Anda di halaman 1dari 13

INFEKSI NEONATUS

A. DEFINISI

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa
antenatal, perinatal dan post partum (Mitayani. 2009).
Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Infeksi adalah sindroma yang dikarakteristikkan oelh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic (Doenges,
Marlyn E, 2000).
Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
dari 30% kematian pada bayi baru lahir (Sudarti. 2010).

B. KLASIFIKASI

Infeksi pada neonatus dapat dibagi dalam dua golongan besar.

1. Infeksi berat (major infection)

a) Sifilis congenital, biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh
treponema pallidum.
b) Sepsis neonatorum : dapat terjadi pada antenatal dan postnatal.
c) Meningitis, biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli,
pneomokokus, stafilokokus, dsb.
d) Pneumonia congenital : terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor
amnion yang septik.
e) Pneumonia aspirasi : terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian
utama pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat
pemberian makan karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
f) Pneumonia karena airborn infection, Infeksi karena berhubungan dengan orang
dewasa yang menderita infeksi saluran pernafasan.
g) Pneumonia stafilokokus, biasanya terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
h) Diare epidemic, iInfeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh
E.colli yang bersifat patogen. Ada dua macam kuman patogen., antara
lain: Gastroenteritis E.colli dan Salmonelosis.
i) Pielonefriti, infeksi yang mengenai ginjal bayi,
j) Ostitis akut, disebabkan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.
k) Tetanus neonatorum, disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan
mengeluarkan eksotosin yang nerotropik.

2. Infeksi ringan
a) Pemrigus neonaturum, gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian
kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
b) Oftakmia neonatorum, infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan
lahir.
c) Infeksi pusat, disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah,
edema dan kemerahan pada ujung pusat.
d) Moniliasis, kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi
yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis dan lain-lain

C. PEMBAGIAN INFEKSI

1. Infeksi dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran
genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas
tinggi.
2. Infeksi lanjutan / nosokomial
Yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan di dapat dari lingkungan pasca
lahir. Karakteristik : di dapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.

D. ETIOLOGI

Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : Escherichia Coli,
Pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, coccus gonococcus.
a. Infeksi Anternatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin
melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian mesuk melewati placenta dan masuk
kedalam sirkulasi darah umbilicus. Misalnya :
- Virus seperti rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, cioxsackie, cytomegalic
inclusion.
- Spirochaeta ; terponema polidiumm (leus)
- Bakteria excheria coli dan listeria monocytoganes
b. Infeksi Intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme
masuk dari vagina naik dan kemudian masuk dalam rongga amnion biasanya setelah
kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab
timbulnya placentitis dan amnionitis. Infesi dapat tejai pula walaupun air ketuban
belum pecah yaitu pada partes lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina
misalnya pada blennorhoe, partus yang lama, pemeriksaan vagina yang terlalu
sering.
c. Infeksi Post Natal
Infeksi pada periode pasca natal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya
melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril tindakan yang tidak
anti septic atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang. Misalnya pada fian
neonatorum, omvalitis dll.

E. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara
lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh
bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut
diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui
alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman
atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dari infeksi neonatus dimulai tanpa gejala, tanda-tanda ringan,
menggigil, irirtabel,letargi, gelisah, dan keinginan menyusu yang kurang dapat menjadi
tanda-tanda utaam. Temperatur yang tidak stabil dapat meninggi atau kurang dari normal
(biasanya hipotermia pada BBLR). Perubahan warna kulit, lambatnya waktu pengisian
kapiler, perubahan denyut jantung, frekuensi napas, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, muntah dan diare menjadi nyata pada keadaan penyakit yang
progresif. Selain itu dapat terjadi edema, salerema purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplenomegali, dan kejang umumnya dapat dikatakan bila bayi itu “not doing well”
kemungkinan besar dia menderita infeksi. Manifestasi lainnnya adalah data laboratorium
yang tidak stabil khususnya hipoglikenial dan netropenia.
Gejala infeksi yang umum terjadi pada bayi yang mengalami infeksi prenatal adalah :
a. Bayi malas minum
b. Gelisah mungkin terjadi latergi
c. Frekuensi pernapasan cepat
d. Berat badan menurun
e. Pergerakan kurang
f. Muntah
g. Diare dengan segala manifestasinya
h. Sklerema, edema
i. Kejang
j. Bayi tertidur
k. Panas badan bervariasi, dapat meningkat/menurun dalam batas normal
l. Pergerakan aktivitas bayi menurun
m. Pemeriksaan fisik :
n. Bayi berwarna kuning (ikterus)
o. Pembesaran hepar dan lien (hepatosplenomegali)
p. Purpura (bercak darah dibawah kulit)
q. Kejang-kejang
r. Perdarahan
s. Lainnya:

G. PEMERIKSAAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
3. Leukositosis (>34.000×109/L)
4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)
5. Netrofil muda 10%
Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,2
6. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
7. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal
8. Factor-faktor pada masalah hematology:
a. Peningkatan kerentaan kapiler
b. Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
c. Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
d. Peningkatan hemolisis
e. Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan

H. PENATALAKSANAAN
1. Mengatur posisi tidur/semi fowler agar sesak berkurang
2. Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin.
3. Berika ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit.
4. Apakah bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring kiri atau
kanan.
5. Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan.
6. Rujuk segera ke rumahh sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform consent.
7. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat ASI tetap diberikan atau diberi air gula.
8. Diberi injeksi antibiotika berspektum luas (lihat dosisi antibiotika). Penggunaan
antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika yang mengakibatkan tumbuhnya
jamtr yang berlebihan, misalnya jenis candida albicans.
9. Perawatan sumber infeksi,. Misalnya pada infeksi tunggu tali pusat (omfalitis) diberi
salep yang mengandung neomisin dan basitrasi.

Jenis dan dosis antibiotika yang dianjurkan untuk neonatus


Jenis Antibiotik Dosis Frekuensi Pemberian
Injeksi Benzil Penisilin 50.000 IU/kg i.m Tiap 12 jam
Atau
Injeksi Ampisilin 50 mg/kg/kali i.m/i/v Tiap 8 jam
Dikombinasikan dengan
Injeksi 2,5 mg/kg/kali i.m/i.v Tiap 12 jam
Aminoglikosida (Gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis

I. PENCEGAHAN INFEKSI PADA NEONATUS


Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi menjadi sebagai berikut : Pencegahan
infeksi neonatus sudah harus dimulai dari :
1. Cara umum periode antenatal
Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, lekorea dan lain-lain.
Dikamar bersalin harus ada pemisah yang sempurna antara bagian yang sepsis
dengan asepttik. Pemisah ini mencakup mangan, tenaga perawatan, serta alat
kedokteran dan alat keperawatan. Ibu yang akan melahirkan sebelumnya masuk
kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptic.
Suasan dikamar bersalin harus sama dengan suasana di kamar bayi yang baru lahir.
Apabila operasi alat yang digunakan harus steril. Harus ada pemisah yang sempurna
untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptic dan partus septic. Pemisahan ini
mencakup personalia, fasilitas keperawatan, dan alat yang digunakan. Selain itu juga
dilakukan pemisah terhadap bayi yang menderita penyakit menular. Perawat harus
mendapatkan pendidikan khusus dan mutu pelayanan harus baik, apalagi bila kamar
perawatan bayi berupa satu kamar perawatan yang khusus. Sebelum dan sesudah
memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic.
2. Cara khusus pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama(lebih dari 12
jam) air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intraviginal. Resusitasi dengan penggunaan antibiotic yang banyak dan
tidak terarah dapat menimbulkan jamur yang berlebihan, seperti kandida albikans.
Sebaliknya bila terlambat memberikan antibiotic pada penyakit infeksi neonatus,
sering berakibat kematian. Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut : bila
kemampuan pengawasan klinis dan laboratoirum cukup baik, sebaiknya tidak
memberikan antibiotic profilaksis, antibiotika baru diberikan kalu sudah terdapat tanda
infeksi.

J. KOMPLIKASI
1. Meningitis
2. Hipogikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial
4. Ikterus / kernik terus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI NEONATAL

1. PENGKAJIAN
Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada
neonatus,tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dinali oleh pemberi
keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali
tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat di berikan segera.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji :
1) Biodata bayi
2) Riwayat kesehatan yang terdiri atas :
Pemeriksaan fisik
a. Sistem saraf pusat
- Fontanel etraksi dinding yang menonjol.
- Letargi.
- Temperatur yang tidak stabil.
- Hipotonia.
- Tremor yang kuat.
b. Sistem pencernaan
- Hilangnya keinginan untuk menyusui.
- Penurunan intake melalui oral.
- Muntah.
- Diare.
- Distensi abdomen.
c. Sistem integumen
· Kuning.
· Adanya lesi.
· Ruam.
d. Sistem pernafasan
· Apnea.
· Sianosis.
· Takipnea.
· Penurunan saturasi oksigen.
· Nasal memerah,mendengkur,dan dinding dada.
·
e. Sistem kardiovaskuler
· Takikardi.
· Menurunnya denyut perifer.
· Pucat.
3) Riwayat kesehatan keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.
b. Bayi baru lahir berisiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan :
Riwayat kehamilan :
· Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH.
· Ibu menderita eklampsia
· Ibu dengan diabetes militus.
· Ibu mempunyai penyakit bawaan.
Riwayat kelahiran
· Persalinan lama.
· Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)
- Bayi kurang mendapat cairan dan kalori.
- Ketuban pecah dini
- Air ketuban hijau kental
- Riwayat bayi baru lahir
- Trauma lahir.
- Lahir kurang bulan.
- Hipotermia pada bayi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dignosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus, adalah :
1) Tidak efektifnya pola napas yang berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran
napas.
2) Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan diare, malas menyusu.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
malas minum, diare, muntah.
4) Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.
5) Gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diagnosa I : Tidak efektifnya pola napas yang berrhubungan dengan meningkatnya
sekret di saluran di saluran napas.
Intervensi :
1. Tempatkan bayi pada posisi yang nyaman, kepala ditinggikan (misalnya
digendong)
R : Posisi yang baik dapat membantu melonggarkan jalan napas.
2. Berikan oksigen dan bersihkan jalan napas dari sekret.
R: oksigen mengatasi kebutuhan tubuh akan oksigen dan membersihkan jalan
napasakan mengurangi sumbatan di saluran napas.
3. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik.
R: Antibiotik dapat mengatasi infeksi.
2) Diagnosa II : Kurangnya volume cairan tubuh yang berhubungan dengan
diare, muntah, dan malas minum.
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI.
R: ASI mengandung IgA dalam jumlah tinggi dapat memberikan imunitas.
2. Awasi masukan dan pengeluaran, catat atau ukur frekuensi diare dan
kehilangan cairan.
R: perubahan pada kualitas susu sangat mempengaruhi kebutuhan cairan dan
peningkatan risiko dehidrasi.
3. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat-obatan dan terapi cairan.
R: terapi cairan dapat membantu mengurangi gangguan cairan tubuh.
3) Diagnosa III : Gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan malas minum,
diare, muntah.
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
R: ASI mengandung dalam IgA dalam jumlah tinggi yang dapat memberikan
imunitas.
2. Auskultasi bising usus
R: Penurunan aliran darah dapat menurunkan peristaltik usus.
3. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat obatan seperti anti biotik dan
pemberian cairan.
R: Anti biotik dapat mengatasi infeksi yang akan memperberat infeksi.
4) Diagnosa IV : Perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi :
1. Kaji suhu dengan memeriksa susu akral pada awalnya, selanjutnya periksa suhu
aksila.
R: Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan bayi merasa stres, sehingga
pertahankan suhu dalam batas normal.
2. Tempatkan bayi dalam keadaan hangat
R: mempertahankan lingkungan termonetral membantu mencegah stress
3. Pantau penambahan berat badan berturut turut bila penambahan berat badan
tidak adekuat,tingkatan suhu linkungan sesuai indikasi
R: Ketidak adekuatan penambahan berat badan meskipun masukan
kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu
lingkungan.
4. Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan diaporesis
letargi, apnea,aktifitas kejang
R: Tanda tanda hiperkemia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi
5. kolaborasi dengan memberikan obat obatan sesuai dengan indikasi fenobarbital
dan natrium bikarbonat
R: Fenobarbital membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahanfungsi
sistem saraf pusat yang dsebabkan hiperkemia.natrium bikarbonat membantu
memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
5) Diagnosa V : gangguan rasa nyaman dan aman yang berhubungan dengan infeksi
Intervensi :
1. Berikan lingkungan tenang agak dan gelap sesuai dengan indikasi
R: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensifisitas pada cahaya
serta meningkatkan istirahat atau relaksasi
2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman seperti kepala di angkatkan sedikit
R: Menurunkan rasa nyeri
3. Lakukan terapi relaksasi seperti memberikan sentuhan dan pijatan ringan pada bayi
R: Sentuhan dan pijatan ringan memberikan kelancaran sirkulasi yang dapat
menurunkan nyeri.
4. Berikan analgesik, narkotika,dan kolaborasi untuk tindakan medis seperti
pemasangan VP shunting
R: Diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. VP shunting pemasangan
pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak dari
atrium kanan atau jantung atau kerongga peritonium,yaitu pintasan ventrikula atrial
atau ventrikula peritoneal.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT. 2010 . Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Trans info

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba

Media

Fauziah, Afruh dan Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Media Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.

Sudarti,M.Kes. 2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakart: Medical books

Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai