Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN KALA 2 LAMA

Disusun Oleh :
Nama : Syarah Mufidah
NIM : 1811040036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
A. Definisi
Postpartum merupakan proses membuka dan menipisnya serviks serta janin
turun ke dalam jalan lahir (Asri, 2010). Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya
tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar meliputi his
(kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum
action, faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan
kekuatan (power) Ketiganya harus berkoordinasi dengan maksimal karena pada
umumnya persalinan berlangsung normal dan alamiah. Adakalanya persalinan
disertai dengan adanya gangguan atau kelainan, salah satunya persalinan kala II
memanjang (Cunningham, 2010).
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau di sebut juga
partus tidak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi
selama 2 jam terakhir. Persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari
suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala
seperti dehidrasi, infeksi,kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam
kandungan (IUFD) (Harjono, 2011).
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan
atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Partus lama rata-rata di dunia
menyebabkan kematian ibu sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9 %.(Joseph, 2010).
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan sebanyak
28%, eklampsi sebanyak 24%, infeksi sebanyak 11%, komplikasi masa puerperium
sebanyak 8%, Abortus 5%, partus lama 5%, Emboli obstetric 3 % dan lain-lain 11%
(KemenPPPA, 2011). Di Jawa Timur. Berdasarkan laporan Kematian Ibu Kab/Kota
Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2010 tercatat sebanyak 598 kasus kematian dengan
163 waktu bersalin Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan (42,2%),
eklampsia (13,9%), abortus (12%), infeksi pasca persalinan (9,6%) partus lama
(7,5%), anemia (3,6%) dan lain-lain (11,2%) (Dinkes Jatim, 2010).
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga
partus tidak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi
selama 2 jam terakhir, Biasanya persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama
Menurut Harjono. Persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu
partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala seperti
dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan
(IUFD). Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan abnormal/
sulit (Sarwono, 2010). Kala II memanjang adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 2 jam pada primi, dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi (Sinopsis
Obstetri, 2010).
Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan
janin. Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses
persalinan tidak berjalan lancar sehingga lama persalinan menjadi lebih lama dari
normal atau terjadi partus lama (Wahyuningsih, 2010). Penyebab langsung persalinan
kala II memanjang atau partus lama antara lain kelainan letak janin, kelainan-kelainan
panggul, kelainan his dan mengejan, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada
kelainan congenital, primitua, perut gantung atau grandemulti, ketuban pecah dini
(Ilmu kebidanan, 2010). Tanda gejala yang lain pada persalinan kala II memanjang
seperti janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada primigravida
seperti hal yang untuk melakukan dipimpin mengedan saat pembukaan lengkap, ibu
tampak kelelahan dan lemah, kontraksi tidak teratur tapi kuat, dilatasi serviks lambat
atau tidak terjadi, tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin walaupun kontraksi
adekuat, moldingsutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (Wiknjosastro, 2010).
B. Penyebab persalinan kala II memanjang

Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan lama yaitu :


1. Kelainan letak janin
2. Kelainan – kelainan panggul
3. Kelainan his dan mengejan
4. Pimpinan partus yang salah
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primitua merupakan proses persalinan yang pertama kali dialami oleh wanita
yang berusia lebih dari 35 tahun
7. Perut gantung atau grandemult
8. Ketuban pecah dini
D. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan kala II memanjang
Menurut Morgan (2009), persalinan kala II memanjang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor meliputi :
1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan
ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk reproduksi
optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas
usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2013).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan
keelastisannya dalam menerima kehamilan.
2. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi
seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak
merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang.
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara,
dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali
melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan
minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih.
Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya
lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan
pernah mengalami kala II memanjang pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran
yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami kala II memanjang pada
kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
4. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia
yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan
lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003)
5. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD
sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
6. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar. Inkompetensia serviks adalahserviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
E. Tanda dan gejala
Adapun gejala klinik dari Partus Lama adalah :
a. Gelisah
b. Letih
c. Suhu badan meningkat
d. Berkeringat
e. Nadi cepat
f. Pernafasan cepat
g. Meteorismus
h. Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan
ketuban berbau terdapat mekoneum.
F. Patofisiologi
Persalinan kala II memanjang ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan kala II dikatakan kurang baik apabila penurunan
kepala janin tidak teratur di jalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase pengeluaran
(Prawirohardjo, 2012). Dampak yang diakibatkan oleh persalinan kala II memanjang bisa
terjadi pada ibu ataupun janin diantaranya infeksi intrapartum infeksi merupakan bahaya
serius yang mengancam ibu dan janinya pada partus lama, terutama bila di sertai pecahnya
ketuban. Kala II memanjang akan menyebabkan terjadinya ruptur uteri, cincin retraksi
patologis yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan, pembentukan fistula,
cedera otot dasar panggul, efek pada janin, kaput sucsedaneum terjadi pada panggul
sempit, kaput ini dapat meyebabkan kesalahan diagnostik yang serius, molase kepala
janin, dan terjadinya gawat janin. Selain itu, persalinan kala II memanjang dapat
menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi
perdarahan post partumyang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi
infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi (Wahyuningsih,
2010).
Upaya yang dapat dilakukan pada ibu dengan persalinan kala II memanjang yaitu
dapat jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, mengobservasi keadaan umum
ibu secara seksama, mengobservasi denyut jantung janin, berikan larutan glukosa 5% dan
larutan NaCL isotonic secara IV, memberikan dukungan emosi bila keadaan masih
memungkinkan anjurkan bebas bergerak, anjurkan kepada ibu untuk mengosongkan
kandung kemih, bila penderita merasakan nyeri, berikan analgetik, pertolongan dapat
dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual haid pada letak
sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea.
PATHWAY

G. Komplikasi persalinan kala II memanjang


Efek yang di akibatkan oleh persalinan kala II memanjang bias mengenai ibu
maupun janin seperti.
a. Infeksi intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban, bakteri didalam cairan
amnion menembus dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bacteremia, sepsis, dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi.
b. Rupture uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan
riwayat secsio sesarea.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kala II memanjang memerlukan pertimbangan usia kehamilan,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah sebagai berikut :
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk `tanda vital dan
tingkat dehidrasinya).
2. Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan; Nilai
frekuensi dan lamanya his.
3. Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.
4. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.
5. Streptomisin : 1 gr intramuscular.
6. Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-10 % pada
janin pertama : 1 liter per jam.
7. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera
bertindak.
Pertolongan :
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak
sungsang, embriotomi bila janin meninggal, secsio cesaria, dan lain-lain.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Keletihan b.d kelemahan
3. Risiko infeksi

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik Tingkat nyeri Manajemen nyeri :
Nyeri terkontrol - Lakukan
Tingkat kenyamanan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan tindakan secara
keperawatan selama 3x24jam, komprehensif
pasien dapat mengontrol nyeri - Obs reaksi non
dengan indikator : verbal dari
- Mengenal faktor ketidaknyamanan
penyebab - Kurangi faktpr
- Mengenal onset nyeri presipitasi nyeri
- Tindakan pertolongan - Ajarkan teknik
non farmakologi nonfarmakologi
- Menggunakan analgetik - Berikan analgetik
- Melaporkan gejala nyeri untuk mengurangi
nyeri

2. Keletihan b.d peningkatan Endurance Energy management


kelemahan fisik Contrentation - Observasi adanya
Energy Contervation pembatasan klien
Setelah dilakukan tindakan dalam melakukan
keperawatan selama 3x24jam, aktivitas
indikator - Monitor nutrisi dan
- Memverbalisasikan sumber energi yang
peningkatan energi dan adekuat
merasa lebih baik - Monitor respon
- Menjelaskan kardiovaskuler
penggunaan energi terhadap aktivitas
untuk mengatasi - Monitor pola tidur
kelelahan dan lamanya
- Kecemasan menurun tidur/istirahat
- Istirahat cukup
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama 3x24 jam - Monitor teknik
diharapkan dapat melakukan isolasi yang sesuai
kontrol infeksi dengan indikator - Pastikan teknik
: perawatan luka
- Bebas dari tanda infeksi yang tepat
- Mengidentifikasi resiko - Anjurkan pasien
nyeri mengenal tanda
infeksi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik
Daftar Pustaka

Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

DepKes RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta

Depkes RI Dirjen Binkesmas 2009, Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, Dirjen


Binkesmas, Jakarta

Prawiro, Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, PT
Gramedia, Jakarta

Universitas Padjadjaran, 1993, Obstetri Fisiolog, Bandung.

Fitramaya, 2008, Ibu Bersalin, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai