B. ETIOLOGI
Feses dan urine : bakteri Salmonella typhi biasanya disebarkan melalui
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Namun terkadang, bakteri
ini juga menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang telah
terinfeksi.
C. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita
thypoid dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada orang lain, kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikosumsi oleh orang yang sehat. Apabila makanan
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar salmonella tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut.
D. MANIFESTASI KLINIS
Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39-40℃, sakit kepala,
sakit perut, hilang nafsu makan, mual dan muntah.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap :Dapat ditemukan leukopeni, dapat
pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT : SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi
akan kembali normal setelah sembuh.
3. Pemeriksaan uji widal : Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi.
4. Kultur : Anti Salmonella typhi IgM (Nurarif&Kusuma, 2015).
F. KOMPLIKASI
A. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
B. Komplikasi extra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan
kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Masriadi (2014) dan Mardalena (2017), pengobatan pada penderita
typhoid dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk menghentikan
dan
memusnahkan penyebaran bakteri Salmonella typhi yaitu Siprofloksasin per
oral atau per IV selama 10-14 hari pada orang dewasa atau Sefalosporin
generasi ketiga (misalnya Ceftriaxone) pada anak-anak. Kloramfenikol atau
Tiamfenikol merupakan alternatif lebih murah pada area yang organismenya
masih sensitif. Deksametason per IV tambahan mengurangi mortalitas pada
pasien toksik berat.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Dinarti & Mulyanti (2017), pengkajian keperawatan merupakan
catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan
informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat
catatan
tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau
menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada
identifikasi masalah-masalah pasien.
a) keluhan utama
b) Riwayat Kesehatan sekarang, dahulu, keluarga
c) Pemeriksaan fisik
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan typhoid yaitu:
a) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
c) Resiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan dan
evaporasi
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 jam,
diharapkan hipertermi membaik.
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37°C), suhu kulit
membaik, tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit elatis, pengisian
kapiler <3 detik, membran mukosa lembab).
Rencana tindakan:
Mandiri
a) Identifikasi penyebab hipertemia
b) Monitor suhu tubuh
c) Longgarkan atau lepaskan pakaian.
L. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Smeltzer Suzanne C (2013) evaluasi merupakan tahap akhir proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data objektif dan data subjektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai atau
belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji,
direncanakan dan dinilai kembali evaluasi dalam memenuhi kebutuhan klien.
M. DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.