Anda di halaman 1dari 36

Menjelaskan infeksi neonatal

& Askepnya
A. DEFINISI
• Infeksi neonatus adalah infeksi yang
terjadi pada neonatus, dapat terjadi
pada masa antenatal, perinatal dan post
partum.
• Infeksi neonatorum atau infeksi adalah
infeksi bakteri umum generalista yang
biasanya terjadi pada bulan pertama
kehidupan yang menyebar keseluruh
tubuh bayi baru lahir.
B. ETIOLOGI

1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melewati
batas plasenta dan mengadakan intervillositis. Selanjutnya, infeksi melalui vena
umbilikalis masuk ke janin.

2. Infeksi Intranatal

Kuman dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi
dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan
seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi
likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman
memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septikemia. Infeksi intranatal dapat
juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina,
misalnya blenorea dan oral thrush.

3. Infeksi Postnatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang
diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yang menyebabkan kematian
terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat atau perawatan yang tidak
steril atau terkena cross-infection. Seringkali bayi lahir dirumah sakit terkena
infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika,
sehingga menyulitkan pengobatannya.
4. Cross infection

Infeksi yang telah ada di rumah sakit.


Menurut jenis infeksi :
1. Infeksi bacterial
Banyak bakteri yang dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan infeksi dapat
bersifat congenital maupun di dapat seperti : Lysiteria app., Mycobacterium
tubercolosis, E. Collli, pnemokokus, enterokokus, streptokokus (sering grup B
stertococus / GBS) dan stofilococus, pseudomonas spp. Dan klesiella. Selain
menyebabkan infeksi sistematik, infeksipun dapat bersifat local seperti terjadinya
infeksi kulit, pneumonia, osteomielitis, artitis, ototis media, infeksi pada saluran
pencernaan dan uorgenital.
2. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi congenital / transplacenta antara lain CMV /
cytomegallo virus, Rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan
infeksi yang di dapat antara lain Herpes simplex virus, varicella zoster virus,
hepatitis B RSV / Respiratory Sycncial Virus.
3. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabka oleh kandida yang dapat bersifat infeksi local maupun sistemik.
Infeksi biasanya adalah infeksi yang di dapat. Infeksi congenital yang sering
ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/
cacat congenital.
C. KLASIFIKASI
Infeksi neonatal dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Infeksi berat, yang meliputi :
a. Sifilis congenital
b. Sepsis neonatorium
c. Meningitis
d. Pneumonia congenital
e. Pneumonia aspirasi
f. Pneumonia karena airborn infection
g. Pneumonia stafilokokus
h. Diare epidemic
i. Pielonefritis
j. Ostis akut
k. Tetanus neonatorium
2. Infeksi ringan yang meliputi :
a. Pemfrigus neonatorium
b. Oftalmia neonatorium
c. Infeksi pusat
d. Moniliasis kandida albicans
D. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus melalui beberapa cara yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal


kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk
kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat


persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus
masuk ke tubuh bayi.

3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang


terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat;
pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
E. TANDA & GEJALA

1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum,


letargi, sklerema

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,


hepatomegali

3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping


hidung, merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit


lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi,


malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun
menonjol,high-pitched cry

6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura,


pendarahan.
F. KOMPLIKASI

1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi
miokard, perdarahan intracranial
4. Ikterus/kernikterus
G. MANIFESTASI KLINIS
Hanya sebatas pada organ tunggal atau
mungkin melibatkan banyak organ (setempat
atau sistemik).

• Dapat ringan, sedang atau berat.


• Akut, sub akut atau kronis.
• Atau mungkin asimtomatik.
• Ketidakmampuan mentoleransi makanan.
• Iritabilitas.
• Lesu
H. PENCEGAHAN

1. Pada masa Antenatal :


Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu
secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit
infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila
diperlukan.

2. Pada masa Persalinan :


Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

3. Pada masa pasca Persalinan :


Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya,
jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka
umbilikus secara steril.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap


contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis,
maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan
evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk
biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
3. Leukositosis (>34.000×109/L)
4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)
5. Netrofil muda 10%
6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total
(stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
J. PENATALAKSANAAN
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v
(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi
2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan
i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,


lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,


analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan
darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada
hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP
tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan
sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus
meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,


terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi,
transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
OMFALITIS
1. Pengkajian
– Aktivitas/istirahat (Gejala: malaise, rewel, sulit tidur)
– Sirkulasi (Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah
jangkauan normal denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
– Eliminasi (Gejala: feses berwarna hitam, perdarahan di
hidung)
– Makanan dan Minuman (Gejala: anoreksia, mual, muntah
darah)
– Neurosensori (Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan. Tanda:
gelisah, ketakutan)
– Nyeri / Keamanan (Gejala: di pusat )
– Pernafasan (Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital.
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah
39,95OC)
– Penyuluhan Pembelajaraan (Gejala: masalah kesehatan
kronis riwayat pemotongan tali pusat penggunaan antibiotik)
– Abdomen ( Gejala : perdarahan, bernanah, bengkak, warna
biru ke unguan )
2.Diagnosa Keperawatan
• Peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman
dalam tubuh.
• Perubahan pola tidur b/d peningkatan
suhu tubuh & nyeri
• Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual
muntah.
3.Intervensi & Rasional
1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien
Intervensi :
- Kaji penyebab hipertermi
R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya
infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar
dalam rencana intervensi.
- Observasi suhu badan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
- Beri kompres hangat pada dahi/axilla
R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh darah
sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga pergerakan
molekul cepat.
- Beri minum sering tapi sedikit.
R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap
keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.
- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas
2. Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri
Gangguan pola tidur b.d nyeri
Intervensi :
- Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Klien dapat beristirahat
- Kurangi rasa nyeri dengan mengompres.
R/ Klien dapat beristirahat
- Berikan massase punggung, susu, & posisi yang nyaman
R/ klien dapat beristirahat

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah


Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
- Kaji pola makan
R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat memperburuk
status anak
- Timbang BB bila memungkinkan
R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi
- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering
R/ membantu mengurangi distensi lambung
- Beri makanan yang bervariasi
R/ menambah nafsu makan
- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien
R/ mengetahui intake yang masuk
- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
KASUS

Seorang ibu bernama Ny. R datang ke sebuah


Rumah sakit A dengan keluhan anak laki-lakinya (13
hari) demam sudah 4 hari, keluar darah dari pusat ± 3
hari yang lalu, bayinya rewel / tidak bisa tidur,
muntah darah dan keluar darah dari hidung, feces
berwarna hitam, Ibu mengatakan saat persalinan bayi
ditolong oleh dukun bayi.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Ku lemah, Suhu :
38ºC, Pernafasan : 40x / mnt, Nadi : 120 x / mnt,
pusar bengkak, bernanah dan berdarah, Bayi
rewel, Perut nampak gembung, pinggir pusat edema
dan hiperemis, terpasang infuse dengan destrose 5%
pada lengan kanan, Tidur ± 4 jam dalam semalam,
feces berwarna hitam dan melena.
I. Pengkajian

A. Identitas anak
1. N a m a : By Ny R
2. U m u r : 13 Hari
3. Jenis kelamin : Laki – laki
4. A g a m a : Islam

B. Identitas orang tua

Ayah
1. N a m a : Tn B
2. U m u r : 30 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pendapatan : Tidak menentu
5. Pekerjaan : swasta
6. A g a m a : Islam
7. A l a m a t : Batu Aji

Ibu
1. N a m a : Ny R
2. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. A g a m a : Islam
6. A l a m a t : Batu Aji
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama : Pusar bengkak
B. Riwayat Keluhan Utama : Muntah darah dialami
sejak 1 hari yang lalu, darah keluar dari hidung, pusat
bengkak, bernanah dan berdarah sejak tiga hari yang lalu,
panas ± 4 hari yang lalu, oleh karena itu, orang tua klien
membawanya ke RSU D Andi Makkasasu.

III. RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN


A. Prenatal
1) Keluhan waktu hamil : mual, muntah, tidak selera makan.
2) Tempat pemeriksaan kehamilan : Puskesmas.
3) Ibu memeriksakan kehamilan dengan teratur.
4) Lamanya hamil 39 – 40 mgg.
5) Pengobatan yang pernah diberikan kepada ibu selama
hamil yaitu S.F dan vitamin B compleks, serta suntikan TT 2x.
6)Tidak ada ketergantungan kepada obat – obatan.
7)Tidak ada kebiasaan merokok.
B. Natal
1) Tempat persalinan : Di rumah.
2) Ditolong oleh : Dukun.
3) Bayi lahir : spontan.
4) Bayi langsung menangis saat lahir.
5) Bayi tidak mengalami trauma.
C. Post Natal
1) Keadaan ibu : Baik
2) Keadaan bayi : Baik
3) Pengawasan neo natal : Dirawat
gabung dengan ibu.
IV. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN

1. BB lahir : 2500 gram.


2. Panjang bayi lahir : 48 cm.
3. lingkar kepala : 31 cm.
4. lingkar dada : 30.
5. lingkar lengan : 10 CM.
6. Pertumbuhan gigi : belum ada.
7. Perkembangan anak : Miring, tengkurap,
duduk,merangkak, berdiri tangan pengangan,
berjalan dengan pegangan, berjalan sendiri,
berlari / memanjat, tidak dikaji karena umur anak
baru 13 hari.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah.
2. Tanda – tanda vital :
- Denyut nadi : 120 x/mnt - Suhu : 38ºC
- Pernafasan : 40 x/mnt - Tekanan darah : tdk dilakukan
3. Berat badan : 2400 gram.
4. Panjang badan : 49 cm.
5. Lingkar kepala : 31 cm.
6. Lingkar dada : 30 cm.
7. Lingkar lengan atas : 10 cm
8. Lingkar perut : 35 cm.
9. Kepala
Ø Inspeksi
· Keadaan rambut : warna rambut hitam dan penyebaran rambut merata.
Ø Palpasi
· Rambut tidak mudah rontok.
· Tidak teraba adanya benjolan.
· Ubun – ubun tidak terlalu menonjol.
10. Mata
Ø Inspeksi
· Palpebra : tidak tampak adanya oedema, tanda – tanda peradangan dan sarel pada
mata.
· Kelopak mata : menutup dengan sempurna.
· Sclera : tidak tampak icterus.
· Konjuntiva : tidak pucat.
· Refleks : pupil isokor.
Ø Palpasi
· Tidak teraba tio.
11. Hidung
Ø Inspeksi
· Tidak nampak adanya secret, bengkak dan tanda – tanda peradangan, keluar darah.
12. Telinga
Ø Inspeksi
· Tidak nampak adanya serumen / cairan.
· Telinga nampak bersih.
· Telinga dan mata simetris.
13. Mulut
Ø Inspeksi
· Bibir tidak pucat , muntah darah.
· Pertumbuhan gigi belum ada.
· Gusi, pharin, larinx, tidak dilakukan pemeriksaan.
· Reflek isap baik.
14. Leher
Ø Inspeksi
· Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar lympe tiroid, dan vena jugularis.
Ø Palpasi
· Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limpa, thiroid, dan vena juguralis.
· Kaku kuduk tidak ada.
15. Dada
Ø Inspeksi
· Bentuk dada : barel chest.
· Pergerakan dan pengembangan dada waktu bernafas mengikuti gerak pernafasan simetris ki/ka
dan tidak ada rettraksi intercostals.
· PMI tampak pda intercostal5 mid clavikula sisi dada kiri.
· Idak tampak adanya pembesaran jantung.
Ø Palpasi
· Expansi dada ki/ka simetris.
· Ictus cordis teraba pada intercostals 5 mid clavikula dengan kekuatan sedang
· Perkusi
· Bunyi pekak pada jantung di intercostals 3, 4, 5, sisi dada kiri.
Ø Auskultasi
· Bj I : murni ,regular
· Bj II : murni ,regular
· Tidak terdengar adanya bising jantung.

16. Abdomen
Ø Inspeksi : cembung, ikut gerak nafas, tali pusar puput, pinggir edema, hiperemis, pus (+), darah (+), peri.
Ø Palpasi : tampak bayi menangis bila ditekan.
Ø Auskultasi : peristaltic (+) kesan
Ø Perkusi : timpani (+)
17. Genetalia anus
Ø Inspeksi
· Genetalia nampak merah
· Testis sudah turun kescrotum.
· Anus : tidak tampak ada tanda – tanda peradangan.
18. Extremitas atas dan bawah.
Ø inspeksi
· Tonus otot baik
· Pergerakan baik, nampak terpasang infuse pada lengan kanan.
Ø Palapsi
· Extremitas hangat.
19. Kulit
Ø Inspeksi
· Warana kulit : sawo matang
· Turgor kulit : baik
· Kulit merah tidak pucat.
VI. ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Tidur bayi, bayi rewel, tidur hanya ± 4 jam semalam, karena lapar
(klien dipuasakan )
2. Posisi baring : terlentang

VII. HYEGIENE
1. Bayi dilap basah setiap pagi oleh keluarganya.
2. Popok diganti setiap BAK / BAB.

VIII. GIZI
1. Bayi diberi makanan atau cairan dengan infuse destrose 5%

IX. ELIMINASI
1. Buang air besar .
2. ± 4X sehari
3. Konsistensi lunak, berwaranah hitam + darah ( melena ).
4. Buang air kecil
5. 1x dalam 4 jam
6. Berwarna kuning
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
· WBC : 13,9 10³/mm³ ( 4,0 - 10,0 )
PLT : 1,970 10³/mm³ ( 150 – 400 )
· RBC : 4,53 10³/MM³ ( 4,00 - 5,50 )
MCU : 75 L un³ ( 80 – 97 )
· HGB : 13,7 g/ dl ( 12,0 - 18,0)
MCH : So,1 P1 ( 26,5 -33,5 )
· HCL : 33,9 l% ( 35,0 - 50,0 )
MCHC: 40,4 hg / dl ( 31,5 - 35,0 )

XII. PENGOBATAN
· Iinfus destrose 5% → 20 tts / mnt
· Fortum 2 x 60 mg / iv.
· Inj. Vit k / 12 jam.
· Usprin drips 3x0,5 cc.
2.Diagnosa Keperawatan
• Peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman
dalam tubuh.
• Perubahan pola tidur b/d peningkatan
suhu tubuh & nyeri
• Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual
muntah.
Analisa Data
3.Intervensi & Rasional
1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien
Intervensi :
- Kaji penyebab hipertermi
R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap
adanya infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu
diketahui sebagai dasar dalam rencana intervensi.
- Observasi suhu badan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
- Beri kompres hangat pada dahi/axilla
R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga
pergerakan molekul cepat.
- Beri minum sering tapi sedikit.
R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat
menyerap keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.
- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas
2. Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri
Gangguan pola tidur b.d nyeri
Intervensi :
- Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Klien dapat beristirahat
- Kurangi rasa nyeri dengan mengompres.
R/ Klien dapat beristirahat
- Berikan massase punggung, susu, & posisi yang nyaman
R/ klien dapat beristirahat

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah


Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
- Kaji pola makan
R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat memperburuk
status anak
- Timbang BB bila memungkinkan
R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi
- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering
R/ membantu mengurangi distensi lambung
- Beri makanan yang bervariasi
R/ menambah nafsu makan
- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien
R/ mengetahui intake yang masuk
- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
Implementasi
Thank You

Anda mungkin juga menyukai