Anda di halaman 1dari 33

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI NEONATAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
FILZA FADHILA
HANNA BERLIANTI
KRISTIANUS MAJU
M.SATRYA
MUTHIA FEBRIANI
NURAZIMA
SRI RAHAYUNINGSIH
SUSMIATIKA
TIARA SONZA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Infeksi Neonatal”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai infeksi neonatal.

Dengan penulisan makalah ini,tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya


kepada :

1. Ibu Ns.Yulia Devi, M.Kep,selaku pembimbing dan dosen pengajar,

2. Seluruh pihak yang terkait

Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua


pembaca,baik para dosen,pembimbing,masyarakat serta para mahasiswa.

Batam,22 Februari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi
pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi,
tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka
kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum
adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes,
2007).
Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan
mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru
lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. Lesi radang ditemukan
pada sekitar 25% otopsi bayi baru lahir, lesi-lest tersebut frekwnsinya menduduki tempat kedua
sesudah penyakit membrane hialin.
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian
utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan neonatus
terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis
dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan
BBLR lebih mudah terkena infeksi neonahgtorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).
Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga gejala
umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah malas
minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-
tiba menurun, muntah dan diare.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Dari Infeksi Pada Neonatus?

2. Apa Penyebab Dari Infeksi Pada Neonatus?

3. Bagaimana Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus?

4. Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus?

5. Bagaimana Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Definisi Infeksi Pada Neonatus

2. Untuk Mengetahui Penyebab Infeksi Pada Neonatus

3. Untuk Mengetahui Tanda Dan Gejala Infeksi Pada Neonatus

4. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Infeksi Pada Neonatus

5. Untuk Mengetahui Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi


BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

 Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa
antenatal, perinatal dan post partum.

 Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar keseluruh tubuh bayi
baru lahir.

 Infeksi neonatal pada BBL : infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,cairan sumsum tulang
atau air kemih. Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection
(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi
diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah
infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang
lain . (Kosim, Sholeh. 2010)

 Infeksi neonatal : infeksi yang lebih sering terjadi pada BBLR, infeksi ini lebih sering
terjadi dirumah sakit daripada di luar rumah sakit. (Wiknjosastro, Hanifa. 2006)

B. ETIOLOGI

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya dalam
3 golongan, yaitu infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi postnatal.
1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melewati batas plasenta dan mengadakan intervillositis. Selanjutnya, infeksi melalui
vena umbilikalis masuk ke janin. Kuman yang dapat memasuki janin melalui jalan
ini ialah :

 Virus : rubella, poliomielitis, koksakie, variola, vaksinia, sitomegalovirus.


 Spirokaeta : sifilis.
 Bakteria : jarang sekali melewati plasenta, kecuali Escherichia coli dan
Listeria monocytogenesis
 Tuberkulosis kongenitasl dapat terjadi melalui infeksi plasenta sarang
pada plasenta pecah ke likuor amnii dan janin mendapat tuberkulosis melalui
cairan itu.

2. Infeksi Intranatal

Infeksi melalui ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama
mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi
dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan
seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi
likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman
memasuki peredaran darahnya da menyebabkan septikemia. Infeksi intranatal dapat
juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam
vagina, misalnya blenorea dan oral thrush.

3. Infeksi Postnatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang
diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yang menyebabkan kematian
terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat atau perawatan yang tidak
steril atau terkena cross-infection. Infeksi postnatal ini sebetulnya sebagian besar
dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi postnatal sangat tinggi.
Seringkali bayi lahir dirumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman yang sudah
tahan terhadap banya jenis antibiotika, sehingga menyulitkan pengobatannya.

4. Cross infection

Infeksi yang telah ada di rumah sakit.

Menurut jenis infeksi :

1. Infeksi bacterial

Banyak bakteri yang dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan infeksi dapat
bersifat congenital maupun di dapat seperti : Lysiteria app., Mycobacterium
tubercolosis, E. Collli, pnemokokus, enterokokus, streptokokus (sering grup B
stertococus / GBS) dan stofilococus, pseudomonas spp. Dan klesiella. Selain
menyebabkan infeksi sistematik, infeksipun dapat bersifat local seperti terjadinya
infeksi kulit, pneumonia, osteomielitis, artitis, ototis media, infeksi pada saluran
pencernaan dan uorgenital.

2. Infeksi virus

Yang sering menyebabkan infeksi congenital / transplacenta antara lain CMV /


cytomegallo virus, Rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan
infeksi yang di dapat antara lain Herpes simplex virus, varicella zoster virus, hepatitis
B RSV / Respiratory Sycncial Virus.

3. Infeksi parasit / jamur

Sering disebabka oleh kandida yang dapat bersifat infeksi local maupun sistemik.
Infeksi biasanya adalah infeksi yang di dapat. Infeksi congenital yang sering
ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/
cacat congenital.

C. KLASIFIKASI

Infeksi neonatal dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Infeksi berat, yang meliputi :

a. Sifilis congenital

b. Sepsis neonatorium

c. Meningitis

d. Pneumonia congenital

e. Pneumonia aspirasi

f. Pneumonia karena airborn infection

g. Pneumonia stafilokokus

h. Diare epidemic

i. Pielonefritis

j. Ostis akut

k. Tetanus neonatorium

2. Infeksi ringan yang meliputi :

a. Pemfrigus neonatorium

b. Oftalmia neonatorium

c. Infeksi pusat
d. Moniliasis kandida albicans

D. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui


beberapa cara yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,
antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya,
terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke
tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut
diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).

3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah


kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim
(mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus.

E. TANDA & GEJALA

1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali


3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,


hipotensi, takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,


pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).

Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung. Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.

2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-
ubun.

3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada


lengan atau tungkai yang terkena.

4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan


dan sendi yang terkena teraba hangat.

5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan


diare berdarah.

F. KOMPLIKASI
1. Meningitis

2. Hipoglikemia, asidosis metabolic

3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial

4. Ikterus/kernikterus

G. MANIFESTASI KLINIS

Hanya sebatas pada organ tunggal atau mungkin melibatkan banyak organ

(setempat atau sistemik).

1. Dapat ringan, sedang atau berat.


2. Akut, sub akut atau kronis.
3. Atau mungkin asimtomatik.
4. Ketidakmampuan mentoleransi makanan.
5. Iritabilitas.
6. Lesu

H. PENCEGAHAN

1. Pada masa Antenatal :

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,


pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

2. Pada masa Persalinan :

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

3. Pada masa pasca Persalinan :

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan
peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

3. Leukositosis (>34.000×109/L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio


>0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

Factor-faktor pada masalah hematology:

1. Peningkatan kerentaan kapiler


2. Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
3. Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
4. Peningkatan hemolisis
5. Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

J. PENATALAKSANAAN

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam
i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2
dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v
harus diencerkan dan waktu pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,


lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi),
pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram),
foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,


analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,


pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi,
CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau
Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15
mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai
dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis
pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,


terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,
plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OMFALITIS

1. Pengkajian

a) Aktivitas/istirahat (Gejala: malaise, rewel, sulit tidur)


b) Sirkulasi (Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal
denyut perifer kuat,cepat,takikardia (syok).
c) Eliminasi (Gejala: feses berwarna hitam, perdarahan di hidung)
d) Makanan dan Minuman (Gejala: anoreksia, mual, muntah darah)
e) Neurosensori (Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan. Tanda: gelisah, ketakutan)
f) Nyeri / Keamanan (Gejala: di pusat )
g) Pernafasan (Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital. Tanda: Suhu
naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC)
h) Penyuluhan Pembelajaraan (Gejala: masalah kesehatan kronis riwayat
pemotongan tali pusat penggunaan antibiotik)
i) Abdomen ( Gejala : perdarahan, bernanah, bengkak, warna biru ke unguan )

2.Diagnosa Keperawatan
a) Peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman dalam tubuh.
b) Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri
c) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah.

3.Intervensi & Rasional

1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.

Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien

Intervensi :

- Kaji penyebab hipertermi

R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi


baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar dalam
rencana intervensi.

- Observasi suhu badan

R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut

- Beri kompres hangat pada dahi/axilla

R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh darah sehingga
proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga pergerakan molekul cepat.

- Beri minum sering tapi sedikit.

R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.

- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.

R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.


- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

2. Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri


Gangguan pola tidur b.d nyeri
Intervensi :
- Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Klien dapat beristirahat
- Kurangi rasa nyeri dengan mengompres.
R/ Klien dapat beristirahat
- Berikan massase punggung, susu, & posisi yang nyaman
R/ klien dapat beristirahat

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah


Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Kaji pola makan
R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat memperburuk
status anak
- Timbang BB bila memungkinkan
R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi
- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering
R/ membantu mengurangi distensi lambung
- Beri makanan yang bervariasi
R/ menambah nafsu makan
- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien
R/ mengetahui intake yang masuk
- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak

KASUS

Seorang ibu bernama Ny. R datang ke sebuah Rumah sakit A dengan keluhan anak laki-lakinya
(13 hari) demam sudah 4 hari, keluar darah dari pusat ± 3 hari yang lalu, bayinya rewel / tidak
bisa tidur, muntah darah dan keluar darah dari hidung, feces berwarna hitam, Ibu mengatakan
saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Ku lemah,
Suhu : 38ºC, Pernafasan : 40x / mnt, Nadi : 120 x / mnt, pusar bengkak, bernanah dan
berdarah, Bayi rewel, Perut nampak gembung, pinggir pusat edema dan
hiperemis, terpasang infuse dengan destrose 5% pada lengan kanan, Tidur ± 4 jam dalam
semalam, feces berwarna hitam dan melena.

I. Pengkajian

A. Identitas anak

1. N a m a : By Ny R

2. U m u r : 13 Hari

3. Jenis kelamin : Laki – laki

4. A g a m a : Islam

B. Identitas orang tua

Ayah

1. N a m a : Tn B

2. U m u r : 30 Tahun

3. Pendidikan : SMA

4. Pendapatan : Tidak menentu

5. Pekerjaan : swasta

6. A g a m a : Islam

7. A l a m a t : Batu Aji

Ibu

1. N a m a : Ny R

2. Pendidikan : SMA

4. Pekerjaan : IRT

5. A g a m a : Islam
6. A l a m a t : Batu Aji

II. RIWAYAT KESEHATAN

A. Keluhan Utama : Pusar bengkak

B. Riwayat Keluhan Utama : Muntah darah dialami sejak 1 hari yang lalu, darah keluar
dari hidung, pusat bengkak, bernanah dan berdarah sejak tiga hari yang lalu, panas ± 4 hari yang
lalu, oleh karena itu, orang tua klien membawanya ke RSU D Andi Makkasasu.

III. RIWAYAT KEHAMILAN / PERSALINAN

A. Prenatal

1) Keluhan waktu hamil : mual, muntah, tidak selera makan.

2) Tempat pemeriksaan kehamilan : Puskesmas.

3) Ibu memeriksakan kehamilan dengan teratur.

4) Lamanya hamil 39 – 40 mgg.

5) Pengobatan yang pernah diberikan kepada ibu selama hamil yaitu S.F dan vitamin B
compleks, serta suntikan TT 2x.

6) Tidak ada ketergantungan kepada obat – obatan.

7) Tidak ada kebiasaan merokok.

B. Natal

1) Tempat persalinan : Di rumah.

2) Ditolong oleh : Dukun.

3) Bayi lahir : spontan.

4) Bayi langsung menangis saat lahir.


5) Bayi tidak mengalami trauma.

C. Post Natal

1) Keadaan ibu : Baik

2) Keadaan bayi : Baik

3) Pengawasan neo natal : Dirawat gabung dengan ibu.

IV. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1. BB lahir : 2500 gram.

2. Panjang bayi lahir : 48 cm.

3. lingkar kepala : 31 cm.

4. lingkar dada : 30.

5. lingkar lengan : 10 CM.

6. Pertumbuhan gigi : belum ada.

7. Perkembangan anak : Miring, tengkurap, duduk,merangkak, berdiri tangan pengangan,


berjalan dengan pegangan, berjalan sendiri, berlari / memanjat, tidak dikaji karena umur anak
baru 13 hari.

V. Genogram

Keterangan :
VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Lemah.

2. Tanda – tanda vital :

- Denyut nadi : 120 x/mnt - Suhu : 38ºC

- Pernafasan : 40 x/mnt - Tekanan darah : tdk dilakukan

3. Berat badan : 2400 gram.

4. Panjang badan : 49 cm.

5. Lingkar kepala : 31 cm.

6. Lingkar dada : 30 cm.

7. Lingkar lengan atas : 10 cm

8. Lingkar perut : 35 cm.

9. Kepala

Ø Inspeksi
· Keadaan rambut : warna rambut hitam dan penyebaran rambut merata.

Ø Palpasi

· Rambut tidak mudah rontok.

· Tidak teraba adanya benjolan.

· Ubun – ubun tidak terlalu menonjol.

10. Mata

Ø Inspeksi

· Palpebra : tidak tampak adanya oedema, tanda – tanda peradangan dan sarel pada
mata.

· Kelopak mata : menutup dengan sempurna.

· Sclera : tidak tampak icterus.

· Konjuntiva : tidak pucat.

· Refleks : pupil isokor.

Ø Palpasi

· Tidak teraba tio.

11. Hidung

Ø Inspeksi

· Tidak nampak adanya secret, bengkak dan tanda – tanda peradangan, keluar darah.

12. Telinga

Ø Inspeksi

· Tidak nampak adanya serumen / cairan.

· Telinga nampak bersih.

· Telinga dan mata simetris.


13. Mulut

Ø Inspeksi

· Bibir tidak pucat , muntah darah.

· Pertumbuhan gigi belum ada.

· Gusi, pharin, larinx, tidak dilakukan pemeriksaan.

· Reflek isap baik.

14. Leher

Ø Inspeksi

· Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar lympe tiroid, dan vena jugularis.

Ø Palpasi

· Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limpa, thiroid, dan vena juguralis.

· Kaku kuduk tidak ada.

15. Dada

Ø Inspeksi

· Bentuk dada : barel chest.

· Pergerakan dan pengembangan dada waktu bernafas mengikuti gerak pernafasan simetris
ki/ka dan tidak ada rettraksi intercostals.

· PMI tampak pda intercostal5 mid clavikula sisi dada kiri.

· Idak tampak adanya pembesaran jantung.

Ø Palpasi

· Expansi dada ki/ka simetris.

· Ictus cordis teraba pada intercostals 5 mid clavikula dengan kekuatan sedang

· Perkusi
· Bunyi pekak pada jantung di intercostals 3, 4, 5, sisi dada kiri.

Ø Auskultasi

· Bj I : murni ,regular

· Bj II : murni ,regular

· Tidak terdengar adanya bising jantung.

16. Abdomen

Ø Inspeksi : cembung, ikut gerak nafas, tali pusar puput, pinggir edema, hiperemis, pus (+),
darah (+), peri.

Ø Palpasi : tampak bayi menangis bila ditekan.

Ø Auskultasi : peristaltic (+) kesan

Ø Perkusi : timpani (+)

17. Genetalia anus

Ø Inspeksi

· Genetalia nampak merah

· Testis sudah turun kescrotum.

· Anus : tidak tampak ada tanda – tanda peradangan.

18. Extremitas atas dan bawah.

Ø inspeksi

· Tonus otot baik

· Pergerakan baik, nampak terpasang infuse pada lengan kanan.

Ø Palapsi

· Extremitas hangat.
19. Kulit

Ø Inspeksi

· Warana kulit : sawo matang

· Turgor kulit : baik

· Kulit merah tidak pucat.

VI. ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Tidur bayi, bayi rewel, tidur hanya ± 4 jam semalam, karena lapar ( klien dipuasakan )

2. Posisi baring : terlentang

VII. HYEGIENE

1. Bayi dilap basah setiap pagi oleh keluarganya.

2. Popok diganti setiap BAK / BAB.

VIII. GIZI

Bayi diberi makanan atau cairan dengan infuse destrose 5%

IX. ELIMINASI

1. Buang air besar .

2. ± 4X sehari

3. Konsistensi lunak, berwaranah hitam + darah ( melena ).

4. Buang air kecil

5. 1x dalam 4 jam
6. Berwarna kuning

X. PERAWATAN

1. Melap basah bayi

2. Perawatan tali pusar → kompres betadine dan + NaCl ( setiap saat )

3. Mengganti popok setelah BAK / BAB.

4. Mengukur TTV

5. Menidurkan bayi dan memberi kompres bila bayi panas

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

· WBC : 13,9 10³/mm³ ( 4,0 - 10,0 ) PLT : 1,970 10³/mm³ ( 150 – 400 )

· RBC : 4,53 10³/MM³ ( 4,00 - 5,50 ) MCU : 75 L un³ ( 80 – 97 )

· HGB : 13,7 g/ dl ( 12,0 - 18,0) MCH : So,1 P1 ( 26,5 -33,5 )

· HCL : 33,9 l% ( 35,0 - 50,0 ) MCHC: 40,4 hg / dl ( 31,5 - 35,0 )

XII. PENGOBATAN

· Iinfus destrose 5% → 20 tts / mnt

· Fortum 2 x 60 mg / iv.

· Inj. Vit k / 12 jam.

· Usprin drips 3x0,5 cc.

2.Diagnosa Keperawatan
a) Peningkatan suhu tubuh b/d invasi kuman dalam tubuh.
b) Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri
c) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah.

3.Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS Infeksi pada tali pusat Peningkatan suhu
· Keluarga mengatakan bayi ↓ tubuh
panas ± 4 hari yang lalu. Reaksi antigen
· Keluarga mengatakan keluar anbody
darah dari pusat. ↓
· Keluarga mengatakan bayi Leucosit meningkat
rewel. ↓
DO Naiknya metabolisme
· Klien teraba panas tubuh
· TTV ↓
- S : 38ºC Peningkatan suhu
- P : 40 x/mnt tubuh
- N : 120
· Nampak pinggir pusar edema
dan hiperemis.
· Nampak pusar bernanah dan
berdarah.
2 DS Proses inflamasi Perubahan pola tidur
· Keluarga mengatakan bayi ↓
tidak bias tidur. peningkatan suhu
DO tubuh
· Bayi nampak rewel ↓
· Tidur semalam ± 4 jam. demam
· Bayi hangat / 38ºC. ↓
stimulasi pusar jaga

jumlah jam tidur
kurang

perubahan pola tidur
3 DS respon peningkatan Gangguan pemenuhan
· Keluarga mengatakan bayi suhu tubuh nutrisi
muntah darah. ↓
· Keluarga mengatakan faeces merangsang medulla
berwarna hitam. vomiting citrae
DO ↓
· Perut nampak gembung mual dan muntah
· KU lemah. ↓
· Bayi dipuasakan terpasang iantake nutrisi kurang
· Terpasang infuse dex 5%. ↓
· Faeces berwarna hitam ( melena ) gangguan pemenuhan
nutrisi

4.Intervensi Keperawatan

1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.

Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien

Intervensi :

- Kaji penyebab hipertermi

R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik
secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar dalam rencana
intervensi.
- Observasi suhu badan

R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut

- Beri kompres hangat pada dahi/axilla

R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh darah sehingga proses
vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga pergerakan molekul cepat.

- Beri minum sering tapi sedikit.

R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.

- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.

R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.

- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

2. Perubahan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh & nyeri

Gangguan pola tidur b.d nyeri

Intervensi :

- Ciptakan lingkungan yang tenang

R/ Klien dapat beristirahat

- Kurangi rasa nyeri dengan mengompres.

R/ Klien dapat beristirahat

- Berikan massase punggung, susu, & posisi yang nyaman


R/ klien dapat beristirahat

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d mual muntah

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

- Kaji pola makan

R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat memperburuk status
anak

- Timbang BB bila memungkinkan

R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi

- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering

R/ membantu mengurangi distensi lambung

- Beri makanan yang bervariasi

R/ menambah nafsu makan

- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien

R/ mengetahui intake yang masuk

- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.

R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak

5.Implementasi

No Dx Implementasi Evaluasi
1 I 1. Jam 15.00 S: keluarga
Mengobservasi TTV mengatakan os masih
Hasil : panas.
- suhu badan 38ºC O : - S ; 37,8 ºC
- pernafasan 40x/mnt - P ; 40x/m.
- denyut nadi 120 x/mnt. - N ;120x/m
2. Memberi kompres pada pada dahi dan A : masalah belum
ketiak. teratasi.
Hasil : suhu badan 38ºC ( 15.00 ) P : lanjutkan
3. Jam 16.00 intervensi 1, 2, 3, 4
menganjurkan untuk istirahat,
Hasil : bayi rewel.
4. Jam 16.00
Memberikan massase punggung, susu, &
posisi yang nyaman
Hasil : keluarga mengerti dan mau
melaksanakan anjuran perawat.
5. Jam 16.30
Memberikan anti piretik ( pevrin drups ) 3 x 0,5
cc.
Hasil : 37,8ºC.
2 II 1. Jam 20.00 S : keluaraga
Mengkaji pola tidur klien. mengatakan os masih
Hasil : klien hanya bisa tidur ± 4 jam dalam rewel. / tidak bisa
semalam. tidur.
2. Jam 2.00 A : bayi rewel
membersihkan tempat tidur, mengganti popok Bayi hangat
yang basah . O : masalah belum
hasil : klien / bayi rewel. teratasi
3. Jam 20.00 P : lanjutkan
Menggusap lengan dan seluruh badan dengan intervensi 1, 2, 3, 4
minyak telon sebelum tidur.
4. Kurangi kebisingan
5. Memberitahu kepada keluarga, bila bayi
menangis lihat popoknya, apabila basah diganti
dan sering mengubah posisi bayi.
3 III 1. Jam 08.00 S : keluarga
Memonitoring TTV setiap penggantian dinas . mengatakan bayi tidak
Hasil : - S : 37.6 ºC muntah lagi .
- N : 120 x/mnt O : BAB masih
- P : 40 x/mnt berwarna hitam.
2. Menimbang BB anak / bayi setiap hari. KU lemah.
Hasil : BB 2400 gram. A : masalah sebagian
3. Jam 10.00 teratasi muantah (-)
Observasi faeces, konsistensi, warna dan P : lanjutkan
frekuensi BAB. intervensi 1, 2, 3, 4, 5.
Hasil : BAB 2x masih berwarna hitam.
4. Jam 10.30
Mengukur masukan dan haluaran.
Hasil :
- masukan infuse dex 5%, 20 tts / mnt.
- Bayi BAK lancer.
5. Pertahankan infuse sampai bayi tidak muntah
dan berak darah.
Hasil : infuse (+) dengan dex 5%, 20 tts / mnt.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal,
perinatal, dan postpartum.

Menurut Blane (1961) infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara :

1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman melewati batas plasenta
dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilikus sampai ke janin. Kuman tersebut seperti
:

1. Virus : rubella, poliomelitis, koksakie, variola, dan lain-lain.


2. Spirokaeta : sifilis.

3. Bakteri : jarang sekali kecuali E. Coli dan listeria.

4. Infeksi intranatal

5. Partus yang lama.

6. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering.

2. Infeksi postpartum

1. Penggunaan alat-alat dan perawatan yang tidak steril.


2. Cross infection (infeksi yang telah ada di rumah sakit).

B. Saran

1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan
diatas, dan dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarkat sehingga dapat mencegah
infeksi neonatus

2. Bagi mahasiswa, diharapkan agar terus menambah wawasan khususnya dalam bidang
keperawatan.
3. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses
penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan
pembuatan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta : EGC

Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC

hidayat2.wordpress.com/2009/07/14/askep-ca-colon. Di akses 8 januari 2011

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta.: FKUI


Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Salemba Medika

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses
Penyakit .Vol. 1, Edisi 6, Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, Jakarta : EGC

www.daceband.com/read.../asuhan-keperawatan-askep-ca-colon. di akses 8 januari 2011

www.ilmukeperawatan.com/askep.htm. di akses 8 januari 2011

www.lintasberita.com/Dunia/Berita-Dunia/askep-ca-colon. di akses 8 januari 2011

Anda mungkin juga menyukai