pemeriksaan laboratorium
Adanya lekositosis (60-80 % dari kasus) tetapi ada juga yang leukopenia. Hasil urinalis
memperlihatkan adanya pyuria tanpa bakteriuria. Nilai LED minimal 64mm/h serta nilai
akut C-reaktif protein minimal 20mg/L dapat dipikirkan kea rah diagnose TOA.
3. Foto abdomen
Dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya masa di adneksa.
4. Ultrasonografi
Digunakan pada kecurigaan adanya TOA atau adanya masa di adneksa, melihat ada
tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi. USG
ini dapat membantu mendeteksi perubahan seperti terjadinya progressi, regresi, rupture,
atau pembentukan pus. USG dapat dilakukan dengan transvaginal atau trans abdominal.
Pencitraan transvaginal memberikan gambaran lebih detail dimana transduser berada di
dalam dekat dengan daerah pemeriksaan. Sedangkan pencitraan transabdominal
menawarkan keuntungan imaging dalam satu tampilan organ besar seperti rahim.
TOA tampak pada USG berupa gambaran homogeny, kadang simetris, kistik, dinding
tipis, berbatas tegas, berdampingan. Gambaran udara mungkin terlihat bersepta pada
TOA multilokulasi. USG juga prosedur terbaik untuk membedakan antara TOA dan TOC
(komplek tubo ovarian). TOC adalah massa inflamasi pelvic berupa edema, perlengketan,
infeksi struktur pelvis pada PID. Pada gambaran USG akan tampak massa dengan
dinding tebal batas tidak jelas dan tidak ada komponen kistik dominan atau simetri.
5. Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol. Pada TOA
yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada TOA yang pecah atau
pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus.
6. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita dengan TOA yang tidak rupture memperlihatkan
gambaran reaction fluid sama seperti salfingitis akut. Apabila terjadi rupture TOA, maka
akan ditemukan cairan yang purulent.

H. Diagnosis Banding
1. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
a) Kistoma ovarii, tumor ovarii
b) Kehamilan ektopik yang utuh
c) Abses peri, apendikuler
d) Mioma uteri
e) Hidrosalping
2. TOA utuh dengan keluhan
a) Perforasi apendik
b) Perforasi divertikel / abses divertikel
c) Perforasi ulkus peptikum
d) Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
e) Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir

I. Komplikasi
1. TOA yang utuh
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamian ektopik
2. TOA yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru/otak
J. Penatalaksanaan
1. Curiga TOA utuh tanpa gejala
a) Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x / 100
mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu.
b) Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar
adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi
2. TOA utuh dengan gejala
a) Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi ketat tanda vital dan
produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
b) Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
c) Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB /
hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup
2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau
sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7
hari
d) Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
e) Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ
genetalia interna
3. TOA yang pecah, merupakan kasus darurat
a) Dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah
b) Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan metronidazol 2
x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
Prinsip pengobatan TOA adalah antiobika baru yang poten. Apabila terapi medis gagal
atau ditemukan abses besar, prosedur drainase perlu dikerjakan. Oleh karena kebanyakan wanita
dengan TOA adalah wanita usia produktif, tujuan utama penanganannya adalah sebisa mungkin
secara konservatif jika dipertimbangkan drainase perkutan versus pembedahan. Keberhasilan
prosedur drainase umumnya didefinisikan sebagai kesembuhan dari infeksi akut tanpa diperlukan
laparotomi.
Drainase TOA menggunakan arahan USG atau laparoskopi merupakan kemajuan besar
dalam terapi keadaan ini. Pendekatan transvaginal memberikan jalur langsung dari vagina ke
dalam cavum douglas atau region adneksa dimana abses biasanya terlokalisasi. Selain itu, terapi
TOA juga dapat dilakukan dengan pemasangan kateter atau prosedur tunggal melalui USG,
drainase transgluteal terarah dengan USG, dan drainase cavum douglas dengan insisi kolpotomi.

K. Prognosis
1. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medidinaslis tidak ada
perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya lebih baik dikerjakan
laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin perlu tindakan lebih luas.
Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan reinfeksi harus diperhitungan apabila
terapi pembedahan tak dikerjakan.
2. TOA yang pecah
Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas klien
nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Keluhan Utama
• Nyeri pada kanan dan kiri perut
• Demam
• mual dan muntah

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Mengeluhkan ada atau tidaknya gangguan atau ketidaknyamanan
b. Riwayat Penyakit dahulu
Pernah punya riwayat penyakit radang panggul,pernah menggunakan AKDR
c. Riwayat penyakit Keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga yang pernah menderita infeksi pada organ
reproduksi

4. Riwayat obstetri
a. Menstruasi : menarche ,lama, siklus, jumlah, warna dan bau
b. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan
c. Riwayat persalinan : sesar atau normal, komplikasi intrapartum dan post partum,
infeksi post partum, penggunaan KB
Perubahan Pola Fungsi
Menurut Doenges,2000 adalah sebagai berikut:
1. aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan
tidur. Adanya factor-faktor yang memengaruhi tidur, missal: ansietas, nyeri,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan

2. Makanan/cairan
Gejala : Mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan.

3. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope

4. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai
berat ( dihubungkan dengan proses penyakit )

5. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi, missal: darah pada feses, nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

6. Pernapasan
Gejala : Merokok ( tembakau, hidup dengan seorang yang merokok), pemajanan abses

7. Integritas ego
Gejala : factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam
penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa, depresi,
menarik diri.
8. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada, perubahan pada tekanan darah

9. Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahri lama, berlebihan,
demam, ruam kulit/ulserasi

10. Seksualitas
Gejala : perubahan pada tingkat kepuasan

11. Interaksi sosial


Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistim pendukung, riwayat perkawinan, masalah
tentang fungsi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di
atas kisaran normal
3. Nausea berhubungan dengan tumor inta abdomen ditandai dengan melaporkan mual
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah
dan gangguan tidur
5. PK : infeksi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN TOA (TUBA OVARIAL ABSES) PADA Ny. A.B. DI IRINA
D ATAS RSUP PROF DR.R.D.KANDOU MANADO

Tanggal pengkajian : 30 juli 2019 Waktu Pengkajian : 11.00


Ruangan/kamar : D Atas / Kamar 9 Tgl masuk RS : 25 juli 2019

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama (Inisial) : Ny. A.B.
Tempat / Tgl Lahir : Wawonasa , 04-02-1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : 1
Agama/Suku : Kristen
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Indonesia.
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Wawonasa
Nomor RM : 55-74-58
B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : UGD
II. Diagnosa Medik :
- Saat Masuk : TOA (TUBA OVARIAL ABSES)
- Saat Pengkajian : TOA (TUBA OVARIAL ABSES)
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan Sakit
 Keluan utama : Nyeri perut bagian bawah
 Alasan Masuk RS : pasien mengatakan merasa sakit pada bagian perut sudah 3
minggu dan susah BAB
 Riwayat Penyakit Sekarang : saat di kaji Pasien mengatakan merasa masih sakit
pada bagian perutnya, BAB (-)
 KU : Klien tampak sakit sedang
Penggunaan Alat Medik: terpasang infus NaCL dan kateter
II. TANDA – TANDA VITAL :
a. Kesadaran : Compos Mentis
Skala Coma Glasgow : Respon Motorik 6 jumlah
Respon Bicara 5
15
Respon Membuka Mata 4 5
Kesimpulan : sadar penuh
b. Tekanan darah 130/70 mmHg
c. Suhu 37,0 °C
d. Nadi 82x/menit
e. Pernapasan : frekuensi 20 x / menit
Irama : Teratur
Jenis : Dada Normal
III.PENGUKURAN :
a. Tinggi Badan : -
b. Berat Badan lalu : tidak tahu
c. Berat badan sekarang : tidak tahu
d. Kesimpulan :
GENOGRAM :

Keterangan :
= laki-laki = Perempuan = Hub perkawinan
= klien
D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang perna dialami : tidak ada
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien sudah mengetahui tentang penyakitnya
b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : Bersih, tidak rontok, warna hitam bercak putih
- Kulit kepala : Bersih, tidak ada luka dan benjolan
- Kebersihan kulit : Kering, elastis
- Higiene rongga mulut : kering, gigi lengkap
Tanda / Scar Vaksinasi : Cacar
II. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan makan 3x sehari, pola makan teratur, minum 7-8 gelas per
hari
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan nafsu makan menurun, frekuensi makan dan minum sedikit
b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan Fisik
- Keadaan rambut: lembab
- Hidrasi kulit : kering
- Palpebra : normal
- Sclera : berwarna putih
- Hidung : simetris
- Gigi geligi : lengkap
- Kemampuan mengunya keras : tidak mampu mengunyah keras
- Lidah : normal
- Pharings : tidak ada peradangan
- Kelenjar getah bening leher : tidak ada
- Kelenjar parotis : tidak ada
- Abdomen
 Inspeksi : Bentuk : Besar
Bayangan vena : Ada
Benjolan vena : Tidak ada
 Auskultasi : Redup
 Palpasi : Tanda nyeri umum : tidak ada
 Edema : -
 Icterik : Tidak ada
 Tanda-tanda radang : Tidak ada
III. KAJIAN POLA ELIMINASI
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit BAB dan BAK Normal, frekuensi BAB 2 x
Sehari, BAK 5-6 x Sehari, konsistensi Bening.
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan setelah sakit BAK 2 x sehari, BAB 1 x Sehari
b. Data Objektif
o Observasi :
Frekuensi minum sedikit, BAK kurang dari normal. 1 x sehari
o Pemeriksaan fisik :
 Palpasi suprapubika : Normal
 Nyeri ketuk ginjal : tidak ada
IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit aktif dan mandiri dalam beraktifitas
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan setelah sakit pasien kurang bergerak
b. Data Objektif
ADL pasien terganggu
o Observasi :
Klien tampak lemah, ADL di bantu
 Aktivitas harian :
1. Makan :0
2. Mandi :2
0 : Mandiri
3. Berpakaian :0 1 : Bantuan dengan alat
4. Kerapian :0 2 : Bantuan orang
5. Buang air besar :2 3 : Bantuan orang dan alat
6. Buang air kecil :1 4 : Bantuan penuh
7. Mobilisasi tempat tidur :0
8. Ambulasi :1
 Postur tubuh : Normal
 Gaya jalan : Normal
 Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
o Pemeriksaan fisik :
 Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi : Dada simetris
Bentuk thoraks : mengembang dengan baik
Stridor : Negatif
Sianosis : Negatif
Palpasi : Vokal fremitus : Tidak ada
2. Perkusi : Redup
3. Auskultasi : Suara napas :-
Suara ucapan :-
Suara tambahan : -
 Jantung
1. Inspeksi : Ictrus cordis : Normal
Klien menggunakan alat pacu jantung : Tidak ada
2. Palpasi : Ictrus cordis : Tidak ada
 Lengan dan Tungkai :
Atrofi otot : Negatif
Rentang gerak : Aktif
Mati sendi : Tidak ada
Kaku sendi : Tidak ada
V. KAJIAN POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit pola tidur teratur frekuensi tidur siang jam
13.00-14.00, malam jam 21.00-04.00

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan setelah sakit pola kurang teratur,
Data Objektif : tidur pasien tidak maksimal, sering terbangun.
o Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Positif
Banyak menguap : Positif
Palpebrae inferior berwarna gelap : Positif
VI. KAJIAN POLA KOGNITIF PERSEPTUAL
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit pendengaran, dan penglihatannya masih
normal tidak ada gangguan.
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan setelah sakit pun tidak ada gangguan atau masalah.
b. Data Objektif
o Observasi :
Penglihatan dan pendengaran klien tidak ada masalah selama berkomunikasi
dengan orang
o Pemeriksaan fisik
 Penglihatan
Cornea : Normal
Pupil : Isokor
Takanan intra ocular (TIO) : tidak ada
 Pendengaran
Tes pendengaran : Baik
VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan merasa senang dengan diri sendiri dan merasa percaya diri

o Keadaan Setelah Sakit :


Klien mengatakan sudah menerima penyakitnya dan selalau bersyukur dengan
apa yang telah dideritanya.
Data Objektif
o Observasi :
Kontak mata : Tidak menghindar, menatap orang yang berbicara
Rentang penglihatan : Baik
Suara dan cara bicara : Cepat dan lancar
Postur tubuh : normal
VIII. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan tidak stress dengan keadaannya sebelum sakit
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan sedikit cemas dengan keadannya
Data Objektif
o Observasi :
Klien tampak senang tapi ada kekhawatiran
IX. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
o Keadaan Sebelum Sakit :
Klien mengatakan rutin ibadah sebelum sakit
o Keadaan Setelah Sakit :
Klien mengatakan tidak pernah ibadah selama sakit, dan berharap setelah
sembuh dia akan lebih rajin ibadah lagi.
X. Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium :
Parameter Nilai Rujukan Hasil
Leukosit 4,0 - 10.0 23,2
Eritrosit 4.70 - 6.10 4,18
Hemoglobin 12,0 – 16,0 11.3
Hematokrit 37.0 - 47.0 33.2
Trombosit 150 – 450 551
MCH 27.0 – 35.0 27.0
MCHC 30.0 – 40.0 34.0
MCV 80.0-100.0 79.3

Terapi :
 Levotaxxime 750 mg IV
 Metronidazole 500 mg IV
 Paracetamol 500 mg oral
 Lipofloxacima 400 mg IV

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

(...............................................................)
A. ANALISA DATA
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
Pre operasi
1. DS : pasien mengatakan takut dengan TOA (tuba ovarial abses) Ansietas
tindakan pembedahan
DO : Infeksi dari berabagai
 Ku : pasien tampak sakit sedang bakteri
 Kesadaran Cm
 Pasien tampak cemas Pre OP

Cemas
2. DS : Imobilisasi Gangguan
 Klien mengatakan merasa gelisah Pola tidur
dan susah tidur
DO :
Batasan karakteristik
 Kesulitan memulai tidur
 Ketidakpuasan tidur
 Kesulitan memepertahankan tetap
tidur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Ansietas B/d persiapan operasi
2. Gangguan Pola tidur b/d Imobilisasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas B/d Outcome : Tingkat Pengurangan Kecemasan
persiapan operasi kecemasan  Gunakan pendekatan yang
Definisi : Skala Outcome : tenang dan menyenangkan
Perasaat tidak  Tidak dapat  Jelasan semua prosedur
nyaman atau beristirahat ermasuk sensasi yang akan
kekhawatir an  Berjalan mondar- dirasakan yang mungkin atau
respons otonom, mandir dialami pasien selama prosedur
perasaan takut  Distress  Dengarkan pasien
yang disebabkan  Perasaan gelisah  Berada di sisi pasien unyuk
oleh antisipasi  Rasa takut yang meningkatkan rasa aman.
terhadap bahaya. disampaikan secara
lisan

2 Gangguan Pola Kemampuan 1. Pengaturan posisi pasien


tidur b/d mempertahankan 2. Dukungan Pengasuhan
Status kenyamanan 3. Manajemen lingkungan
Imobilisasi
lingkungan 4. Memandikan pasien
 Suhu ruangan 5. Teknik menenangkan
 Lingungan yang 6. Bantuan perawatan diri :
kondusif untuk tidur eliminasi
 Kepuasan dengan
lingkungan fisik
 Tempat tidur yang
nyaman
 Lingkungan yang damai
 Kontrol terhadap suara
yang ribut
 Ketersediaan ruang
untuk pengunjung
 Tidak ada yang
berserakah di lantai
 Kebersihan lingkungan
 Pencahayaan ruangan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KE – 1 ( PRE OPPERASI )
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Pengurangan Kecemasan S : pasien mengatakan merasa
khawatir dengan oproses
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
pembedahan dan pasrah dengan apa
menyenangkan yang terjadi
O : pasien tampah gelisah dan
 Jelasan semua prosedur ermasuk sensasi khawatir
yang akan dirasakan yang mungkin atau A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
dialami pasien selama prosedur
 Dengarkan pasien
 Berada di sisi pasien unyuk meningkatkan
rasa aman.

2  Lakukan Pengaturan posisi pasien : Posisi S : pasien mengatakan masih


Lateral kesulitan untuk tidur
 Mengajarkan Dukungan Pengasuhan O : pasien tampak gelisah, mata
terlihat sayu
 Melakukan Manajemen lingkungan A : Masalah belum teratasi
: Lingkungan kurang nyaman P : Lanjutkan Intervensi
 Memandikan pasien 3 kali sehari
 Anjurkan Teknik menenangkan
: anak tampak tenang
 Melakukan Bantuan perawatan diri :
eliminasi BAB/BAK Sedikit
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilyn. 2002. Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

Bobak,2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

C.Pearce, Evelyn.2009. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Effendi hasjim Dr,dkk. 1981. Fisiologa Dan Patofisiologi Ginjal. Bandung : alumni

Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Psroses Penyakit Edisi 6 Volume

2. Jakarta : EGC

Rabbins, Stanley C. Buku Ajar Patologi II . Jakarta :EGC

Rn. Sweringen. 2000. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth

Edisi 8 Vol 2. Jakarta :EGC

T. Heather Herdman. 2013. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification :
Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition. United States
of America : Mosby

https://www.academia.edu/13854273/Tugas_Presentasi_Kasus

Anda mungkin juga menyukai