Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

RADOVAN HILIKA
14420202153

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Ns.Hawiana.S,Kep,,M.Kep) (Ns.Sudarman.S.Kep.,M.Kes)
NIDN : 0917038803

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019/ 2021
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang
air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau air (Srinalesti,
2020).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat . Menurut WHO (2020), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya ,
yaitu diare akut dan kronis.
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Santosa, 2019).
Diare akut adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak
daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Definisi lain
memakai frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari
buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah Sudoyo
aru 2009 dalam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung
dari penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri patogen yang berasal dari tinja manusia atau hewan
atau bahkan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui
aktivitas seksual kontak oral genitalia atau oral anal Sudoyo aru 2009
dalam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare:
1) Akut: berlangsung kurang dari 2 minggu
2) Kronik: berlangsung Lebih Dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologi: osmotik atau sekretorik dan lain-lain
c. Berat ringan diare: kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
B. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus (Srinalesti,
2020).
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia
dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak
efektif (tenemus) setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus
besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan
kolitis atau inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis
insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi
neuropatik diabetik (Fransisca, 2016).
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare (Fransisca, 2016).
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula (Fransisca, 2016).
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare (Fransisca, 2016).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi
3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
F. KLASIFIKASI
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku
bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas
waktu dua minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi
akibat adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya
perbedaan osmotik dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit
disertai dengan peradangan (Fransisca, 2016).
G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol
gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi
penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)),
defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008) dalam (Fransisca, 2016).:
1) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30
mgklorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3) antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tangal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua dan penghasilan.
b. Keluhan Utama :
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari,
waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

g. Pola kesehatan fungsional


1) Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang : kebiasaan memelihara kuku, cuci tangan
sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup,
makanan basi.
2) Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia,
muntah.

3) Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.
4) Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
5) Sensori
Nyeri dan meringis
B. Diagnosis Keperawatan
a. Ansietas
b. Hipovolemia
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Risiko syok
e. Defisit nutrisi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
C. Intervensi Keperawatan Dan Rasional
a. Reduksi Ansietas
1) Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
b) Monitor tanda-tanda ansietas
Rasional : Untuk mengetahui penyebab ansietas
2) Teraupetik :
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
Rasional : Agar mudah memberikan tindakan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
Rasional : Agar kecemasan berkurang
c) Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional : Untuk menumbuhkan kepercayaan
d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Rasional : Agar pasien nyaman

3) Edukasi :
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Rasional : Agar pasien merasa dilindungi
b. Manajemen hipovelemia
1) Observasi :
a) Periksa tanda dan gejala hipovelemia
Rasional : Untuk mengetahui penyebab hipovelemia
b) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui kecukupan cairan
2) Teraupetik :
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
3) Edukasi :
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4) Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberisan cairan IV
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan
c. Manajemen jalan napas
1) Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Rasional : Kecepatan biasanya mencapai kedalam pernapasan
bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelaksis dan atau nyeri
dada.
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
Rasional : Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan
napas/kegagalan pernapasan.
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Rasional : Untuk mengetahui apakah terjadi infeksi, terdapat
bakteri dalam sputum

2) Teraupetik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust) jika curiga trauma servikal)
Rasional : Untuk memungkinkan ekspansi paru dan
mempermudah pernapasan.
b) Lakuka penghisapan lender kurang dari 15 detik
Rasional : agar tidak terjadi hipoksia
c) Berikan oksigen
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi
Rasional : ketika batuk tenggorokan terasa sakit, akibat adanya
dahak. Harus diberi pengencer dahak
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
Rasional : Untuk melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan
merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan
d. Manajemen nutrisi
1) Observasi
a) Identifikais status nutrisi
Rasional : untuk mengetahui asupan nutrisi pada klien
b) Identifikasi kebutuhan nutrisi dan jenis nutrient
Rasional : menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
2) Teraupetik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional : untuk membantu dalam proses penyembuhan
b) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Rasionol : untuk menanmbah nafsu makan klien
c) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Rasional : karena klien sudah bias makan melalui mulut
3) Edukasi
a) Ajarkan diet yang diprogramkan
Rasional : untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan
tubuh
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jumlah nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu
Rasional : untuk membantu dalam proses penyembuhan klien
a. Pencegahan Syok
1) Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas , tekanan darah)
Rasional : untuk mengeahui/memantau kondisi pasien
b) monitor status oksigenasi
Rasional : berujuan unuk memasikan kadar oksigen pasien
masih baik
c) Monitor status cairan masukan dan haluaran
Rasional : untuk menget’ahui pemasukan dan engel’uaran
pasien
d) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil berikan oksigen
untuk mempertahankan saluran oksigen lebih 94%
Rasional :untuk mengetahui tingkat kesadaran klien
e) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Rasional: untuk mengetahui obat yang diberikan cocok atau
tidak untuk pasien.
2) Edukasi
a) Jelaskan penyebab atau faktor resiko syok
Rasional: agar pasien dan keluarga pasien mengeahui penyebab
resiko syok
b) Jelaskan tanda dan gejala awal
Rasional : agar pasien memahami t’anda dan gejala syok
c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Rasional : agar pasien tidak mengalami dehidrasi
3) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian transfusi darah
Rasional : untuk mempertahankan daya tahan tubuh pasien
terhadap infeksi.
b) Kolaborasi pemberian anti inflamasi
rasional : untuk anti peradangan dan meredakan nyeri.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019)
D. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi ini dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk
membantu perawat mencapai tujuan yang di harapkan (Irman Ode, 2020).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan, dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi tindakan.
(Irman Ode, 2020).
Kriteria hasil yang ingin dicapai:
a. Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Frekuensi nadi dan pernafasan menurun
4) Pola tidur membaik
b. Hipovelemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka status cairan
membaik dengan kriteria hasil :
1) Perasaan lemah menurun
2) Frekuwnsi naddi membaik
3) Kadar Hb membaik
4) Intake cairan membaik
5) Suhu tubuh membaik
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, maka
bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
1) Sulit bicara menurun
2) Dyspnea menurun
3) Frekuensi nafs membaik
4) Pola nafas membaik
d. Defisit Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi makan membaik
2) Nafsu makan membaik
3) Membrane mukosa membaik
e. Resiko syok
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, maka
gangguan integritas kulit meningkat dengan kriteria hasil :
1) Tingkat kesadaran meningkat
2) Akral dingin menurun
3) Pucat menurun
4) Tekanan nadi membaik
5) Frekuensi nafas membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Perkembangan diusus Toksik tidak terserap Ansietas

Hipersekresi air dan Hiperperistaltik Malabsorbsi KH, Lemak,


elektrolir protein

Penyerapan makanan
diusus menurun Malabsorbsi KH, Lemak,
Isi usus
protein

Peningkatan tek osmotik

Pergeseran air dan elektrolit


ke usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomal

Hilang cairan dan Mual muntah


elektrolit berlebihan

Nafsu makan menurun


Gang. Keseimbangan Asidosis metabolik
cairan & elektrolit

Defisit nutrisi
Sesak
Dehidrasi

Bersihan jalan nafas


Hipovolemia tidak efektif

Risiko syok
DAFTAR PUSTAKA

Fransisca, H. (2016). Penyakit Langganan Anak. Jakarta: Perpustakaan Nasional


RI:Katalog Dalam Terbitan( KDT).
Irman Ode, N. Y. (2020). Buku Ajar Keperawatan Pada Pasien Sinrom Koroner
Akut. Jawa Timur: CV.Penerbit Qiara Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Media Action.
Santosa, Z. (2019). Menangani Diare Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: CV Alaf
Media.
Sofia, D. R. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepblisher
publisher.
Srinalesti, M. (2020). Pemenhan Kebutuhan Caira dan Elektolit Pada Anak Yang
Mengalami Diare. Kediri: CV Pelita Medika.

Anda mungkin juga menyukai