Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI
MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

A. INFEKSI MENULAR SEKSUAL


1. DEFINISI
IMS (infeksi menular seksual) adalah golongan penyakit menular atau penyakit
infeksi yang di tularkan terutama dengan cara hubungan seksual melaui penis, vagina,
anal,dan oral. Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu melalui transfusi
darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada
pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak
sengaja, menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau
cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat).
Bisa juga di tularkan pada bayi saat ibu hamil, melahirkan ataupun menyusui.
IMS ini dapat disebabkan oleh adanya suatu virus, bakteri atau parasit jamur.
IMS jika tidak di tangani secara cepat dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya
atau fatal. Efek sampingnya yaitu dapat berupa kemandulan pada pria maupun wanita
yang di sebabkan oleh penyebaran infeksi pada alat kelamin bagian dalam, seperti
Gonore dan klamidia, menyebabkan kematian pada kasus seperti AIDS, Sifilis, dan
Hepatitis, menyebabkan kanker dan penyebab penyakit yang selalu kambuh seperti
herpes genetalis dan kondulima akuminata,
Selain itu juga pada ibu yang sedang hamil dan saat itu terkena IMS hal itu bisa
menularkan pada bayi yang sedang di kandungnya, dan akan menyebabkan bayi tersebut
lahir cacat, lahir muda, atau bahkan lahir mati.

 Orang-orang yang beresiko tertular IMS yaitu orang-orang sebagai berikut:


1. Setiap orang yang melakukan hubungan seksual dengan seorang (pria atau wanita)
yang mengidap IMS tanpa menggunakan alat pelindung seperti kondom, dapat
tertular IMS. Resiko tertular IMS lebih besar bila seseorang sering-sering berganti
pasangan seksual.
2. Setiap orang yang mendapat transfusi darah tanpa prosedur pemeriksaan terhadap
IMS,
karena IMS dapat ditularkan melalui transfusi darah, contohnya : Sifilis, Hepatitis
3. Bayi yang di lahirkan oleh ibu yang mengidap IMS

 Adapun gejala-gejala umum yang biasa timbul pada penderita IMS:


1. Keluarnya cairan yang tidak normal dari saluran kencing atau liang senggama
(keputihan yang banyak, berbau amis, berwarna putih kekuning-kuningan atau putih
kehijauan)
2. Rasa nyeri pada saat kencing atau saat berhubungan seksual.
3. Rasa gatal pada alat kelamin atau sekitarnya.
4. Lecet, atau luka kecil disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening.
5. Perubahan warna kulit dan mata menjadi kuning, hati membesar, pada Hepatitis B/C.
6. Radang mata pada bayi.

2. JENIS-JENIS IMS
a. GONORE (GO)/KENCING NANAH
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan
tenggorokan atau bagian putih mata(konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada
wanita,gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

 Gejala
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya berawal dari rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian
diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis
tampak merah dan membengkak.
Sedangkan pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari
setelah terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama
beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah
pasangan seksualnya tertular.
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang leher
rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum, yang menyebabkan
nyeri pinggul atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar
bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui
anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya.
Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh
lendir dan nanah. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan
seorang penderita gonore juga bisa menyebabakn gonore pada tenggorokan
(faringitis gonokokal), biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang
terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis
gonore).
Bayi baru lahirpun bisa terinfeksi oleh gonore yang di dapat dari ibunya
selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak
matanya dan dari matanya keluar nanah
 Komplikasi
1. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke sendi, dimana sendi menjadi
2. bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.Infeksi
melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah
berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa
sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-
dermatitis).
3. Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis).
4. Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang
menyerupai kelainan kandung empedu.
 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada
pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di
laboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh
dari daerah ini dan dibuat biakan.
 Pengobatan
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler
(melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1
minggu. Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh
darah, infus).

b. SIFILIS (raja singa)


Yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh treponema pallidum.Masa inkubasi
penyakit ini adalah 2-6 minggu sesudah kuman masuk ke dalam tubuh melalui
hubungan seksual. Setelah itu beberapa tahun pertama dapat terjadi tanpa gejala.
Gejalanya yang sering timbul berupa infeksi kronis dan infeksi sistemik yang dibagi
menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah tahap primer dimana ditandai dengan adanya
luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, tahap yang ke dua yaitu sekunder ditandai
dengan adanya bercak merah di tubuh yang berlangsung lama, yang terakhir yaitu
tahap tersier ditandai dengan kelainan saraf, jantung, pembuluh darah dan kulit.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain
seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak
dalam uterus).Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan
menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin
sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan
orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit
negatif. Akibat yang mungkin terjadi karena penyakit ini adalah dapat
memnyebabkan kerusakan berat otot dan jantung, dan bayi lahir cacat dan keguguran
serta lahir mati.

c. HERPES GENETALIA
Herpes, yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2, adalah infeksi seumur
hidup yang menyebabkan lecet-lecet pada alat kelamin yang biasanya datang dan
pergi. Masa inkubasinya 4-7 hari dimulai dengan rasa terbakar dan rasa kesemutan
pada tempat virus masuk.
 Gejala dan tanda
Bintil berkelompok seperti anggur dan sangat nyeri pada kemaluan. Lalu
pecah meninggalkan luka yang kering lalu hilang, kemudian gejala kambuh lagi
seperti di atas namun tidak nyeri. Penyakit ini hilang timbul dan menetap seumur
hidup. Genital herpes biasanya menyebabkan sakit, benjolan pada kulit, mucous
membranes (misalnya mulut atau bibir), atau alat kelamin. Lokasi ini tergantung
pada tempat kontak dilakukan pada saat transmisi.
Menyembuhkan luka-crust dengan pembentukan berkeropeng, yang
menunjukan dari herpes. Banyak orang dengan penyakit ini berulang merasa
sakit di daerah infeksi bahkan sebelum blisters atau ulcers dapat dilihat. Sakit ini
disebabkan oleh iritasi dan peradangan pada saraf yang mengarah ke daerah kulit
yang terkena. Ini adalah tanda bahwa penyakit tersebut mulai aktif . Seseorang
pada saat ini sangat beresiko menular, meskipun kulit masih tampak normal.
 Akibat yang di timbulkan dari infeksi ini :
a. Nyeri berasal dari syaraf
b. Dapat menularkan pada bayi apabila bintik itu berair
c. Dapat menimbulkan infeksi berat, bayi lahir mati, cacat dan lahir muda
d. Memudahkan penularan HIV
e. Kanker leher rahim

d. TRIKOMONAS VAGINAL
Trichomoniasis, kadang-kadang disebut sebagai “trich”, yang umum adalah
penyebab vaginitis. Baik itu penularannya berasal dari hasil berbagi sumber air
eksternal (bathub, handuk basah, dan lain sebagainya yang berasal dari air yang sama
dan dipakai bergantian). Kumannya diidentifikasi berasal dari jenis protozoa yang
disebut Trichomonas vaginalis.
Trichomoniasis biasanya menginfeksi sistem genitourinary atau urogenital tract
yang meliputi organ-organ reproduksi dan urinary (saluran kencing) kasus yang
paling umum adalah infeksi perkemihan dan dalam vagina perempuan, khususnya
pada pria dan wanita yang tidak disunat. Pada pria yang tidak disunat infeksinya
terjadi pada ujung penis.
 Gejala dan tanda
a. Cairan vagina encer, warna kuning kehijauan, berbusa, bau busuk
b. Vulva agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa
 Akibat yang ditimbulkan dari infeksi ini:
a. Kulit sekitar vulva lecet
b. Pada kehamilan, bayi premature
c. Mudah menularkan HIV
 Prevalensi dan pencegahan
Penggunaan kondom pada pria (mungkin) dapat membantu mencegah
penyebaran trichomoniasis, walaupun penelitian yang benar-benar akurat
belum pernah dilakukan. Hindari penggunaan handuk atau kain basah
bergantian karena parasit ini dapat bertahan di tempat terbuka selama 45 menit.

e. KLAMIDIA
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain selama hubungan seks. Klamidia juga dapat
ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama kelahiran vagina. Bayi
yang tertulari akan mengalami peradangan paru (pneumonia) atau mata
(konjunktivitis).
Klamidia adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat umum.
Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan
masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh bakteri yang
berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin.
Hal ini dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher
rahim. Ketika infeksi terjadi pada anus, biasanya kita tidak merasakan gejala
meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal
dan nyeri. Infeksi Klamidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala
apapun. Jika mata yang terinfeksi,maka bakteri dapat menyebabkan iritasi dan
keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata.
 Gejala pada wanita
Kebanyakan klamidia tidak menimbulkan gejala atau gejalanya hanya
samar-samar. Kondisi tanpa gejala in dapat berlangsung lama (bisa bertahun-
tahun). Gejala yang mungkin mengindikasikan klamidia adalah:
a. Debit cairan lebih dari biasanya
b. Nyeri saat buang air kecil
c. Perdarahan abnormal di antara dua periode menstruasi atau setelah
berhubungan seks
d. Nyeri saat berhubungan seks
e. Nyeri perut.

 Kemungkinan dan konsekuensi bagi perempuan :


Klamidia dapat naik ke saluran tuba sehingga menyebabkan penyakit
radang panggul, yang dapat menyebar ke rongga perut. Penyakit radang panggul
dapat menimbulkan demam dan sakit perut. Dengan pengobatan antibiotik yang
cepat dan tepat serta istirahat di tempat tidur, kebanyakan radang panggul dapat
benar-benar sembuh. Jika terlambat atau tidak diobati, radang panggul dapat
menyebabkan luka di saluran tuba. Hal ini dapat menyumbat tuba falopi dan
menyebabkan kemandulan atau kehamilan ektopik.

 Gejala pada laki-laki


Pria yang terinfeksi klamidia seringkali mengeluarkan cairan seperti susu dari
uretra. Jumlahnya tidak selalu banyak, biasanya setelah bangun pagi. Gejala lain
adalah buang air kecil yang menyakitkan. Sekitar 1/4 pria yang terinfeksi tidak
memiliki gejala infeksi klamidia.
 Kemungkinan dan konsekuensi bagi pria :
Infeksi klamidia pada pria juga dapat naik, meskipun kurang umum
daripada pada wanita. Bakteri dapat mencapai vas deferens ke prostat dan
epididimis. Hal ini dapat mengakibatkan epididimitis yang menyebabkan rasa
sakit parah di skrotum dan akan merasakan pembengkakan pada skrotum, kadang-
kadang menjalar ke pangkal paha.
Buah zakar (testis) juga ikut membengkak dan nyeri. Peradangan ini bisa
disertai dengan demam dan dapat memengaruhi kesuburan. Klamidia pada pria
juga dapat menyebabkan peradangan sendi, yang dikenal sebagai artritis reaktif
atau sindrom Reiter. Komplikasi ini jarang terjadi pada wanita.
 Diagnosis
Selain meminta sampel urin, dokter dapat menggunakan swab (batang dengan
kapas bulat kecil seperti pembersih telinga) untuk mengambil sampel jaringan
dari vagina (untuk perempuan) atau ujung penis (untuk pria). Sampel urin dan
jaringan dari swab tersebut akan dikirim ke laboratorium untuk pengujian.
 Pengobatan
Klamidia dapat diobati dengan antibiotik yang harus diminum dalam
beberapa hari. sangat penting untuk mengambil dosis penuh antibiotik, bahkan
meskipun gejala klamidia sudah hilang. Menghentikan pemberian antibiotik
sebelum waktunya akan membuat bakteri resisten. Selama pengobatan, Anda
harus berpantang seks atau menggunakan pelindung (kondom) sampai Anda
maupun pasangan Anda menyelesaikan pengobatan.

f. Condiloma Akuminata (jengger ayam)


Yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus Human papilloma.Gejalanya adalah
terdapat satu atau beberapa kutil sekitar daerah kemaluan, kutil (lesi) dapat
membesar. Belum ada obat yang bisa memberantas HPV. Hanya kekebalan tubuh kita
lah yang bisa melakukannya, namun kekebalan tubuh setiap orang berbeda-beda, jika
memang bagus maka penyakit ini akan cepat bisa dihilangkan atau dilemahkan dari
tubuh kita (bagi pengidap HIV/AIDS virus yang lemah ini bisa menjadi kuat kembali
jika kekebalan tubuhnya sangat rendah).
Displasia dan kutilnya dapat dicabut. Ada beberapa cara untuk melakukan ini:
Ditembak dengan laser, membekukannya dengan nitrogen cair, memotongnya atau
bedah. Akibat yang dapat ditimbulkan dari penyakit ini adalah kanker mulut rahim.

g. Candidiasis (jamur)
Penyebabnya adalah candida albicans yang umumnya terdapat di mulut, usus
dan vagina. Gejalanya berupa keputihan yang menyerupai kejubdisertai lecet dan
rasa gatal di daerah bibir kemaluan disertai bau khas. Candida juga dapat menyerang
pria. Akibatnya dapat memudahkan infeksi HIV.

h. Kutu pubis
Penyebabnya adalah kutu phthirus pubis.Gejalanya adalah rasa gatal terus-
menerus, adanya ditemukan kutu di rambut ketiak dan kemaluan, tampak bercak biru
di daerah gigitan kutu.

i. Hepatitis B
Penyebabnya adalah virus hepatitis B. Masa inkubasi 1-6 bulan dan dalam masa
akut tidak menimbulkan gejala kuning dan tanpa keluhan. Gejala dapat berupa kuning
pada mata dan kulit, hati membesar. Penyakit ini dapat menyebabkan kanker hati.

j. AIDS
AIDS yaitu sekumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya fungsi
sistem kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang disebut dengan nama
HIV, HIV hanya dapat hidup di dalam sel tubuh manusia.
AIDS perlu diwaspadai karena penyebarannya yang cepat. Penyakit ini juga
menyerang siapa saja, dan penderitanya tidak akan mengalami tanda gejala selama
5-10 tahun pertama, hal itulah yang memperparah keadaan seseorang, karena saat
gejalanya sudah muncul, berarti seseorang itu telah menderita AIDS yang parah,
penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan belum ada vaksin untuk mencegah
dan mengobati penyakit ini, hanya ada obat yang memperlambat jalannya penyakit
ini. HIV bisa berada di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma dan ASI.
 Penyakit ini ditularkan melalui:
1. hubungan seksual, baik melalui vagina, penis, anus, maupun mulut dengan
pasangan yang mengidap HIV
2. melalui transfusi darah yang mengandung virus HIV tanpa dilakukan
skrining terlebih dahulu
3. melalui jarum suntik, alat tusuk lain seperti pisau tatto, dan sikat gigiyang
telah terkena darah pengidap HIV
4. melalui ibu hamil kepada janinnya.
 HIV/AIDS tidak dapat ditularkan melalui :
1. jabat tangan, mengobrol, memeluk, mencium pipi.
2. Batuk, bersin, air mata,keringat.
3. Makan dan minum bersama.
4. Pemakaian WC bersama
5. Gigitan serangga dan binatang peloharaan.
6. Berenang bersama.
 Gejala penyakit AIDS:
1. batuk berkepanjangan dan sesak nafas
2. bercak merah kebiruan pada kulit
3. berat badan menurun secara drastis
4. pembesaran kelenjar tanpa sebab yang jelas
5. diare lebih dari satu bulan
6. sering demam dan keringan dingin tanpa sebab yang jelas
7. bercak putih atau luka di mulut
 IMS tidak dapat di cegah dengan :
1. Meminum minuman beralkohol seperti bir dan lain-lain.
2. antibiotik seperti supertetra, penisilin dan lain-lain, sebelum atau sesudah
berhubungan seks, tidak ada satu obat pun yang ampuh untuk membunuh
semua jenis kuman IMS secara bersamaan (kita tidak tahu jenis IMS mana
yang masuk ke tubuh kita). Semakin sering meminum obat-obatan secara
sembarangan malah akan semakin menyulitkan penyembuhan IMS karena
kumannya menjadi kebal terhadap obat.
3. Mendapatkan suntikan antibiotik secara teratur, pencegahan penyakit
hanya dapat dilakukan oleh antibodi di dalam tubuh kita.
4. Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar (misalnya, yang
berkulit putih bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang masih muda),
anak kecil pun dapat terkena dan mengidap bibit IMS, karena penyakit
tidak membeda-bedakan usia dan tidak pandang bulu.
5. Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka, air soda,
alkohol, air jahe, dll) dan bagian dalam (dengan odol, betadine atau jamu)
segera setelah berhubungan seks.
 PENANGANAN GEJALA IMS
Untuk dapat melakukan penanganan terhadap IMS pada diri sendiri kita
terlebih dahulu harus mengenali tanda gejala IMS yang sudah di sebut di
atas, setelah tanda dan gejala sudah di kenali segera lakukan penanganan
dengan benar yaitu :
1. Segera pergi ke dokter untuk diobati
2. Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang
menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi
komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.
3. Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung
jenis IMS yang diderita
4. Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu
persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa
dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
5. Ikuti saran dokter, jangan menghentikan minum obat yang diberikan
dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika tidak diobati
dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran dokter) ,
maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan.
6. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS. Hal ini
berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda.
7. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks
(khususnya pasangan sah).

B. NEOPLASMA
1. CA SERVIKS
a. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 ).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari
sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.
(Sarjadi, 2001)
b. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
 Factor resiko:
1. HPV ( Human Papiloma Virus ) HPV adalah virus penyebab kutil
genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.
5. atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada
usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran.
7. Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari
lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO
melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar
1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9. Golongan ekonomi lemah.Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam
melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr
imam Rasjidi, 2010 )
 Stadium klinis
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat kriteria
 Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
 Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks.
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri.
 Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel
tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
 Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
 Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para
servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
 Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
 TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetap
belum sampai pada dinding panggul.
 Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau
telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul.
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat
oleh tumor.
 Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal
vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
 Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II,
tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
 Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil
dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan
secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul
atau ketempat - tempat yang jauh.
 Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau
sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
 Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh. ( Dr Imam Rasjidi,
2010)
c. Manesfestasi Klinik
 Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis
jaringan.
 Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
 Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
 Perdarahan spontan saat defekasi.
 Perdarahan diantara haid.
 Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
 Anemia akibat pendarahan berulang.
 Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. (Dr
RamaDiananda, 2009 )
d. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma
telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada
stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria
menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan
juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah
keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan
sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko
injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker
tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia
Anderson, 2005)
e. Pemeriksaan Penunjang
 Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi
90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks
yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.
 Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan
sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka
kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks.
 Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin
10%.
 Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian
rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal
pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller.
Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif (
daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ).
Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 )
f. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang
biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka
harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitostatika dalam
ginekologi.Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.

g. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan
menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari
infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi
persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan
mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre
insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama
beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan
rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi
radiasi perawatannya yaitu monitor tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi
semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan
memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ),
monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 201
C. GANGGUAN MENSTRUASI PREMENSTRUAL SYNDROM
1. DISMENORRHOE
a. Definisi
Disminore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi
mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan
aktivitas sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat melakukan pekerjaannya),
berat(rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan
pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya) (Manuaba, 2008).
Disminore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi mencakup
ringan, sedang dan berat (Werdiningsih, 2010).
Disminore (nyeri perut) yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi. Disminore primer terjadi jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya (Maulana, 2009). Sementara menurut Maryanti Disminore
primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada kelainan, terapi yang
diberikan dapat berupa konseling, pereda rasa nyeri dan terapi hormonal
(Maryanti 2009).
Dismenorea merupakan menstruasi yang nyeri dan telah menyerang 30 %
perempuan yang tidak ada dasar patologik di usia 20-25 tahun pada dismenorea
primer dan ada penyakit patologik di usia 30-40 tahun pada dismenorea
sekunder (Naylor, 2004).

b. Gejala dan Tanda disminore


Nyeri pada perut bagian bawah, yang biasanya menjalar kepunggung
bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul
atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerur ada (Blogdokter, 2007). Gejala
dan tanda disminore ini adalah nyeri pada perut bagian bawah dan tungkai.
Nyeri dirasakan sebagai kramyang hilang dan timbul atau sebagai nyeri tumpul
yang terus menerus ada (Manuaba, 2009).
c. Klasifikasi Dismenorrhoe
Dismenorrhoe dikenal 2 bentuk, yakni:
 Dismenorrhoe Primer
Disminore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 15%
diantaranya mengalami nyeri yang hebat (Wednesday, 2009). Bentuk ini
biasanya mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara
usia 15 dan 25. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan
biasanya berhenti setelah melahirkan. Disminore spasmodik atau primer
dialami oleh 60-75 % wanita muda. Pada tiga perempat wanita yang
mengalaminya, intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada 25 % nyeri
berat dan membuat penderitanya tidak berdaya (Jones, 2001).
Sekitar lebih dari 50 % wanita yang mengalami menstruasi
mengalami dismenorea. Tingginya angka prevalensi dan morbiditas
dismenorea primer kurang mendapat perhatian dari dunia medis,
dikarenakan banyak wanita yang dianggap mengalami rasa sakit itu
sebagai sesuatu yang normal dan bersifat psikis walaupun hal tersebut
menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup
mereka. Salah satu faktor resiko terjadinya dismenorea primer adalah
stress (SOFI, 2009) Dismenorrhoe primer terjadi jika tidak ditemukan
penyebab yang mendasarinya (Maulana, 2009).
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar
2-3 tahun setelah menstruasi pertama (Maulana, 2009). Rasa nyeri timbul
bersama-sama pada permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
atau beberapa hari (Sarwono, 2005).
 Dismenorrhoe Sekunder
Disminorea sekunder didapat jarang sekali terjadi sebelum usia 30
tahun. Pada kebanyakan kasus penyebabnya adalaha endometriosis atau
penyakit peradangan pelvik. Nyeri kram yang khas mulai mulai 2 hari atau
lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat pada akhir
menstruasi (Jones, 2001).
Dismenorea sekunder pada pemeriksaan terdapat kelainan
ginekologi, misalnya radang kronik saluran sel telur, stenosis/penyempitan
leher rahim, endometriosis dan sebagainya.Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami
dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis,
fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD (dr. Fadlina, 2008).

 Ciri-Ciri Dismenorrhea Primer:


1. Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak haid pertama (menarche)
2. Rasa nyeri timbul sebelum haid, atau di awal haid. Berlangsung beberapa jam, namun
adakalanya beberapa hari.
3. Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di perut bagian
bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha depan)
4. Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, diare.

 Faktor Penyebab Dysmenorea Primer


Menurut Naylor Etiologi dismenorrhoe primer memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
meningkatnya PGF2α, peningkatan kontraksi uterus, ujung saraf tersensitisasi, penurunan
aliran darah uterus, iskemia uterus relatif (Naylor, 2002).
Penyebab pasti dysmenorrhea primer hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik),
namun beberapa faktor ditengarai sebagai pemicu terjadinya Nyeri Haid, diantaranya:
 Faktor kejiwaan
Faktor kejiwaan yaitu :emosi yang labil, terlebih pada mereka yang belum
mendapatkan keterangan yang baik mengenai haid. Beberapa penyakit dapat menurunkan
daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri, misalnya anemia (kurang darah), penyakit
menahun dan sebagainyaFaktor psikis. Para gadis dan emak-emak yang emosinya gak
stabil (gampang cemas, ngamukan, murang-muring), lebih mudah mengalami nyeri haid.
 Faktor alergi
Faktor alergi yaitu: peningkatan kadar prostaglandin dan hormon progresteron
yang berlebihan yaitu menyatakan bahwa nyeri haid timbul karena peningkatan produksi
prostaglandin (oleh dinding rahim) saat menstruasi.
 Faktor lain
Faktor lain yang pernah dikemukakan ialah adanya sumbatan pada rongga rahim
dan faktor endokrin yang berhubungan dengan kontraksi (pengkerutan) rahim yang
berlebihan (dr.Fadlina, 2008).
Selain teori-teori di atas, masih ada beberapa teori lain yang diduga sebagai faktor
prnyebab timbulnya dysmenorrhea primer (faktor hormonal, faktor alergi, dll).
 Faktor Resiko
Beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya Nyeri Haid,
yakni:
a. Haid pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun)
b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)
c. Darah haid berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang.
d. Smoking.
e. Adanya riwayat nyeri haid pada keluarga.
f. Obesitas (Pradita, 2010).
 Penanganan
Diantara beberapa alternative penanganan, ada beberapa yang bisa kita lakukan
sendiri antara lain: Pemanasan, Latihan dan Obat-obatan.
 Pemanasan
Ini merupakan cara klasik yang cukup efektif, yang dengan cara sebagai berikut:
a. Berendam pada bak yang berisi air hangat
b. Menyeka perut bagian bawah dengan botol/bantal pemanas
Perlu berhati-hati disini yakni dalam mengatur suhu pemanas, sebab pemakaian
yang lama dengan suhu yang tinggi dapat melukai kulit. Bintik-bintik merah yang
tampak samar merupakan salah satu tanda kita telah berlebihan melakukannya.
 Latihan
Cara lain yang bisa kita upayakan untuk mengatasi nyeri atau kekejangan haidh
adalah dengan latihan atau olahraga secara teratur. Ada beberapa bentuk latihan khusus
yang telah dipraktikan oleh beberapa penderita dismenorea, Alhamdulillah cukup efektif,
yaitu sebagai berikut:
1. Latihan pertama:
Berdirilah kira-kira 50-70 cm disebelah kanan dinding dengan kaki tegak
lurus. Letakkan lengan kiri pada dinding setinggi bahu, sedang tangan kanan dilipat
ke pinggang. Gerakkan dengan kuat otot-otot perut secara bersamaan dengan otot-
otot pantat, panggul di dorong kedepan. Tahanlah kontraksi otot-otot tersebut
kemudian gerakkan panggul ke sisi dinding. Tetaplah pada posisi demikian kira-
kira 3-4 detik, kemudian istirahat sejenak dan ulangi latihan serupa sebanyak tiga
kali, kemudian posisi diubah disebelah kiri dinding sehingga gerakan merata pada
kedua sisi tubuh. Perlu dicatat bahwa harus diusahakan tumit tetap di tempat (tidak
bergeser) dan pinggang jangan sampai menyentuh dinding.
2. Latihan kedua:
Berdirilah dengan kedua kaki tegak, tangan diangkat tinggi-tinggi sampai
melampaui bahu. Kita putar kedua lengan ke salah satu sisi dan berusaha
menyentuh sisi luar kaki kiri dengan tangan kanan, dan sebaliknya. Gerakan
diulangi sebanyak 10 kali disetiap masing-masing sisi.

 Obat-obatan
Bila nyeri demikian hebat dan perlu pertolongan segera, maka kita bisa membeli
obat-obatan anti nyeri yang dijual dipasaran bebas tanpa harus dengan resep dokter,
misalnya feminax, aspirin, parasetamol dan lain-lain. Jangan lupa bacalah dengan teliti
aturan pemakaiannya. Apabila telah melakukan upaya-upaya dirumah baik dengan
pemanasan, latihan maupun obat-obatan selama lebih kurang 3 bulan tetapi belum ada
sedikitpun perbaikan, sebaiknya konsultasi dengan ahlinya secara langsung (Petugas
Kesehatan) (dr. Fadlina, 2010)
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2005) Penanganan pada dismenorrhoe primer:
a. Nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, olah raga.
b. Pembrian obat analgetik
c. Obat analgetik yang sering diberikan adalah prevarat kombinasi aspirin, fenaslein dan
kafein.
d. Terapi hormoral
2. Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi.

 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Dismenorrhoe Primer
a. Umur
Umur adalah lamnya seorang hidup dalam tahun yang dihitung sejak ia lahir.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan, sehingga menambah pengatahuan tentang
disminore primer (Meliono, dkk, 2009).
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Batasan usia remaja yang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu
usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12–15 tahun,
masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun
(Admin, 2010).
b. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah suatu yang dapat diketahui. Semakin besar pengetahuan
diperoleh dari pendidikan dan pengalaman, semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi dengan
demikian segala sumber yang menjadi perantara dalam penyambungan informasi
baik media maupun non media. Semakin banyak infomasi yang masuk semakin
banmyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan salah satunya
Disminore Primer (Meliono, dkk, 2009).

Berdasarkan fungsi sumber informasi terbagi menjadi 2 antara lain :


1. Media .Yang termasuk media adalah:
a. Media cetak : Poster, brosur, majalah dan surat kabar
b. Media elektronik : TV, radio, film, video film, CD dan VCD
c.Media ruang luar : Papan reklame, spanduk, pameran dan TV layar lebar.
2. Non Media.Yang termasuk non media adalah:
a. Orang tua
b. Teman
c. Tenaga kesehatan

 Penanganan Atau Cara Mengatasi


Penanganan adalah suatu cara dan tindakan yang dilakukan seseorang untuk untuk mengatasi
suatu masalah atau penyakit yang dialami. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi dan mengurangi sakit pada saat menstruasi :
a. Tempelkan botol berisi air panas atau bantalan panas/hangat pada daerah perut.
b. Pijat daerah perut/abdomen secara perlahan-lahan, dengan posisi tidur terlentang dengan
kaki/lutut diganjal dengan bantal
c. Lakukan olahraga ringan seperti senam, jalan kaki, atau bersepeda pada saat sebelum dan
selama haid. Hal tersebut dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi
lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang.
d. Tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mengatasi rasa sakit pada
saat menstruasi mempunyei efek analgetik (meredakan rasa sakit), melancarkan sirkulasi
darah, dan mencairkan bekuan darah. Diantaranya yaitu daun dewa, mawar, siantan/soka,
daun hia/baru cina, ginjean, teki, dan temu lawak (Ahira, 2008).

Pengertian Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang
wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin
lagi untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai
alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut
rahim atau kanker rahim.
Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi
seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai
efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat
pada kandungan (uterus).
Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih
tindakan pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar melalui
vagina), kanker (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per vaginam yang
menetap, dan lain-lain.
Etiologi
 Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung
kencing.
 Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim
saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut
dan rongga panggul lainnya.
 Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.

2.4. Klasifikasi
1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut
rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut
rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus, mulut rahim,
kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan seperti
menopause.
4. Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian atas vagina
serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu.
5. Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau melalui vagina. Pilihan
teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lain.

Cara Melakukan Operasi Histerektomi


Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut,
baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang
melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai
cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma
yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya
menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang,
serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan
tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri.
Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut
yang tampak.

3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan
histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di
perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan
sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada
perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong
menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.

Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat lagi hamil.
Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung telur), maka dapat timbul
menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open
surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut.
Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni
melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik dibandingkan
dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih
ringan, serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada operasi
pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka sama sekali di perut. Laparoskopi
memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di sekitar rahim sehingga apabila didapatkan
perlengketan atau kelainan pada organ di sekitar rahim, lebih mudah untuk melakukan tindakan
untuk memperbaikinya.
2.6. Teknik Operasi
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan
anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya
penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan
histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini diperlukan
waktu operasi yang relatif lebih lama.
Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan
alat khusus yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm.
Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina,
kemudian vagina dijahit kembali.
Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran 5‐ 10 mm, satu
di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

Komplikasi dan efek samping


Komplikasi histerektomi menggunakan laparoskopi pada umumnya sama dengan
tindakan operasi laparoskopi lainnya, diantaranya :
 Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini terutama timbul
apabila didapatkan perlengketan hebat pada organ‐organ tersebut.
 Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan transfusi darah
 Infeksi : Jarang dijumpai
 Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan misalnya
perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa resiko sehingga
open surgery lebih dipilih.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA.
Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1 (Mengenal Gadis Remaja & Wanita dewasa). Bandung :
Mandar Maju

Lleweyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Lleweyn, Derek, Jones. 2009. Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa Publishing

Manuaba, Chandranita. dkk. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial


untuk Profesi Bidan. Jakarta : ECG

Maryanti, Dwi & Mjestika Septikasari. 2009. Kesehatan Reproduksi (Teori dan Praktikum). Yogjakarta :
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai