Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara
itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000
bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3
kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana penatalaksanaa pada BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada BBLR

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir.(Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahirkurang dari
2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur(sebelum 37 minggu usia
kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya dengan
mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari (WHO, 2004).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup
bulan (intrauterine growth retriction), (Wong, 2008).

2. Klasifikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa
kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.

3
3. Etiologi

a) Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,


malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik
lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak
dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma , dan lain-lain.

b) Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah


dini.

c) Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status


ekonomi sosial.
b) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

4. Anatomi Fisiologi

1. Sistem Pernafasan

Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengeluilingi stoma seluler.semakin matur dan bayi lebih
besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya
dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat pernafasan kurang
berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru yaitu suatu surfaktan
yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru diduga bertindak dengan
cara menstabilkan alveoli yanbg kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada
saat terjadi ekspirasi.

4
Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada
timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang
serius .saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi.

2. Sistem Sirkulasi

Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat
dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar saat lahir. Sirkulasi
perifer sering kali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan
sebab timbulnya kecendrungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi
preterm. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm, tingginya
menurun dengan menurunnya berat badan.

3. Sistem Pencernaan

Semakin rendah umur gestasi , maka semakin lemah reflek menghisap dan menelan.
Bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Regugitasi
merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme
penutupan spingter jantung yang kurang berkembang dan spingter pilorus yang secara
relatif kuat.pencernaan tergantung dari alat pencernaan.

4. Sistem Urinarius

Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun,
dan bahan yang terlarut rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan untuk mengkonsentrasi urin dan urin menjadi sedikit, gangguan
keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi.

5. Sistem Pernafasan

Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas, pusat pengendali
fungsi vital, pernafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang berkembang Reflek

5
moro dan reflek leher tonik ditemukan pada bayi prematur yang normal, tetapi reflek
tandon berfariasi, karena perkembangan saraf buruk maka bayi kecil lebih lemah dan
mempunyai tangisan yang lemah.

(Price,2006;Syaifudin, 2006)

5. Manifestasi Klinik

1) Sebelum bayi lahir


a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
lahir mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya .

e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan


hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.

2) Setelah bayi lahir

a. Berat lahir < 2500 gram

b. Panjang badan < 45 cm

c. Lingkaran dada < 30 cm

d. Lingkaran kepala < 33 cm


e. Umur kehamilan < 37 minggu

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya

6
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak

h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus

i. Tangisnya lemah dan jarang

j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi

l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi.

m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif

n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan

o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama

p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema

q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

6. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil dari masa kehamilannya, yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita

7
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal.Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR.Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar (Nelson, 2010).

8
7.Pathway

9
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hipoglikemi simptomatik
c. Penyakit membran hialin
d. Asfiksia neonatorum
e. Hiperbilirubinemia

9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal:
33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan
bila ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

10
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

10. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR
ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi.
1) Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu
tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35 C dan untuk bayi dengan BB
2000 gr sampai 2500 gr 34 C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37
C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih
tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator
dapat di turunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan
secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu
lingkungan 27 C-29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kangguru.

11
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah
dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam
inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi.Akhir-
akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur
sensor (thermistor probe).Alat ini ditempelkan di kulit bayi.Suhu inkubator di kontrol
oleh alat servomechanism.Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada
derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi
dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna
kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat –
cepatnya.

2) Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba.Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.Infeksi terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh
kadarimunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal
neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman. Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum.Tetapi
diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan)
tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara
lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan
meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR
dari infeksi.Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi
dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat,

12
perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
3) Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan
pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap.ASI juga dapat dikeluarkan dan
diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak
mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang
komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan
khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus.Pada
bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator
harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya.Sedangkan pada bayi lebih besar
dapat diberi makan dalam posisi dipangku.Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang
giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya,
makanan diberikan melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi
BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat
Badan lebih rendah.

4) Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR
juga berisiko mengalami serangan

13
apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang
cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi
miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan
ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian
natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah
terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR

14
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong.

Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung,
c. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk
usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi
infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
f. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

15
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2011):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik, bradipneu,
penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,p enurunan ventilasi
semenit, penurunan
kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping
hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan
penggunaan otot-otot bantu
untuk bernapas.

2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.


a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal,
kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas, menggigil, pucat,
piloereksi, penurunan suhu
tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat.

16
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.

b. Batasan karakteristik:
Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan 20% atau lebih
di bawah ideal, kerapuhan kapiler,diare, kehilangan rambut yang berlebihan,
hiperaktif suara usus,
kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu menelan
makanan.

4. Resiko infeksi.
a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan,
ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan pathogen,
ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh
primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh
statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan
tubuh skunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

D.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)


keperawatan hasil
(NOC)
1. Tidak efektifnya Setelah dilakukan 1.Pantau tingkat pernapasan,
pola tindakan keperawatan kedalaman, dan kemudahan

17
pernafasan. selama 3x24 jam, bernafas.
diharapkan pasien 2. Perhatikan pola nafas klien.
mampu : 3.Tentukan apakah klien dispneu
1.Status Pernapasan: fisiologis atau psikologis.
Kepatenan jalan 4. Berikan terapi oksigenasi
napas. (Atur peralatan oksigenasi,
2.Status Pernapasan: monitor aliran oksigen,
Ventilasi. pertahankan posisi pasien).
3. Status tanda-tanda 5. Monitor Tekanan darah, nadi,
vital. suhu, dan Respiration rate
Dengan kriteria hasil : (pernafasan).
1.Menunjukkan pola
pernapasan yang
mendukung hasil gas
darah dalam parameter
atau kisaran normal.
2. Pasien melaporkan
bernafas dengan
nyaman.
3.Mendemonstrasikan
kemampuan untuk
melakukan pernapasan
dengan pursed lip
(mengerutkan bibir) dan
pernapasan dapat
terkontrol.
4.Mengidentifikasi dan
menghindari faktor-

18
faktor spesifik yang
dapat memperburuk
pola nafas.

2. Termoregulasi Setelah dilakukan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,


tubuh tidak tindakan keperawatan gunakan termometer
efektif. selama 3x24 jam, elektronik di ketiak pada
diharapkan pasien bayi di bawah usia 4
mampu: minggu.
Termoregulasi menjadi 2. Catat apakah ada tanda-
efektif sesuai dengan tanda
perkembangan. 3. hipertermi dan hipotermi.
Dengan kriteria hasil: 4. Tingkatkan intake cairan
1.Dapatmempertahan dan nutrisi..
kan suhu tubuh dalam
kisaran normal.
2.Menjelaskan langkah-
langkah yang diperlu
Kan untuk memperta
hankan suhu tubuh agar
dalam batas normal.
3. Menjelaskan gejala
hipotermia atau
hipertermia.

3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Perhatikan gejala kekurangan


kurang dari tindakan keperawatan gizi termasuk perawakan
kebutuhan tubuh. selama 3x24 jam pendek, lengan kurus dan kaki.

19
diharapkan pasien 2. Perhatikan adanya penurunan
mampu: berat badan.
1. Intake nutrien 3. Kaji kulit apakah kering,
normal. monitor
2. Intake makanan dan turgor kulit dan perubahan
cairan normal. pigmentasi..
3. Berat badan normal. 4. Berikan makanan yang
4. Massa tubuh normal. terpilih. (sudah dikonsultasikan
5. Pengukuran biokimia dengan ahli gizi).
normal. 5. Monitor kalori dan intake
Dengan kriteria hasil: nutrisi.
1. Berat badan
bertambah.
2. Berat badan dalam
kisaran normal untuk
tinggi dan usia.
3. Mengenali faktor
yang berkontribusi
terhadap berat badan
dibawah normal.
4. Mengidentifikasi
kebutuhan gizi.
5. Bebas dari
kekurangan gizi.
1

4. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Kaji adanya fluktuasi suhu


tindakan keperawatan tubuh, letargi, apnea, malas
selama 3x24 jam minum, gelisah dan ikterus.

20
diharapkan pasien 2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi
mampu: selama kehamilan, dan epidemi
Terhindar dari resiko infeksi diruang perawatan.
infeksi.
Dengan kriteria hasil: 3. Ambil sampel darah.
1. Pengetahuan: 4. Upayakan pencegahan infeksi
Kontrol infeksi dari lingkungan. Misalnya : cuci
Indikador: tangan sebelum dan sesudah
a. Menerangkan cara- memegang bayi.berpindahnya
cara penyebaran. mikroorganisme dari jari tangan
b. Menerangkan faktor- ke tubuh bayi.
yang berkontribusi
dengan penyebaran.
c. Menjelaskan tanda-
tanda dan gejala.
d.Menjelaskan aktivitas
yang dapat
meningkatkan resistensi
terhadap infeksi.
2. Status Nutrisi.
Indikator:
a. Asupan nutrisi
b. Asupan makanan dan
cairan
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS BBLR

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : By. Ny. S

Tanggal Lahir : 10 Juni 2012

Umur : 2 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : Kedua

No RM : 4670

Diagnose Medis : BBLR

Tgl Masuk : 10 Juni 2012

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Sekuro 1/1 Jepara

22
2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny.S

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : Sekuro 1/1 Jepara

Hub dengan klien : ibu kandung

II. Keluhan Utama


Ibu by. S mengatakan anaknya Berat badannya kurang (2.000 gram)

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi Ny. S lahir di bidan pada tada tanggal 10 Juni 2012 dengan kehamilan
32 minggu (preterm) lahir dengan jenis kelamin perempuan, BB 2.000 gram, tidak
menangin, tidak ada respirasi spontan. Bayi Ny. S di rujuk ke RSUD Kartini untuk
mendapatkan perawatan yang lebih kanjut, di IGD bayi Ny. S mulai ada respirasi
spontan 44 x/menit, mendapatkan terapi oksegen headbox 1liter/menit. Mendapat
advis terapi ampisilin, ca glucose, vitamin k dan dopamin.

23
IV. Riwayat Peyakit Dahulu
a. Prenatal
Ibu by.S mengatakan selama kehamilan itu merasakan mual dan muntah yang
berlebih (hiperemesis) pada usia kandungan 1-4 bulan. Selama itu ibu hanya
mengkonsumsi susu ibu hamil saja. Dan pernah dropp selama 3 minggu dan tidak
dapat beraktifitas (bedrest total).
b. Natal

 Melahirkan secara normal


 Persalinan dibantu oleh bidan
 Kehamilan 32 minggu
 BBL = 2000 gr
 Panjang badan = 43 cm

c. Post Natal
Ibu By. S mengatakan bayi lahir dengan BB kurang dari normal, sucking dan
rooting pada By. S lemah, ASI Ny. S kurang, puting agak masuk kedalam. Saat ini
bayi dibantu dengan susu formula.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu An. S mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki yang
memiliki riwayat penyakit seperti yang dialami oleh klien saat ini, keluarga juga tidak
memiliki riwayat penyakit seperti stoke, DM, TBC, hipertensi dan penyakit lainnya
yang membahayakan.

VI. Riwayat Alergi


An. S berusia 2 hari dan belum diketahui mempunyai riwayat alergi atau tidak
ada riwayat alergi.

24
VII. Riwayat Pengobatan
An. S dirawat di RS mendapatkan infus D5% dengan 10 tetes, mendapatkan
injeksi Cefotaxim 2 x 150 mg, Gentamicin 1 x 150 mg, Dexametason 3 x 1 mg dan
Aminofilin 3 x 8 mg dan obat oral Urdaflek 3 x 50 mg.

VIII. Pengkajian Nutrisi

 Berat badan sekarang = 2000 gr


 Panjang = 43 cm
 Pemberian makanan = By. S mendapatkan susu formula sebagai tambahan dan
makanan pokoknya ASI.

IX. Pengkajian Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan

 BB : 2000 gr
 Panjang badan : 43 cm
 Lila : 7cm
 Lida : 30 cm

b. Perkembangan

 Reflek rooting : + lemah


 Reflek sucking : + lemah
 Reflek morrow : + lemah
 Reflek gratsing : + lemah
 Reflek tonik neck : + lemah
 Reflek berkedip : + lemah
 Reflek glabela : + lemah

25
 Reflek ekstrusi : + lemah
 Reflek tartel : + lemah
 Reflek maik raighting : + lemah
 Reflek galan : + lemah
 Reflek babinski : + lemah

X. Pengkajian Fungsi Gordon


a. Persepsi terhadap kesehatan
Ibu by.S mengatakan anaknya dirawat saat ini karena berat badannya kurang
dan waktu lahir tidak menangis, By S di lahirkan di Bidan tidak menangis dan tidak
ada respirasi spontan, kemudian by S di rujuk ke RSUD Kartin.
b. Pola istirahat tidur
By.S lebih banyak tidur, saat tidur mata tertutup penuh. by. S terbangun jika
merasa tidak nyaman, lapar, BAK ataupun BAB.
c. Pola nutrisi – metabolic
By.S selama dirawat tidak terpasang NGT, by. S mendapatkan ASI dari ibunya,
dan ada tambahan susu formula dikala ASI ibunya kurang. Ibu by.S memerah ASInya
setelah diperintahkan oleh perawatnya.
d. Pola eleminasi
By .S BAK ± 9 kali/hari, wana kuning, jernih, dan berbau khas. Sedangkan
BAB ± 8 kali/hari, warna kekuningan dengan konsistensi lembek.
e. Pola kognitif – perceptual
Ibu An. S mengatakan tidak mengetahui tentang apa yang sedang dialami
anaknya. Ibu by.S hanya mengetahui kalau anaknya kecil, tidak mengetahui kalau
anaknya mengalami BBLR.
f. Pola konsep diri
Ibu by.S mengatakan tidak malu terhadap kondisi anaknya sekarang. Ibu by.S
percaya jika anaknya dapat sembuh dan tumbuh kembangnya akan normal.

26
g. Pola koping
Ibu by.S mengatakan merasa cemas terhadap kondisi anaknya. Saat di luar atau
saat tidak menungguinya ibu by.S merasa was-was terhadap anaknya, ibu by.
Smenggunakan waktunya saat di luar untuk beristirahat. Setiap 2 jam ibu by. S masuk
untuk mengetahui keadaan anaknya sekarang. Salain itu ibu by.S masuk jika
dipanggil oleh perawatnya karena by. S menangis.

h. Pola seksual
By.S berjenis kelamin perempuan, alat kelamin bersih, tidak ada kelainan,
warna labia lebih gelap dari kulit sekitar, Labia mayoya belum menutup labia minora.
i. Pola peran – hubungan
Selama di RS ibu by S setiap 2 atau 3 jam masuk untuk melihat anaknya atau
kalau dipanggil oleh perawatnya, ibu by S masuk untuk mengecek keadaan anaknya,
apakah sedang menangis, lapar, atau popoknya basah karena BAB atau BAK,
terkadang hanya masuk untuk bisa dekat dengan anaknya.
j. Pola nilai dan kepercayaan
Ibu by.S mengatakan semua keluarganya adalah muslim, semua ikut
mendo’akan agar by. S bisa cepat sembuh dan cepat berkumpul dengan keluarganya
kembali.

XI. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum
KU : Lemah
Kesadaran : Compornentis
b. TTV
RR : 44 x/menit
NR : 120 /menit
S : 35,2oC

27
c. Kulit
Agak kering, warna sudah kemerahan, tidak ada bekas luka, banyak rambut
laguna, tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda lahir, CRT <3 detik.
d. Kepala
Bentuk normal, rambut hitam, ubun-ubun belum menutup, tidak ada lesi di kulit
kepala, tidak ada kelainan.
e. Mata
Bentuk simetris, reflek berkedip ada tetapi lemah, warna sclera agak kuning,
bersih, gerakan bola mata normal.
f. Hidung
Terdapat secret, tidak terdapat lesi, tidak terpasang NGT, tidak tampak
pernafasan cuping hidung.
g. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi yang terlihat, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan.
h. Mulut
Bersih, mukosa bibir kering, bibir tampak pucat, tidak tampak stomatitis.
i. Leher
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan masih
lemah.
j. Dada dan paru
I : penggunaan nafas perut
Pa : pengembangan paru kanan dan kiri sama
Pe : sonor
A : vesikuler
k. Jantung
i : lctus kordis tidak tampak
Pa : lctus kordis teraba di interkosta 5 pada linex midclavikula sinistra
Pe : suara jantung redup, tidak ada pembesaran organ jantung

28
A : terdengar bunyi jantung S1 dan S2 reguler.
l. Abdomen
i : simetris, tidak acites
A : peristaltic usus 16 kali/menit
Pe : tympani
Pa : tidak ada pembesaran organ lain (hati dan ginjal)
m. Ektremitas
Superior : tidak tampak kelainan tulang, akral dingin
Inferior : terpasang infuse D5% disebelah kanan, kelainan tulang tidak tampak, akral
dingin.

Kekuatan otot : 4 4
4 4

n. Genetalia dan anus


Genetalia tampak bersih, tidak ada kelainan yang tampak, warna kulit gelap dari
warna kulit sekitar, anus bersih.

XII. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil lab 10 – 6 – 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Nilai Satuan
GDS 66 (54)* mg % 80 – 150
Hb 15,9 gr % 12 – 16
Leukosit 7.900 mm3 4000 – 10000
Teombosit 141.000 mm3 `150000 – 400000
Haemotrocryt 50,2 % 37 – 43

29
* tanggal 12 Juni 2012

2. Radiologi (12 juni 2012)


Cor : tidak membesar
Pulmo : tenang
Tulang costa : baik
Dislokasi : (-)
Kesan : paru-paru sudah mengembang

XIII. Program Terapi

 Infus : D5% 6 tetes/menit


 Inj : Ampisilin 2 x 100 gr
 Ca Glucose 1 x 1 cc
 Vitamin K 1 x 1 mg
 Dopamin 3u
 Oksigen : 1 liter -, nasal

B. Analisa data

No Data fokus Etiologi Problem


1. Ds : - Imaturitas paru Gangguan pola
Do : nafasa tidak
- RR : 44x/menit efektif
- N: 120 x/i
- O2 nasal : 1 liter
- Menangis lemah
- Ro: Foto Thorax

30
Radiologi (12 juni 2012)

Cor : tidak membesar


Pulmo : tenang
Tulang costa : baik
Dislokasi : (-)
Kesan : paru-paru sudah
mengembang

2. Ds : Imaturitas Ketidak
- Ibu mengatakan ASI keluar efektifan pola
sedikit nutrisi bayi
- Ibu mengatakan puting
masuk
Do :
- mukosa bibir kering
- turgor kulit menurun
- kulit tampak kemerahan
- suhu tubuh 35,2oC
- intake dan output dalam 24
jam
- RR : 44x/menit
- N: 120 x/i
- O2 nasal : 1 liter

31
3. Ds : Perubahan suhu Hipotermi
Ibu mengatakan badan anaknya ruang/
dingin lingkungan.
Do : Imaturitas
- Suhu 35,2oC termogulasi
- Akral dingin
- RR : 44x/menit
- N: 120 x/i
- O2 nasal : 1 liter

C. Diagnose keperawatan

1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru


2. Ketidak efektifan pola nutrisi bayi berhubungan dengan imaturitas
3. Hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu ruang/ lingkungan dan imaturitas
termogulasi

32
D. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Atur posisi klien senyaman
nafas tidak efektif tindakan keperawatan mungkin
berhubungan selama 3 x 24 jam 2. Kaji frekuensi, kedalaman
dengan imaturitas diharapkan pola nafas pernafasan
paru efektif 3. Perhatikan pola nafas klien
criteria hasil = 4. Berikan terapi O2 nasal 1
 Kebutuhan O2 liter
tercukupi 5. Monitor Tekanan darah, nadi,
 Nafas spontan suhu, dan Respiration rate

 Tidak ada retrasi otot (pernafasan).

dada
2. Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Kaji kulit apakah kering,
pola nutrisi bayi tindakan keperawatan monitor turgor kulit dan
berhubungan selama 3 x 24 jam perubahan pigmentasi.
dengan imaturitas pertukaran gas adekuat 2. Monitor kemampuan bayi
dengan criteria hasil = untuk menghisap.
 Tidak sianosis 3. Perhatikan adanya
 Saturasi baik penurunan berat badan.

 4. Kaji sianosis pada kulit


5. Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi
tidak mampu menyusu
6. Anjurkan ibu untuk
makan yang bergizi dan

33
minum jika sudah haus
7. Monitor intake kalori dan
nutrisi.
8. Jelaskan penggunaan
susu formula hanya jika
diperlukan

3. Hipotermi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda –tanda vital


berhubungan keperawtan selama 3 x 2. Monitor warna kulit
dengan perubahan 30 menit diharapkan 3. Monitor tanda tanda
suhu ruang/ tidak terjadi hipotermi hipotermi dan hipertermi
lingkungan dan dengan criteria hasil = 4. Selimuti klien untuk
imaturitas  Suhu 36-37 mencegah hilangnya
termogulasi  Akral hangat kehangatan tubuh
5. Berikan penghangat dengan
lampu pijar 40 watt
6. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan

34
E. Implementasi

Hari / Diagnose Implementasi Evaluasi


tanggal
10/6/2012 1 1. Atur posisi klien senyaman S:-
mungkin O: - RR : 44x/menit
2. Kaji frekuensi, kedalaman - N: 120 x/i
pernafasan - O2 nasal : 1 liter
3. Perhatikan pola nafas klien - Menangis lemah
4. Berikan terapi O2 nasal 1 liter Radiologi (12 juni 2012)
5. Monitor Tekanan darah, nadi,
Cor : tidak membesar
suhu, dan Respiration rate
Pulmo : tenang
(pernafasan).
Tulang costa : baik
Dislokasi : (-)
Kesan : paru-paru sudah
mengembang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

10/6/2012 2 1. Monitor turgor kulit dan S : - Ibu mengatakan ASI keluar


perubahan pigmentasi. sedikit
2. Monitor kemampuan bayi - Ibu mengatakan puting masuk
untuk menghisap. Do :
3. Perhatikan adanya penurunan - mukosa bibir kering
berat badan. - turgor kulit menurun
4. Kaji sianosis pada kulit - kulit tampak kemerahan
5. Diskusikan penggunaan pompa - suhu tubuh 35,2oC
ASI kalau bayi tidak mampu - intake dan output dalam

35
menyusui 24 jam
9. Anjurkan ibu untuk makan - RR : 44x/menit
yang bergizi dan minum jika - N: 120 x/i
sudah haus - O2 nasal : 1 liter
10. Monitor intake kalori dan A : masalah belum teratasi
nutrisi. P : intervensi dilanjutkan
11. Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika diperlukan

10/6/2012 3 1. Kaji tanda –tanda vital S : Ibu mengatakan badan anaknya


2. Monitor warna kulit dingin
3. Monitor tanda tanda hipotermi dan O:
hipertermi - Suhu 35,2oC
4. Selimuti klien untuk mencegah - Akral dingin
hilangnya kehangatan tubuh - RR : 44x/menit
5. Berikan penghangat dengan lampu - N: 120 x/i
pijar 40 watt - O2 nasal : 1 liter
6. Diskusikan tentang pentingnya - Tidak ada sianosis
pengaturan suhu dan kemungkinan A : masalah belum teratasi
efek negatif dari kedinginan P : intervensi dilanjutkan

36
Hari / Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal
11/6/2012 1 1. Atur posisi klien senyaman S : bayi tenang, aktif, menangis
mungkin lemah
2. Kaji frekuensi, kedalaman O: - RR : 40x/menit
pernafasan - N: 110 x/i
3. Perhatikan pola nafas klien - O2 nasal : 1 liter
4. Berikan terapi O2 nasal 1 liter - Menangis lemah
5. Monitor Tekanan darah, nadi, A : masalah teratasi sebagian
suhu, dan Respiration rate P : intervensi dilanjutkan
(pernafasan).

11/6/2012 2 1. Monitor turgor kulit dan S : ibu mengatakan putingnya sudah


perubahan pigmentasi. sedikit keluar dan ASI nya mulai
2. Monitor kemampuan bayi bertambah
untuk menghisap. Do :
3. Perhatikan adanya - mukosa bibir lembab
penurunan berat badan. - turgor kulit baik
4. Kaji sianosis pada kulit - kulit tampak kemerahan
5. Diskusikan penggunaan - suhu tubuh 36,1 oC
pompa ASI kalau bayi - intake dan output dalam
tidak mampu menyusui 24 jam
6. Anjurkan ibu untuk makan - RR : 40x/menit
yang bergizi dan minum - N: 110 x/i
jika sudah haus - O2 nasal : 1 liter
7. Monitor intake kalori dan A : masalah teratasi sebagian
nutrisi. P : intervensi dilanjutkan
8. Jelaskan penggunaan susu

37
formula hanya jika
diperlukan

11/6/2012 3 1. Kaji tanda –tanda vital S : akral dingin, bayi disinari lampu
2. Monitor warna kulit O:
3. Monitor tanda tanda hipotermi dan - Suhu 36,1 oC
hipertermi - Akral dingin
4. Selimuti klien untuk mencegah - Disinari lampu
hilangnya kehangatan tubuh penghangat 40 watt
5. Berikan penghangat dengan lampu - RR : 40x/menit
pijar 40 watt - N: 110 x/i
6. Diskusikan tentang pentingnya - O2 nasal : 1 liter
pengaturan suhu dan kemungkinan - Tidak ada sianosis
efek negatif dari kedinginan A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

38
Hari / Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal
12/6/2012 1 1. Atur posisi klien senyaman S : bayi aktif, menangis kuat,
mungkin pernafan baik
2. Kaji frekuensi, kedalaman O: - RR : 33x/menit
pernafasan - N: 135 x/i
3. Perhatikan pola nafas klien - S : 36,8 oC
4. Berikan terapi O2 nasal 1 liter A : masalah sudah teratasi
5. Monitor Tekanan darah, nadi, P : intervensi dihentikan
suhu, dan Respiration rate
(pernafasan).

12/6/2012 2 1. Monitor turgor kulit dan S : bayi menangis kuat, aktif,


perubahan pigmentasi. menetek (+)
2. Monitor kemampuan bayi Do :
untuk menghisap. - mukosa bibir lembab
3. Kaji sianosis pada kulit - turgor kulit baik
4. Diskusikan penggunaan - kulit tampak kemerahan
pompa ASI kalau bayi - suhu tubuh 36,8oC
tidak mampu menyusui - RR : 33 x/menit
5. Anjurkan ibu untuk makan - N: 135 x/i
yang bergizi dan minum - Reflek menghisap baik
jika sudah haus A : masalah sudah teratasi
6. Monitor intake kalori dan P : intervensi dihentikan
nutrisi.
7. Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika
diperlukan

39
12/6/2012 3 1. Kaji tanda –tanda vital S : Ibu mengatakan badan anaknya
2. Monitor warna kulit hangat
3. Monitor tanda tanda hipotermi dan O:
hipertermi - Suhu 36,8 oC
4. Selimuti klien untuk mencegah - Akral hangat
hilangnya kehangatan tubuh - RR : 33 x/menit
5. Berikan penghangat dengan lampu - N: 135 x/i
pijar 40 watt - Tidak ada sianosis
6. Diskusikan tentang pentingnya A : masalah sudah teratasi
pengaturan suhu dan kemungkinan P : intervensi dihentikan
efek negatif dari kedinginan

40
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan
penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup
bulan (intrauterine growth retriction), (Wong, 2008).

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

41
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen. 1994. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA


Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak: Jakarta
Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby
Company: Philadelphia
Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri
Arvin, BMK., Egman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC
MacDonald. 2002. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka

42

Anda mungkin juga menyukai