Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATORUM

A. Pengertian
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi pada bayi baru lahir
0 – 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2009). Sepsis neonatorum yaitu infeksi
sistemik pada neonatus yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti,
2013).
B. Etiologi
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli,
Listeria monocytogene, Neisseria meningitis, Streptokokus pneumonia, Haemophilus
influenza tipe b, Salmonella, Strepkokus group B (Putra, 2012).
C. Manifestasi Klinis
Demam dan menggigil merupakan gejala yang sering ditemukan pada kasus dengan
sepsis. Gejala atau tanda yang terjadi juga berhubungan dengan lokasi penyebab sepsis.
Penilaian klinis perlu mencakup pemeriksaan fungsi organ vital, termasuk (Davey, 2011).
1. Jantung dan sistem kardiovaskular, meliputi pemeriksaan suhu, tekanan darah vena dan
arteri
2. Perfusi perifer, pasien terasa hangat dan mengalami vasodilatasi pada awalnya, namun
saat terjadi syok septic refrakter yang sangat berat, pasien menjadi dingin dan
perfusinya buruk
3. Status mental, confusion sering terjadi terutama pada manula
4. Ginjal, seberapa baik laju filtrasi glomerulus (GFR), kateterisasi saluran kemih harus
dilakukan untuk mengukur output urin tiap jam untuk mendapatkan gambaran fungsi
ginjal
5. Fungsi paru, diukur dari laju pernapasan, oksigenasi, dan perbedaan O2 alveoli-arteri
(dari analisis gas darah arteri). Semuanya harus sering diperiksa, dan apabila terdapat
penurunan fungsi paru, maka pasien perlu mendapatkan bantuan ventilasi mekanis
6. Perfusi organ vital, yang terlihat dari hipoksia jaringan, asidemia gas darah arteri dan
kadar laktat
7. Fungsi hemostatik, diperiksa secara klinis dengan mencari ada atau tidaknya memar-
memar, perdarahan spontan (misal pada tempat-tempat pungsi vena, menimbulkan
dugaan adanya kegagalan sistem hemostatik, yang membutuhkan tambahan produk
darah.
D. Patofisiologi
1. Selama dalam kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion
dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion, janin selama dalam kandungan
sebenarnya relatif aman terhadap kontaminasi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan
kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melalui aliran darah
menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin
b. Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan faktor antiseptic misalnya
pada saat pengambilan contoh darah janin
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan berperan
dalam infeksi janin
2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena antara lain hal-hal
berikut ini :
a. Infeksi silang
b. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
c. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
d. Kurang memperhatikan tindakan aseptik
e. Rawat inap terlalu lama
f. Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat (Maryunani dan Nurhayati, 2009)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin
3. Leukositosis (>34.000×109/L)
4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)
5. Netrofil muda 10%6
6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T ratio >0,27
7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari norma
F. Komplikasi
1. Kematian Jaringan
Sepsis dapat mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil di tubuh, seperti
pembuluh di jari tangan. Jika tidak segera ditangani, penyumbatan dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga terbentuk gangrene. Kondisi ini mungkin
memerlukan prosedur amputasi.
2. Kerusakan organ permanen
Sepsis yang terus memburuk dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada organ,
misalnya paru-paru, hati, ginjal, otak, atau jantung.
3. Peningkatan risiko infeksi
Seseorang yang pernah menderita sepsis dan sembuh lebih berisiko terkena infeksi di
kemudian hari.
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit
(Datta,2007) meliputi sebagai berikut :
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya
memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah
diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentamicin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).
H. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji
adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal,
adanya/tidaknya ketuban pecah dini, partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus).
Riwayat persalinan dikamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. (partus presipitatus).
Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,dll).
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.
Toksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji status sosial
ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya
setelah 24 jam pertama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah,
regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan beratbadan
secara fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan
adalah hipertermia, pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan dingin,
pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala traktus
gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
2. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
J. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
Kriteria Hasil
a. Tidak ada sinosis dan dispneu, mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi

a. Posisikan pasien semi fowler


b. Auskultasi suara nafas, Catat adanya suara nafas tambahan
c. Monitor respirasi dan status O2, TTV
d. Bila perlu lakukan suction, pustural, drainage
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
a. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka termoregulasi (L.14134)
membaik dengan kriteria hasil :
1) Menggigil menurun
2) Kulit merah menurun
3) Kejang menurun
4) Pucat menurun
5) Takikardi menurun
6) Takipnea menurun
7) Bradikardi menurun
8) Hipoksia menurun
9) Suhu tubuh membaik
10) Suhu kulit membaik
11) Tekanan darah membaik
b. Intervensi keperawatan
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor warna dan suhu kulit
6) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5) Berikan cairan oral
6) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih
7) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring


2) Anjurkan memperbanyak minum

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu


2) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu
3. Kekurangan volume cairan
Kriteria Hasil
a. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5 C – 37.0 C)
b. Nadi dan frekuensi nafas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180×/menit, frekuensi napas neonatus normal 30-60×/menit)
c. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi

a. Monitoring tanda-tanda vital setiap 2 jam dan pantau warna kulit


b. Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi
c. Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi, dan pertimbangkan untuk langkah
kolaborasi dengan memberikan antipiretik
d. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan jumlah pemberian yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA

Ahp, Wahyu. 2019. Laporan Pendahuluan Sepsis Pada Bayi. Id.scribd.com/dokumen.ac.id.


Diakses pada tanggal 22 Agustus 2022 jam 18.00.

Wulandari, Fitria. 2014. Asuhan Kebidanan Pada By.A dengan sepsis neonatus. 01-gdl-
fitriwula-815-1-ktisatu. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2022 jam 18.00.

Http://repository.unimus.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai