Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SPIRITUAL CARE

ROLE PLAY PENINGKATAN KOPING,DUKUNGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


DAN KLARIFIKASI KEPERCAYAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ALESYA F. SEVENTEEN

DESY.E

MARDI

MUTHIA FEBRIANI

NOVIA SUHENDRI

RORO ASTIE

SANNO ROMAULY

SILVIANDRIANI

SURYATI

WIDYA OKTAVIONA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2017/2018

STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM

1
1. PENINGKATAN KOPING

A. Definisi Koping
Koping merupakan suatu tindakan mengubah kognitif dan usaha tingkah
laku untuk mengatasi tuntutan internal dan eksternal yang dinilai membebani atau
melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Koping membutuhkan usaha yang
diperoleh lewat proses belajar. Koping dipandang sebagai usaha untuk menguasai
situasi tertekan, namun bukan secara keseluruhaan (Lazarus dan Folkman, 1984).

B. Klasifikasi

Mekanisme koping merupakan usaha yang dilakukan individu untuk


menanggulangi stres yang dihadapi (Stuart & Laria, 2005). Menurut Keliat (1999)
mekanis koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang
mengancam . Menurut Kelliat (1999), mekanisme koping ada dua, yaitu koping
adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau
tekanan yang bersifat positif , rasional dan konstruktif. Sementara, mekanisme
koping maladaptif suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan,
destruktif dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

C. Aspek Pada Koping

Koping dapat dikaji dari berbagi aspek, diantaranya adalah aspek


fisiologis dan psikologis. Reaksi fisiologis yakni tanda dan gejala atau
manifestasi tubuh terhadap stres, seperti : pupil melebar, keringat meningkat,
denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat, mulut kering, gula
darah meningkat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, reaksi
fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres. Reaksi psikososial dapat
dikaji dari berbagai reaksi pasien yang terkait dengan aspek psikososial yakni
reaksi orientasi tugas dan mekanisme pertahanan diri. Reaksi orientasi tugas
yakni berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhui tuntutan dari situasi stres
secara realistis dapat berupa konstruktif dan destruktif, seperti perilaku menyerang
(agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk
memuaskan kebutuhan, perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan
sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis, dan perilaku kompromi
digunakan untuk merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi
seseorang.

2
Mekanisme pertahanan diri sering disebut sebagai pertahanan mental,
adapun contoh mekanisme pertahanan diri seperti :

a. Kompensasi merupakan proses dimana seseorang memperbaiki penurunan


citra diri dengan tegas menonjolkan kelebihan yang dimiliki dirinya

b. Denial / menyangkal, merupakan perilaku penolakan terhadap sesuatu yang


tidak menyenangkan

c. Displacement, mengalihkan emosi yang semula ditujukan pada seseorang


atau benda lain yang biasanya netral atau sedikit mengancam dirinya

d. Identifikasi merupakan proses dimana seseorang menjadi orang yang


dikagumi, berupaya dengan meniru perilaku, pikiran dan selera orang tersebut

e. Intelektualisasi merupakan menggunakan logika berlebihan untuk


menghindari pengalaman yang menggangu perasaannya, dan

f. Supresi merupakan menekan konflik, implus-implus yang tidak dapat diterima


secara sadar. Individu tidak memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan
bagi dirinya .

D. Jenis Mekanisme Koping

Usaha yang dilakukan dalam mengatasi stres dengan mengatur atau


mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang
menyebabkan terjadinya tekanan. Koping ini ditujukan untuk mengurangi
Demands dari situasi yang penuh dengan stres. :

a. Problem focused coping


1) Confrontatif coping mengubah keadaan yang dianggap menekan
dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi dan
pengambilan resiko
2) Seeking social support adalah usaha untuk mendapat kenyamanan
emosional dan bantuan informasi dari orang lain;
3) Planful problem solving
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara
hati -hati, bertahap dan analitis.
b. Emotional Focused Coping,
Usaha mengatasi stres dengan mengatur respon emosional dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh sesuatu yang
dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditujukan untuk
mengontrol respon emosional terhadap situasi stres.
Strategi yang digunakan : 1. Self-control adalah usaha untuk
mengatur perasaan ketika menghadapai situasi yang menekan; 2) .
Distancing adalah usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan,
3
menghindari seolah-olah tidak terjadi permasalahan, menciptakan
pandangan yang positif. 3. Positive reaprisial adalah usaha mencari makna
positif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri,
biasanya bersipat religius. 4. Acepting responsibility adalah usaha untuk
menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang
dihadapinya dan mencoba menerimanya untuk menjadi lebih baik. 5.
Escape/avoidance adalah usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan
lari dari situasi tersebut dan menghindarinya dengan beralih pada hal lain
seperti makan, minum, merokok dan obat-obatan.
Menurut Wong, Reker dan Peacock (2006), ada enam (6) jenis–
jenis mekanisme koping yang dilakukan oleh individu adalah :

1. Berorientasi pada situasi


Melibatkan strategi yang berfokus pada pemecahan masalah yang
ada dengan mengubah situasi,baik dengan usaha sendiri maupun
dengan bantuan orang lain.

2. Berorientasi pada Pencegahan


Berorientasi pada pencegahan merupakan perbaikandari dalam
diriatau usaha yang dilakukan dengan meningkatkan kemampuan diri
untuk menjadi lebih siap terhadap permasalahan yang ada di masa
depan,dan perbaikan dari luar diri.

3. Berfokus pada Agama


Untuk menyelasaikan suatu permasalahan baik yang ada maupun
yang belum terjadi. Seperti, menyelesaikan masalah dengan
mendekatkan diri pada Tuhan dan mencari solusi dengan bantuan
pemuka agama.

4. Berorientasi pada Eksistensi


Berorientasi pada eksistensi merupakan penerimaan yang berarti
menerima dengan rasional dan filosofis. Makna eksistensial yang
berarti menemukan makna atau tujuan (Wong, Reker & Peacock,
2006).

5. Berorientasi pada Restrukturisasi


Berorientasi pada kognitif restrukturisasi merupakan perubahan
perhatian seseorang dan sikap dalam menanggapi masalah sesuai
dengan pikiran yang ada dan restrukturisasi perilaku yaitu perubahan
perilaku seseorang dalam menanggapi masalah .

6. Berorientasi pada Emosi


Berorientasi pada emosi yaitu berfokus pada peraturan reaksi
emosional seseorang tanpa mengubah situasi atau memecahkan
4
masalah, seperti menjauhkan diri dari salah satu masalah yang ada
dengan penolakan, berfikir bijak untuk menjauhkan keinginan atau
fantasi yang realistis, ekspresi mengungkapkan perasaan untuk
melepaskan ketegangan, menyalahkan perilaku diri sendiri untuk
setiap masalah, mencari dukungan sosial atau mencari bantuan orang
lain dan aktif melakukan suatu kegiatan/latihan untuk mencapai
pengurangan dari ketegangan (Wong, Reker, &Peacock, 2006).

E. Peningkatan Koping

Membantu pasien untuk beradaptasi menerima beradaptasi menerima


stressor,perubahan,atau pengobatan yang mengganggu kebutuhan hidup dan
peran.

F. Aktivitas/tindakan
a) Hargai penyesuaian diri pasien terhadap perubahan body image,sesuai
indikasi
b) Nilai pengaruh situasi hidup pasien terhadap peran dan hubungan
c) Nilai pengertian pasien terhadap proses penyakit
d) Nilai dan diskusikan respon alternatif untuk situasi
e) Gunakan ketenangan ,pendekatan yang menentramkan
f) Sediakan informasi faktual perhatian pada diagnosis,pengobatan dan
prognosis
g) Dukung aktivitas sosial dan komunitas
h) Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual,jika diinginkan

2. Pengambilan Keputusan

A. Definisi pengambilan keputusan

Kata “keputusan” berarti menentukan, mengakhiri, menyelesaikan,mengatasi.


Sedangkan kata ”pengambilan keputusan” berarti suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyelesaikan sesuatu (Russel-Jones, 2000) .

Sebuah keputusan adalah tindakan untuk mengatasi kekacauan, mampu melihat


setiap aspek secara objektif, dan dengan demikian dapat membuat keputusan yang
efektif (Adair, 2007).

B. Tahapan Dalam Pengambilan Keputusan

Tahapan Pengambilan Keputusan Menurut Russel-Jones (2000), ada tujuh


(7) tahapan dalam suatu pengambilan keputusan, sebelum akhirnya individu
melakukan tindakan.
5
1. Membuat batasan tentang keputusan apa yang harus diambil Individu
cenderung membuat keputusan yang salah karena sebelumnya tidak
menganalisa penyebab diambilnya keputusan tersebut.
2. Memahami konteks situasi dimana keputusan akan dibuat
Konteks situasi dari keputusan yang akan diambil akan sangat mempengaruhi
proses pengambilan keputusan.
3. Mengidentifikasi setiap pilihan yang ada. Kesulitan yang umum terjadi dalam
suatu proses pengambilan keputusan adalah kurangnya pilihan yang
memungkinkan untuk diambil, khususnya ketika tidak satupun diantara
pilihan tersebut yang kelihatannya sesuai dengan tujuan pengambilan
keputusan.
4. Mengevaluasi konskuensi dari masing-masing pilihan
Setiap keputusan yang diambil akan menghasilkan suatu konskuensi, dan
tidak akan ada artinya keputusan tersebut diambil jika individu tidak
berkomitmen terhadap konskuensinya.
5. Menentukan prioritas dan memiliki satu diantaranya
Setelah setiap konskuensi pilihan selesai dianalisa, kita harus memilih salah
satu diantara serangkaian pilihan tersebut.
6. Menelaah ulang keputusan yang dipilih
Pada satu titik setelah keputusan diambil, individu tetap harus menelaah
ulang keputusan yang telah diambilnya.
7. Mengambil tindakan terhadap keputusan yang dipilih
Setelah keputusan diambil, sebuah tindakan harus dilakukan sebagai
bentuk impelementasinya.

C. Konflik dalam pengambilan Keputusan

Konflik dalam Pengambilan Keputusan Janis & Mann (1977) menyatakan bahwa
pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan
yang sangat penting. Konflik-konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu
untuk menerima atau menolak tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan
keputusan yang dibuat. Simptom yang akan muncul bisanya adalah keragu-raguan,
kebimbangan, ketidakpastian, dan tanda-tanda stres ketika keputusan sudah
ditetapkan. Berdasarkan gambaran tersebut, metode yang dinilai efektif dalam
mengambil keputusan adalah metode yang menggunakan conflict-theory
model.Metode ini dinilai dapat melihat segala konskuensi yang mungkin terjadi
ketika suatu pengambilan keputusan dilakukan.
Dasar dari pendekatan ini adalah 4 pertanyaan yang akan dijawab oleh pengambil
keputusan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :

1. Apakah ada risiko yang serius jika saya tidak melakukan perubahan?
2. Apakah ada risiko yang serius jika saya melakukan perubahan?
3. Apakah ada kemungkinan harapan untuk menemukan solusi yang baik dan
memuaskan?
4. Apakah cukup waktu untuk mencapainya dengan tenang dan tidak tergesa-
gesa?
6
Selain itu, metode ini juga mencakup tiga hal besar yang saling berkaitan satu
sama lainnya. Ketiga hal tersebut adalah :

1) Antecendent condition
Kondisi ini adalah setiap kejadian-kejadian yang mendahului terjadinya
proses pengambilan keputusan. Variabel yang sangat mempengaruhi adalah
komunikasi individu. Melalui komunikasi, seseorang akan mendapatkan
pengetahuan, peringatan, atau informasi lain yang relevan dengan keputusan yang
diambil. Faktor-faktor lainnya yang juga akan mempengaruhi adalah faktor
situasional, kepribadian dan karakteristik-karakteristik lainnya.

2) Mediating Process
Merupakan proses dimana individu dihadapkan pada dua pilihan yang
saling bertentangan serta memunculkan konskuensi yang bertentangan pula.

3) Consequencess
Setiap pilihan yang diambil pada mediating process akan menuju kepada
consquencess. Jika jawaban-jawaban yang diberikan negatif, maka individu akan
mengalami unconflicted adherence, unconflicted change, defensive avoidance dan
hypervigilance. Jika jawaban-jawabannya positif, maka yang akan terjadi adalah
vigilance, dimana ia akan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan dalam
mengambil langkah.

3. Klarifikasi kepercayaan
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku
yang baik dari orang lain.
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti
sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan
analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang
sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya
(Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar
didalam aplikasi keperawatan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang
perlu dipahami oleh perawat .

Pilihan:

1. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu;


7
2. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang
diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3. Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.

Penghargaan:

1. Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang
bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta
sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan
interpersonal yang dilakukan
2. Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.

Setiap manusia pasti memiliki kepercayaan maupun adat istiadat yang diyakini
baik yang tidak bertentangan dengan kesehatan maupun yang bertentangan dengan
kesehatan .

Sebagai perawat apabila mendapati pasien yang memiliki kepercayaan yang


bertentangan dengan kesehatan,kita harus memberi penjelasan terhadap pasien
tersebut.Namun perawat harus menghargai kepercayaan maupun adat istiadat pasien
tersebut dan berusaha untuk memodifikasi perilaku tersebut dengan cara alternative
lain .

NASKAH SIMULASI TERHADAP PENINGKATAN KOPING , PENGAMBILAN


KEPUTUSAN DAN KLARIFIKASI KEPERCAYAAN

Naskah role play :

Pemeran :

1. Perawat : Roro
2. Pasien : Widya
3. Keluarga pasien : Novia
4. Dokter : Suryati
8
Di sebuah rumah sakit swasta keluarga mendatangi poli anak di karenakan sang anak
mengalami keluhaan demam, pusing, mudah lelah dan terkadang mimisan, setelah dilakukan
pemeriksaan sang anak di diagnosa penyakit leukimia stadium 3 , dokter pun menyarankan orang
tua agar sang anak di lakukan kemotrapi dan perawatan intensif

Di ruang rawat inap


Perawat 1 : selamat pagi bu
Ibu : selamat pagi sus
Perawat 2 : adeknya sudah sarapan bu ?
Ibu : sudah suster, tadi adeknya Cuma makan 5 suap saja
Perawat 1 : Bagaimana bu keadaan adeknya sekarang ?
Ayah : ya gini-gini aja sus, di kasih obat sembuh bentar, nanti abis obat kambuh lagi
Ibu : dokternya kapan sih datang ?Kasihan saya lihat anak saya yang selelu mengeluh
sakit ini
Perawat 2 : kan gini bu , dokter kan ada jadwaltertentu bu dan banyak pasien juga di poli
juga, nanti setelah dari poli dokter pasti akan kesini bu, ibu tunggu saja ya bu
Perawat 1 : semalam dokter juga sudah datang kn bu ? Dokternya ada bilang apa bu ?
Ayah : ya semalam sih dokter menyarankan untuk melakukan kemotrapi kepada anak
saya sus , emangnya tidak ada cara lain ya sus selain harus kemotrapi ?
Perawat 2 : gini ya pak buk , kan kita sudah sama-sama mengetahui kalau adek terdiagnosa
sakit ini sudah stadium 3 , nah stadium 3 ini bu artinya sudah tidak bisa kita
toleransi dengan obat-obatan biasa dan untuk saat ini pengobatan yang terbaik
melalui kemotrapi bu
Perawat 1 : ya bu , kita juga sudah berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan adek dan
bapak ibu juga mohon kerja samanya ya bu buat bantu berdoa dan memberi
dukungan sma adeknya
Ibu : iya sus saya setiap malam setiap hari selalu berdoa untuk kesembuhan anak saya
Ayah : tanpa di suruh sus, kami sebagai orang tua sudah pasti mendoakan untuk
kesembuhana anak kami
9
Perawat 2 : iya pak , bapak dan ibu harus sabatr , ikhlas karena Tuhan tidak akan memberi
cobaan di luar batas kemampuan umatnya bu , semuanya pasti akan ada jalan
keluarnya bu
Perawat 2 : ya kami sebagai tim kesehatan di rumah sakit ini pasti akan berusaha
memberikan yang terbaik bu dan tidak mungkin kami membiarkan adek
sakit seperti ini .

( Berbicara dengan anak ) = adek yang sabar ya sayang , tetap semangat, adek harus kuat , adek
pasti sembuh biar bisa main2 lagi sama temannya

Perawat 2 : ya sudah kalau begitu kami permisi dulu ya bu , nanti kalau dokternya datang
kami akan langsung kesini , mohon di tunggu ya bu

Naskah role play :


Pemeran :
Perawat 1 : Alesya
Perawat 2 : Desy.E
Kepala ruangan : Muthia
Pasien : Mardi
Keluarga pasien : Sanno
Dokter : Silviandriani

Di sebuah Rumah Sakit x,klien di ruang rawat inap mengeluh lemas,pandangan kabur dan
pasien merasa lemas selama dirawat 3 hari.Setelah dilakukan pemeriksaan darah didapatkan
hasil Hemoglobin sangat rendah sehingga dokter menyarankan klien untuk mendapatkan
transfuse darah,namun dari pihak keluarga tidak setuju dengan tindakan transfuse yang
disarankan oleh dokter karena dalam kepercayaan mereka tidak boleh menerima darah/organ
dari orang lain selain dari orang dengan kepercayaan yang sama dengan mereka.

Dokter : selamat pagi bu….


Keluarga & pasien : pagi dok,bagaimana hasil pemeriksaan lab suami saya dok?
10
(perawat membuka buku status dan menyerahkan hasil lab kepada dokter)
Dokter : begini bu,dari hasil tes kemarin,kadar hemoglobin bapak sangat rendah,dan bapak
harus segera transfusi darah untuk mengembalikan kadar hemoglobin menjadi
normal.
Keluarga : hemoglobin itu apa dok ?
Dokter : jadi gini bu,hemoglobin itu adalah komponen darah yang berfungsi untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh,jadi kalau hemoglobinnya rendah bosa berakibat fatal bu….
Keluarga : lalu apakah caranya hanya dengan transfusi dok ?
Dokter : iya bu,untuk segera mengembalikan kadar hemoglobin bapak kembali normal
(menghadap ke perawat )
Dokter : sus,tolong sediakan darah dari PMI golongan darah AB rhesus negative,4 kantong
Perawat : baik dok,nanti kami akan meminta keluarga ke nurse station
Dokter : terimakasih sus….. baiklah bu kalau tidak ada lagi yang ingin ditanyakan saya
permisi ya bu
Keluarga : terimakasih dok,sus…..

Tak lama kemudian,keluarga Tn.A mendatangi nurse station

Perawat : ini bu,form pengambilan darah ke PMI,silahkan diisi dan nanti saya minta fotocopy
ktp ibu ya
Keluarga : permisi sus,saya boleh Tanya lagi ?
Perawat : ya bu,ada apa ?
Keluarga : saya masih sangat keberatan dengan rencana transfusi tadi
Perawat : kenapa bu ?
Keluarga : begini sus,dalam kepercayaan saya tidak boleh menerima darah atau organ dari
orang lain yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dengan saya .
Perawat : Maaf sebelumnya buk , kami menghormati kepercayaan yang ibu
anut,kami juga ingin melakukan yang terbaik untuk bapak agar bapak cepat membaik .
Karu : ada apa ini dek ? (bertanya ke perawat)
Perawat : ini kak,ibu ini keluarga Tn.A tadi diinstruksikan oleh dokter harus transfuse tapi
ibunya tidak bisa menerima kak.
11
Karu : oh begitu,mari bu masuk ke dalam biar saya jelaskan
Keluarga : baik sus
Karu : silahkan duduk bu
Keluarga : terimakasih bu
Karu : jadi bagaimana bu permasalahannya ?
Keluarga : (menceritakan kembali alasan keluarga tidak menerima transfuse darah )
Karu : tapi ini sudah instruksi dari dokter bu dan sudah prosedur dari rumah sakit ini bahwa
selagi ada persediaan darah yang dibutuhkan oleh pasien,kami akan menyediakannya
bu,dipasok dari PMI…Disini kami berusaha untuk membantu dan mempermudah ibu
loh,karena golongan darah bapak sulit didapat….
Keluarga : iya saya mengerti sus,tapi ya bagaimana kepercayaan kami tidak bisa dilanggar
begitu saja
Karu : hmmm bagaimana ya bu,saya menghargai kepercayaan ibu,jadi begini saja bu,saya
punya alternative lain,bagaimana kalau ibu mencari sendiri darah yang memiliki golongan
yang sama dengan bapak dan memiliki kepercayaan sama dengan keluarga?
Keluarga : baiklah begitu saja sus,akan saya ussahakan mencarinya
Karu : tapi sebelumnya ibu harus menandatangani form penolakan tindakan dari rumah sakit
ya. Dan darah itu harus didapat dalam waktu kurang lebih 4 jam ya bu
Karu : dek siswa….. tolong ambilkan form penolakan itu dek
Datang seorang mahasiswa
Mahasiswa : dimana kak?
Karu : di lemari yang bawah itu
Mahasiswa : yang mana kak?
Karu : udah 2 minggu dinas disini masih juga tidak tau yang mana form itu,itu yang di map
merah itu
Mahasiswa : ini kak
Karu : makasih dek,lain kali lihat kakakannya kalau kerja ya
Mahasiswa : iya kak (permisi meninggalkan ruangan)
Karu : maaf bu,kita lanjutin lagi ya (sambil menjelaskan form tersebut)

Kemudian ibu pun pergi mencari darah dari keluarga mereka…..


12
3 jam kemudian……

Keluarga : ini sus,darahnya tapi Cuma dapat 2 kantong,cukup tidak ya sus?


Perawat : tidak cukup bu,harus 4 kantong sesuai dengan instruksi dokter tadi bu,tapi untuk
sementara ini kita masukkan saja dulu bu yang 2 kantong ini,sisanya silahkan ibu cari lagi ya
Keluarga : iya sus,aduh saya harus mencari kemana lagi ini
Kemudian perawat pun ke ruangan Tn.A dan memasang kantong darah tersebut
Perawat : selamat sore pak,ini darahnya saya masukkan ya
Pasien : iya sus,terimakasih
Perawat : sama-sama pak,saya permisi sebentar ya pak,nanti saya akan melihat kembali
darahnya ya
Setelah darah tersebut diberikan kepada Tn.A,namun istri Tn.A tak kunjung datang dan
membawa sisa 2 kantong darah lagi……
Sampai pukul 23.00 Tn.A mengalami sesak nafas dan kemudian mengalami penurunan
kesadaran. Tenaga medis pun segera memberikan tindakan namun Tn.A tidak berhasil
diselamatkan

(istri Tn.A pun datang ke ruangan rawat)

Keluarga : ada apa ini sus? Suami saya kenapa ? (sambil menangis)
Dokter : mohon maaf bu,kami sudah berusaha untuk menyelamatkan bapak,namun Tuhan
berkehendak lain, suami ibu tidak dapat diselamatkan
Keluarga : (hanya menangis pasrah)
Perawat (membuka peralatan medis pada Tn.A) .
Keluarga : bagaimana ini sus , kenapa suami saya begini ?
Perawat : Ibu harus sabar dengan keadaan ini , kami sudah berusaha yang terbaik buat bapak
namun Tuhan berkehendak yang lain . kita hanya bisa mengiklaskan kepergian bapak agar
bapak pergi dengan tenang .
Keluarga : ( menangis dan pasrah )
Perawat : kami tinggal sebentar ya buk untuk mengurus kepulangan jenazah bapak
13
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44402/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=8A2FE4BEC6FD7726B51B3271D2C77F83?sequence=4
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42522/Chapter%20II.pdf?sequence=4

14

Anda mungkin juga menyukai