Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS NEONATAL

DISUSUN OLEH :

SYARAH MUFIDAH

1811040036

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
A. Definisi
Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat invasimikroorganisme
ke dalam aliran darah yang terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum
dibedakan menjadi sepsis neonatorum onset dini(SNOD) dan sepsis neonatorum onset lanjut
(SNOL). (Mansur& dkk 2013)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti
paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum
persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat
disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)

B. Etiologi
Berbicara mengenai infeksi, maka penyebabnya merupakan mikroorganisme seperti
virus, jamur, atau bakteri. Terdapat berbagai mikroorganisme patogen yang dapat
menyebabkan sepsis, Effendi (2013) menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara
mempengaruhi jenis organisme dan pola kepekaan terhadap infeksi, pada negara maju
penyebab EOS tertinggi adalah group B Streptococcus (GBS) dan E. coli dan pada LOS yaitu
Coagulase Negative Staphylococci (CONS), GBS, dan Staphylococci aureus, sementara di
negara berkembang keseluruhan penyebab adalah organisme gram negatif, seperti
Klebsiella, E.coli, dan Pseudomonas dan gram positif, seperti Streptococcus pneumoniae dan
Streptococcus pyogenes. Sementara itu, Kliegman et al., (2016) membagi mikroorganisme
penyebab sepsis neonatorum berdasarkan patogenesisnya, pada infeksi intrauterin penyebab
infeksi tertinggi adalah sifilis, rubela, CMV, toksoplasmosis, parvovirus B19, dan varisela.
Sementara, pada masa intrapartum yang tertinggi adalah HSV, HIV, hepatitis B virus, C
virus, dan tuberkulosis (TB), dan pada infeksi postpartum yang paling tinggi adalah TB yang
biasanya tertular oleh tenaga medis dan HIV yang umumnya tertular oleh Ibu dengan HIV
melalui ASI. Infeksi intrapartum dan postpartum biasanya disebabkan oleh mikroorganisme
yang berkoloni di organ genitourinaria atau traktus gastrointestinal bagian bawah, bakteri
yang paling sering adalah GBS dan E. coli serta virus CMV, HSV,enterovirus, dan HIV.
Semua mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan sepsis melalui ketiga jalur infeksi,
namun belum tentu menjadi penyebab utama. Infeksi jamur, baik Candida albicans dan non-
albicans, lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500 gram dan
berhubungan dengan pemberian nutrisi parenteral, kateter sentral, operasi abdomen, steroid
atau antibiotic spectrum luas, baik Candida albicans dan non-albicans akan terisolasi (Bansal,
Agrawal, & Sukumaran, 2013).

C. Manifestasi klinis
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan
tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atauabses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan
atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat e.Infeksi pada selaput perut ( peritonitis)
menyebabkan pembengkakan perut dan diare (Asrining, 2007).

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu
infeksi antenatal atau intrauterin, infeksi intranatal, dan infeksi pascanatal. Jalur antenatal
terjadi karena ibu sedang menderita suatu penyakit infeksi dari mikroorganisme patogen
seperti rubela, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia, bakteri treponema palidum, E. coli,
dan listeria monositogen, yang berada dalam sirkulasi ibu kemudian melewati plasenta dan
masuk ke dalam sirkulasi janin dan menyebabkan sepsis, dengan atau tanpa menyebabkan
korioamnionitis, yaitu infeksi pada plasenta dan cairan amnion. Pada dasarnya, janin atau
neonatus baru akan terpapar mikroorganisme patogen ketika membran plasenta telah ruptur
dan melalui jalan lahir atau lingkungan ekstrauterin. Jalan lahir ibu dengan kolonisasi
organisme aerob dan anaerob memiliki kemungkinan terpapar pada janin dan terjadi infeksi
asenden, yaitu naiknya mikroorganism menuju plasenta dan menyebabkan amnionitis
(Kliegman et al., 2016). Infeksi pascanatal, merupakan jalur yang sebagaian besar dapat
dicegah kejadiannya, terjadi setelah bayi dilahirkan dengan lengkap, biasanya terjadi karena
diluar faktor ibu seperti kontaminasi penggunaan alat, perawatan yang tidak terjaga
kesterilnnya, atau tertular oleh orang lain, dan pada neonatus sering terjadi diruang perawatan
atau rumah sakit. Jalur ini sebagian besar dapat dicegah (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UI, 2007).
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus
rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi
oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui
alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman
atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nasokomial.

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)
b. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
c. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
mendeteksi organisme.
d. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil
immatur yang menyatakan adanya infeksi.
e. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
inflamasi.

F. Komplikasi
- Meningitis
- Hipoglikemia, asidosis metabolik
- Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
- ikterus/kernikterus
G. Penatalaksanaan medis
1. Suportif
- Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
- Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
- Awasi adanya hiperbilirubinemia
- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakangolongan
Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin.Pada sepsis
nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora diruang perawatan,
namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin danaminoglikosida atau
sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan ujisistematis diberikan
antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bilaterjadi Meningitis,
antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
H. Pathways

Mikroorganisme (bakteri,virus,jamur,dll)

Infeksi

Menghasilkan endotoksin

system kardiovaskuler bakteremia&septicemia system pernafasan

vasodilatasi pembuluh darah Dianggap benda asing Co2 tertahandalam


tubuh
Gangguan perfusi jaringan
Reaksi immunologic peningkatan Hco3

Perubahan status kesehatan Hipertermi asidosis respiratori

diaporesis takhipnoe

Anak dihospitalisasi output berlebih


gangguan pemenuhan cairan Ggn pemenuhan O2

Kesiapan meningkatkan koping


keluarga
I. Askep pengkajian
1. Pengkajian
- Biodata
- Identitas orang tua
2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Penyakit SekarangCara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran
- Riwayat PrenatalLama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan
- Riwayat PersalinanCara persalinan, trauma persalinan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
- Kesadaran
- Vital sign
- Antropometri2.
b. Kepala
Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep
c. Mata
Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva
perdarahan dan anemis.
d. Sistem Gastrointestinal
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah,
distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali.
e. Sistem Pernapasan
Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas
f. Tali Pusat
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluhdarah (2
arteri dan 1 vena)
g. Sistem Genitourinaria
Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali
h. Ekstremitas
Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak,
posisi/postur,normal/abnormal.
i. Muskuloskletal
Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris
j. Kulit
Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.
4. Pemeriksaan Spesifik
a. Apgar Score
b. Frekuensi kardiovaskuler
Apakah ada takikardi, bradikardi, normal
c. Sistem Neurologis
- Refleks moro : tidak ada, asimetris/hiperaktif
- Refleks menghisap : kuat, lemah
- Refleks menjejak : baik, buruk
- Koordinasi refleks menghisap dan menelan

J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan terganggunya suplay oksigen
kedalam jaringan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pemb darah
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan
pengeluaran,dehidrasi
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
5. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
K. Intervensi keperawatan
1. Hipertermia
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan :
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering mungkin
- peningkatan metabolisme keperawatan selama………..pasien  Monitor warna dan suhu kulit
- aktivitas yang berlebih menunjukkan :  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan kreiteria hasil:  Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS:  Monitor intake dan output
 Suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang
 Nadi dan RR dalam rentang  Kelola Antibiotik:………………………..
normal
normal  Selimuti pasien
 serangan atau konvulsi (kejang)
 Tidak ada perubahan warna  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan
 pertambahan RR merasa nyaman aksila
 takikardi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Kulit teraba panas/ hangat  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

2. Defisit volume cairan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan:  Pertahankan catatan intake dan output
Setelah dilakukan tindakan
- Kehilangan volume cairan secara aktif yang akurat
keperawatan selama….. defisit volume
- Kegagalan mekanisme pengaturan
cairan teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine output membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
DS :
sesuai dengan usia dan BB, BJ darah ortostatik ), jika diperlukan
- Haus
urine normal,  Monitor hasil lab yang sesuai dengan
DO:
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
- Penurunan turgor kulit/lidah
dalam batas normal urin, albumin, total protein )
- Membran mukosa/kulit kering
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
Elastisitas turgor kulit baik,  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
tekanan darah, penurunan  Kolaborasi pemberian cairan IV
membran mukosa lembab, tidak
volume/tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
ada rasa haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
 Orientasi terhadap waktu dan  Berikan cairan oral
- Perubahan status mental
tempat baik
- Konsentrasi urine meningkat
 Jumlah dan irama pernapasan  Berikan penggantian nasogatrik sesuai
- Temperatur tubuh meningkat output (50 – 100cc/jam)
dalam batas normal
- Kehilangan berat badan secara tiba-  Dorong keluarga untuk membantu pasien
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
tiba makan
normal
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
 pH urin dalam batas normal  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
 Intake oral dan intravena adekuat berlebih muncul meburuk
- Kelemahan
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Pasang kateter jika perlu
 Monitor intake dan urin output setiap 8
jam

3. Gangguan pertukaran gas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 ketidakseimbangan perfusi ventilasi Setelah dilakukan tindakan  Pasang mayo bila perlu
 perubahan membran kapiler-alveolar keperawatan selama …. Gangguan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DS: pertukaran pasien teratasi dengan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 sakit kepala ketika bangun kriteria hasil:  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Dyspnoe  Mendemonstrasikan peningkatan tambahan
 Gangguan penglihatan ventilasi dan oksigenasi yang  Berikan bronkodilator ;
DO: adekuat -………………….
 Penurunan CO2  Memelihara kebersihan paru paru -………………….
 Takikardi dan bebas dari tanda tanda  Barikan pelembab udara
 Hiperkapnia distress pernafasan
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Keletihan  Mendemonstrasikan batuk efektif
keseimbangan.
 Iritabilitas dan suara nafas yang bersih, tidak
 Monitor respirasi dan status O2
 Hypoxia ada sianosis dan dyspneu (mampu
 kebingungan mengeluarkan sputum, mampu  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
 sianosis bernafas dengan mudah, tidak ada penggunaan otot tambahan, retraksi otot
 warna kulit abnormal (pucat, pursed lips) supraclavicular dan intercostal
kehitaman)  Tanda tanda vital dalam rentang  Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Hipoksemia normal  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 hiperkarbia  AGD dalam batas normal kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 AGD abnormal  Status neurologis dalam batas  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
 pH arteri abnormal normal tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
frekuensi dan kedalaman nafas  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
abnormal  Observasi sianosis khususnya membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut
jantung
4. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kesiapan meningkatkan koping keluarga Setelah dilakukan asuhan selama 4  Identifikasi sumber komunikasi untuk
berhubungan dengan tugas adaktif secara jam diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan status kesehatan pasien
efektif pemahaman keluarga terhadap  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
kondisi pasien dengan kriteria hasil:  Berikan informasi tentang kondisi anaknya
 Mengidentifikasi dan  Berikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh
mempreoritaskan tujuan keluarga
 Mengimplementasikan rencana  Berikan dorongan dalam merencanakan
berikut perawatan lanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000

Guyton & hall, (2012), Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, edisi 11, Jakarta-Indonesia, EGC

Mansur R, Alasiry E & Daud D., (2013), Mannose-binding lectin sebagai predictor sepsis
neonatorum onset dini, JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : 372 – 379, diakses
tanggal 9 april 2015, webside : <
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/093da41965e442fa74d551474c884e1d.pdf>

SMF Anak RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, (2013), Standar Pelayanan Medik, Makassar,
Indonesia

Wilkinson J.M., Ahren N.R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai