Anda di halaman 1dari 12

“KONSEP PENINGKATAN KOPING,DUKUNGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN


KLARIFIKASI KEPERCAYAAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


Definisi Koping
Koping merupakan suatu tindakan
mengubah kognitif dan usaha tingkah laku
untuk mengatasi tuntutan internal dan
eksternal yang dinilai membebani atau
melebihi sumber daya yang dimiliki individu.
Koping membutuhkan usaha yang diperoleh
lewat proses belajar. Koping dipandang
sebagai usaha untuk menguasai situasi
tertekan, namun bukan secara keseluruhaan
(Lazarus dan Folkman, 1984).
MEKANISME KOPING
Mekanisme koping merupakan usaha yang
dilakukan individu untuk menanggulangi stres
yang dihadapi (Stuart & Laria, 2005).
Menurut Kelliat (1999), mekanisme koping
ada dua, yaitu
1. koping adaptif
2. Koping maladaptif.
Aspek Pada Koping
Koping dapat dikaji dari berbagi aspek,
diantaranya adalah aspek fisiologis dan
psikologis. Reaksi fisiologis yakni tanda dan gejala
atau manifestasi tubuh terhadap stres, seperti :
pupil melebar, keringat meningkat, denyut nadi
meningkat, kulit dingin, tekanan darah
meningkat, mulut kering, gula darah meningkat,
frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat,
reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam
keadaan stres. Reaksi psikososial dapat dikaji dari
berbagai reaksi pasien yang terkait dengan aspek
psikososial yakni reaksi orientasi tugas dan
mekanisme pertahanan diri.
Jenis Mekanisme Koping
Usaha yang dilakukan dalam mengatasi stres dengan mengatur atau
mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang
menyebabkan terjadinya tekanan. Koping ini ditujukan untuk mengurangi
Demands dari situasi yang penuh dengan stres :
• Problem focused coping
a. Confrontatif coping
b. Seeking social support
c. Planful problem solving
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan
cara hati -hati, bertahap dan analitis.
• Emotional Focused Coping,
Usaha mengatasi stres dengan mengatur respon emosional dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh sesuatu
yang dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditujukan untuk
mengontrol respon emosional terhadap situasi stres.
Menurut Wong, Reker dan Peacock (2006),
ada enam (6) jenis–jenis mekanisme koping
yang dilakukan oleh individu adalah :

1. Berorientasi pada situasi


2. Berorientasi pada Pencegahan
3. Berfokus pada Agama
4. Berorientasi pada Eksistensi
5. Berorientasi pada Restrukturisasi
6. Berorientasi pada Emosi
Peningkatan Koping
Membantu pasien untuk beradaptasi menerima beradaptasi
menerima stressor,perubahan,atau pengobatan yang mengganggu
kebutuhan hidup dan peran.

Aktivitas/tindakan
• Hargai penyesuaian diri pasien terhadap perubahan body
image,sesuai indikasi
• Nilai pengaruh situasi hidup pasien terhadap peran dan hubungan
• Nilai pengertian pasien terhadap proses penyakit
• Nilai dan diskusikan respon alternatif untuk situasi
• Gunakan ketenangan ,pendekatan yang menentramkan
• Sediakan informasi faktual perhatian pada diagnosis,pengobatan
dan prognosis
• Dukung aktivitas sosial dan komunitas
• Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual,jika diinginkan
Pengambilan Keputusan
Definisi pengambilan keputusan
Kata “keputusan” berarti menentukan,
mengakhiri, menyelesaikan,mengatasi.
Kata ”pengambilan keputusan” berarti
suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyelesaikan sesuatu (Russel-Jones, 2000) .
Sebuah keputusan adalah tindakan untuk
mengatasi kekacauan, mampu melihat setiap
aspek secara objektif, dan dengan demikian
dapat membuat keputusan yang efektif
(Adair, 2007).
Tahapan Dalam Pengambilan Keputusan
Tahapan Pengambilan Keputusan Menurut Russel-
Jones (2000), ada tujuh (7) tahapan dalam suatu
pengambilan keputusan, sebelum akhirnya individu
melakukan tindakan.
• Membuat batasan tentang keputusan apa yang harus
diambil
• Memahami konteks situasi dimana keputusan akan
dibuat
• Mengidentifikasi setiap pilihan yang ada.
• Mengevaluasi konskuensi dari masing-masing pilihan
• Menentukan prioritas dan memiliki satu diantaranya
• Menelaah ulang keputusan yang dipilih
• Mengambil tindakan terhadap keputusan yang dipilih
Klarifikasi kepercayaan
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap
perilaku yang baik dari orang lain.
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat
mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan
proses yang memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri
melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif,
apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan
hasil dari suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983).
Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi
keperawatan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami
oleh perawat .
Pilihan:

a. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu;


b. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan
yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya
perlakuan yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin
diperlakukan.
c. Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
Setiap manusia pasti memiliki kepercayaan
maupun adat istiadat yang diyakini baik yang
tidak bertentangan dengan kesehatan maupun
yang bertentangan dengan kesehatan .
Sebagai perawat apabila mendapati pasien
yang memiliki kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan,kita harus memberi penjelasan
terhadap pasien tersebut.Namun perawat harus
menghargai kepercayaan maupun adat istiadat
pasien tersebut dan berusaha untuk
memodifikasi perilaku tersebut dengan cara
alternative lain .
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai